Anda di halaman 1dari 74

PENDUKUNG

NEURALGIA KRANIAL
DAN OROFACIAL
• Anatomi wajah dan orofacial
• Trigeminal Neuralgia
• Glossofaringeal neuralgia
• Nervus intermedius (facial nerve) neuralgia
• Occipital neuralgia
• Optic neuritis
• Headache attributed to ischemic ocular motor nerve palsy
• Tolosa hunt Syndrome
• Paratrigeminal oculowympthetic Reader) syndrome
• Recurrent painful opthalmoplegic neuropathy
• BMS (Burning Mouth Syndrome)
• PIFP (Persistent Idiopathic Facial Pain)
• Central neuropathic pain (Central Post Stroke Pain), MS)
• PDAP (Persistent Dental Aveolar Pain)
• PTTN (Post Traumatic Trigeminal Neuropathy)
SPLANCHNOCRANIUM / viscerocranium ( Tulang Wajah )

Tulang yang berpasangan :


•Os. Nasale : Tulang Hidung
•Os. Lacrimale : Tulang airmata
•Os. Zygomaticum : Tulang pipi
•Os. Palatinum:Tulang langit-lagit
•Os. Maxilla : Tulang rahang atas
•Os. Choncha nasalis inferior : Tulang
yang ada di dalam hidung
•Tulang yang tidak berpasangan
•Os. Vomer
•Tulang Tersendiri
•Os. Mandibula
Otot-Otot Wajah
• Otot-otot wajah terletak pada facia superfasialis .
• Otot-otot wajah berorigo di tulang wajah dan berinsersio di kulit .
• Nervus yang mempersyarafi otot-otot wajah adalah N.VII (Nervus Fasialis)
• Otot-otot wajah di kelompokan dalam beberapa kelompok sesuai dengan
fungsinya, yaitu :
1. Disekitar Scalp
2. Disekitar Orbita (Mata)
3. Disekitar Nasal (Hidung)
4. Disekitar Oral/Oris(Mulut)
5. Disekitar Auricular/Auris (Telinga)
1. Disekitar Scalp :
- m . frontalis
Menggerakkan kulit kepala dan
menciptakan kerut miring di dahi.

- m. Occpitalis 
 Venter frontalis : Menggerutkan dahi
; menaikan alis

 Venter Occipitalis : Menggerakan


scalp ke belakang
2. Disekitar Orbita (mata)
- m . orbicularis oculi  otot yang
mengelilingi mata berfungsi untuk
menutup mata

- m . Corrugator Supercilli  otot yang


berfungsi untuk mengkerutkan dahi/alis
kearah medial(kerutan vertikal)
3. Disekitar Nasal (Hidung)
• - m. Nasalis  otot yang fungsinya
untuk menarik ala nasi (lubang hidung)
kearah septum ; m. Nasalis terdiri dari 2
yaitu ada pars tranversa & pars alaris
yang fungsinya, untuk pars tranversa
untuk membuka lobang hidung dan pars
alaris untuk mengecilkan lobang hidung
• - m.Procerus  otot yang berfungsi
untuk megerutkan dari ke arah horizontal
• - m . Depressor septinasi 
menyempitkan lubang hidung
( membantu kerja pars alaris), menarik
septum kearah bawah
4. Disekitar Oral/Oris (mulut)
- Kelompok otot-otot superior : • - m . Orbicularis oris  otot yang befungsi untuk menutup
mulut dan bersiul
•M. Risorius  menarik sudut bibir kesamping (meringis)
•M.Zygomaticus mayor  menarik sudut bibir ke arah tulang • - m. Buccinator  letak otot ini lebih dalam dari orbicularis
zygomaticum (senyum) oris dan berfungsi untuk mengembung dan mengeluarkan
•M. Zygomaticum minor  mengangkat/menarik bibir atas udara dari bibir (meniup balon)
•M. Levator labii superior  untuk menghasilkan ekspresi sedih
•M. Levator labii alaque nasi  untuk gedein lobang idung
•M. Levator anguli oris  untuk mengangkat sudut bibir, bibir
bagian atas dan melebarkan lubang hidung

