Anda di halaman 1dari 286

MANAJEMEN

INDUSTRI FARMASI

Oleh : Drs. Irwan Setiono, Apt

PENGANTAR

LOKASI INDUSTRI FARMASI


Persyaratan :
1.
Tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk.
2.
Tidak berdekatan dengan sumber cemaran, terutama
cemaran mikroorganisme seperti : tempat pembuangan
sampah, rumah sakit dll.
3.
Memiliki sumber air baku yang memenuhi syarat dan cukup
untuk penggunaan bagi keperluan setiap bagian di industri.
4.
Memiliki infrastruktur yang menunjang seperti : sarana
jalan, telekomunikasi, power (listrik), pembuangan air
limbah, pelabuhan laut/udara dll

5. Memiliki lahan yang luas bagi keperluan sarana


penunjang seperti : Pusat pengolahan air/water
treatment, pembangkit listrik, pengolahan udara/AHU,
pengolahan limbah, pembangkit uap, gudang dll, dan
untuk pengembangan dimasa datang

JENIS-JENIS INDUSTRI FARMASI


Berdasarkan jenis-jenis kegiatannya, Industri Farmasi
Dapat dikelompokkan

Industri Riset (inovasi) Farmasi


Menghasilkan obat dan atau bahan baku obat hasil
penelitian sendiri, memperoleh hak paten selama
periode tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku secara nasional
dan internasional
2. Industri Sintesis dan atau Fermentasi Farmasi
Menghasilkan bahan aktif obat atau bahan baku
lainnya, baik yang masih mempunyai hak paten
atau sudah daluwarsa
1.

3. Industri Manufaktur Farmasi


Menghasilkan obat jadi dari bahan baku yang dihasilkan
oleh industri farmasi riset dan atau industri sintesis atau
fermentasi. Termasuk dalam kategori ini adalah industri
farmasi fitofarmaka, yang menghasilkan produk obat dari
bahan dari alam
4. Industri Jasa Farmasi
Memberikan jasa, berupa jasa penelitian, sintesis, dan
atau formulasi, bermacam studi tentang pasar obat baik
secara nasional, regional maupun internasional, meneliti
dan mempelajari kecenderungan yang sedang terjadi,
membuat perkiraan perkembangan masa datang, yang
sangat diperlukan oleh pengambil keputusan, baik di
lingkungan industri farmasi maupun pemerintah

CIRI-CIRI INDUSTRI FARMASI


Ciri-ciri industri farmasi yang perlu diperhatikan :
1. Industri Farmasi merupakan industri yang diatur
secara ketat (seperti registrasi obat, cara produksi
obat yang baik/CPOB, distribusi dan perdagangan
produk yang dihasilkan)
2. Industri farmasi, disamping menghasilkan obat untuk
penderita, juga merupakan suatu industri yang
berorientasi untuk memperoleh keuntungan (tidak
hanya aspek sosial tapi juga ada aspek ekonomi)

3. Industri farmasi adalah salah satu industri beresiko


tinggi, karena bukan tidak mungkin kelak dikemudian
hari kalau terbukti bahwa terjadi akibat yang tidak
diinginkan karena penggunaan obat, instri farmasi
dituntut dan membayar ganti rugi (contoh : Industri
farmasi penghasil Thalidomide ditutup karena tidak
mampu lagi membayar tuntutan ganti rugi)
4. Industri Farmasi adalah industri berbasis riset yang
selalu memerlukan inovasi, karena usia hidup obat relatif
singkat ( lebih kurang 25 tahun) dan sesudah itu akan
ditemukan obat generasi baru yang lebih baik, lebih
aman dan lebih efektif (fenomena merger beberapa
perusahaan farmasi raksasa dunia , seperti Glaxo
SmithKline -Becheem, Aventis, Novartis Biochemie,
Roche-Bayer, dll)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT INDUSTRI FARMASI
1.
2.
3.
4.

5.
6.

7.

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan


SK Menkes No. 43/MENKES/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB)
SK Menkes No.245/MENKES/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No
05411/A/SK/XII/1989 tentang Penerapan Cara Pembuatan Obat yang
Baik pada Industri Farmasi
Peraturan Menteri Kesehatan No. 949/MENKES/PER/VI/2000 tahun 2000
tantang Registrasi Obat Jadi
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.3.1950 tahun 2003 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi
Obat
Dll

PERSYARATAN LEGAL INDUSTRI FARMASI


1.

2.
3.
4.
5.
6.

Badan Hukum berbentuk PT, Koperasi, Perusahaan Nasional maupun


patungan antara penanaman modal asing dengan perusahaan
nasional.
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Memiliki IMB, HO, SIUP, TDP, dll
Memenuhi persyaratan CPOB/c-GMP (bangunan, peralatan, sistem dll)
Mempunyai minimal 2 orang tenaga Apoteker yang bekerja penuh
sebagai penanggungjawab produksi dan pengawasan mutu.
Memiliki sistem dan Sarana Pengolahan Limbah (KA-ANDAL, ANDAL,
RKL, RPL)


1.

PERMASALAHAN INDUSTRI FARMASI DI


INDONESIA
Pemberdayaan
idle capacity industri farmasi belum menemukan
solusi yang tepat (termasuk alternatif melalui toll manufacturing
maupun konsep production house.

2.

Kerjasama yang erat antar industri farmasi masih sulit terjalin


dalam menemukan strategi untuk menghadapi invasi pasar

3.

Ketergantungan impor belum diimbangi dengan upaya


pengembangan bahan baku lokal, selain memerlukan biaya
investasi yang tinggi, daya dukung peralatan masih belum
memadai.

4.

Antisipasi penerapan aturan internasional terhadap standarisasi


industri farmasi terutama menyangkut cGMP, registrasi dan
belum adanya koordinasi yang baik antara pemerintah (Badan
POM) dengan industri farmasi

Sejarah
Perkembangan c-GMP

ASEAN Commitment

Commitment reaffirmation via Declaration of ASEAN


concord II in Oct 03 in Bali to create an ASEAN
Economic Community by 2020
ASEAN Leaders signed the Framework Agreement
for the integration of 11 priority sector on Nov 04
(The 10th ASEAN Summit, Vientine, Lao PDR 2004),
to fast track the economic integration process via
spesific protocols and roadmaps
11 priority sectors include Healthcare

ASEAN HELTHCARE SECTOR


INTEGRATION

ROADMAP FOR INTEGRATION OF


PRIORITY SECTOR

AIMS :
Enhance the competitiveness of ASEAN
Strengthen regional integration efforts through
liberalization, facilitation and promotion
measure.
Promote private sector participation.

MEASURE & TARGET DATE FOR THE ROADMAP


FOR HEALTHCARE INTEGRATION (pharma sector)
Study the feasibility of an ASEAN MRA for
pharma/medicinal product
Implementation of the ACTD
Harmonize labeling std for pharma/medicinal product
Dec 2006
Explore the feasibility of adopting a harmonized
placement system for pharma/medicinal product into
ASEAN market

Target date
30 Dec 2005
31 Dec 2008
31

31 Dec 2006

To facilitate the approval process (ASEAN X formula) After 31 Dec


The recognition after fully implementation of ACTD
2008
Explore the feasibility of implementing a flexible twining
system
On-going
Formalize a Post Marketing alert system for defective &
pharma/medicinal
product
MRAunsafe
: Mutual
Recognition Agreement
Dec 2005
ACTD

: ASEAN Common Technical Dosier

31

Target date for Implementation of ACTD


Singapore and Malaysia

: 31 December 2005

Thailand

: 31 December 2006

Vietnam and Indonesia

: 31 December 2007

Brunei Darussalam, Cambodia


Lao PDR and Philippines
: 31 December 2008

Industry Readiness toward


ACTR-ACTD implementation
1.

Raw materials
Agreed Compendial among ASEAN NRA

National Pharmacopoeia (for home country)


USP/BP/EP/JP/DAB

Alternative methods should be proven by validation

ACTR
ACTD
NRA

Refference standards : Elaborate ASEAN Reference


Standard
Ref. Standard for impurities : from
manufacturers/institutin can be accepted
: ASEAN Common Technical Raw Material
: ASEAN Common Technical Dosier
: National Raw Material Agreement

Industry Readiness toward


ACTR-ACTD implementation
2. Process Validation
New registration : comply to ACTD :

Product with batch size of less than 100,000


units or production < 3 batches, special
consideration should be given

Product already in the market :

Critical change : compley to ACTD,

No change GMP requirement

Industry Readiness toward


ACTR-ACTD implementation
3. Analytical method validation
New registration : comply to ACTD
Renewal of product already in the market : no need
to submit, covered by GMP compliance
4. Stability study :
New registration and product with major change :
comply to ACTD
Product already exist in the market : no need to
submit data with new condition. Post marketing
stability study can be accepted
Consideration of permeable/impermeable packaging
needs to be discuss within expert group

Industry Readiness toward


ACTR-ACTD implementation

5. BA BE study
Support MRA ASEAN BA BE report
Short and harmonized product list baseon scientific data
Comparator ; innovator in any ASEAN country or if not
available refer to WHO list
Laboratory :
Certification by National Accreditation Body which
has signed in APLAC/ILAC MRA
Implement GCP & GLP
Independent in status
APLAC
ILAC
GCP
GLP

: ASEAN Pharmaceutical Laboratory Accreditation Committee


: International Laboratory Accreditation Committee
: Good Control Practice
: Good Laboratory Practice

Industry Readiness toward


ACTR-ACTD implementation
6. MRA on GMP :
Agreed stepwise implementation
Mutual recognition of ASEANinspector competence
Building confidence on audit findings among GMP
inspectorate
GMP Standard : Updated ASEAN GMP standard
(benchmark to PIC/S
Preparedness of ASEAN countries towards MRA in
GMP inspection
Validity period of GMP Audit

Mutual Recognation Agreement on GMP


inspection
Apa artinya ? Hasil / laporan audit dari 1 negara
diterima negara lain yang menandatangani
Kemana arahnya ? : Malaysia & singapore
anggota PIC/S

PIC/S 2004 Membership GMP Inspectorates of :

Australia

Greece

Norway

Austria

Hungary

Portugal

Belgium

Iceland

Romania

Canada

Ireland

Singapore

Czech Republic

Italy

Slovak Republic

Denmark

Latvia

Spain

Finland

Liechtenstein

Sweden

France

Malaysia

Switzerland

Germany

Netherlands

United Kingdom

PIC/S
Dimulai

1970 sebagai PIC


Pharmaceutical Inspection Convension
1993 : PIC/S : pharmaceutical Inspection
Cooperation Scheme

PIC versus PIC/S


PIC

PIC/S

Convention

Scheme

Between countries

Between Agencies

A formal treaty

Cooperative arrangement

Has legal status

Has no legal status

Focus on inspection

Focus on training

Mutual recognition

Sharing of information

Harmonisasi Regulasi Farmasi ASEAN

Merupakan bagian dari ASEAN Commitment


yang ditandatangani Pimpinan ASEAN ada 11
sektor prioritas termasuk kesehatan
Apa artinya ?
Pasar tunggal farmasi di ASEAN
Tidak ada barrier baik tarif maupun non tarif
Persaingan terbuka industri farmasi di ASEAN
Pemerintah tidak dapat memberi proteksi,
MRA GMP inspection
Mutu, keamanan dan khasiat

Harmonisasi Regulasi Farmasi ASEAN


Indonesia

pasar terbesar di ASEAN


Meningkatkan kapabilitas
Ketangguhan untuk bertahan tidak menjadi tamu
di negara sendiri
Daya saing untuk meningkatkan pasar terutama
di ASEAN
Sekali lagi mutu, keamanan dan khasiat adalah
kata kuncinya.

c-GMP
Current Good
Manufacturing Practices

Aspek CPOB yang Dinamis (c-GMP)


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Umum
Sistem Manajemen Mutu
Bangunan, Sarana Penunjang dan Peralatan
Sistem Penanganan Bahan
Sistem Produksi
Sistem Pengemasan dan Penandaan
Sistem Pengawasan Mutu

PROFIL PENERAPAN C-GMP/CPOB Dinamis


Peta Penyebaran Industri Farmasi
Berdasarkan Lokasi

Sumber : Badan POM 2004

PROFIL INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA


Peta Penyebaran Industri Farmasi Berdasarkan Sertifikat CPOB
19
9
193

55
64

137
Sumber : Badan POM 2004

Quality Management
System

Pengantar

Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi


mengakibatkan perubahan yang sangat cepat pula dalam
konsep maupun persyaratan CPOB. Konsep CPOB bersifat
DINAMIS, artinya mengikuti perkembangan dalam bidang
farmasi
Terjadi perubahan paradigma dalam pelaksanaan
pengawasan mutu produk (obat)
Adanya peningkatan compliance terhadap persyaratan dan
standard internasional
Adanya Harmonisasi peraturan, baik secara regional
maupun internasional (EU, ICH, ASEAN, dll) dan Mutual
Recognition Agreement (MRA) sebagai bagian upaya Badan
POM sebagai anggota PIC/S (Pharmaceutical Inspection Cooperation/Scheme)
Acuan : WHO Technical Report Series, yaitu TRS 902/2002
Annex 6, TRS 908/2003 Annex 4, TRS 929/2005 Annex 2,3,4
dan TRS 937/2006 Annex 2,4 serta GMP for Medical Products
PIC/S 2006
Pemberlakukan c-GMP (CPOB Terkini/Dinamis) tahun 2007

Manajemen Mutu (Quality


Management)
Dasar Filosof
Industri Farmasi Memberikan Jaminan Khasiat, Keamanan
dan Mutu Produk yang dihasilkan agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Diperlukan
Manajemen mutu yang didesain secara
menyeluruh dan diterapkan dengan benar.
Unsur Dasar :
Infrastruktur atau Sistem, mencakup struktur Organisasi,
Prosedur, Proses dan Sumber Daya
Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapat kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk
yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan Pemastian Mutu

Quality Assurance (QA)

QA (Quality Assurance)
adalah suatu konsep yang luas yang mencakup semua
aspek yang secara kolektif maupun individual
mempengaruhi mutu, dari konsep design hingga product
tersebut ditangan konsumen
(all aspect that collectively or individually influence
product quality from design concept to consumer use)

QA TOTAL ASPECT INCLUDES (e.g.) PRODUCT DESIGN & DEVELOPMENT

GMP All Aspect of Manufacture,


a.l :
PURCHASING
PRODUCTIO
N
ENGINEERING

QA

G.C.P.
G.L.P.

QC

G.D.P.

Quality Management System


Pengelolaan menyeluruh seluruh komponen (sumber daya) dalam
industri agar tujuan mutu tercapai Quality Manajemen System

JAMINAN
Khasiat
Keamanan
Mutu

36

Quality Management
System
Ruang lingkup (scope) QMS

Struktur organisasi mutu pemisahan kewenangan/fungsi QA


(Pemastian Mutu) dengan QC (Pengawasan Mutu)

Personalia Pelatihan dan Kualifkasi serta program Sanitasi &


Hygiene

Dokumentasi

Sistem Protap (prosedur tetap)


Dokumen Produksi & Catatan Bets (Batch Record)
Spesifkasi (bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan
obat jadi)
Dokumen Registrasi
Dokumen penunjang lain (log book, gambar tekhis, dll)

Sistem Pelulusan Batch

Penanganan terhadap perubahan, penyimpangan dan


prosedur pengolahan ulang

Validasi Rencana Induk Validasi, Protokol & Laporan Validasi

Program Inspeksi diri & Audit Eksternal

Penanganan terhadap Keluhan, Obat Kembalian dan


Penarikan Obat

Struktur Organisasi
Dewan Komisaris
Presiden Director

HRD Director

Technical Mgr

R&D Mgr

Plant Director

Marketing Director

Production Mgr

Finance Director

QC/Lab Mgr

QA Manager

PPIC Mgr

Product Dev.

Production Spv

Lab Spv

Int. Auditor

Packaging Dev.

Packaging Spv

Microbiology

Validation Off.

IPC Spv

ProductStability

Registration Off.

Quality Assurance
Tugas dan Tanggung Jawab QA Manager

Merumuskan dan menetapkan Kebijakan Mutu (quality policy)


perusahaan
Merumuskan dan menetapkan Sistem Manajemen Mutu (Quality
Management System) perusahaan
Melakukan evaluasi terhadap materi pelatihan karyawan, terutama
yang terkait dengan CPOB
Bertanggung jawab terhadap program Inspeksi diri maupun external
inspection (thd pemasok, contract manufacture, etc)
Melakukan Overview terhadap sistem Protap di perusahaan
Melakukan pengkajian dan persetujuan terhadap protap, protokol
dan laporan validasi, usulan terhadap perubahan proses, bahan
maupun metode
Menyetujui seluruh perubahan sebelum diterapkan
Menyusun dan menetapkan sistem pelulusan bahan awal, produk
antara, dan obat jadi
Memberikan persetujuan terhadap laporan penyimpangan
Menyetujui seluruh sistem dokumentasi perusahaan (Protap,
spesifkasi, master batch, batch record, protokol dan laporan
validasi, program kalibrasi, audit lingkungan, dll)

Quality Control

Bagian/Departemen QC bertanggung jawab terhadap


pengawasan mutu obat melalui sistem pengawasan yang
terencana dan terpadu

Tugas utama Dept. QC adalah :


Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat memenuhi
spesifkasi yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian,
kualitas dan keamanannya
pemeriksaan bahan awal
Memastikan bahwa tahapan-tahapan proses produksi obat telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
Pengawasan selama proses Produksi (In Process
Control/IPC)
Memastikan bahwa semua pengawasan selama proses dan
pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch obat telah
dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifkasi yang
ditetapkan sebelum didistribusikan
Evaluasi prosedur produksi dan pengkajian catatan
produksi
Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu
peredaran yang telah ditetapkan
Program stabilitas

Bagian QC memiliki wewenang khusus untuk memberikan


keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan
baku atau produk antara ataupun hal lain yang

Dokumentasi
DEFINISI
Seluruh prosedur, instruksi dan catatan yang
berhubungan dengan proses pembuatan obat.
Guna dokumentasi
1. Merupakan bagian dari sistem manajemen mutu dalam
c-GMP
2. Memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi
secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus
dilaksanakan
3. Menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch / lot
produk sehingga menjamin ketelusuran
4. Sebagai bahan pertimbangan tentang mutu produk
yang dibuat

Dokumentasi
Jenis dokumentasi
1. Prosedur tetap (SOP = Standard Operating
Procedure)
2. Spesifkasi (bahan baku, pengemas, produk jadi)
3. Catatan Pengolahan Batch/Catatan pengemasan
Batch (batch processing records)
4. Identifkasi (kode/penomoran protap, peralatan,
batch)
5. Penandaan (status ruangan, mesin, label bahan
baku, karantina, rejected)
6. Protokol & Laporan Qualifkasi/Validasi
7. Dokumen registrasi
8. Catatan Kalibrasi, Pemantauan kondisi lingkungan
ruang produksi

Validasi

Arti & Defnisi

Definisi :
Suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan
atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan secara konsisten (terus-menerus)
Pengertian ??
Validasi adalah :
Tindakan
Pembuktian

Dokumentasi
- Dengan cara yg sesuai
Metode
- Bahan, Proses, Prosedur, kegiatan, dll
Obyek
- Dalam Produksi & Pengendalian Mutu
Ruang Lingkup
- Senantiasa mencapai hasil yg diinginkan
secara
terus
menerus

Sasaran/target

Mengapa Perlu Validasi ??

Peraturan Pemerintah (persyaratan c-GMP/CPOB)


Mengurangi Problem di Produksi dan QC
Memperkecil Kemungkinan Kerja Ulang (Rework)
Lebih Menjamin Mutu Obat
Meningkatkan Kepercayaan Konsumen (pelanggan)
Meningkatkan Efektiftas dan Efsiensi Produksi
Meningkatkan Keuntungan bagi Perusahaan

Bagaimana Cara Melaksanakan


Validasi ????
1.
2.
3.
4.

Membentuk Komite Validasi & Gugus tugas


Membuat Rencana Induk Validasi (Validation Master Plan)
Menetapkan Jadwal Validasi
Membuat Dokumen Validasi (protokol & laporan validasi)

KOMITE VALIDASI (Validation Committee)


Ketua
: QA Manager
Anggota : Produksi, QC/IPC, Tekhnik, R&D, Bagian lain yang
terkait

Rencana Induk Validasi


(Validation Master Plan)
Definisi :

Dokumen yang menguraikan (dalam garis besar)


tentang program/kegiatan validasi di industri
farmasi ybs secara keseluruhan.

Format :
1.
2.
3.

Pendahuluan
(flosof,
maksud
dan
tujuan
pelaksanaan program validasi)
Organisasi dan Tanggung Jawab
Perencanaan, Pendekatan dan Jadwal Pelaksanaan
Fasilitas, proses dan produk; kriteria pelulusan;
format dokumentasi; matriks pendekatan dan
penjadwalan kegiatan
.. Lihat contoh Dokumen Validation Master Plan

Jenis-jenis Validasi

1. Validasi (Kualifkasi) Mesin dan Peralatan


- Installation Qualification (IQ)
- Operational Qualification (OQ)
- Performance Qualification (PQ)
2. Validasi Metode Analisa
3. Validasi Proses Produksi
- Prospective Validation
- Concurrent Validation
- Retrospective Validation
4. Validasi Proses Pengemasan
5. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)
Pembahasan Mengenai Kualifikasi & Validasi,
akan dibahas secara khusus dalam bahasan
tersendiri

Inspeksi diri

Definisi :
Inspeksi diri pada dasarnya adalah cara untuk mengkaji
kembali secara obyektif seluruh tata kerja diri sendiri dari
setiap aspek yang mungkin berpengaruh pada jaminan mutu
(Quality Assurance)
Tujuan :
Mengetahui kekurangan (cacat), baik yang kritis, berdampak
besar maupun berdampak kecil kemudian menetapkan caracara yang efektif untuk mencegah dan memperbaikinya.
Pelaksanaan :

Harus ada protap


Team inspeksi diri & penanggung jawab (QA Manager)
Pelatihan Auditor
Tindak lanjut

External Audit :

Tersedia Protap Audit External


Tersedia Kriteria Pemasok (approved supplier)
Dilakukan secara berkala dan dibuat laporan tertulis

Apa saja yang di-inspek ??

Karyawan
Catatan kesehatan
Catatan pelatihan
Sanitasi & Higiene

Bangunan (termasuk Sarana Penunjang)


Kualitas ruangan produksi (jumlah partikel, suhu/kelembaban,
kebersihan, dll)
Kapasitas ruangan, cukup apa tidak?
AHU, Air Untuk Produksi (DMW, WFI, etc.)

Dokumentasi
Batch record, protap, spesifkasi, dll
Protokol & Laporan Validasi/kualifkasi
Kartu Stock, Penandaan, dan Catatan Distribusi

Produksi
Pengisian catatan bets, penandaan alat/mesin utama, pelaksanaan
proses produksi
Resiko Mix-up dan cross contamination

Pengawasan Mutu
Validasi/verifkasi metoda analisa
Uji kesesuaian sistem (HPLC, Spektrofotometer UV-Vis, GC, dll)
Personalia (kompeten dan terlatih)

Penanganan thd Keluhan,


Obat Kembalian & Penarikan
Merupakan indikasi adanya masalah dalam penerapan
QMS
Obat

Laporan keluhan terhadap obat yang diproduksi dapat menyangkut


soal mutu, efek samping yang merugikan atau masalah efek
terapeutik
Semua keluhan dan laporan keluhan harus diteliti dan dievaluasi
dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan
dibuatkan laporan
Dari hasil laporan terhadap keluhan tersebut kemudian dikategorikan
dan selanjutnya dibuat trend analysis sebagai pedoman untuk
membuat langkah-langkah pencegahan
Obat Kembalian adalah obat jadi yang telah beredar yang
kemudian dikembalikan ke pabrik pembuatnya karena adanya
keluhan, kerusakan, kedaluarsa, masalah keabsahan atau sebabsebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, khasiat atau mutu obat
Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu
atau beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua
mata rantai distribusi.
Penarikan kembali obat jadi dilakukan apabila ditemukan adanya
produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar
pertimbangan efek samping yang tidak diperhitungkan yang

Prosedur Penarikan Obat


Laporan
Adanya
Cacat
atau
Reaksi
merugika
n

PEMUSNAHAN

Laporan Rencana
Pemusnahan kepada BPOM

RENCANA
PEMUSNAHA
N

KEPUTUSAN
PENARIKAN
PERINTAH
PENARIKAN

LAPORAN
PELAKSANAAN
PENARIKAN
PENERIMAAN
HASIL
PENARIKAN

Pemerintah (Badan POM)


atau industri ybs

Bagian Marketing kepada


Distributor Utama dan
seluruh anak cabangnya
Direktur & Apoteker
membuat laporan ke BPOM

Distributor membuat
laporan pelaksanaan dan
mengirim obat hasil
penarikan ke pabrik

Bagian Gudang membuat


laporan penerimaan
kepada Direksi, Kepala
Pabrik, Manajer
Pemasaran, QA/QC Manajer
& Manajer PPIC

Kompetensi Apoteker

PERSONALIA
Kualifikasi karyawan disesuaikan dengan beban tugas,
keterampilan, pengetahuan & kemampuan yang
dibutuhkan terkait dengan posisi masing-masing karyawan
dalam struktur organisasi.
Ada berbagai model struktur organisasi yang disesuaikan
dengan besar/kecil perusahaan serta harus bisa
menampung seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
QMS/Quality Management System, Marketing, Technical &
Maintenance, HRD/Human Resource Development,
PPIC/Production Planing Inventory Control.

Berikut ini merupakan salah satu model yang dapat


mengakomodasi sistim fungsional di industri farmasi khususnya
bagian manufacturing mengacu pada c-GMP/CPOB dinamis
Dewan Komisaris
Direksi
General Manager

GM Marketing

GM F & A

GM Plant
Plant Manager

QA Manager
Quality system
Quality compliance

R & D Mgr

PPIC Mgr

IPC Spv.

Registrasi

Microbiology

Formulasi.

Production
Planing

Laboratory Spv

Stability

Production Mgr

Engineering Mgr

QC Manager

NBL Mfg

Infrastructure

BL Mfg

Preventive
Maintenance

Purchasing Mgr

Inventory

Personil Kunci / Key Personnal


Mencakup : 1. Manager Produksi/Production Manager
2. Manager Pemastian Mutu/Quality
Assurance Manager
3. Manager Pengawasan Mutu/Quality
Control Manager
Masing-masing manager di atas harus independen satu dengan
yang lain
Manager Produksi
Kualifikasi :
Seorang Apoteker yang terdaftar & terkualifikasi
Memperoleh pelatihan yang cukup melalui Badan POM,
seminar-seminar yang diadakan GP Farmasi dll, instansi
penyedia jasa konsultasi & pelatihan dll.
Memiliki pengalaman praktis yang cukup saat bekerja di
industri farmasi atau industri lain yang terkait.

Wewenang dan Tanggung jawab


Memastikan bahwa proses pengolahan dan hasil produksi
disiapkan sesuai persyaratan mutu yang ditetapkan.
Memastikan bahwa Batch Production Record telah dievaluasi
sebelum diserahkan pada QA manager
Monitoring pemeliharaan seluruh fasilitas produksi termasuk
bangunan, sarana ruang, mesin-mesin / peralatan dll.
Memastikan bahwa pelaksanaan Validasi pada produksi telah
dilaksanakan
Mengawasi pelaksanaan pelatihan karyawan produksi sesuai
jadwal yang telah ditetapkan.

Manager Pemastian Mutu


Kualifikasi :
Seorang Apoteker yang terdaftar & terkualifikasi
Memperoleh pelatihan yang cukup melalui Badan POM,
seminar-seminar yang diadakan GP Farmasi dll, instansi
penyedia jasa konsultasi & pelatihan dll.
Memiliki pengalaman praktis yang cukup saat bekerja di
industri farmasi atau industri lain yang terkait.
Wewenang & Tanggung Jawab
Memastikan bahwa kebijakan (policy) mutu talah dilaksanakan
Turut berpartisipasi dalam pembentukan acuan baku mutu dari
perusahaan
Melaksanakan audit internal (inspeksi diri) bersama-sama tim
yang anggotanya merupakan staff plant perusahaan
Bertanggungjawab terhadap fungsi pengawasan terhadap
seluruh system management mutu.

Melaksanakan audit external (audit vendor)

Turut berpartisipasi dalam program validasi

Menyusun tata aturan tentang OPO (Otoritas Pengawasan


Obat) terkait dengan mutu produk jadi

Melakukan overview atas penyimpangan dan out of


specification yang terjadi selama kurun waktu tertentu

Memutuskan pelulusan/penolakan produk jadi atas dasar


berbagai pertimbangan.

Manager Pengawasan Mutu


Kualifikasi :
Seorang Apoteker yang terdaftar & terkualifikasi
Memperoleh pelatihan yang cukup melalui Badan POM,
seminar-seminar yang diadakan GP Farmasi dll, instansi
penyedia jasa konsultasi & pelatihan dll.
Memiliki pengalaman praktis yang cukup saat bekerja di
industri farmasi atau industri lain yang terkait.
Wewenang & Tanggung Jawab

Menentukan disposisi dari bahan awal, bahan pengemas,


produk antara, produk ruahan, dan produk jadi

Mengawasi pelaksanaan seluruh pengujian yang diperlukan

Menentukan persetujuan atas kualifikasi metode analisa,


sampling, dan prosedur kerja lainnya

Sehubungan dengan kerjasama toll / makloon, berhak


memberi persetujuan atas hasil analisa pekerjaan kontrak
tersebut.

