PERSFEKTIF SOSIOLOGI
Pandangan Perkembangan Anak
Secara Tradisional
• Fokus pada perkembangan individual seperti tumbuh
menjadi lebih tua.
• Masa kanak-kanak digambarkan secara biologis.
• Masa kanak-kanak dibagi ke dalam tahap-tahap yang
relatif tetap secara universal.
• Pikiran dan perilaku anak dinilai sebagai bagian proses
menuju masa dewasa.
• Anak-anak dipandang deficient (tidak sempurna) dari
sudut kapabilitas orang dewasa.
• Anak-anak ‘dicetak’ melalui proses sosialisasi orang
dewasa.
Nilai-nilai, kepercayaan,
dan kebijakan publik
Teman-teman,
tetangga, sekolah, dll
Keluarga
Anak
• Anak terkait dgn jaringan internal-kepribadian anak,
minat dan aktivitas anak terkait dengan interaksi anak
dengan jaringan atau sistem sosialnya
• Jaringan menyediakan konteks untuk aktivitas,
pengembangan serta sumber-sumber sosial, dukungan,
nilai-nilai dan kebijakan
• Jaringan pertama bg anak adalah keluarga
• Relasi sosial – relasi resiprokal
• Jaringan anak bervariasi, ukuran, struktur, dan fungsi
James and Prout (1990: 8 -9)
dalam Hill (1997: 12)
• Childhood is socially constructed, i.e. it is not
‘natural’, but shaped in crucial ways by the
cultural and structural context,
• Children’s social relationship and cultures are
worthy of study in their own right,
• Children are not passive subjects of social
structures and processes, but actively contribute
to their own social worlds, and
• Childhood is differentiated by factors like
gender, ethnicity and class.
James Prout
Childhood is socially constructed, i.e. it is not
‘natural’, but shaped in crucial ways by the
cultural and structural context,
(padang pandai berusaha, jawa kerja keras,
sunda manja)
PRACTICE (Praktek)
– Non-discrimination (tanpa diskriminasi)
– Best interests (kepentingan terbaik)
– Participation (partisipasi)
Perspektif Sosiologis
• Dinamika sosial
• Dinamika budaya
• Dinamika ekonomi
• Dinamika politik
Dinamika Sosial
• Relasi anak dengan orang dewasa sering
bersifat hierarkis yang cenderung berujung pada
eksploitasi.
• Anak dianggap ‘milik’ orangtua (power yang tidak
sebanding antara orang dewasa terhadap anak).
• Proses diferensisasi sosial mengakibatkan
beralihnya tugas-tugas orangtua terhadap anak
pada institusi sehingga relasi sosial dan
emosional keduanya menurun.
Dinamika Sosial (lanjutan)
• Riwayat kekerasan masyarakat cenderung
menurun pada anak, terutama jika anak
mengalaminya. Jika tersimpan lama, tanpa
rehabilitasi sosial, cenderung menyebabkan
praktek kekerasan berlanjut.
• Kemiskinan merupakan faktor dominan
permasalahan anak. Anak kehilangan hak-
haknya dan muncul masalah lebih serius.
• Akses pendidikan masih dianggap sulit bagi
sebagian masyarakat.
Dinamika Budaya
• Anak adalah harapan bangsa, penerus generasi
bangsa, penyambung keturunan/keluarga.
• Anak dipandang sebagai manusia yang lemah,
“belum jadi”.
• Anak adalah sosok yang pasif, tanpa suara, dan
hanya diminta untuk menurut saja.
• Anak dianggap sosok yang irrasional (belum
mampu berpikir dan bertindak secara rasional),
sehingga tidak perlu terlibat dari “pergaulan”
orang dewasa.
• Budaya anak bekerja dan membantu orangtua.
Dinamika Ekonomi
• Dunia kerja sebagai faktor penarik anak-anak
terlibat dalam dunia kerja untuk mengatasi
kemiskinan.
• Tenaga kerja anak menguntungkan: dibayar
rendah, menurut, tidak menuntut, dan dapat di
PHK kapan saja.
• Pekerja anak: perbudakan modern?
• Kapitalisme mendorong kejahatan kemanusiaan
seperti dalam perdagangan anak.
Dinamika Politik
Politik fokus pada distribusi dan alokasi power. Tidak
hanya soal ketatanegaraan, tetapi juga di keluarga,
ayah dan anak, dosen dan mahasiswa, dst.
Power anak tidak sebanding dengan orang dewasa
dalam aspek kehidupan apapun: dalam kepartaian
maupun proses-proses politik, pemerintahan,
maupun di keluarga.
Anak hanya penggembira pada saat kampanye atau
hanya menuruti keputusan orangtua.
Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih berumur 17 - 18
tahun sekitar 8% dari jumlah pemilih.
Dinamika Politik (lanjutan)
Menurut KHA, anak mempunyai hak bersuara dan
berpartisipasi, termasuk terlibat dalam politik, sesuai
dengan kematangannya.
Segala keputusan yang menyangkut orang dewasa
wajib memperhatikan pandangan anak, terutama
yang menyangkut kepentingan mereka.
Advokasi jilid kedua untuk propinsi dan kabupaten
mengenai kesejahteraan dan perlindungan anak.