-Kelompok otot-otot Infeior :


•M.Depressor angularis  menarik sudut bibir kearah bawah
lateral
•M. Depressor labii inferior  menurunkan bibir bawah (labium
inferior) dan menarinya kearah lateral
•M.Mentalis  mengangkat dan memajukan bibir bawah yang
dapat menyebabkan dagu mengkerut
5. Disekitar Auricular/Auris (Telinga)
-

m. Auricularis Superior 
menarik (ke belakang) dan
mengangkat telinga
m. Auricularis Anterior 
mengangkat dan menarik telinga ke
depan

m. Auricularis Posterior  menarik


(ke belakang) dan mengangkat teli
Saraf Sensorik N. trigeminus
N . V1(ophtalmicus) N .V2 (Maxillarus) N . V3(Mandibularis)

• N.Supraorbitalis • R.Zygomaticotemporalis(Bagian • N.auriculotemporalis(Meatus


kecil anterior dari region acusticus internus , permukaan
• N.Supratrochlearis temporalis) membrane tympani , sebagian
• (Kelopak mata atas ,frontalis dan area temporal )
scalp) • R. Zygomaticotemporalis (Sedikit
area di atas os zygomaticum) • N.buccalis(Area buccalis )
• N. Infratrochlearis(Separuh
medial kelopak mata atas , kulit • N.Infraorbitalis (kelopak mata • N.Mentalis (Kulit dan membrane
sudut medial dan sisi hidung) atas ,region buccalis , sisi hidung mukosa labium inferius & dagu )
dan labium superius
• N.Lacrimalis(Sebagian sudut
lateral kelopak mata atas)

• R.Nasalis Exterus (Anterior


hidung)
Persarafan Motorik
Persarafan motorik pada wajah di persarafi oleh N.Facialis (VII) yang keluar dari foramen
stylomastoideum untuk mempesyarafi wajah .
Percabangan N.Facialis (VII) :
- N.Auriclaris Posterior (dibelakang auricula)
- Cabang/Ramus Temporofacialis (kelenjar parotis)
- Cabang/RamusCervicofacialis (kelenjar parotis)

Didalam kelenjar parotis bercabang :


• Rr. Temporales (Regio temporal, regio frontal , supraorbita)
• Rr.Zygomatici (nasal sisi lateral dan labium superius)
• Rr. Buccales (Regio buccal , labium superius , angulus oris)
• Rr.Marginales mandibulae (labium inferius dan dagu / mental)
• Rr. Coli (Platysma)
Pembuluh Darah Wajah

Suplai darah ke wajah semua berasal dari •A.Ophthalmica(Asalnya dari


cabang-cabang A.Carotis Externa : percabangan A.carotis interna)
•A.Facialis (Suplai utama darah ke regio ,Memiliki cabang :
facialis ), memiliki cabang : o A. Zygomaticfacialis (Suplai darah ke
o A. Labalis Superior daerah Zygomaticum)
o A. Labalis Inferior o A. Zygomaticotemporalis(Suplai
o Ramus Lateral Nasi
o A. Angularis (Cabang terakhir dari A.Facialis) darah ke daerah Zygomaticum)
•A. Transversa Facialis , Memiliki cabang : o A. Dorsalis nasi (Suprai darah ke
o A. Temporalis Superficialis dorsum nasi )
•A. Maxillaris , memiliki cabang :
o A.Infraorbitalis (Suplai kelopak mata bawah •Lalu untuk pembuluh darah balik
danLabium superius) menuju ke V.Jugularis Interna
o A. Bucalis (Mensuplai area buccal)
o A.Mentalis (Suplai area mentalis )
Pain generators

o Head
-meninges
- skull & scalp
- nerves
- trigeminal (V)
- C2-3 (GON/LON)
o Orofacial
- sinuses
- TMJ, ear
- teeth, nerves

o Neck & shoulders


Red flags
T.I.N.T

o Tumour
o Temporal arteritis
o Intracranial pressure
o Infection
o Neurovascular
o Trigeminal
o Trauma
DEFINISI NYERI
• Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau
yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut
• Nyeri neuropatik didefinisikan sebagai “nyeri yang disebabkan
atau diawali oleh lesi primer atau disfungsi pada sistem saraf”.
• Empat proses tersendiri
• Tranduksi
• Transmisi
• Modulasi
• Persepsi
Nyeri muncul ...
Jika ada gangguan keseimbangan

