Anda di halaman 1dari 33

Teknik pembalutan dan

pemasangan bidai
Kelompok : 2
1. Afnan Yus
2. Ghina Anastasya
3. Husnatun Nadia
4. Muizzatul A’la
5. Nurul Amalia
6. Nurul Magfirah
7. Reska Asnita
8. Siti Maisarah
PEMBIDAIAN
A. PENGERTIAN
Memasang bidai adalah memasang alat
untuk immobilisasi atau
mempertahankan kedudukan tulang yang
patah.
(Krisanty, 2009).
B. TUJUAN

1.  Memobilisasi fraktur dan


dislokasi
2.  Mengistirahatkan anggota
badan yang cedera
3.  Mengurangi rasa sakit
4.  Mempercepat penyembuhan
C. INDIKASI
1.  Adanya fraktur terbuka dan tertutup
2.  Adanya kecurigaan terjadinya fraktur.
Tanda adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada
salah satu bagian tubuh ditemukan :
a. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat
b. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
c. Bengkak
d. Perubahan bentuk / deformitas
e. Nyeri
f.  Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
g.  Kram otot di sekitar lokasi
3.  Dislokasi persendian
D. Alat dan Bahan
1.  Spalk / Bidai dengan ukuran
sesuai
kebutuhan
2.  Elastic verban
3.  Peniti
4.  Pelindung diri
(masker/sarung tangan)
 
E. Tipe tipe Bidai
1. Bidai rigid
adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik,
aluminium atau bahan lainnya yang keras.
Sebelum di pakai, bidai harus dilapisi terlebih
dahulu.
2.  Bidai soft adalh bidai dari bantal, selimut,
handuk, atau pembalut atau bahan yang lunak

lainnya
3.  Bidai traksi adalah bidai yang digunakan untuk
immobilisasi ujung tulang yang patah dari
fraktur femur, sehingga dapat terhindari
kerusakan.
F. Prinsip Pembidaian
a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang
mengalami cedera atau pada persangkaan
patah tulang
b. Jika dilakukan pada fraktur, pembidaian harus
melewati minimal 2 sendi yang berbatasan
c.  Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus
memfiksasi sendi tersebut beserta tulang di
sebelah distal dan proksimalnya
f. Prosedur Pembidaian
1.  Bidai harus meliputi 2 sendi diatas dan dibawah letak fraktur,
sebelum dipasang diukur telebih dahulu pada anggota badan yang tidak
sakit
2.  Ikatan jangan terlalu ketat atau jangan terlalu kendor     
3.   Ikatlah bidai dari distal ke proksimal
4.   Buatlah simpul ikatan pada sisi lateral agar mudah dibuka
kembali         
5.  Bidai dibalut/dilapisi sebelum digunakan
6.  Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah
tempat yang patah
7.   Jika mungkin, naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai
8.   Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainya
perlu dilepas
9.  Pengikatan selalu dilakukan diatas bidai atau pada sisi yang
tidak cedera, jika kedua kaki bawah megalami cedera,
pengikatan dilakukan di depamn dan di antara bagian yang cedera
10.  Dapat dilakukan fiksasi terhadap bagian tubuh yang masih
sehat dengan ikatan delapan atau ikatan melingkar biasa
11.  Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan
sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit distalnya
12.  Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa
pembalut tidak terlalu kencang akibat pembengkakan dari
jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada  bagian
lekuk tubuh seperti leher, lutut, dan pergelangan kaki jika
diperlukan lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari
kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah tulang yang patah,
traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah
hingga ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
Tujuan
1.  Menutup luka
2.  Melakukan tekanan
3.  Mengurangi / mencegah
pembengkakan
4.  Membatasi pergerakan
5.  Mengikat bidai
PEMBALUTAN
Pembalutan adalah penutupan
suatu bagian tubuh yang cedera
dengan bahan tertentu dengan
tujuan tertentu
Hal yang perlu diperhatikan
1.  Perhatikan wajah korban pada saat membalut
2.  Jaga balutan agar tidak mengendor dan bergeser
3.  Jangan membalut terlalu erat agar tidak
mengganggu sirkulasi darah ke distal
4.  Sedapat mungkin lakukan pembalutan pada saat
korban berbaring atau dalam keadaan rileks
5.  Jangan sentuh luka atau mengeluarkan sesuatu
dari luka, kecuali kontaminan kecil yang dapat
dikeluarkan
6.   Dalam usaha mencegah pergesekan dan ketidaknyamanan
pada kulit gunakan bantalan lunak sebelum melakukan
pembalutan
7.   Apabila dalam pembalutan harus melepas pakaian korban,
maka :
a.   Dahulukan melepas pakaian korban pada bagian tubuh
yang sehat, lau dilanjutkan dengan bagian yang sakit
b.   Apabila sulit buka jahitan pakaian atau gunting pakaian
korban
c.    Berhati-hatilah jika harus melepas sepatu korban dan
jangan ditarik jika diperkirakan terjadi patah tulang,
karena sepatu juga dapat berfungsi sebagai pembidai
Alat dan Bahan
1.  Alat pelindung diri (Sarung tangan)
2.  Mitella
3.  Elastis verban
4.  Kassa gulung
5.  peniti
Prinsip pembalutan
1.   Balutan harus rapi dan menutup luka
2.   Balutan tidak terlalu longgar karena pembalutan akan
bergeser terutama pada bagian yang bergerak. Tetapi juga
tidak terlalu kencang karena dapat mengganggu peredaran
darah atau menyebabkan nyeri. Periksa tiap 15 menit untuk
mengetahui apakah balutan terlalu kencang dengan
memeriksa bagian distal anggota tubuh yang dibalut
(pucat/sianosis, nyeri yang timbul setelah dibalut, teraba
dingin, terasa baal dan kesemutan (parestesi)
3.   Simpul balutan yang rata agar tidak menekan kulit dan
simpul balutan dilakukan pada sisi yang tidak mengalami
injury.
Prosedur Tindakan
1.  Pembalutan kepala dengan mitella
a.  Lipatan bagian alas segitiga 2 cm sebanyak 2
kali
b.  Letakkan alas sisi segitiga dibelakang
kepala, kemudian kedua sudut ditarik kedepan
sedangkan puncuk segitiga berada didahi
c.  Kedua sudut tarik kearah dahi dan ikat
kedua sudut
d.  Sudut puncak segitiga yang berada
didepan kepala ditarik keatas dan dipasang
peniti diatas simpul/ dimasukkan kedalam
simpul
 
b.  Lipat alas segitiga 2 cm. Letakkan pada bahu/
lengan atas yang sakit, puncak segitiga
letakkan dibawah pembalut pita pada bahu
c.  Sudut alas segitiga diikat pada lengan
d. Tarik puncuk segitiga lipat kedepan, sehingga
pembalut pita ada di dalamnya, kemudian
pasang peniti.
2.  Pembalutan bahu dengan mitella
a.  Buat pembalut dasi, pasang pada bahu
yang cedera dan ikat didepan ketiak yang
tidak sakit
3.   Pembalutan dada dan punggung dengan mitella
a.  Membalut dada:
1)   Lipat alas segitiga 2 cm, letakkan segitiga
pada dada, alas segitiga berada dibawah
mammae, sedangkan puncaknya disalah
satu bahu
2)   Kedua sudut alas segitiga ikat pinggang
bagian belakang, salah satu sudut buat sisa
agak panjang
3)   Puncak segitiga tarik kebelakang
kepunggung, sehingga bertemu dengan
sisa sudut alas segitiga dan ikat
b. Membalut punggung
1.  Lipat alas segitiga 2 cm, letakkan segitiga
pada punggung pasien,dengan alas segitiga
berada di pinggang, sedangkan puncaknya
berada disalah satu bahu
2.  Kedua sudut alas segitiga ikat di bawah
mamae
3.  Puncak segitga ditarik kedepan kearah
dada, sehingga bertemu dengan sisa sudut
alas segitiga dan ikat dipunggung.
b.  Segitga membungkus siku, letakkan alas
segitiga pada siku dekat badan dan
puncak segitiga bertemu dengan alas
segitiga
c.  Kedua sudut alas segitiga diputar pada
lengan
d.  Kedua sudut di buat simpul
4.  Pembalutan siku dengan mitella
a.  Posisi siku fleksi membentuk sudut 45
derajat
5. Cara menggendong lengan dengan mitella

a.  Tekuk siku yang cedera 45 derajat


b.  Letakkan bagian alas segitiga pada telapak
tangan salah satu sudut alas segitiga dikiri
leher lalu ke belakang leher dan sudut puncak
segitiga berada disiku
c.  Sudut alas segitiga yang satunya ditarikkearah
kanan leher lalu ke belakang, sehingga tangan
berada dalam mitella dan bua simpul
dibelakang leher. Selanjutnya sudut puncak
segitiga dipasang peniti
6.  Pembalutan telapak tangan dengan mitella
a. Bentangkan mitella pada TT/ meja
periksa, letakkan telapak tangan diatas,
kemudian puncak segitiga dilipat diatas
tengan, sehingga berada pada
pergelangan tangan
b. Kedua sudut segitiga lipat menyilang
c. Putar kedua sudut segitiga dan buat
simpul di pergelangan tangan
7.  Pembalutan pinggul dengan mitella
a.   Pasang pembalut dasi pada pinggang
b.   Lipat alas segitiga 2 kali, pasang alas
segitiga pada pangkal paha lalu ikat,
sedangkan puncak segitiga
kaitkan dengan pembalut dasi pada
pinggang
c.   Sudut puncak segitiga tarik ke bawah,
kemudian penitikan
8.  Pembalutan kaki dan telapak kaki dengan
mitella
a.  Bentangkan pembalut segitiga, letakkan
kaki yang cedera diatasnya, lipat sudut
puncak segitiga kearah pergelangan kaki
b. Lipat segitiga dekat jari kaki
c. Ikat dengan arah menyilang pada
pergelangan kaki
d. Pertemukan kedua sudut dan buat simpul
pada pergelangan kaki
9. Pembalutan lutut dengan
mitella
a.   Lipat-lipat sisi alas segitiga kira-kira
setengah tinggi kain segitiga
b.   Letakkan ujung puncak segitiga di sebelah
atas dari lutut (kearah paha)
c.   Sisi alas yang dilipat-lipat harus berada dibawah
bagian lutut, pinggir alas dirapatkan masing
masing ke dua ujungnya kiri dan kanan menuju ke
bawah lipatan lutut
d.  Kedua ujung alas segitiga disilangkan,
kemudian
masing masing ujungnya tarik kearah atas/
ujung paha
e. Buat simpul, sehingga seluruh lutut tertutup
10.  Pembalutan tumit dengan mitella
a    Lipat-lipat sisi alas kain segitiga
sampai 2/3 tinggi kain segitiga
b.  Letakkan pinggir alas yang sudah
dilipat-lipat pada pangkal tumit / kearah telapak
kaki dan ujung puncak segitiga berada
dibelakang betis menutupi tumit
c.   Ujung sudut alas segitiga yang dipangkal tumit, masing-
masing ditarik ke arah atas menuju ke punggung
pergelangan kaki, lalu buat silang, kemudian masing-
masing ditarik kearah tumit sebelah atas dan keduanya
bertemu dengan menindis puncak segitiga dipersilangkan
d.   Boleh dibuat simpul disitu atau masing-masing
diteruskan kembali menuju punggung pergelangan kaki,
kalau ujung segitiga masih panjang, diteruskan ke bawah
menuju ke pangkal tumit, lalu buat simpul
(Krisanty,2009).

Anda mungkin juga menyukai