Monitoring atas pemeliharaan bangunan, fasilitas serta


seluruh peralatan di bagian pengawasan mutu.

Mengawasi pelaksanaan validasi terkait kinerja bagian


pengawasan mutu

Mengawasi pelaksanaan pelatihan CPOB bagi seluruh jajaran


di bagian pengawasan mutu.

Pelatihan Karyawan

Periode pelatihan : berlangsung berkala setiap 6 bulan 1


tahun sekali, baik untuk karyawan lama atau baru terutama yag
terkait langsung dengan proses produksi obat, seperti :
-

Karyawan gudang (Bahan baku/kemas/obat jadi)

Karyawan laboratorium QC (analis, IPC/Mikrobiologi)

Karyawan R&D/ Research & Development (registrasi,


formulasi,
stability)

Karyawan Teknik & pemeliharaan

Petugas Cleaning service yang bekerja di area produksi, Lab


QC & gudang

Program Pelatihan :
Mencakup hal-hal dasar dalam CPOB yang perlu diketahui dan
dilaksanakan karyawan pelaksana terkait dengan proses
produksi obat seperti :
1. Pengenalan CPOB
2. Sanitasi & higiene karyawan
3. Tata tertib CPOB
4. Kesehatan & keselamatan kerja
Instruktur Pelatihan :
Pelatihan CPOB dilaksanakan di ruang pertemuan dalam
perusahaan dan diberikan oleh para Apoteker pimpinan/atasan
masing-masing departemen terkait (QA/QC/Produksi/R&D).
Materi pelatihan sebaiknya menggunakan bahasa & istilah yang
mudah dicerna karyawan, bila perlu dengan bantuan alat
peraga.

Penilaian hasil pelatihan


1.

Setelah pelatihan selesai diberikan, lalu diadakan test tertulis


sistem Multiple Choice dan dilakukan penilaian atas jawaban
tersebut.

2.

Hasil penilaian yang didapat kemudian di-evaluasi dan


didiskusikan bersama-sama oleh para pimpinan/atasan terkait
dibawah koordinator QA/Quality Assurance

3.

Dari hasil evaluasi & diskusi tersebut kemudian ditetapkan


langkah-langkah selanjutnya guna memperbaiki kekurang
pahaman dalam penerapan CPOB tersebut.

4.

Selanjutnya hasil pelatihan termasuk evaluasinya dicatat dan


diarsip oleh bagian Quality assurance.

Bangunan Industri
Farmasi

BANGUNAN
Persyaratan bangunan :
1.
Lokasi : bebas banjir, tidak berdekatan dengan sumber cemaran baik
mikroorganisme maupun kimiai seperti tempat timbunan sampah,
rumah sakit, pasar, industri kimia.
2.
Ukuran dan rancang bangun untuk bangunan industri farmasi harus
memadai serta dapat menunjang seluruh aktivitas dan kegiatan yang
ada
3.
Memiliki Rencana Induk pembangunan (RIP) yang telah disetujui
Badan POM / Pengawas Obat & Makanan
4.
Adanya pemisahan secara fisik (tidak boleh seatap) antara bangunan
fasilitas sediaan antibiotika betalaktam (penisilin & sefalosporin)
dengan non-betalaktam
5.
Untuk pengolahan bahan-bahan beracun/toksik, hormon sex,
sitostatik (obat anti kanker) dan immunosupresif, harus memiliki
fasilitas tersendiri dan terpisah total dengan fasilitaslainnya.

6.

Pertemuan dinding, lantai dan langit-langit harus radial dan


tidak memiliki sambungan yang dapat menjadi tempat
berkumpulnya cemaran debu/partikel/bakteri/serta harus
mudah dibersihkan.

7.

Lantai, dinding & langit-langit untuk ruang produksi obat


harus dilapisi dengan cat epoxy yang tahan terhadap bahan
kimia, asam dan dapat dibersihkan dengan mudah.

8.

Harus tersedia ruang antara/air lock yang menghubungi


ruang-ruang dengan kelas yag berbeda.
Contoh :
antara ruang steril (kelas 1) dengan ruang
non
steril (kelas 3)
antara ruang gudang bahan baku (kelas 4)
dengan ruang
penimbangan (kelas 3)
antara ruang produksi non steril (kelas 3)
dengan
ruang pengemasan
sekunder (kelas 4)

9. Memiliki ruang cuci alat/mesin yang letaknya cukup jauh dari


ruang produksi yang harus kering (seperti : R. pengisian
kapsul, R. cetak tablet, R. pengeringan granul)
10. Memiliki ruang untuk kegiatan pemeriksaan selama proses
(IPC) oleh Quality Control. Sedapat mungkin jaraknya relatif
dekat dengan aktifitas produksi yang akan diawasi.
11. Memiliki ruang ganti / locker untuk tempat karyawan berganti
pakaian kerja yang bersih, menyimpan pakaian dari rumah,
melakukan upaya sanitasi sebelum memasuki ruang
produksi, buang air kecil & besar, membasuh tangan dengan
sabun antiseptik setelah buang air.

12. Lampu penerangan posisinya harus rata dengan plafon dan


diberi silicon rubber agar kedap udara. Lampu penerangan
sebaiknya diganti/diperbaiki melalui atas plafon agar tidak
terjadi pencemaran saat diperbaiki.

Kekuatan cahaya lampu dalam ruangan


Kekuatan Cahaya
(Satuan Lux)

Daerah Kegiatan

50

Koridor untuk lalu lintas barang

100

Koridor untuk lalu lintas orang, ruang kantin, ruang


ganti pakaian, toilet, ruang sarana penunjang (genset,
steam boiler), ruang penerima tamu

200

Bengkel, gudang bahan baku, gudang bahan kemas,


gudang obat jadi, ruang pengolahan air/water
treatment.

300

Laboratorium

500

Kantor, ruang produksi, ruang pengemasan primer &


sekunder, IPC/in process control

750

Ruang gambar / desain

1000

Pemeriksaan visual

Catatan : 1 foot candle (ftc) = 1 lumen/foot2 (lm/ft2) = 10,764 lux

13. Memiliki pintu darurat yang terkunci rapat & kedap, dan hanya
dipergunakan saat keadaan darurat seperti : kebakaran, gempa
dll
14. Memiliki sarana gedung untuk steam generator, genset/diesel,
udara bertekanan/compressor yang terpisah dari ruang
pengolahan untuk produksi obat.
15. Lokasi bangunan untuk Steam generator sebaiknya relatif dekat
dengan ruang produksi agar uap panas yang dihasilkan tidak
terkondensasi saat melalui pipa distribusi.
16. Memiliki sistem pembuangan yang terencana dengan baik,
dengan lokasi dekat dengan pusat pengolahan limbah,
memakai pipa PVC untuk air buangan yang tidak panas dan
pipa stainless steel SNS 304 yang tidak berkarat & tahan panas
untuk limbah panas. Pada lubang buangan yang berada di
ruangan produksi (kelas 3) haruslah dilengkapi tutup yang
kedap agar tidak menjadi sumber cemaran bau, kuman atau
insect (kecoa dll)

17. Space yang terdapat diatas plafon/langit-langit harus cukup


memadai untuk aktifitas perbaikan oleh teknisi maintenance bagi
sarana pendukung dari AHU (ducting), Dust collector, water
treatment (pipa), kabel listrik, blower dll
Minimal jarak dari plafon ke atap : 1,75 2,5 meter

Fasilitas Penunjang :
1. Memiliki fasilitas pengolahan air / water treatment terdiri
atas sand filter, carbon filter, EDI (electro deionization)/ Ion
Exchanger, Mix-bets & Reverse Osmosis, UV lamp, pipa
stainless steel SN 316 L serta plasma valve yang dapat
menjamin air yang dihasilkan setara dengan purified water
serta bebas kuman, lumut&jamur
2. Memiliki sistem tata udara / Air Handling Unit yang dapat
menyaring udara sebelum dialirkan ke ruang pengolahan
sehingga memnuhi persyaratan ruang kelas 1 a & b, 2, 3.

3. Bagi lokasi yang merupakan ruang pengolahan sediaan


padat (tablet, kapsul) harus disediakan sarana Dust Collector
guna menghisap debu/partikel yang terbentuk saat proses
produksi berlangsung dan mengumpulkannya dalam
kantung-kantung yang disebut Filter bag.
4. Memiliki fasilitas bak/kolam untuk pengolah limbah gas, cair
& padat yang memadai sehingga dijamin tidak mencemari
lingkungan sekitar industri

Lay out/tata letak bangunan


Beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam
menciptakan lay out/desain bangunan industri farmasi
1. Zoning System
Ruangan-ruangan yang terdapat dalam bangunan produksi
harus terkotak-kotak/zoning agar dapat terpisah mutlak
dengan ruang disebelahnya termsuk memiliki supplai siklus
udara bersih yang terpisah sehingga dapat dihindari terjadinya
Cross Contamination/kontaminasi silang.
2. Principle of Minimum Distance
Sebelum dibuat lay out bangunan industri farmasi sebaiknya
dipelajari seksama flow of process dari sediaan obat yang
akan diproduksi. Untuk ruang pengolahan dari proses yang
berurutan maka posisinya harus berdekatan pula agar tercapai
efisiensi.

Layout Bangunan Industri Farmasi

Jenis bahan bangunan


Lantai
- beton padat dengan permukaan yang halus
contoh : ruang gudang
tidak tahan bahan kimia
- beton padat dengan lapisan cat epoxy
contoh : ruang produksi non-steril (kelas 3)
ruang produksi steril (kelas 1)
Permukaan tidak berpori, tapi mudah tergores.
2. Dinding
- batu bata/batako/beton padat yang dilapisi plesteran halus
contoh : ruang gudang
- batu bata/batako/batako padat yang dilapisi plesteran halus
serta dibagian luarnya dilapisi cat epoxy/poly uretan
- rangka baja yang dilapisi lembaran stainless steel
contoh : ruang produksi steril (kelas 1)
1.

3.

Plafon / langit-langit
- lembaran gypsum yang dicat enamel/epoxy, dengan
lapisan list gypsum yang dibentuk radial untuk lokasi
pertemuan plafon & dinding. Rangka penyangga plafon
dibuat dari baja /alumunium yang dipertautkan oleh mur &
baut dan digantung pada kerangka atap bangunan
contoh : ruang produksi non-steril (kelas 3)
ruang produksi steril (kelas 1)

Gudang Penyimpanan
Persyaratan Gudang
-

Daerah penyimpanan harus cukup luas (sesuai dengan


kapasitas penyimpanan) sehingga memungkinkan sistem
pengeluaran barang secara FIFO atau FEFO

Cukup terang, tertata rapi, kering, bersih, teratur

Ada ruang karantina yang terpisah

Terdapat daerah khusus untuk menyimpan bahan yang


mudah terbakar, meledak dan sangat beracun, narkotika /
psikotropika dan obat berbahaya lainnya.

Terdapat area khusus untuk barang-barang yang ditolak /


rejected

Harus dilengkapi dengan penunjuk suhu dan kelembaban


nisbi serta terdapat program pencatatan suhu dan RH

Untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap panas, harus


disimpan dalam ruang dengan pendingin udara, suhu dan
kelembaban dicatat

Terdapat ruang sampling dengan kelas minimal grey area


(kelas 3)

Label dan bahan cetakan lain, disimpan dalam ruang terpisah


dan dikunci

Terdapat protap :

penanganan bahan awal yang mencakup penerimaan,


penolakan, penyimpanan, penyerahan dan penggunaan
untuk produksi

Pelulusan barang yang dikarantina meliputi : label


penerimaan, nomor identitas batch/lot, sertifikat pemasok,
CoA, kondisi fisik, persetujuan QC

Program Pembersihan Ruangan


Frekuensi Pembersihan
Nama ruang / Bagian
yang dibersihkan

Ruang kelas 1 & 2:


(ruang steril), ruang
pengolahan, pengisian
ampul & vial, tetes
mata, salep mata

Dengan Alat
Vakum

Setiap hari
setelah
dipakai

Dengan Kain
Basah

-----

Dengan Kain
Basah dan
Desinfektan

Setiap hari setelah


dipakai

Dengan Sikat
Lantai

----

Keterangan

Lantai setelah
dibersihkan
disemprot dengan
desinfektan; ganti
jenis desinfektan
tiap bulan

Lantai

Jendela kaca

----

----

Setiap hari

----

----

Tirai Unit
LAF/Laminar Air Flow

----

----

Setiap hari

----

----

----

----

Setiap hari

----

----

----

----

Setiap hari

----

----

Meja
Dinding

Program Pembersihan Ruangan


Frekuensi Pembersihan
Nama ruang / Bagian
yang dibersihkan

Ruang kelas 3 :
Ruang timbang, ruang
sampling, ruang
proses
pengolahan,ruang
kemas primer, IPC,
koridor, cuci alat
Lantai & dinding
Dinding

Dengan Alat
Vakum

Setiap hari
dan bila
perlu pada
jam kerja

Dengan Kain
Basah

-----

Dengan Kain
Basah dan
Desinfektan

Dengan Sikat
Lantai

Setiap hari setelah


jam kerja selesai
dan bila perlu pada
jam kerja

Seminggu sekali
dengan
menggunakan
deterjen, setelah
itu dengan kain
pel yang
dibasahai
desinfektan

Keterangan

-----

----

------

-------

----

----

Lampu
Langit-langit

----

----

Seminggu sekali

----

----

Jendela, boven

----

Setiap hari

-----

----

----

Meja, pintu, kursi,


pegangan pintu

----

Setiap hari setelah


produksi

Seminggu sekali

----

----

----

Setiap hari setelah


produksi

Seminggu sekali

----

----

Pipa, sambungan pipa


dan saluran udara (inlet
& out let)

Program Pembersihan Ruangan


Frekuensi Pembersihan
Nama ruang / Bagian
yang dibersihkan

Ruang kelas 4 :
Ruang
ganti/locker,gudang,ke
masan sekunder
Lantai

Dinding
Toilet
kloset
Dinding porselen

Pintu, Pegangan pintu


Tempat cuci tangan
Saluran pembuangan air

Dengan Alat
Vakum

Dengan Kain
Basah

Dengan Kain
Basah dan
Desinfektan

Dengan Sikat
Lantai
Seminggu sekali
dengan
menggunakan
deterjen,
dilanjutkan
dengan lap yang
dibasahi dengan
desinfektan

Keterangan

-----

Sehari dua kali dan


bila perlu pada jam
kerja

----

------

Seminggu sekali

----

----

Setiap hari

----

------

----

----

----

------

Seminggu sekali
dengan bubuk
pembersih dan
desinfektan

----

----

----

-----

Setiap hari

----

----

----

------

------

setiap hari
dengan bubuk
pembersih

Seminggu dua kali


dengan
desinfektan

----

-----

-----

----

Setiap hari dengan


sikat & desinfektan

Setiap hari

-----

SISTEM TATA UDARA /


HVAC SYSTEM
(Heat Ventilating & Air
Conditioning System)

SISTEM TATA UDARA / HVAC


HEATING VENTILATION & AIR CONDITIONING SYSTEM
Kondisi lingkungan yang kritis terhadap kualitas produk
Cahaya
Suhu
Kelembaban / Relative Humidity (RH)
Kontaminasi mikroba
Kontaminasi partikel
Konsep Kelas Higiene
Menetapkan ketentuan lingkungan
Menunjang pencegahan kontaminasi dan kontaminasi silang
Menunjang pelaksanaan produksi pada kondisi higiene yang optimal
Memperhitungkan :
- Kepekaan produk terhadap kontaminasi
- Resiko terapetik

Parameter untuk Kelas-kelas Higiene


Jumlah partikel di udara lingkungan
Jumlah mikroba di udara lingkungan dan pada permukaan
objek
Jumlah pergantian udara/air cycle (cycle per hour/cph)
Kecepatan alir udara & pola aliran udara
Filter (jenis & posisi)
Perbedaan tekanan antar ruang (P)
Suhu (T) dan kelembaban udara (RH)

Klasifikasi Udara Di Ruangan


Produksi
Kelas

Non Operasional (At rest)

Operasional

Jumlah maksimum partikel / m3 yang diperbolehkan

untuk kelas setara atau lebih tinggi dari


0,5 m

5 m

0,5 m

5 m

3.500

3.500

3.500

350.000

2.000

350.000

2.000

3.500.000

20.000

3.500.000

20.000

Tidak
ditetapkan

Tidak
ditetapkan

Contoh kegiatan yang dapat dilakukan


berbagai kelas
Kelas
A&B

Contoh kegiatan untuk produk dengan sterilisasi


akhir
Pengisian produk, bila ada resiko di luar kebiasaan

Pembuatan larutan, bila ada resiko di luar kebiasaan.


Pengisian produk

Pembuatan larutan dan penyiapan komponen sebelum


proses pengisian

Kelas

Contoh kegiatan Pembuatan secara aseptik

Pembuatan dan pengisian secara aseptik

Pembuatan larutan yang akan disaring

Penanganan komponen setelah pencucian

Sistim Pengendalian Udara / Air Handling Unit


system / HVAC (High Ventilated Air Conditioner)
1.

Standar Lingkungan Produksi & Kebersihan


Ruang kelas A (white area)
Jumlah partikel (tapi bukan kuman patogen/non patogen)
ukuran 0,5 max 3.500/m3 dalam keadaan non
operasional (at rest) . Untuk mencapainya diperlukan
LAF /
Laminar Air Flow. Pertukaran udara 20- 40 kali
perjam
contoh : ruang produksi sediaan injeksi, tanpa tindakan
sterilisasi lanjutan (pengolahan aseptis)
Ruang kelas B (green area)
Jumlah partikel (tapi bukan kuman patogen/non patogen)
ukuran 0,5 max 3.500/m3 dalam keadaan non
operasional (at rest). Pertukaran udara 20-40 kali perjam
contoh : ruang produksi sediaan injeksi, dengan tindakan
sterilisasi lanjutan (pengolahan na-sterilisasi)

Ruang kelas C (grey area)


Jumlah partikel (tapi bukan kuman patogen/non patogen) ukuran 0,5
max 350.000/m3 dalam keadaan non operasional (at rest). Pertukaran
udara 5-20 kali perjam
contoh : ruang pengolahan dan pengemasan primer obat non steril (tablet,
kapsul, sirup, eksternal liquid, cream/salep non steril)

Ruang kelas 4 (black area)


Jumlah partikel 0,5 max 3.500.000/m3 dalam keadaan non
operasional (at rest)
Pertukaran udara tidak ditetapkan, sebaiknya 5 20 kali/jam
contoh :
ruang pengemasan sekunder
ruang gudang bahan baku
ruang gudang bahan kemas
ruang gudang obat jadi
ruang ganti pakaian kerja
ruang kamar mandi, toilet

2. Differential Pressure / perbedaan tekanan


Ruang produksi non-betalaktam
Tekanan udara dalam ruang pengolahan liquid > tekanan
udara di koridor
Tekanan udara dalam ruang pengolahan solida < tekanan
udara di koridor
( P = 10-15 Psi)
Tekanan udara dalam ruang produksi > tekanan udara di
Luar
( P = 10-15 Psi)
Ruang produksi betalaktam (dry sirup, kapsul, tablet)
Tekanan udara dalam ruang pengolahan < tekanan udara
di koridor
( P = 10-15 Psi)
Tekanan udara dalam ruang produksi < tekanan udara
luar
( P = 10-15 Psi)

Diferensial Pressure / perbedaan Tekanan (P)


Bertujuan untuk meniadakan kemungkinan terjadi Cross
Contamination/kontaminasi silang antara ruangan pengolahan,
koridor & udara luar.

One way air lock =


Ruang antara yang pintunya
hanya bisa dibuka salah satu
saja

1.

Tekanan ruang pengolahan sediaan solid < tek. di ruang


koridor (bertujuan agar debu yang dihasilkan di ruang
pengolahan solid tidak menyebar ke ruang lain via koridor)

2.

Tekanan ruang pengolahan sediaan Liquid > tek. di ruang


koridor/solid (bertujuan agar debu yang berasal dari solid
tidak pindah ke ruang pengolahan liquid yang relatif tidak
berdebu)

3.

Tekanan diruang produksinon-betalaktam > tekanan udara


luar (bertujuan agar debu yang berasal luar gedung tidak
dapat masuk ke dalam gedung melalui aliran udara luar)
Kesimpulan :
P. ruang liquid > P. ruang koridor > P. ruang solid > P. ruang
luar

Betalactam area

1.

2.

3.

Tekanan udara di koridor > tekanan udara di ruang


pengolahan dry sirup & solid (tablet & kapsul), agar partikel
debu dari mikrospora betalactam tidak menyebar ke koridor
yang dapat menyebabkan cross contamination antara
ruang pengolahan yang lain
Tekanan udara di ruang produksi betalactam < tekanan
udara luar, agar partikel debu dari mikrospora betalctam
tidak menyebar ke luar saat pintu air lock dibuka.
Debu yang dibawa udara luar tidak dapat mengalir masuk
ke ruang pengolahan (walaupun tekanannya lebih besar)
karena daun pintu air lock hanya dapat terbuka salah satu
saja. Selain itu air lock dilengkapi dengan air shower untuk
mencuci dengan udara bersih orang yang melewatinya.
Kesimpulan :
P. ruang pengolahan dry syrup/solid < P.koridor < P. udara
luar

Air Handling Unit (AHU)

Fresh Air
Differensial
Pressure
Gauge

Centrifugal Fan

Cooling
Fan

Volume
Damper
Filter
Housing

Production Room
(Grey Area)
Pre filter
(efisiensi 35 %)
Medium Filter
(efisiensi 95 %)

Dust Collector Unit (dry system)


Filter Bag

Dari Ruang Produksi

Dust Collecting Bag

Aksial Fan

Dust Collector Unit (wet system)


Pipa air

Sprayer

Aksial
Fan
Dari Ruang Produksi

Pompa

Ke IPAL

Validasi HVAC

Validasi HVAC
Pengendalian Lingkungan
Perlu mengkualifikasi Sistem Tata Udara (HVAC) untuk
membuktikan bahwa peralatan, alat pengendali (Control) dan
sistem distribusi memenuhi persyaratan yang ditetapkan
(dipantau pada kondisi statik at-rest dan kondisi dinamik
operational)

Tahapan Kualifikasi
Kualifikasi Rancangan (KR)
(Design Qualification DQ)

Proses melengkapi dan mendokumentasi kajian rancangan


(design review) untuk meyakinkan bahwa seluruh aspek
mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap
perancangan.

Kualifikasi Instalasi KI

(Instalation Qualification IQ)

Proses pemeriksaan instalsi untuk memastikan


bahwa seluruh komponen memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan telah dipasang secara tepat,
kemudian bagaimana informasi tersebut dicatat.

Kualifikasi Operasional / KO
(Operation Qualification / OQ)

Proses pengumpulan data melalui pengujian untuk


memastikan bahwa msing-masing komponen/sistem dan/atau
kombinasi dari sistem tersebut berfungsi sesuai rancangan
dan memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan pada rentang
operasional (Operation Range).

Kualifikasi Kinerja / KK
(Performance or process Qualification/PQ)

Proses pengumpulan data melalui pengujian untuk


memastikan bahwa masing-masing komponen/sistem
dan/atau kombinasi dari sistem tersebut berfungsi sesuai
rancangan, memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan serta
menghasilkan produk yang diinginkan secara konsisten dan
berkesinambungan

Kualifikasi Rancangan
(Design qualification DQ)
Kebutuhan Pemakai
Pemahaman Pelaksana

Persyaratan Mutu Produk

DQ

Ketentuan CPOB

Ketentuan Pemerintah

ISO 146-44-1
Kelas

Rekomendasi Filtrasi

ISO Class 9

Equivalent to Level or pharmaceutical conditions G4 filters

ISO Class 8

Production facility operating on 100% outside air


F8 filters

ISO Class 8

Production facility operating on recirculated plus ambient air


where potential for product cross contamination exist. G4,
F8 and H13 filters

ISO Class 7

Facility operating on recirculated air on 100% ambient air;


G4, F8 and H13 filters. (HEPA filters may be located
terminally or in AHU)

ISO Class 6

Facility operating on recirculated air on 100% ambient air;


G4, F9 and U14 filters. (HEPA filters to be terminally located)

ISO Class 5

Facility operating on recirculated air on 100% ambient air;


G4, F9 and U14 filters. (HEPA filters to be terminally located)

G4 and

Equivalent filter standar


Eurovent Class

EU Class

Arrestance
(%)

Dust Spot
Efficiency
ASHRAE

Medium Flame
Efficiency

ISO Class

90,00000

U 16

90,0000

U 15

14

90,000

U 14

13

90,00

U 13

12

90,07

11

90,9

H 12

10

96

H 11

95

86

F9 / H 10

90

76

F8

85

F7

80
75
6

70
65
60

F6

Equivalent filter standar


Eurovent Class

EU Class

Arrestance
(%)

Dust Spot
Efficiency
ASHRAE

Medium Flame
Efficiency

ISO Class

55
5

50

F5

45
40
35
4

95

30

90

25

85

20

G4
G3

80
75
70

G2

65
G1

Kualifikasi Instalasi
(Instalation Qualification IQ)
Spesifikasi Order
Verifikasi order
Daftar periksa komponen
(check list)
Sertifikat garansi

Periksa :
Atribut statis
Spesifikasi

IQ

Pemasangan Fisik
(Tepat dan Aman)
Manual instalasi, gambar teknik-verifikasi
Manual operasional dan perawatan
Asesori pengaman
Sarana penunjang (Utilities)
Daftar kalibrasi instrumen
Daftar sertifikasi
Inspeksi (kondisi alat/sistem)

Pemasangan ke dalam
sistem mutu perusahaan
Protap operasional dan perawatan
Program perawatan berkala
Pengendalian perubahan
(Change Control)
Kalibrasi

Kualifikasi Instalasi IQ
Dokumentasi dan manual instalasi, Operasional & Perawatan

Item

Spesifikasi

Hasil
(pengamatan)

Diperiksa oleh

Komponen (utama & product contact), Instrumen, sarana


penunjang (utilities) dan Lubrikan

Item

Spesifikasi

Hasil
(pengamatan)

Diperiksa oleh

Kalibrasi dan Dokumen penunjang lain (mis. Sertifikat)

Item

Spesifikasi

Hasil
(pengamatan)

Diperiksa oleh

Pemeriksaan Instalasi, penyambungan (ke sarana penunjang),


Pengamanan, Kondisi kebersihan dll

Item

Spesifikasi

Hasil
(pengamatan)

Diperiksa oleh

Kualifikasi Operasional
(Operational Qualification IQ)
Kinerja sesuai spesifikasi

Kalibrasi ?
Pembersihan/Perawatan ?

Protap operasional ?
Atribut dinamis
Fungsional
Operasional

OQ

Protap operasional ?
Pelatihan operator

Kebutuhan operasional
Limitasi operasional

Kualifikasi Kinerja
(Performance Qualification PQ)
Fasilitas
SOP
Kendali operasional

Lingkungan

Produk Akhir
Sarana Penunjang
Services & utilities

Personalia

Periksa :
Atribut statis
Kualitas produk akhir

Peralatan mesin

Kombinasi dari unsur-unsur di atas

Definisi Kondisi HVAC Ruangan

ISO 14644-1
Class

At rest

In Operation

Maksimum permitted number of particle/m3 equal


or above
0,5 m

5 m

0,5 m

5 m

Class 5 (UDF)
1 A

3.500

30

3.500

30

Class 5 (Turb.)
1 B

3.500

30

35.000

300

Class 6

35.000

300

350.000

3.000

Class 7 II C

350.000

3.000

3.500.000

30.000

Class 8 III D

3.500.000

30.000

35.000.000

300.000

Class 9 IV

35.000.000

300.000

Not defined

Not defined

The relationship between cleanroom particulate counts and cleanroom


bacterial counts as given by various standards are tabulated below :
ISO 14644-1
Class

Recommended limits for microbial contamination


Air sample
cfu/m3

Setile Plates
( 90 mm)
cfu/ 4 hours

Contact Plates
( 55 mm)
cfu/plate

Glove print
5 fingers
cfu/glove

Class 5 (LF)

<1

<1

<1

<1

Class 5 (Turb.)

10

Class 6

50

25

10

Class 7

100

50

25

Class 8

200

100

50

Class 9

Not defined

Not defined

Not defined

Not defined

Operational Qualification (OQ)

Tujuan OQ adalah membuktikan bahwa Sistem Tata


Udara (HVAC) yang terpasang dengan fungsi-fungsi
pengendalinya akan dapat memberikan kontrol
operasional yang dapat diterima dalam kondisi 'at rest'
sebagaimana yang disyaratkan.

ISPE definition : The purpose of OQ is to establish,


through documented testing, that all critical components
are capable of operating within established limits and
tolerance.

Kontrol operasional yakni pengoperasian dalam


batas toleransi yang ditetapkan dapat
didemonstrasikan melalui :

kemampuan untuk mempertahankan temperatur,


Relative Humidity RH dan perbedaan tekanan yang telah
diatur sebelumnya.
Kemampuan untuk memasok udara dalam kualitas dan
volume yang cukup
untuk memastikan kondisi 'kelas Clean Room' dapat
dicapai
Kemampuan untuk mempertahankan semua parameter
kritis seperti yang tercantum pada Design Qualification
DQ.

Operational Qualification
Mencakup antara lain :

Pengujian yang dikembangkan dan pengetahuan


tentang proses, sistem dan peralatan

Pengujian yang mempertimbangkan situasi pada konsisi


terburuk (worst case condition) dengan memasukkan
batas-batas opersional tertinggi dan terendah dalam
kondisi-kondisi pengujian.

Aspek praktis dari suatu OQ :

Laporan IQ harus lengkap dan ditandatangani oleh pejabat yang


berwenang.
Protokol OQ harus ditulis dan disetujui sebelum pelaksanaan.
Laporan pengukuran harus dibuat untuk membuktikan pencapaian
parameter kritis seperti yang dirinci dalam Design Qualification
(DQ). Misal :

Laporan pengukuran temperatur


Laporan pengukuran humidity
Laporan pengukuran perbedaan tekanan antar ruangan (Pressure
Deferential)
Laporan penentuan arah alir udara
Laporan penentuan jumlah partikel dalam ruangan. Gambar arsitek,
gambar M&E - sesuai 'as built drawing' etc
Manual, SOP, pembersihan dan perawatan
Laporan pelatihan staf teknik dan staf lain yang bertugas untuk
perawatan sistem tata udara (HVAC)

Protokol Operational Qualification


Ref. WHO Guide to GMP Requirements (1997) Part 2 : Validation

Tujuan

Deskripsi

Penggunaan alat/sistem

Karakteristik desain, ciri-ciri peralatan/sistem utama untuk


pengoperasian dan pengamanan, gambar desai/sistematik, kelistrikan

Daftar alat operasional, alat pengendali, alat


pengaman dan alat yang perlu dikalibrasi

Pemeriksaan dan pengujian parameter kritis

dan fungsi

Kalibrasi alat kontrol, fungsi alat pengaman, kesesuaian


parameter pengoperasian

Sesuai kriteria penerimaan (acceptance criteria)

Catatan deviasi

Protokol Operational Qualification


Ref. WHO Guide to GMP Requirements (1997) Part 2 : Validation

Dokumentasi penunjang
Skedul

kalibrasi ulang

Lembar
Protap

(pengoperasian dan perawatan)

Catatan

kerja dan format laporan


pelatihan operator

Laporan OQ
Hasil dan kesimpulan kualifikasi

Tandatangan
Operator,

pemeriksa, persetujuan, otorisasi

PERFORMANCE QUALIFICATION (PQ)

Tujuan PQ adalah membuktikan Sistem Tata Udara


(HVAC) yang terpasang dengan fungsi-fungsi
pengendalinya akan dapat memberikan kontrol
operasional yang dapat diterima dalam kondisi 'fully
operational' sebagaimana yang dipersyaratkan.

PQ membuktikan bahwa semua parameter kritis


sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Design
Qualification DQ dapat tercapai selama waktu
operasional dan dalam waktu-waktu yang akan datang.

PQ dilakukan setelah sukses melampaui demonstrasi


pelaksanaan IQ dan OQ.

PERFORMANCE QUALIFICATION (PQ)


PQ mencakup, antara lain :

Pengujian, menggunakan bahan produksi, substitusi


atau produk simulasi yang dikembangkan dari

pengetahuan tentang proses, sistem dan peralatan.

Pengujian mempertimbangkan situasi pada kondisi


terburuk Worst Case Condition yakni batas-batas
kondisi operasional tertinggi dan terendah.

Aspek praktis dari suatu PQ

PQ digunakan untuk mendemonstrasikan


pencapaian kriteria yang konsisten dari parameter
kritis kondisi produksi selama waktu operasional
dan dalam waktu-waktu yang menyusul

PQ dilakukan secara terus menerus on going

Pengujian PQ dan OQ kadang-kadang dilakukan


dalam waktu bersamaan.

Aspek praktis dari suatu PQ (lanjutan)


Pengujian PQ mencakup antara lain :
Uji Arah Alir Udara dan Air Flow pattern]
Uji Tekanan Udara
Pemantauan Temperature Ruangan
Pemantauan RH Ruangan
Pemantauan Jumlah Partikel Dalam Ruangan
Pemantauan Partikel Viabel
Uji Recovery

Program Pemantauan dan Perawatan Sistem HVAC (1)


Schedule of test to demonstrate continuing compliance
Test Parameter
Particle Count
Test

Class

Max. Time
Interval

Test procedure

A, B
ISO 5

6 months

ISO 14644-1
Annex A

C, D
ISO 5

12 months

ISO 14644-1
Annex A

Pressure
Differential

All class

12 months

ISO 14644-1
Annex B5

Air Flow

All Class

12 months

ISO 14644-1
Annex B4

Program Pemantauan dan Perawatan Sistem HVAC (1)


Schedule of additional optional test
Test Parameter

Class

Max. Time
Interval

Test procedure

Installed Filter
Leakage

All Classes

24 months

ISO 14644-1
Annex B5

Containment
Leakage

All Classes

24 months

ISO 14644-1
Annex B4

Recovery

All Classes

24 months

ISO 14644-1
Annex B13

Air Flow
Visualization

All Classes

24 months

ISO 14644-1
Annex B7

STRATEGIC TEST ISO 14644-1


Schedule of Tests to Demonstrate Continuing Compliance
Test Parameter

Test procedure

Particle Count Test (verification of


Cleanliness)

Dual particle counts to be carried out & result


printouts produced
No. of readings and positions of test to be in
accordance with ISO 14644-1 Annex B

Air Pressure Difference (to verify non crosscontamination

Log of pressure differential readings to be


produced or critical plants should be logged
daily, preferably continuosly. A 15 Pa pressure
differential between different zones is
recommended
In accordance with ISO 14644-1 Annex B5

Airflow Volume (to verify air changes rates)

Air flow readings for supply air and return air


grilles to be measured and air change rates to
be calculated in accordance with ISO 14644-1
Annex B 13

Airflow Velocity (to verify laminar air flow or


containment conditions

Air velocities for containment systems and


laminar flow protection system to be
measured in accordance with ISO 14644-1
Annex B4

STRATEGIC TEST ISO 14644-1


Schedule of Tests to Demonstrate Continuing Compliance
Test Parameter

Test procedure

Filter Leakage Test (to verify filter


integrity)

Filter penetration test to be carried out by recognized


authority to demonstrate filter media and filter integrity.
Onlu required on EPA filters in accordance with ISO
14644-1 Annex B6

Contaiment Leakage (to verify non crosscontamination)

Demonstrate that contaminant is maintained within a


room by means of
Air flow direction smoke test
Room air pressure
In accordance with ISO 14644-1 Annex B4

Recovery (to verify clean up time)

Test to establish time time that a clean room takes to


recover from a contminated condition to the specified
clean room condition should not take more than 15 min.
In accordance with ISO 14644-1 Annex 13

Airflow Visualization (to verify required air


flow patterns)

Test to demonstrate air flows ;


From clean to dirty area
Do not cause cross-contamination
Uniformly from laminar flow units
Demonstrated by actual or videved smoke test in
accordance with ISO 14644-1 Annex B7

Kualifikasi Retrospektif

Apa yang dapat dilakukan apabila proses kualifikasi DQ,


IQ, OQ dan PQ belum dikerjakan secara lengkap ?

Bukti terdokumentasi harus tersedia (atau dibuatkan)


untuk mendukung parameter-parameter operasional
beserta batas yang ditetapkan untuk variabel yang
bersifat kritis dari sistem yang terpasang. Disamping itu
harus tersedia dokumen-dokumen kalibrasi,
pembersihan, perawatan berkala, protap operasional
dan catatan pelatihan operator (PIC/S Annex 15)

Cukup OQ dan PQ saja yang dibuat.

Installation and Operating Qualification


(IQ/OQ)
Air Handling Unit 1
Type : NGM 0,72
I. Tujuan :

Untuk mendokumentasikan bahwa mesin yang dikualifikasi


memenuhi persyaratan atau spesifikasi rancangan yang telah
ditetapkan.

Untuk membuktikan bahwa mesin yang dikualifikasi


memenuhi kriteria/ketentuan dalam CPOB.

Untuk membuktikan bahwa mesin yang dikualifikasi


memenuhi tujuan aplikasi/penggunaannya.

Untuk membuktikan bahwa mesin yang dikualifikasi dapat


beroperasi pada batas operasional yang telah ditetapkan.

II. Tanggung Jawab:


QA (Quality Assurance)

Bersama-sama dengan Bagian Produksi dan Bagian


Teknik menyusun protocol IQ/OQ serta penyusunan
laporan IQ/OQ.

Bersama-sama dengan Bagian Produksi dan Bagian


Teknik menentukan parameter uji, kriteria penerimaan dan
analisa hasil serta membuat kesimpulan pengujian.

QC

Bersama-sama dengan Bagian Teknik melakukan


pengujian terhadap parameter-parameter uji yang telah
ditentukan.

Bersama-sama dengan Bagian QA menentukan kualifikasi


desain sesuai dengan tujuan penggunaan mesin.

Teknik

Bersama-sama dengan Bagian QA dan Bagian Produksi


menentukan desain mesin sesuai dengan kriteria desain
yang telah ditentukan.

Bersama-sama dengan Bagian Produksi melakukan


pengujian terhadap parameter-parameter uji yang telah
ditentukan.

III. Parameter Uji

Kelaikan Instalasi (IQ)

Kesesuaian rangkaian bahan pembuatan alat

Kebenaran (verifikasi) komponen

Ketepatan pemasangan (verifikasi)

Kesesuaian rancangan (design compliments)

Kelaikan Operasional (OQ)

Ketepatan fungsi komponen

Kebenaran operasi peralatan

Kebenaran batas operasional peralatan

IV. Kriteria Penerimaan (Acceptance Criteria)

Kelaikan Instalasi (IQ)

Semua komponen sesuai dengan rancangan

Semua komponen terpasang dengan benar

Perlengkapan pengawasan (kontrol) dan


terpasang dengan benar

Tersedia sistem penunjang (utilities) dalam kualitas dan kuantitas


yang memadai sesuai dengan keperluan

pemantauan (monitor)

Kelaikan Operasional (OQ)


Peralatan dapat dioperasikan sesuai dengan tujuan penggunaan
dalam batas operasional yang telah ditentukan

Alat kontrol dan monitor bekerja sesuai dengan tujuan


penggunaannya

Alat pengaman bekerja dengan benar, sesuai dengan tujuan


penggunaannya

V. Hasil Lembar Kerja Operational Qualification (OQ)


1.Tekan NFB panel listrik AHU ke posisi ON
2.Tekan ON pada panel kontrol
3.Putaran impeler searah jarum jam
4.Cek amper motor, apakah masih di bawah amper
maksimal ( 35 Ampere )
5.Setelah 30 detik, satu unit outdoor bekerja.
6.Setelah 30 detik, kedua unit outdoor bekerja.
7.Putaran impeler searah dengan tanda panah.
8.Differential pressure gauge menunjukkan angka di
bawah 25 mm H2O.
9.Instalasi peralatan sesuai dengan rancangan yang
ditetapkan
10.Pre filter yang dipakai sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan
11.Medium filter yang dipakai sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan
12.Hasil pengujian setiap ruangan dilampirkan
dalam laporan IQ/OQ

Ya
Ya
Ya
Ya

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Ya
Ya
Ya
Ya

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

GREY AREA UNIT 1


ROOM

PRESSURE
(mm H2O)

TEMP.
(oC)

RH
(%)

AREA
(M3)

AIR CHANGE
(per hour)

DUST
COLLECTOR

Cuci peralatan

0,0

26

50

67,5

12 x

Penyimpanan alat
bersih

+2,0

26

51

45

10 x

Pengisian cairan obat


luar

0,0

27

50

67,5

14 x

100

Locker wanita

0,0

27

48

57,75

10 x

Locker pria

0,0

28

50

47,25

10 x

Penyangga

+1,0

28

50

10,5

20 x

Kemas Primer I

+1,0

27

52

26,25

20 x

100

Kemas Primer II

+1,0

27

52

52,5

20 x

100

Produk ruahan

0,0

26

50

47,25

14 x

Produk antara II

0,0

27

51

31,5

12 x

IPC

+1,0

26

49

22,5

12 x

Striping I

+1,0

27

48

18,75

20 x

100

Striping II

+1,0

27

52

18,75

20 x

100

Lanjutan
ROOM

PRESSURE
(mm H2O)

TEMP.
(oC)

RH
(%)

AREA
(M3)

AIR
CHANGE
(per hour)

DUST
COLLECTOR

Striping III

+1,0

27

50

26,25

12 x

Striping IV

+1,0

27

48

26,25

12 x

Penyangga

+1,0

27

52

24

12 x

Cetak II

0,0

27

54

45

20 x

100

Cetak III

0,0

27

53

45

20 x

100

Cetak IV

0,0

27

52

33,75

20 x

100

Cetak V

0,0

26

53

33,75

20 x

100

Cetak VI

0,0

26

50

26,25

20 x

100

Botol bersih

+1,0

27

49

56,7

14 x

Locker wanita

0,0

26

50

96

10 x

Locker pria

0,0

26

51

27

10 x

Koridor

+1,0

26

51

223,5

20 x

VI. Interpretasi Hasil dan Pembahasan


Air Handling Unit, merupakan peralatan yang diaplikasikan
sebagai mesin pengendali sirkulasi udara di ruang grey area
(klas III) agar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Sebagai
salah satu peralatan penunjang produksi maka mesin ini harus
diuji kelaikan (qualification test) terlebih dahulu sebelum
digunakan. Uji kelaikan tersebut meliputi :

Uji kelaikan Instalasi, dimana dalam uji ini mesin diuji


berdasarkan aspek rancang bangun mesin disesuaikan
dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang
berlaku, seperti aspek CPOB, aspek kesehatan dan
keselamatan kerja, dan sebagainya.

Dalam buku pedoman CPOB (Depkes RI, 1988) disebutkan


bahwa persyaratan untuk peralatan penunjang produksi
antara
lain :

Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan


terhadap produk.

Peralatan hendaklah dapat dibersihkan dengan mudah, baik


bagian dalam maupun luar.

Sedangkan dalam buku Petunjuk Operasional Penerapan


CPOB (Ditjen POM Depkes, 1989) disebutkan bahwa agar
peralatan dapat dibersihkan dengan mudah maka rancang
bangun peralatan
hendaklah dibuat sedemikian rupa sehingga :

Bagian yang harus dibersihkan mudah dibongkar dan dipasang


kembali.

Tidak terdapat bagian yang tidak terjangkau pada waktu


pembersihan.

Bagian dalam peralatan tidak berkarat atau mudah tergores


permukaannya.

VII. Gambar Teknis

Fresh air

Demper

Grey area
Motor listrik
Pre filter
Medium filter
Magnehelic
Fan blower
Cooling coil

VIII. Perencanaan Air Handling Unit 1.


Dari hasil survey ruangan yang akan ditangani Air Handling
Unit 1 adalah sebagai berikut :
1. R. Cuci peralatan
2. R. Penyimpanan alat bersih.
3. R. Pencampuran/Pengisian cairan obat luar.
4. R. Locker wanita.
5. R. Locker Pria.
6. R. Penyangga.
7. R. Kemas Primer 1.
8. R. Kemas Primer 2.
9. R. Produk Ruahan.
10. R. Produk Antara II.
11. R. IPC.
12. R. Striping I.

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

R. Striping II.
R. Striping III
R. Striping IV.
R. Penyangga.
R. Cetak II.
R. Cetak III.
R. Cetak IV.
R. Cetak V.
R. Cetak VI.
R. Botol bersih.
R. Locker wanita.
R. Locker pria.
Koridor.

Total volume ruangan : 394,65 m2 x 3 m (tinggi plafon) = 1183,95 m3,


dimana air change (pertukaran udara) yang dianjurkan untuk kelas III
(grey area) adalah 20 x.
Maka dasar perhitungan volume udara adalah :
Q = 1183,95 m3 x 20/h
= 23.679 m3/h.
Untuk pendinginan udara dipakai satu unit Cooling Coil Air Conditioner
dengan kapasitas : 30 PK.
Total kapasitas AC : 30 x 500 m3/h = 15.000 m3/h.

Spesifikasi peralatan :
1. Centrifugal fan.
Volume of extraction
: 23.679 m3/h.
Static pressure
: 900 Pa.
Motor power
: 18,5 kW.
Motor speed
: 1400 rpm.
Fan speed
: 1400 rpm.
Inlet section diameter
: 630 mm.
2. Air Filter.
a. Pre Filter
Spesifikasi :
- Dimensi
: 24 x 24 x 2.
- Kapasitas
: 3400 m3/h
- Efisiensi
: 35%
- Jumlah filter : 23.679 m3/h + 10% (safety factor)
3400 m3/h
: 7,6 ~ 9 pcs.

b. Medium Filter
Spesifikasi :
- Dimensi
- Kapasitas
- Efisiensi
- Jumlah filter

: 24 x 24 x 12
: 3400 m3/h
: 95%
: 23.679 m3/h + 10% (safety factor)
3400 m3/h
: 7,6 ~ 9 pcs.

3. Perhitungan partikel
Dalam 1 m udara terdapat 2.000.000 partikel (Perry Chemical Engineers
hand Book Seventh Edition)
a. Menggunakan Pre Filter dengan efisiensi 35 %
= 2.000.000 x 100 35
100
= 1.300.000 partikel.
b. Menggunakan Medium Filter dengan efisiensi 95%
= 1.300.000 x 100 95
100
= 65.000 partikel

Jadi perencanaan pemilihan Air Filter tersebut memenuhi standart


kategori Klas III (Grey Area) yaitu : 100.000 partikel

IX. Rencana Pengujian


Pada setiap ruangan yang termasuk klas III (Grey Area) dilakukan
pengujian sebagai berikut :
1.Pressure (mmH2O)
2.Air change per hour
3.Suhu
4.Kelembapan nisbi

Kelaikan Operasional (OQ)


Peralatan dapat dioperasikan sesuai dengan tujuan
penggunaan dalam batas operasional yang telah ditentukan
Alat kontrol dan monitor bekerja sesuai dengan tujuan
penggunaannya
Alat pengaman bekerja dengan benar, sesuai dengan tujuan
penggunaannya
Parameter Uji
1.Pressure (mm H2O)
2.Air Change per hour
3.Suhu
4.Kelembaban nisbi

Batas Penerimaan
- 10 Pa dibanding klas di bawahnya
-5 20 kali
-24 280C
-50% - 65%

Lembar Kerja Operasional Qualification (OQ)


Air Handling Unit I
Type : NGM 0,72
1. Tekan NFB panel listrik AHU ke posisi ON

Ya

Tidak

2. Tekan ON panel kontrol

Ya

Tidak

3. Putaran impeler searah jarum jam

Ya

Tidak

4. Cek amper motor, apakah masih dibawah amper maksimal (35


amper)

Ya

Tidak

5. Setelah 30 detik, satu unit outdoor bekerja

Ya

Tidak

6. Setelah 30 detik, kedua unit outdoor bekerja

Ya

Tidak

7. Putaran impeler searah dengan tanda panah

Ya

Tidak

8. Differential pressure gauge menunjukkan angka dibawah 25 mm


H2O

Ya

Tidak

9. Instalasi peralatan sesuai dengan rancangan yang ditetapkan

Ya

Tidak

10. Pre filter yang dipakai sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan

Ya

Tidak

11. Mediaum filter yang dipakai sesuai dengan spesifikasi yang


ditetapkan

Ya

Tidak

12. Hasil pengujian setiap ruangan dilampirkan dalam laporan IQ/OQ

Ya

Tidak

AIR HANDLING
SYSTEM
(CLEAN ROOM)

The air system is used by direction on :

CLASS 100.000

Resource of cooling is used by split duct system with spesification like this :

1. UNIT 1
Unit AC
Capacity
Air Flow
Filter

: Split Duct (DX System)


: 2 X 75,000 Btu/h
: 4,500 CFM
: PRE, Eff. 30%
MEDIUM, Eff. 90-95%
HEPA, Eff. 99.95%

Unit AC
Capacity
Air Flow
Filter

: Split Duct (DX System)


: 2 x 100,000 Btu/h
: 7,000 CFM
: PRE, Eff. 30%
MEDIUM, Eff. 90-95%
HEPA, Eff. 99.95%

2. UNIT 2

Air distribution system is used AHU :


Double Skin Casing Aluminium Thermal Break
High static pressure fan
High performance Evaporator Fan
Complete with Hepa filter
and Pre Medium filter
Control with
open Communication

Infill Panels
Standard 20mm thick i n f i l
l panels are of double
skinned construction from
pressure injected
polyurethane foam
insulation with 'K value of
0.O2Watts/moC and density
40kg/m3, sandwiched
between galvanized steel
with optional preplasticised
or pre-painted f i n i s h ,and
stainless steel sheet is also
available.

Filter Sections
Fully sealed f i l t e r sections are
designed for easy withdrawal and
renewal of filter cells and, are
constructed to house any type of
primary or secondary filters of
different media with various
efficiencies. In areas of particular
importance, such as hospitals and
c l e a n rooms, absolute filters can
be provided to ensure safe human
and machine environments.

Coil Section
Coils are computer selected to obtain
optimum psychometric efficiency with low air
and water pressure drops. Chilled water,
direct expansion, hot water and steam coils
are constructed from copper tubes,
mechanically bonded to aluminium fins as
standard. Other fin materials are available
including vinyl coated aluminium, copper,
tinned copper and galvanized steel. For
corrosive flow media, stainless steel tubes
and fins are available as an option.The c o i l
assembly completed with carbon steel,
copper or stainless steel headers is located
within the coil section on aluminium support
for easy withdrawal from either side.

Fan and Motor Section


Kruger manufactured fans form the heart of all
systems. Forward curved or backward curved
non-overloading aerofoil centrifugal fans are
available with various outlet configurations" All
fan wheels and pulleys are Individually tested
and precision balanced, statically and
dynamically, and keyed to the shaft. Motors,
mounted on slide rails with provision for easy
belt tensioning, drive the fan with heavy duty Vbelts. Combination spring and rubber vibration
isolators are selected to match t h e p o w e r /
w e i g h t ration of each fan for maximum
isolation.

Double SKINNED

Advantages:
Easy Installation
Leak Free Construction
Thermal Break Construction
Light Weight
Easy to Replace The Filters
Double Skinned or Single Skinned Panels
Suitable for major Pre Filters, Medium Filters and
HEPA Filters Brands
Custom Made to Various Dimensions

Advantages:
Easy Installation of HEPA/ULPA Filters
Aluminium Profile
Leak Free Construction
Light Weight
Easy to Clean Difusser
Round or Square connection*
Suitable for major HEPA Filters Brands
Custom Made

The using of the right filter will the result to achieve the air class very well suitable condition filter is used :

The filter is used :

PRE FILTER
Type
Eficiency

: Disposable
: 30%

MEDIUM FILTER
Type
Eficiency

: Rigid Type
: 90-95%

HEPA FILTER
Type
Eficiency

: H13
: 99.95%

The air distribution line is used :


Pre Insulated Ducts :
Thickness
: 20mm
Density
: 45-65 Kg/m
Both Side Of
Advantages :
Aluminum Foil
Economic
SKIN
No corrosion
without extra isolation
Increase the air quality
Efficient and high flexibility
easy in working,set up, and maintenance

High-Density PIR
Foam

Pre-Insulated Duct

Steel Duct

Stainless Duct

Remark

Insulation

Self-insulation
(0.020-0.22w/m.k)

Insulation Needed
Additionally

Weight

1.38 1.44 Kg/m2

7.0 Kg/m2-8.3 Kg/m2

Noise

Excellent noise reducing effect

Noise generaton
And transfer

Corrosion

No Corrosion

Corrosion by humidity in
air

Epoxy coating

Leakage

Excellent

Installation

Easy, Light No Extra Insuation

Hard to cut, bend, extra


insulation needed

Low cost short period

Exterior

Various color

Extra painting needed

Maintenance

Easy

Hard

Durability

Semi - Permanent

About 10 years

Insulation

Self-Insulation

Fibre glass & Aluminium


foil

Tools

Simple, No electricity

Complex, use electricity

Flame
Retardency

B.1

The
Following
Standart

GB50243 2005

SMACNA

GB50045 - 95

SMACNA

G/W 40T effect-without


extra insullation
6.5 Kg/m2

Above 10 Years

1/5 weight of steel duct

PENDISTRIBUSIAN UDARA DI GREY AREA MENGGUNAKAN


FIXED SWIRL DIFFUSER FK- YXIC (Standart WHO)

To supply helical air with high indutivity rate, air speed and air
temperature
Rapid reduce;round and square diffuser panel for option
The outlet can be adjusted by hand

-0.30

THE AIR DIRECTION AMONG ROOM

Schematic Diagram
A/C Sistem Class 100.000
AIR HANDLING UNIT

INDOOR C/W
PRE FILTER
MEDIUM FILTER

HEATER
( optional )

HEPA FILTER

VSC
CONTROL HEATER :
HS
= HUMIDITY SENSOR
HLS
= HIGH LIMIT SWITCH
TS
= TEMPERATURE SENSOR

Integral control
solution AHU
CO sistema

Sensor Temperature
Dan Humidity

Pressure sensor

Control
Valve & Damper

AC

Water Generation
System

Water Generation System


Latar Belakang
Lebih dari 60% masalah yang berhubungan dengan mikroorganisme berawal dari system pengolahan air.
Bagi industri farmasi, kualifikasi air menjadi salah satu
pekerjaan utama siang dan malam.

Klasifikasi Air
Sesuai dengan pemakaiannya, air dapat dibagi atas :
1. Drinking Water
air untuk keperluan minum dengan persyaratan sebagai
berikut :

Tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna.

Bebas mikro-organisme patogen yang sering dijumpai


dalam air, seperti : E.Coli, Salmonella, Mycobacteri dll

Mengandung mineral dengan jumlah sesuai dengan


kadarnya dalam peluh dan darah.

2. Demineralized water (DMW / Aquademineralisata)


Air bebas mineral baik ion positif yang berasal dari logam (besi,
mangan, dll), kesadahan (kapur, magnesium, dll) maupun ion
negatif yang berasal dari udara (HCO3-, CO3=, NO3-), gas halogen
(Cl -, Br -, I -, F-), belerang (HSO3-, SO4=) dll.
DMW juga memenuhi persyaratan mikro-organisme sama seperti
pada air minum (bebas bakteri patogen) dengan conductivity
max 10 S/cm pada 25C.

3. Purified Water (PW)


Air murni yang dihasilkan melalui serangkaian proses
pendahuluan untuk menghilangkan rasa, bau, warna, kesadahan,
ion positif & negatif dengan menggunakan water softener, mixed
bed, RO / reverse osmosis system dan sinar UV / ultraviolet.
Kualifkasi PW harus memenuhi persyaratan European
Pharmacopoeia & USP-28 dan harus di-recycle terus menerus
selama 24 jam non-stop.

4. Highly Purified Water (H.P.W)


Air murni yang dihasilkan dengan sarana seperti diatas kecuali
mixed bed diganti E.D.I/Electro Deionization System sehingga kadar
logam berat & nitrat dapat ditekan rendah.
E.D.I : pengikatan ion-ion dalam air dengan menggunakan elektroda
yang diberi arus listrik.
Kualifikasi H.P.W/highly purified water harus memenuhi persyaratan
Eur. Pharmacopoeia dan harus di recycle terus menerus 24 jam non
stop.

5. Water For Injection (W.F.I)


Air untuk injeksi dihasilkan dengan sarana seperti pada produksi
H.P.W, hanya pada fase terakhir dilakukan pemanasan dalam
tangki tertutup untuk mensterilkan air yang dihasilkan dan selama
distribusi dalam pipa.
Kualifikasi W.F.I harus memenuhi persyaratan Eur. Pharmacopoeia
dan & USP-28 dan harus di recycle terus menerus 24 jam non stop.

6. Pyrogen Free water for Injection (PFWFI)


Air untuk injeksi yang bebas pirogen dihasilkan dari air baku : P.W
(purified water) atau H.P.W (highly purified water) yang di destilasi 2
kali (bi-destilation).
Kuaifikasi P.F.W.F.I harus memenuhi persyaratan yang tecantum pada
USP-28 serta harus di recycle selama 24 jam.
Pasokan air (Raw water)
Ada 3 jenis air yang dapat dipakai sebagai raw water :
1.

Air PAM/city water

2.

Shallow Well water : air dari sumur dangkal (10 20 m)

3.

Deep Well water : air dari sumur dalam (80 150 m)

Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water) yang memenuhi
syarat ditentukan dari target mutu air yang akan dihasilkan.
Demikian pula mutu air menentukan peralatan yang diperlukan untuk
pengolahan air tersebut.

Pharmaceutical Grade
Water Requirements
Purified Water
(Eur. Pharm. +
USP)

Highly Purified Water

Water For Injection

(European
Pharmacopeia)

(Eur.
Pharm.)

1.3 S/ cm

1.3 S/ cm

1.3 S/ cm

Heavy Metals

0.1 ppm

0.1 ppm

Nitrate

0.2 ppm

0.1 ppm

< 500 ppb

< 500 ppb

< 500 ppb

< 100 cfu/ ml

< 10 cfu/ ml

< 10 cfu/ ml

< 0.25 Eu/ ml

< 0.25 Eu/ ml

Conductivity at
25C

Total Organic
Carbon
Microbial Limit
Endotoxines

USP

Dalam banyak produk, air termasuk dalam lebih dari 70% bahan baku
tambahan. Jadi jika ada masalah dengan kualitas air, maka akan
berdampak langsung pada kualitas produk.
Pembagian System Pengolahan Air
Umumnya sistem pengolahan air terdiri atas 4 bagian sebagai berikut :
1. Pra-pengolahan /water pre-treatment system
2. Pengolahan pertama / water first treatment system
3. Pengolahan akhir / water final treatment system
4. Sistem distribusi / piping looping

Prinsip Utama
Ada banyak sistem yang ditawarkan suplier untuk sistem pengolahan
air, tapi beberapa prinsip utama harus tetap dipegang :
1. Alat yang dipasang pada sistem bukan merupakan tempat
tumbuhnya mikro-organisme
2. Hilangkan & basmi mikro-organisme sejak dari sumber air dan
sepanjang aliran proses pengolahan
3. Hilangkan partikel tak larut, bahan-bahan organik dan beberapa
mineral tanah di tahap pra-pengolahan/pre-treatment
4. Hilangkan zat-zat terlarut dan sisa zat organik di tahap pengolahan
pertama / first treatment.
5. Hilangkan sisa-sisa oxidizer (chlorine / ozone, peroxide dll) dan
partikel partikel sisa di tahap pengolahan akhir.

Komponen pengolahan yang tidak direkomedasi


Beberapa komponen dan prasarana yang tidak direkomendasi karena
merupakan tempat tumbuhnya mikro-organisme adalah :
1. Active carbon
2. Ion exchanger dengan resin
3. Mixed bed

Tahap Pra-pengolahan / pre treatment


1. Raw water tank
Air baku yang dipakai harus mendekati kualitas air minum Suplai
air baku perlu disimpan dan diklorinasi dalam suatu tangki
stainless steel 304 (SS 304) untuk memastikan terjadi waktu kontak
yang cukup antara Clorine dan mikro-organisme yang ada di air
baku. Diperlukan kadar chlorine yang cukup tinggi (0,2-0,5 ppm)
karena sebagian chlorine akan diikat oleh partikel-partikel tak larut,
zat-zat organik, jasad renik dsb
2. Multi media filter
Fungsi :
Menghilangkan zat-zat tak larut dan beberapa mineral seperti
besi (Fe), mangan (Mn), dan silika (Si02). Zat-zat ini biasa
ditemukan dalam air tanah maupun air permukaan.

Komposisi : - Pasir, hijau (Green sand), untuk menyerap zat besi, &
mangan
- Antrasit, untuk menyerap silika dengan waktu pakai lebih
lama
Karena proses pengolahan berlangsung terus menerus, maka
multimedia filter disediakan sepasang. Bila satu unit dicuci maka yang
lain maka yang lain masih bisa beroperasi.
3. Water softener
Fungsi : Menghilangkan kesadahan pada air dengan cara
mengikation Ca2+ (kalsium) dan ion Mg2+(magnesium)
denganmenggunakan resin negatif (kation resin )
Berbentuk cylinder tank terbuat dari bahan fiber (PVC - SCH 80)
yang dilengkapi Automatic back washing & Automatic control
valve yang diatur melalui PLC (Programmable Line Control) agar
sinergis dengan peralatan lainnya.

Karena proses pengolahan berkesinambungan, make didesain Twintype agar bila yang satu diperbaiki maka yang lain masih bisa
beroperasi.
4. pH Adjuster
Fungsi : Mengontrol pH air agar selalu sesuai dengan persyaratan air
sebelum ditambahkan antioksidan sodium metabisulfit agar
kerjanya dapat optimal (pH optimal untuk sod. Metabisulfit 6,58,5)
Larutan adjuster pH terdiri atas :
- NaOH 0.1 N : bila pH dibawah 5,0
- HCI 0,1 N

: bila pH air diatas 8,0

Berbentuk sepasang cylinder tank terbuat dan bahan fiber (PVC - SCH
- 80) yang dilengkapi pompa khusus tahan bahan kimia dengan closing
valve yang dilengkapi automatic control dan diatur melalui PLC
(Programmable Line Control) agar sinergis dengan peralatan lainnya.

5. Sodium metabisultit dosing system


Fungsi : Menghilangkan chlorine atau zat oksidasi lain (hidrogen
peroksida / asam persulfat) yang masih terkandung dalam air
dengan penambahan larutan antioksidan, sodium metabisulfit
0,1%
Berbentuk cylinder tank kapasitas 10 galon, terbuat dari bahan HDPE
(High Density Poly Ethylen) yang dilengkapi pompa khusus tahan
bahan kimia dengan automatic control dosing valve yang diatur melalui
PLC agar sinergis dengan peralatan lainnya.
6. Anti scalant dosing system
Fungsi : Menghilangkan silika yang terkandung dalam air dengan cara
membentuk senyawa yang tak larut untuk kemudian difiltrasi melalui
filter pore size 5

7. UV Desinfectant
Fungsi : Menghilangkan dan membasmi mikro-organisme yang masih
terkandung dalam air dengan penyinaran ultra-violet yang
dipancarkan pada panjang gelombang 254 nm dengan jarak
tertentu
(max. 25 cm)
Agar kerja radiasi UV dapat maksimal. dibentuk seperti pipa memanjang
dengan panjang 1,5 - 3,0 meter dan aliran air diatur tak melebihi 2 m3/jam
8. Mikron Filter
Fungsi . Menghilangkan partikel-partikel zat organik/inorganik serta
mikroorganisme yang ukurannya di atas 5 agar air baku yang akan melalui
R.O (Reverse Osmosis) sudah cukup bersih dari pengotoran mekanik &
mikro.

Mikron filter biasanya dijual dalam bentuk filter housing dari stainless
stell + catridge. Catridge filter yang tersumbat dapat diketahui dari
naiknya tekanan air melebihi batas maksimum (> 40 psi) Catridge filter
tersebut bila sudah tersumbat harus diganti dan bisa didapat dengan
berbagai merek, diantaranya : Fin Aqua, Millipore, Waters, Wedeco
dll.Selain ukuran 5 juga terdapat pore size lainnya seperti : 0,22 45
& 50.

Tahap Pengolahan Pertama /Water First Treatment System


A. Reverse Osmosis (RO)
Salah satu perubahan kualifikasi air murni / Purified water yang
tercantum dalam USP 26 adalah persyaratan Total Organic Carbon /
TOC sebesar 0,5 ppm (500ppb)
Untuk mencapai kualifikasi air seperti di atas diperlukan sarana RO /
Reverse Osmosis.
Cara Kerja RO : Reverse Osmosis (RO) adalah suatu teknik purifikasi
air yang dapat mengurangi 99% dan Total dissolve solids (TDS) di air.
Proses yang terjadi merupakan tahap filtrasi terbaik dari teknologi
membran (hinqqa 0,0001 mikron)
Untuk itu aliran air baku dengan tekanan hingga 150 - 200 psi yang
dihasilkan dengan pompa tekanan tinggi dialirkan melalui membran
semi permeabel khusus.

Proses yang terjadi merupakan penyaringan molekuler dimana hanya


air murni saja yang bisa melewati membran.
Sementara kontaminan akan ditolak dan dibuang ke dalam saluran
limbah. Kontaminan yang direject oleh membran diantaranya garam
terlarut senyawa bermolekul besar > 150-250 Dalton.

Pemilihan R.O :
Dalam pemilihan RO perlu dipertimbangkan beberapa hal :
1. Single RO atau Double RO
Sinqle reverse osmosis hanya memiliki 1 unit permeable tube filter
dalam 1 rangkaian proses dan direkomendasikan untuk air baku
dengan kadar silika rendah.Double reverse osmosis memiliki 2 unit
atau lebih permeable tube filter dalam rangkaian prosesnya dan
direkomendasikan untuk air baku dengan kadar silika tinggi seperti di
daerah Semarang dll.
2. Jenis desinfeksi dan sanitasi yang akan dilakukan
Ada 2 macam RO yang ada di pasaran :
2 .1. Industrial Grade (tidak direkomendasi untuk industri farmasi)

2.2. Pharmaceutical Grade :


1.2.1. Tipe chemical Desinfection
A. Tahan Chlorine (Cl2)
- Jenis membran : Celullose Acetate / CA
- Jenis desinfectan : Chlorine /klorin dipakai Ca-Hipoklorit
B. Tahan Hidrogen peroxide (H2O2), ozon (03) & asam persulfat
- Jenis membran : Polyamide / PA
- Jenis desinfectan : Hidrogen peroxide / ozon (03)
PA membran memiliki daya lentur yang lebih besar dibanding CA
1.2.2. Tipe heat resistant desinfection
Tahan terhadap desinfeksi yang menggunakan air panas (9095C) - Jenis membran : Celullose Acetate / CA

3. Kapasitas reduksi TDS (Total dissolve solids)


Kapasitas TDS reverse osmosis targantung dari kapasitas filter dan
aliran masukan air (feed water flow). Semakin besar feed water flow
makin besar pula TDS.Kapasitas TDS optimal 5 ppm untuk
kebutuhan Purified Water 1000 l/ jam
4. R.O Cleaning cycle
Yang terbaik adalah dengan sistem otomatis yang dapat secara
periodik melakukan auto cleaning setelah nilai TDS melewati ambang
batas ( 5ppm)
Sanitizing cycle time : 30 menit
5. Permeate capacity dan membran RO
Merupakan tolak ukur kemampuan filtrasi dan membran permeable
RO. Biasanya dinyatakan dalam % salt rejection capacity.

B. Mix Bed Column


Mix bed column merupakan pengembangan dari Ion Exchange Column
konvensional dimana sebagai penukar ion positif dan negatif
digunakan bahan resin khusus.
Ion exchanger terdiri alas 2 tangki slindris :
- Cation exchanger : mengikat ion positif & menukarnya dengan ion H +
- Anion exchanger : Mengikat ion negatif & menukarnya dengan ion OH
Tap dengan ion exchanger konvensional hasil air yang didapat masih
menunjukkan conductivity vanq tinqqi 10 Siemens/cm karena masih
terdapat ion-ion walau dalam jumlah sangat kecil. Untuk mendapatkan
hasil air dengan conductivity yang memenuhi persyaratan USP 26
(< 1,3 pSiemens/cm) digunakan mix bed column dimana dalam
cylinder tank diisi secara bergantian cation exchanger & anion
exchanger sehingga proses penukaran ion dapat berlangsung lebih
efisien.

Ion Exchanger

Mix Bed Column

Tahap Pengolahan Akhir / Water Second Treatment System


A. EDI / Electro Deionization
Merupakan perkembangan dari Ion Exchanger dimana sebagai
pengikat ion (+) & (-) digunakan elektroda disamping resin. Elektroda
ini dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian
airdapat berlangsung terus menerus.
Analogi :
Ion-ion positif & negatif dialirkan melalui lapisan resin
-Anion Exchange resin akan mengikat ion ( - )
-Cation exchange resin akan mengikat ion ( + )
Selanjutnya ion ( + ) & ( - ) yang masih tersisa akan ditarik oleh
elektroda-elektroda :
-Anodyte (elektroda positif ) akan menarik ion ( - )
-Catodyte (elektroda negatif) akan menarik ion ( + )

Gerakan ion ( + ) dan ( - ) menuju elektrode yang berlawanan akan


dihalangi oleh membran-membran
-

Anion membrane hanya dapat dilalui ion ( - )

Cation membrane hanya dapat dilalui ion ( + )

Dengan demikian maka terjadi penumpukan ion ( + ) pada area C A


(cation anion) di sebelah kiri dan penumpukan ion ( - ) pada area C
A di kanan, karena masing-masing tidak dapat menembus membran
yang dipasang sebelum mencapai elektroda. Ion ( + ) tidak dapat
menembus Anion membrane, sedangkan ion ( - ) tidak dapat
menembus Cation membrane.
Selanjutnya larutan pekat ion ( + ) dan ( - ) tersebut dibuang ke dalam
saluran pembuangan limbah.

T.O.C / Total Organic


Carbon

T.O.C / Total Organic Carbon


Definisi : Total Organic Carbon / TOC adalah pengukuran
tak
langsung atas jumlah molekul organik yang
terdapat
dalam air yang digunakan dalam
pembuatan preparatpreparat oral farmasi dalam
satuan unsur carbon.
Molekul organik berada dalam air melalui raw water (air
baku), dari material pemurnian & sistem distribusi, dari
pertumbuhan biotik dalam sistem.
TOC juga dapat digunakan sebagai suatu proses
pengawasan dengan memonitor performance dari unit-unit
operasional pemurnian dan sistim distribusi.

Sejumlah metode yang exist dan Acceptable telah


digunakan untuk analisa TOC. Tidak ada pembatasan untuk
alternative teknologi yang digunakan, tetapi harus dapat
membuktikan bahwa kualifkasi metode analisa dan
instrumen yang dipakai akan memberikan hasil yang valid.
Teknologi analisa yang dipakai akan memberikan hasil yang
valid.
Teknologi analisa yang dipakai untuk mengukur TOC harus
dapat mengoksidasi sempurna molekul organik yang
terdapat dalam sampel air menjadi CO (carbon dioxide),
mengukur level CO yang dihasilkan, dan menampilkan
respon ini sebagai konsentrasi carbon.

Teknologi analisa yang dipakai harus dapat membedakan


unsur inorganik carbon yang mungkin terdapat dalam air
sebagai CO terlarut dan bikarbonat (HCO) serta CO
yang dihasilkan dari oksidasi molekul organik dalam
sampel.
Dua metode yang umum digunakan mengukur TOC :
1. Metode 1 :
Dengan mengurangi kadar IC / Inorganic compound
dari Total Carbon / TC yang merupakan jumlah total
TOC = TCcarbon.
- IC
organik carbon dan inorganik

2. Metode 2 :
Purgable Organic Carbon
Metode ini menentukan senyawa Inorganic Carbon
(IOC) yang sudah ada sebelum berbagai bentuk
carbon diukur. Walau demikian, IOC ini juga
memerangkap molekul organik yang dioksidasi
menjadi CO dan dihitung sebagai purgable organic
carbon (POC).
Non Purgable Organic Carbon
Senyawa organic carbon (OC) yang terdapat dalam
sampel ikut teroksidasi menjadi CO dan dihitung sebagai
non- purgable organic carbon (NPOC).