1. Stimulasi neurotransmiter
- eksitatorik glutamat, CCK, substansia P meningkat
- inhibitorik GABA glisin, DA, 5-HT, noradrenalin menurun

2. Jumlah dan sensitivitas reseptor opioid


- menurunnya reseptor opioid

Eksitatorik Inhibitorik
Beberapa neurotransmiter yang berperan pada
nyeri
- serotonin (5-HT)
- GABA
- glutamat
- substansi P (SP)
- peptida opioid
Transduksi
• adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
• Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu
serabut A-beta, A-delta, dan C.
• Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non
noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau
nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C.
Transmisi
• Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju
kornu dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik
menuju otak.
• Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari
sinyal elektrik dan kimiawi.
• Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya
berhubungan dengan banyak neuron spinal.
Modulasi
• Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain
related neural signals).
• Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan
mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid
seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis.
• Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks
frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain)
dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis.
• Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan
penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
Persepsi
• Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri.
• Persepsi merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi,
aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya.
• Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri.
• Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas
dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara
potensial merusak.
• Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari
syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2006)
Orofacial Pain
Orofacial pain
• Nyeri orofasial neuropatik Nama lain "Odontalgia Atipik (OA)" dan "nyeri gigi
fantom“
• Nyeri gigi hebat dan menetap, sedang tanda-tanda kelainan klinis dan
radiografik tidak didapatkan.
• Oleh sebab itu berbagai tindakan dokter gigi untuk menghilangkan
penyebab nyeri tidak berhasil sehingga nyeri yang dirasakan penderita
menetap (Vickers & Cousins, 2000).
• Pemeriksaan mulut: mukosa mulut, gingiva, lidah dan palatum untuk
mencari adanya abrasi pada mulut, infeksi, pertumbuhan yang dicurigai
keganasan, perdarahan dan ulserasi. Harus dipastikan pula adanya maloklusi
sebagai kausa nyeri (Horowitz et.a/, 2004).
Orofacial pain
Harus diperiksa radiografi intra oral untuk karies gigi, kelainan pada
pulpa gigi, periodontium, tulang alveolaris, jaringan gingiva, infeksi
apeks radiks, fraktur radiks tersembunyi subgingival, dan gigi
berdesakan atau gigi tidak tumbuh (Horowitz, et.al. 2004), sedang pada
kasus intraktable perlu periksaan CT scanning atau MRI, untuk mencari
kemungkinan adanya lesi struktural penyebab lesi N IX (Meliala et. a/,
2000).
Orofacial pain
• Gejala klinis Neuralgia glosofaringeal ditandai dengan nyeri dalam (deep
pain) yang dirasakan di tenggorokan, terutama sewaktuu menelan.
Nyeri dapat menjalar sampai bagian dalam telinga. Diyakini sebagai
akibat kompresi vaskular pada N IX dan fasikulus N X (Horowitz et.al,
2004).
• Beberapa ciri khas
1) penderita mempunyai derajat stres dan kecemasan yang tinggi
2) ada tendensi toleransi atau ketergantungan terhadap obat
3) ada ketergantungan terhadap keluarga, teman dan dokter
4) kehilangan rasa percaya diri apatis dan menarik diri
5) mudah marah.
Orofacial Pain
• Komorbiditas psikiatris kadang ditemukan pada penderita kronik. Masih
dilakukan studi mendalam adanya kaitan antara gangguan depresi dan
kecemasan dengan keadaan nyeri kronik (Israel & Scrivani, 2000).
• Beberapa hal yang dapat menyebabkan nyeri orofasial kronik antara lain:
1) nyeri neurogenik (misalnya neuralgia trigeminal atau neuralgia post herpetik)
2) nyeri kepala primer (misalnya migren, nyeri kepala kluster atau arteritis kranialis)
3) nyeri berasal intra kranial (misalnya neoplasma atau aneurisma)
4) nyeri berasal intra oral (misalnya penyakit-penyakit gigi atau mucosa mulut)
5) nyeri berasal dari organ di dekatnya (misalnya penyakit pada telinga, sinus paranasalis
atau kelenjar ludah)
6) nyeri karena penyakit muskuloskeletal (misalnya nyeri tempore mandibular akibat
osteoartritis, sinovitis, neoplasma, miofasial)
7) nyeri psikogenik (anxietas, depressi, post traumatic stress disorder) (Israel & Scrivani,
2000)
Orofacial Pain (patofisiologi)
• Nyeri orofasial dengan mekanisme dasar Nyeri Muskuloskeletal (NM) dan
nyeri orofasial dengan mekanisme dasar Nyeri Neuropatik (NN).
• NM biasanya nyeri dirasakan sebagai nyeri dalam, konstan, tumpul dan
khas dirasakan seperti diikat atau seperti ditekan, bisa menyebabkan
depresi NM di daerah kepala, leher dan muka yang tersering adalah nyeri
miofasial.
• Tanda terpenting pada nyeri miofasial adalah adanya titik picu (TP).
• TP adalah nodulus terlokalisir yang nyeri tekan. Otot yang ditempati TP
miofasial aktif, daerah geraknya berkurang. Jika diprovokasi, TP miofasial
akan menimbulkan nyeri yang menjalar sampai jauh dari asal TPnya.
Orofacial Pain (patofisiologi)
• NN adalah akibat dari abnormalitas jaringan saraf.
• Manifestasi nyeri neuropatik ini diatur oleh mekanisme pada trigeminal brain stem complex
yang dikenal sebagai neuroplastisitas sentral.
• Jika neuroplastisitas sentral ini memanjang, hasilnya adalah keadaan kronik atau nyeri
patofisiologik.
• Efek terpenting dari neuroplastisitas sentral adalah hipereksitabilitas dari neuron-neuron di
batang otak trigeminal yang disebut sebagai sensitisasi sentral.
• Konsekuensi klinik dari sensitisasi sentral adalah timbulnya alodinia dan hiperalgesia.
• Tanda-tanda umum dari nyeri neuropatik meliputi
(1) adanya nyeri tanpa rangsangan nosisepsi yang jelas
(2) nyeri dapat dirasakan hebat dan tidak sebanding dengan derajat stimulasi
(3) kualitas nyeri hebat, tajam atau seperti terbakar
(4) nyeri relatif tidak responsif terhadap dosis rendah analgetik narkotik. (Conti eta/, 2003)
Trigeminal Neuralgia
Trigeminal neuralgia
Gangguan saraf tepi sebagai penyebab NT didukung oleh klinis berupa:
1. Ditemukannya peregangan atau kompresi nervus V pada NT
2. Ditemukannya malformasi vaskular pada beberapa penderita NT
3. Adanya tumor dengan pertumbuhan yang lambat.
4. Adanya proses inflamasi pada NV.
Trigeminal neuralgia
Mekanisme sentral sebagai penyebab NT didukung oleh data klinis sebagai
berikut.
1. Adanya periode Iaten yang dapat diukur antara waktu stimulus
terhadap trigger point
2. Serangan tak dapat dihentikan apabila sudah berlangsung
3. Setiap serangan selalu diikuti oleh periode refrakter dan selama periode
ini pacuan apapun tidak dapat menimbulkan serangan
4. Serangan seringkali dipicu oleh stimulus ringan yang pada orang normal
tidak menimbulkan gejala nyeri
5. Nyeri yang menyebar keluar daerah yang diberi stimulus.
Trigeminal neuralgia
Deskripsi NT yaitu:
1. Nyeri paroksismal yang berat, pedih/tajam, seperti terkena aliran listrik, yang berlangsung hanya
beberapa detik atau menit. Di antara 2 serangan biasanya ada keadaan bebas nyeri sama sekali,
tapi dapat pula ada rasa nyeri yang ringan dan tumpul.
2. Nyeri terbatas di daerah inervasi nervus trigeminus sesisi, terutama campuran daerah inervasi
N. Maksilaris dan N. Mandibularis. Hanya 4%. kasus yang menderita NT bilateral, tetapi sangat
jarang serangan kanan dan kiri dalam waktu yang bersamaan.
3. NT lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki yaitu hampir 3 berbanding 2 dan sisi kanan
lebih sering daripada sisi kiri.
4. Faktor presipitasi adalah stimulus sensorik terutama di daerah inervasi N. Maksilaris dan N.
Mandibularis yang dapat berupa rabaan, cukur kumis atau janggut, mengunyah, menelan, bicara
dan kadang-kadang kena angin sepoi-sepoi.
5. Dalam pemeriksaan neurologik N. Trigeminus tak menunjukkan kelainan neurologik yang berarti.
NEURALGIA
GLOSSOFARINGEAL
Neuralgia glosofaringeal
• Neuralgia glosofaringeal (NG) adalah bentuk nyeri yang jarang (0,2 - 1,3% dari
nyeri fasial) yang kejadiannya sekitar seratus kali lebih jarang daripada NT.
• Penyakit ini terutama mengenai pasien dengan usia >50 tahun, tetapi
penyebaran jenis kelamin belum diketahui pasti (Korkes, dkk, 2005).
• Deskripsi Nyeri Pada NG Nyeri sepintas, tiba-tiba, berat, bersifat tajam di
daerah telinga, dasar lidah, fossa tonsilaris, atau di bawah sudut rahang
bawah (di daerah inervasi ramus aurikularis N IX)
• Gejala tersebut di atas sering disertai dengan aritmia jantung dan sinkope.
• Bentuk serangan tersebut di atas mirip dengan serangan NT dan yang berbeda
hanya lokasi atau distribusi nyeri .
Neuralgia glosofaringeal
Neuralgia glosofaringeal dibagi atas 2 tipe klinis bergantung pada
distribusi nyeri yaitu
(1) tipe timpanik yang terutama mengenai telinga
(2) tipe orofaringeal yang terutama mengenai daerah orofaring.
Adanya nyeri di telinga adalah karena adanya suplai somatosensorik ke
membran timpani, telinga tengah dan mastoid oleh nervus Jacobson,
cabang dari nervus glosofaringeus di ganglion petrosus.
Neuralgia glosofaringeal
• Neuralgia glosofaringeal sekunder diakibatkan oleh segala kondisi
yang menyebabkan kompresi dan iritasi pada nervus glosofaringeus
dan mengakibatkan hipereksitabilitas neuronal dan neuralgia.
• Penyebab tersering adalah sindrom Eagle atau stialgia, yaitu NG
akibat kompresi saraf karena pemanjangan atau fraktur prosesus
stiloideus atau kalsifikasi ligamentum stiloideus.
• Penyebab lain termasuk tumor sudut serebelopontin, lesi ruang
parafaringeal, karsinoma faring, karsinoma nasofaring, dan AVM di
daerah fossa posterior.
Neuralgia glosofaringeal
• Penentuan titik picu di daerah inervasi N.IX membantu menegakkan diagnosis.
• N.IX berperan dalam regulasi denyut jantung dan tekanan darah maka pada beberapa
penderita N.IX ditemukan adanya aritmia jantung dan sinkope.
• Membantu penegakkan diagnosis dapat dengan blok saraf di foramen jugulare atau
pemberian topikal anestesi di daerah farings pada saat serangan yang akan
menghentikan serangan.
• Terapi :
• Farmakoterapi sama dengan NT Blok saraf maupun anestesi lokal selain berguna untuk diagnosis
dapat pula sebagai terapi.
• Operasi tergantung penyebab yang ditemukan, bila ditemukan kompresi dapat dilakukan
dekompresi.
• Pada keadaan tertentu mungkin perlu dilakukan reseksi ligamentum stilohioideus, rizotomi atau
reseksi (seksi) aspek medial traktus desenden N V dengari akibat hilangnya persepsi nyeri dan
temperatur di daerah faring.
Sindroma Tolosa-Hunt
• Deskripsi Nyeri sedang sampai berat di daerah orbital yang episodik disertai dengan
paralisis salah satu atau lebih N Ill, N IV, dan NV serta nyeri di daerah inervasi NV
cabang 1 atau ke 2, yang dapat sembuh spontan, tetapi dapat relaps kembali.
• Serangan dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan, kontinyu atau
intermitten tanpa faktor pemicu.
• Epidemiologi Jarang, rata-rata usia penderita sekitar 40 tahun dan jumlah penderita
laki-laki maupun wanita sama.
• Etiologi Adanya pembentukan jaringan fibrosa di sinus kavernosus atau sekitarnya
atau vaskulitis venosa.
Sindroma Tolosa-Hunt
• Gejala Klinis Mungkin ditemukan paralisis salah satu atau lebih
diantara N Ill, N IV dan NV pada saat nyeri atau sesudahnya.
• Diagnosis dengan phlebography orbitae bisa ditemukan kelainan
berupa pengecilan diameter dan penyempitan segmental N
V.Oftalmika superior Obstruksi sinus kavernosus
• Laboratorium Kecepatan endap darah meningkat
• Terapi Farmakologik : kortikosteroid dan respon cepat dan bila
resisten dapat diberikan azathioprine
NEURALGIA OKSIPITAL
• Deskripsi Neuralgia oksipital adalah bentuk nyeri kepala yang melibatkan daerah
oksiput posterior sesuai dengan daerah persarafan nervus oksipitalis mayor dan
minor.
• Nyeri dalam dapat seperti ditekan dan kadang-kadang seperti ditusuk, di daerah
sub-oksipital (daerah inervasi C2} dan dapat meluas ke daerah verteks atau daerah
frontoorbital dan muka unilateral. Serangan ireguler dan nyeri kebanyakan berat
pada siang sampai sore hari.
• Epidemiologi Prevalensi dan insidensi belum ada data, wanita lebih banyak dari
laki-laki. Umur saat onset antara 20 tahun, tetapi paling banyak antara 30-40 tahun.
• Etiologi Belum diketahui. Mungkin sehubungan dengan bertambahnya aktivitas
otot-otot servikalis. Hal tersebut dapat terjadi misalnya pada trauma whiplash atau
artritis, fraktur vertebra servikalis, lesi N. Oksipitalis oleh karena trauma dan lain
sebagainya.
NEURALGIA OKSIPITAL
• Gejala Klinis Mungkin ditemukan hipestesi di kulit kepala dan kadang-kadang diikuti oleh
vertigo, tinitus, keluar air mata. Radiasi nyeri ke daerah frontal maupun daerah orbita
mungkin karena adanya overlap input sinap dari N.V dan aferen servikal ke neuron
nukleus kaudalis nervi trigeminalis (trigeminal nucleus caudatus)
• Diagnosis Hanya berdasarkan gejala klinis. Kadang diagnosis dapat ditegakkan dengan
injeksi lokal di titik nyeri yang biasanya terletak di daerah inervasi N. Oksipitalis mayor
atau minor.
• Diagnosis Diferensial Nyeri kepala kluster, tumor fossa posterior servikal atas, hernia
nukleus pulposus servikalis, tumor metastase di basis tengkorak. 150 Scanned for
Compos Mentis Neuralgia Krania/
• Terapi Analgesik NSAID, ajuvan analgesik, injeksi topikal, antidepresan, terapi fisik,
relaksasi, biofeedback (Merkey and Bogduk, 1994; Dubuissou, 1999 Meliala et a/2000;
Barna & Hashmi, 2004).
Neuralgia pasca herpes (NPH)
• Definisi: sebagai nyeri yang dirasakan di tempat penyembuhan ruam,
terjadi pada 9% hingga 15% pasien herpes zoster yang tak diobati,
dengan risiko yang lebih tinggi pada pasien usia tua.
• Gangguan sensorik yang ditimbulkan diperberat dengan rangsangan
pada kulit dengan resultan hiperestesia, hiperalgesia dan alodinia
yang menunjukkan bahwa masukan perifer sebagai faktor yang ikut
memperberat penderitaan yang dialami.
Neuralgia pasca herpes (NPH)
• Nyeri dari herpes zoster akut biasanya hilang dalam waktu 3 minggu.
