Anda di halaman 1dari 7

Penyalahgunaan Obat

Nama Anggota :
Friscilla Aprillia (7111191047)
Fanny Shinta (7111191057)
Afina (7111191059)
Mercelina Aquaris (7111191062)
Viani Putri Malya (7111191068)
Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan narkoba atau NAPZA adalah suatu pola perilaku di mana seseorang menggunakan obat-obatan
golongan narkotika, psikotoprika, dan zat aditif yang tidak sesuai fungsinya. Penyalahgunaan NAPZA umumnya
terjadi karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi, yang kemudian menjadi kebiasaan. Selain itu, penyalahgunaan
NAPZA pada diri seseorang juga bisa dipicu oleh masalah dalam hidupnya atau berteman dengan pecandu
NAPZA.
Terdapat 4 kelas obat yang paling sering disalahgunakan, yakni:
Halusinogen, seperti lysergic acid diethylamide (LSD), phencyclidine dan ecstasy (inex). Efek yang dapat timbul
dari penyalahgunaan obat halusinogen beragam, di antaranya adalah halusinasi, tremor, dan mudah berganti emosi.
Depresan, seperti diazepam, alprazolam, clonazepam, dan ganja. Efek yang ditimbulkan dari penyalahgunaan obat
depresan adalah sensasi rileks dan mengalihkan stres akibat suatu pikiran.
Stimulan, seperti dextroamphetamin, kokain, methamphetamine (sabu), dan amphetamin. Efek yang dicari atas
penyalahgunaan obat stimulan adalah bertambahnya energi, membuat penggunanya menjadi fokus.
Opioid, seperti morfin dan heroin yang sebenarnya adalah obat penahan rasa sakit, namun digunakan untuk
menciptakan rasa kesenangan.
Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan narkoba atau NAPZA umumnya terjadi karena adanya rasa ingin tahu yang tinggi. Di sisi
lain, kondisi ini juga dapat dialami oleh penderita gangguan mental, misalnya gangguan bipolar atau
skizofrenia. Seseorang yang menderita gangguan mental dapat lebih mudah menyalahgunakan NAPZA
yang awalnya bertujuan untuk meredakan gejala yang dirasa.
Selain rasa ingin tahu yang tinggi dan menderita gangguan mental, terdapat pula beberapa faktor lain yang
dapat meningkatkan risiko seseorang melakukan penyalahgunaan NAPZA, antara lain:
•Memiliki teman yang seorang pecandu NAPZA.
•Mengalami masalah ekonomi.
•Pernah mengalami kekerasan fisik, emosi, atau seksual.
•Memiliki masalah hubungan dengan pasangan, kerabat, atau keluarga.
Fase dan Gejala Penyalahgunaan NAPZA
Ketika penyalahgunaan NAPZA tidak dihentikan dan terjadi terus-menerus, hal itu dapat menyebabkan
kecanduan. Pada fase ini, gejala yang dirasakan dapat berupa:
•Keinginan untuk menggunakan obat terus-menerus, setiap hari atau bahkan beberapa kali dalam sehari.
•Muncul dorongan kuat untuk menggunakan NAPZA, yang bahkan mampu mengaburkan pikiran lain.
•Seiringnya berjalannya waktu, dosis yang digunakan akan dirasa kurang dan muncul keinginan untuk
meningkatkannya.
•Muncul kebiasaan untuk selalu memastikan bahwa NAPZA masih tersedia.
•Melakukan apa pun untuk mendapatkan atau membeli NAPZA, bahkan hingga menjual barang pribadi.
•Tanggung jawab dalam bekerja tidak terpenuhi, dan cenderung mengurangi aktivitas sosial.
•Tetap menggunakan NAPZA meski sadar bahwa penggunaan NAPZA tersebut memberikan dampak buruk
pada kehidupan sosial maupun psikologis.
•Ketika sudah tidak memiliki uang atau barang yang dapat dijual, pecandu NAPZA mulai berani melakukan
sesuatu yang tidak biasa demi mendapatkan zat yang diinginkan, misalnya mencuri.
•Melakukan aktivitas berbahaya atau merugikan orang lain ketika di bawah pengaruh NAPZA yang digunakan.
•Banyak waktu tersita untuk membeli, menggunakan, hingga memulihkan diri dari efek NAPZA.
•Selalu gagal saat mencoba untuk berhenti menggunakan NAPZA.
Ketika penderita telah mencapai fase kecanduan dan mencoba untuk menghentikan penggunaan, dia akan
mengalami gejala putus obat atau sakau. Gejala putus obat itu sendiri dapat berbeda-beda pada tiap orang,
tergantung keparahaan dan jenis NAPZA atau narkoba yang digunakan. Apabila NAPZA yang digunakan adalah
heroin dan morfin (opioid), maka gejalanya dapat berupa:
•Hidung tersumbat.
•Gelisah.
•Keringat berlebih.
•Sulit tidur.
•Sering menguap.
•Nyeri otot.
Setelah satu hari atau lebih, gejala putus obat dapat memburuk. Beberapa gejala yang dapat dialami adalah:
•Diare.
•Kram perut.
•Mual dan muntah.
•Tekanan darah tinggi.
•Sering merinding.
•Jantung berdebar.
•Penglihatan kabur/buram.
Sedangkan apabila NAPZA yang disalahgunakan adalah kokain, maka gejala putus obat yang dirasakan dapat
berbeda. Beberapa di antaranya adalah:

•Depresi.
•Gelisah.
•Tubuh terasa lelah.
•Terasa tidak enak badan.
•Nafsu makan meningkat.
•Mengalami mimpi buruk dan terasa sangat nyata.
•Lambat dalam beraktivitas.
Fase kecanduan terhadap penyalahgunaan NAPZA yang terus dibiarkan, bahkan dosisnya yang terus
meningkat, berpotensi menyebabkan kematian akibat overdosis. Overdosis ditandai dengan munculnya gejala
berupa:
•Mual dan muntah.
•Kesulitan bernapas.
•Mengantuk.
•Kulit dapat terasa dingin, berkeringat, atau panas.
•Nyeri dada.
•Penurunan kesadaran.
Diagnosis Penyalahgunaan NAPZA
Diagnosis penyalahgunaan NAPZA atau narkoba, terutama jika sudah mencapai fase kecanduan, akan
melibatkan psikiater. Kriteria yang ada pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5)
digunakan psikiater sebagai salah satu dasar diagnosis.
Diagnosis juga dapat menggunakan serangkaian tes, seperti tes urine atau darah. Selain untuk mendeteksi zat
yang terkandung di tubuh, tes-tes tersebut juga digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan pasien secara
menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai