Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH KEBIJAKAN NON

TARIF BARRIER UNI EROPA


TERHADAP PRODUK
PERIKANAN INDONESIA
KELOMPOK 1
1. Nurul Najmi (170810101073)
2. Siti Latifatur Rohmah (170810101125)
Mata kuliah Ekonomi Perdagangan Internasional (D)
Teori Non Tariff Barrier
Hambatan non-tarif (non-tarif barrier) adalah berbagai kebijakan
perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi,
sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional (Dr.
Hamdy Hady).

2
Regulasi kebijakan Hambatan Non Tarif Uni Eropa
Terhadap Produk Perikanan Indonesia
Regulasi yang nantinya dapat menjadi hambatan perdagangan bagi impor produk-produk pangan, termasuk di
dalamnya komoditi perikanan antara lain yaitu :
Tahun Kebijakan Keterangan
Dikeluarkan
2001 EC No 466/2001 tanggal 8 Maret 2001 Tentang Taraf Diantaranya mengatur taraf timbal, kadmium, dan raksa
Maksimum bagi Pencemar Tertentu dalam Bahan Pangan dalam bahan pangan.
2002 EC No 178/2002 tanggal 28 Januari 2002 Tentang Prinsip Kunci pokok regulasi standar mutu dan keamanan pangan
Umum dan Persyaratan Hukum Pangan, Pembentukan Uni Eropa yang berbasis perlindungan konsumen tingkat
Otoritas Keamanan Pangan Eropa dan Penetapan tinggi, kepedulian terhadap hewan dan juga lingkungan.
Prosedur yang Terkait dengan Keamanan Pangan
2004 EC No 852/2004 Tanggal 29 April 2004 tentang Higien Regulasi ini merupakan ratifikasi SPS dari wTo dan standar
Bahan Pangan keamanan pangan internasional yang termuat dalam Codex
Alimentarius. Persyarataan umum produksi primer,
persyaratan teknis, HACCP, pendaftaran/pengakuan usaha
makanan, petunjuk nasional untuk praktek yang baik.

3
Eropa
Meningkatkan diplomasi perdagangan dengan Uni Eropa Berdasarkan hal tersebut diatas, antisipasi yang
diharapkan pemerintah dapat segera melakukan diplomasi perdagangan dengan pihak yang berwenang di uni
eropa. Hal ini dimaksudkan untuk :
1. Mendapat perlakuan tarif yang sama berdasarkan azas keadilan dan perhatian terhadap kemiskinan
seperti yang diberikan kepada negara berkembang lainnya (tarif impor 0- 3%);
2. Jumlah bahasa untuk berbagai dokumen dan pelabelan harus tidak lebih dari empat bahasa yang
dominan di Uni Eropa, yaitu Inggris, Jerman, Prancis, dan Latin. Untuk negara-negara yang meminta
bahasa lain, Indonesia agar dapat diperbolehkan untuk menggunakan salah satu dari empat bahasa
tersebut disertai dengan stiker menggunakan bahasa yang diminta;
3. Mandapatkan Fasilitas Perdagangan yang meliputi :
a. Fasilitas laboratorium untuk berbagai pengujian seperti yang diminta oleh Uni Eropa;
b. MRA untuk pengujian laboratorium;
c. Sumber daya untuk meningkatkan kapasitas petugas laboratorium termasuk inspectur dan
observer serta sertifikat yang terkait;
d. standar perlakuan yang berbeda antara ikan kecil dan ikan besar dalam membersihkan (perut
dan insang).
4. Mendapatkan perlakuan khusus bagi produk yang dihasilkan oleh nelayan/petambak/UPI skala kecil.
Uni Eropa diharapkan dapat memberikan beberapa pengecualian untuk produk ikan yang dihasilkan
oleh nelayan/petambak/UPI skala kecil ini dengan harapan adanya pengurangan kemiskinan
mengingat tingginya tingkat kemiskinan Indonesia di sektor ini.
4
Dampak Non Tariff Barrier
Dampak dari adanya hambatan non tariff tersebut sangat dirasakan
oleh para pelaku ekspor komoditas perikanan Indonesia ke wilayah
Uni Eropa. Selain itu juga NTM (Non Tariff Measureas) dirasakan
sangat sulit oleh eksportir Indonesia, khususnya yang melibatkan
nelayan skala kecil dan pedagang. Berbagai NTM telah menyebabkan
peningkatan biaya ekspor ke pasar Uni Eropa, menjadi masalah yang
signifikan terutama bagi nelayan skala kecil.

5
KESIMPULAN
Uni Eropa merupakan salah satu wilayah yang menjadi sasaran tujaun ekspor komoditas
perikanan Indonesia. Studi penulis dengan Kementerian Perdagangan RI (2016)
menunjukan bahwa komoditas perikanan Indonesia yang di ekspor ke wilayah Uni Eropa
menghadapi tariff impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara pesaing,
khususnya untuk komoditas tuna olahan yang tarifnya lebih tinggi antara 20-25 % lebih
tinggi dari negara pesaing.
Kebijakan non tarif yang dirasakan mulai memberatkan pemerintah dan pengusaha
perikanan yaitu terkait standar mutu dan pangan dengan dikeluarkannya EC No. 178 tahun
2002, EC No. 852 tahun 2004, EC No. 853 tahun 2004, EC No. 854 tahun 2004, EC No.
882 tahun 2004, serta EC No. 2073 tahun 2005 dengan basis perlindungan konsumen
tingkat tinggi.
Penguasaan pasar Uni Eropa perlu mencermati kebijakan non tarif Uni Eropa yang masih
sangat ketat.
Thanks
6
!

Anda mungkin juga menyukai