• Jika nyeri berlangsung selama lebih dari 6 sampai 8 minggu setelah
onset ruam kulit maka diagnosis NPH dapat dipetimbangkan.
• Tiga fase nyeri pad a herpes zoster yaitu
(1) neuralgia herpetik akut (4 minggu)
(2) neuralgia herpetik sub akut (hari ke 30-4 bulan)
(3) neuralgia pasca herpetik (NPH) (bisa bertahun tahun)
Neuralgia pasca herpes (NPH) sign and
symtom
• Nyeri pada PHN sering digambarkan sebagai rasa seperti terbakar, dan kontinu, disayat
(lancinating), disestesia, berdentam (throbbing) atau seperti kram (cramping).
• Fungsi sensorik dapat berubah pada pasien dengan PHN.
• Pada beberapa penelitian ditemukan bahwa hampir semua pasien mempunyai jaringan
parut yang tidak sensitif terhadap nyeri, dengan sensasi abnormal terhadap sentuhan
ringan, nyeri, atau temperatur pada dermatom yang terkena.
• Nyeri biasanya dipicu oleh pergerakan (alodinia mekanik) atau perubahan suhu (alodinia
panas atau dingin).
• Abnormalitas ini mungkin meluas sampai di daerah luar batas erupsi awal. Derajat
defisit sensori juga mungkin berhubungan dengan beratnya nyeri.
• Pasien dengan PHN cenderung mengalami perubahan sensibilitas yang lebih berat
dibanding pasien dengan zoster tanpa neuralgia (Kost & Straus, 1996)
Neuralgia pasca herpes (NPH) patofisiologi
• Nyeri pada herpes zoster diakibatkan oleh perubahan saraf perifer akibat
multiplikasi virus kontinu pada ganglion radiks dorsalis, migrasi cepat virus
sepanjang akson saraf sensorik perifer menuju jaringan kulit dan sub kutan.
• Proses ini menimbulkan respon inflamatorik masif pada daerah yang terkena dan
menyebabkan nyeri.
• Nyeri kemudian berlanjut melalui proses eksitasi dan sensitisasi kontinu terhadap
nosiseptor, neuron aferen primer yang menginervasi kulit dan jaringan sub kutan,
dan berespon secara spesifik untuk menutupi kerusakan jaringan, dimana
nosiseptor menjadi tersensitisasi.
• Proses ini mungkin menjelaskan perbedaan tipe nyeri yang dirasakan oleh pasien,
termasuk discharge spontan, alodinia dan hiperalgesia (Catala & Perrandiz, 1999;
Niv & Maltsman-Tseikin, 2005).
BURNING MOUTH
SYNDROME
INTRODUCTIO
N
• Burning sensations accompany many inflammatory or
ulcerative diseases of the oral mucosa, but the term BMS is
reserved for describing oral burning that has no detectable
cause.
• In burning mouth syndrome, burning sensation of the oral
mucosa with no clinically apparent alterations.
• Burning sensation with no mucosal lesions or neurological
disorders to explain the symptoms.
EPIDEMIOLO
GY
• Women are seven times affected than men
• Affects 2-3% of adults (10-15% of post menopausal women)
• Increasing prevalence with advancing age, especially after
55yrs
• Onset usually 3-12yrs after menopause
• Rare before 30 (40 for men)
• Affects Asians and native Americans more than whites or blacks
CLASSIFICATI
ON
• BMS has been subdivided into three general types, with TYPE
2 being the most common and TYPE 3 being the least
common
• Type 1: symptoms not present upon waking, and then
increases throughout the day
• Type 2: symptoms upon waking and through the day
• Type 3: no regular pattern of symptoms
ETIOPATHOGENE
SIS
• The cause remains unknown, but a number of factors have
been suspected;
• hormonal and allergic disorders
• salivary gland hypo function
• chronic low-grade trauma
• psychiatric abnormalities
• Complication of therapy with ACE inhibitors
CLINICAL
FEATURES
• Mucosal pain
• Burning dorsum of the tongue- highest at the anterior 1/3
• Irritated or raw feeling
• Dysgeusia
• dysesthesia
TREATMENT

• once the diagnosis of BMS has been made by eliminating the


possibility of detectable lesions or underlying medical
disorders, the patient should be reassured of the benign nature
of the symptoms
• Patients with symptoms that are more severe often require
drug therapy.
• The drug therapies that have been found to be the most helpful
are low doses of TCAS, such as amitriptyline and doxepin, or
• A 2-month course of 600 mg daily of alpha-lipoic acid has
been shown to reduce BMSpain
• systemic capsaicin (0.25% capsule 3/d for 30 days)
demonstrated some positive effects on bmS pain intensity.
• burning of the tongue that results from parafunctional oral habits
may be relieved with the use of a splint covering the teeth
and/or the palate.
Painful Post Traumatic Trigeminal
Neuropathy (AFP, PIFP)

• Unilateral facial and/or oral pain


• Usually continuous +/- sharp jolts of pain
• History of trauma to same V nerve branch
• Positive and/or negative neurosensory signs
• (allodynia, hyperalgesia, hypoesthesia etc)
• Equivocal response to LA nerve block
• Varying degree of central & sympathetic involvement
Persistent Dento-Alveolar Pain Disorder
(PDAP)
(Atypical Odontalgia, Phantom tooth pain)

• Continuous variable pain


• Localized to dento-alveolar region – tooth/extrn sites
• Usually multiple (unsuccessful) dental procedures
• No obvious local pathology-clinical/radiography
• Not caused by another disease or disorder
• +/- Sensory abnormalities
• Somatic block equivocal
Anxiety Disorders

Other Conditions

Generalized Anxiety Personality Traits


Okeson, 2003

Malingering or Coping Style


Disorder
Posttraumatic Stress Psychological Factors Maladaptive Health
Behavior
(Psychological Conditions)

Disorder Affecting Med Condition


Anxiety Disorder due to Stress-Related
a Medical Condition
Other Conditions Physiological Response
Axis II

Axis I Axis II
Somatoform Disorders

Undifferentiated
Somatoform Disorder
Diagnosis
Mood Disorders

Depressive Disorder
Conversion Disorder
Bipolar Disorder
Pain Disorder
Mood Disorder due to
a Medical Condition
Hypochondriasis
Chronic Regional
Classification of Orofacial Pains

Sympathetically Maintained Pain

Pain Syndrome
Post Herpetic Neuralgia
Atypical Odontalgia
(Phantom Pain)
Central Mediated Pain
Continuous Pain

Burning Mouth Disorder Herpes Zoster


Peripheral Mediated Pain Neuritic Pain Peripheral Neurits
Deafferentation Pain Traumatic Neuroma
Neuropathic Pain

Metabolic Polyneuropathies
Migraine
Entrapment Neuropathy
Tension-Type
Episodic Pain

Trigeminal Neuralgia Cluster and other TCA


Paroxysmal Neuralgia
Other Neuralgias Other Primary Headache
(Physical Conditions)

Neurovascular Pain Neurovascular Variants


Axis I

Arteritis Pain
Vascular Pain
Carotidynia
Pulpal Pain
Ligamentous Pain
Deep Pain

Visceral Pain
Visceral Mucosal Pain
Retrodiscal Pain
Musculoskeletal Pain Glandular, ENT Pain
Somatic Pain

Capsular Pain
Arthritic Pain
Periodontal Pain
Superficial Pain

Protective Co-Contraction
Mucogingival Pain
Connect. Tissue Pain
Local Muscle Soreness
Cutaneous Pain Osseous Pain Myofascial Pain
TMJ Pain Myospasm
Muscle Pain Central Mediated Myalgia

Anda mungkin juga menyukai