TOC merupakan jumlah dari POC dan NPOC


TOC = POC + NPOC
Khusus air untuk proses produksi di industri farmasi,
jumlah POC dapat diabaikan dan tidak
diperhitungkan. Karena itu, khusus untuk kasus ini rumus
di atas menjadi :
TOC = NPOC
Metode analisa TOC yang direkomendasikan terdapat pada
United States Pharmacopoeia / USP edisi 28, 2005 ; 27
2004

Physicochemical Monitoring
Literatur : JPF / Japan Pharmacopoeial Forum, Vol. 14, No. 4,
December, 2005
Physicochemical Monitoring dari Pharmaceutical Water
System umunya menggunakan indikator :
- Electric conducting (EC)- diukur dengan alat
Conductivity meter
- Total Organic Carbon (TOC) - diukur dengan alat TOC
analyzer

Indicator TOC
Batas maksimal untuk PW / Purified Water dan WFI / water
for injection yang direkomendasikan untuk TOC level
adalah :
Action level : 300 ppb (in-line)
400 ppb (off-line)
Sedangkan batas standar untuk city water : 5 ppm.
TOC apparatus, memiliki karakter khas dengan perhitungan
jumlah organic carbon dari perbedaan konduktivitas
sebelum dan sesudah penguraian. Oksidasi senyawa
organik tanpa memisahkan exist CO dari larutan sampel,

Berisi ion-ion senyawa organik atau senyawa organik yang


mengandung Nitrogen, sulfur, halogen seperti Cl/gas
chlorine dan sejenisnya. Karena itu TOC apparatus harus
diseleksi terutama terhadap kemurnian air farmasi yang
akan diukur serta resiko kontaminasi karena kerusakan
peralatan water generation system.
Summary : air yang akan diperiksa harus memiliki
kemurnian yang
dengan TOC apparatus.

cukup sebelum dianalisa

TOC regulasi menyatakan bahwa TOC analyzer harus


dikalibrasi agar peralatan tersebut dapat dengan baik
menganalisa secara periodik dengan batas deteksi 0.05 mg
C/liter atau lebih rendah. Metode test dapat menggunakan
On line analyzer atau Off line laboratory analyzer.
Acceptability dari on-line TOC untuk TOC testing tergantung
pada lokasi water system.
Sebagai tambahan, respon peralatan pada lokasi ini harus
merefleksikan kualitas air yang diambil dari tiap titik outlet
point of use.

Kelayakan TOC analyzer ditentukan oleh test terhadap 3 larutan


sampel yang berbeda :
a. Larutan blangko (Rw)
b. Larutan standar (Rs) dari 0,5 mg C/Liter sucrose
c. Larutan standar khusus (Rss) dari 0,5 mg C/Liter 1,4
Benzoquinone
Response efsiensi dapat dihitung berdasarkan persamaan :
Response Efficiency = 100 [(Rss Rw) / (Rs
Rw)]

TOC analyzer dikatakan layak pakai bila hasil Response


efficiency berkisar antara : 85% - 115%. Air sampel yang
diperiksa dinyatakan baik apabila :
Air sampel (Rs) atau larutan yang tidak melalmpaui batas
response (Rs Rw)
Jadi air sampel tersebut memnuhi persyaratan dan dapat
digunakan untuk TOC.
Air sampel yang sudah lolos uji TOC test dapat digunakan
untuk pengolahan di produksi.

Kesimpulan :
1. Prinsip kerja sebuah TOC analyzer adalah dengan
mengoksidasi

sampel air dengan menggunakan oxidator

menjadi CO lalu CO dari hasil oksidasi tersebut diukur


dengan suatu detektor yang menggunakan teknologi UV
lamp membrane conductivity.
Dalam hal ini UV lamp & persulfate sebagai
oksidator sedangkan Membrane conductivity sebagai
detektor.

2. United States Pharmacopoeia / USP 23 29, Bab 5,


Chapter 643 menyatakan bahwa pengukuran TOC tidak
dapat langsung / indirect measurement, tapi harus
melalui pendekatan dimana ada 2 metode yang dipakai :
Metode 1 :

TOC = TC - IC

TOC = Total organic carbon


TC = Total carbon
IC
= Total inorganic carbon

Metode 2 :TOC = POC - NPOC


POC
NPOC

= Purgable organic carbon


= Non-purgable organic carbon

3. Pada JPF (Japanesse Pharmacopoeial Forum 14 , 4 Desember


2005 hal 949) disebutkan bahwa Bila tidak ada pemisahan
CO, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya
pembacaan false positive atau false negatif.
Untuk mencegah hal di atas maka TOC analyzer harus
memisahkan CO yang ada dalam air sebelum proses oksidasi,
dengan menggunakan membrane selective permeable gas
CO.
4. TOC analyzer yang direkomendasikan untuk dipakai adalah
yang dapat mendeteksi kadar carbon antara 300 ppb 50 ppm
sehingga dapat diaplikasikan untuk PW (purifed water) dan
WFI (water for injection) serta validasi pembersihan / proses
cleaning validation.

5. TOC analyzer harus memiliki sistem validasi lengkap : IQ, OQ,


PQ (precision, accuracy, linearity, LOD level of detection,
LOQ level of quantity.

PROGRAM VALIDASI
SISTEM
PENGOLAHAN AIR

PROGRAM VALIDASI SISTEM PENGOLAHAN AIR


Purified Water dan Water for injection menurut USP-28
adalah air murni yang diperoleh dengan metode tertentu
dengan jumlah partikel, ion, senyawa organic dan jumlah
mikroorganisme yang sesuai dengan persyaratan
Validasi proses pengolahan air mempersyaratkan
pemeriksaan secara berkala terhadap mutu air sesuai
USP 28 serta harus dipasang alat monitor untuk menjamin
bahwa seluruh sistem berjalan baik sesuai fungsinya.

Tahap-tahap Validasi Proses Pengolahan Air


1.

Uraian tentang sistem, instalasi dan operasional

2.

Kualifikasi Instalasi / IQ

3.

Kualifikasi operasional peralatan & instrument / OQ

4.

Metode sampling air pada titik-titik tertentu

5.

Monitoring dan dokumentasi

I.Q / Instalation Qualification


Tahap-tahap pelaksanaan IQ
1. Pemeriksaan fisik peralatan untuk menjamin kesesuaian alat dengan
rancangan teknis
2. Pemeriksaan informasi operasional kritis dari setiap komponen
3. Metode pembersihan, sanitasi dn pemeliharaan serta frekuensinya
4. Dokumentasi

O.Q / Operational Qualification


Pemantauan operasional sistem menggunakan instrument yang sudah
dikalibrasi, diantaranya :
-Conductivity meter
- TOC Analyzer
- Thermometer
- Flow meter
- Manometer

Dokumentasi
A.

Peralatan
Cataatan yang terkait dengan peralatan meliputi : Validasi proses dan
operasional serta monitoring rutin.
Selain itu perlu dicatat pada Kartu Pemeliharaan Peralatan :
Conductivity meter, TOC Analyzer, Termometer, Flow meter, Manometer
dll.

B.

Komponen Utama
Yang termasuk komponen utama adalah peralatan inti yang terdapat
dalam rangkuman proses pengolahan air, seperti : multimedia filter,
carbon filter, water softner, anti scalane dosing pump, sodium metabisulfit
dosing pump, Ultra filtration, RO, Mixed bed, ultra filtration, Lampu UV
(ultraviolet)

Dokumentasi dari masing-masing komponen utama tersebut terdiri atas :


1.

Deskripsi

2.

Nama pabrik

3.

No. model / type

4.

No. seri

5.

Tanggal pembelian

6.

Tanggal Instalasi

7.

Ruang lokasi alat

C. Catatan Sampling air


- Lokasi tempat sampling
- Waktu sampling
- Metode sampling : titik sampling disanitasi & dibilas air steril, pengambilan
secara aseptik dalam wadah steril
- Frekuensi pengambilan sampel
* Air baku / raw water
: Kadar klor, sekali sehari
Uji logam berat, sekali seminggu
Uji kimiawi, sekali tiap 3 bulan
Uji mikroba, sekali tiap bulan
* Air murni / purified water : Uji kimiawi, sekali tiap minggu
Uji mikrobiologi, sekali tiap minggu
Uji endotoxin, sekali tiap 3 bulan
* Air untuk injeksi / water
for injection
: Uji kimia, sekali seminggu
Uji mikroba, sehari sekali
Uji endotoxin, sehari sekali
Uji kimiawi : pH, Klorida (Cl), Sulfat (SO4), amonia, kalsium (Ca+),
CO2, logam berat (Fe, Mn, Cu), TOC (Total Organic Compound),
chlorine (gas Cl2)

Water Distribution
(Looping System)

Water Distribution (Looping System)


Air murni dari pengolahan sangat rawan terhadap kontaminasi mikro
jika tidak memiliki perlindungan. Sebab air murni tidak memiliki suatu
zat yang dapat membunuh kuman seperti : zat oxidator, walaupun tidak
ada mikroba yang keluar dari air murni.
Jaringan pipa/looping dari sistem pengolahan ke titik pakai (point of
use) dapat terkontaminasi mikroba karena mikroba dapat hidup di
dalam cekungan dan celah-celah sambungan pipa atau di celah-celah
keran/valve (deadleg).
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas diperlukan rancangan
pemipaan (looping system) sedemikian rupa sehingga dapat
dihindarkan deadleg, celah atau cekungan.

1. Pemipaan dirancang sebagai loop, berarti : air hasil olahan


mengalir kontinyu sepanjang waktu dari tempat penampung
PW/purified water atau WI/water for injection ke sarana point of
use lalu kembali lagi ke tangki (Water Circulation Close System).
Aliran air harus dengan kecepatan tinggi, minimum 5 m/jam agar
dapat menghindari tumbuhnya mikroba.
2. Air yang mengalir dalam loop / pipa distribusi dipanaskan hingga
90-95C dalam tangki penampung (PW / WFI) lalu diputar ke sluruh
jaringan distribusi guna membasmi mikroba yang terdapat dalam
cekungan & celah-celah sambungan pipa atau celah-celah keran /
valve.
Guna mempertahankan suhu air dalam pipa agar tetap panas (9095C) maka pipa harus dibungkus dengan zat isolasi seperti : Rockwool lalu dibungkus lagi dengan pipa aluminium. Air harus
bersirkulasi selama 24 jam non-stop dengan temperatur tinggi (9095C). Karena itu setiap peralatan/sarana yang dipasang dalam pipa
distribusi / loop harus tahan terhadap suhu tinggi, contoh :
keran/valve, filter (sebagian besar filter tidak tahan panas), seal-seal
pada sambungan alat kontrol seperti TOC / Total carbon control

3. Menggunakan zat oksidator kuat tapi mudah didestruksi kembali


seperti ozon untuk proses desinfeksi / pemusnahan mikroorganisme yang terdapat dalam loop / jaringan pipa distribusi.
Untuk maksud tersebut, ozon dipompakan ke dalam air sampai
konsentrasi 25 mg/liter dan ikut sirkulasi aliran air dalam loop.
Padahal dengan konsentrasi O3 0,008 mg/liter sudah tidak ada
mikro-organisme yang hidup. Hal ini dilakukan secara periodik,
setelah jangka waktu tertentu dimana telah dilakukan validasi untuk
membuktikan bahwa selama jangka waktu tersebut tidak terdapat
pertumbuhan mikro-organisme.

Agar proses desinfeksi tersebut tidak lagi terdapat kandungan ozon


dalam air yang bisa merusak zat aktif ketika proses pengolahan , maka
diperlukan suatu perangkat yang terdiri atas :
a. Ozon generator
Alat penghasil ozon yang didapat dengan hidrolisa air terbentuk O 2
di katode .
Anode (+) H2O + 2e 2OH + H2
Katode (-) 2 H2O + 2e 4H+ + O2+ + 4e
Selanjutnya O2 dengan katalisator loncatan bunga api listrik diubah
manjadi O3 (Ozon)
Elektron
3 O 2+
2 O 3+

b. U.V ozon destructor


setelah ozonisasi air selesai dilakukan, maka ozon yang ada dalam
air harus di-destruksi agar tidak merusak zat aktif ketika dipakai
dalam proses pengolahan. Umumnya digunakan U.V light dengan
panjang gelombang tetentu 254 nm.
C.Ozon monitor / analyzer
berfungsi untuk mendeteksi kadar ozon yang terkandung dalam air.
Syarat harus 0,00 (tidak boleh terdapat kandungan ozon sama
sekali.

Pharmaceutical Piping System

Jaringan distribusi air / loop distribution system merupakan titik kritis


dimana dapat terjadi perkembangan mikro-organisme pada tempat
bercelah dan berkantong. Untuk pencegahan diperlukan beberapa
upaya yang mutlak harus dijalankan .
1. Bahan pipa dan polishing
Pipa yang dipakai harus terbuat dari stainless steel 316 L dengan
derajad kehalusan pada internal surfaceyang sangat bergantung
pada saat pembuatannya.
Untuk yang Pharmaceutical Grade ada 2 jenis :
a. Mechanical Polished (dipoles secara mekanik)
Surface roughness gradient (ASME/ANSI) Ra 0,8 m. Sesuai
persyaratan USP 29 hanya bisa dipakai untuk distribusi
PW (purified water)

b. Eletronical polished (dipoles secara elektronik) :


Surface roughness gradient (ASME/ANSI) Ra 0,375 m. Sesuai
persyaratan USP 29 hanya bisa dipakai PW maupun WFI (water for
injection

2. Welding / Pengelasan
Dalam upaya meminimalisir bio-film

(lapisan lendir hasil

perkembang- biakan mikro-organisme) dipermukaan dalam pipa,


maka untuk

proses welding dari sambungan pipa diperlukan proses

khusu memakai alat Orbital welding apparatus dengan aliran gas


nitrogen murni selama pengelasan agar tidak terjadi lapisan karbon
yang menyebabkan sambungan berpori dan kasar.

3. Point of Use (titik pemakaian)


Jenis kran yang dipakai pada tiap Point of Use harus khusus
karena harus terbuat dari bahan stainless steel 316 L serta tidak
boleh mempunyai cekungan / celah / kantung tempat berkumpulnya
air saat kran ditutup.
Jenis kran yang dipakai disebut Zero deadleg valve atau disebut
plasma valve.
Kran jenis ini mempunyai jarak sambungan (kran & pipa) ke plasma
(plat logam yang dapat saling menutup atau membuka) sejauh
max 3 D (D = Diameter pipa / loop).
Jarak antara plasma-plasma pada valve saat kran ditutup harus =
0,00 mm (tanpa celah). Karena itu disebut zero deadleg valve.
Pipa yang akan dipasang kran harus berbentuk U, dengan kran
menempel pada cekungan pipa tebawah pada jarak maksimum 3 D.

Hal ini dimaksud agar tidak


Terdapat titik mati pada loop
Saat kran / point of use
Tidak dipakai

4. Desain & Instalasi


Tantangan utama dalam mendesain instalasi pemipaan di industri
farmasi (pharmaceutical piping system) adalah persyaratan GMP
dari tiap negara khususnya manufacturing / pengolahan dari produk
yang dijual serta dokumen validasi IQ, OQ, dan cleaning
validation.
Pharmaceutical Piping System sangat dipengaruhi oleh hal-hal
sebagai berikut :
- Velocity/shear forces

- Connection (sambungan

- Surface finish of pipe

- Welding (pengelasan)

- Drainability / slope

- Material standar

- Deadlegs (pocket / crevices)

- Persyaratan ASME / ISPE

Ra-value (Roughness average)


Avg. dev.
Ra

Material surfaces

Mean
Avg. dev.
Ra

Identical Ra-value Identical surface


Ra-value
the average roughness is the area between the roughness profile
and its center line divided by the evaluation length (normally five
sample lengths with each sample length equal to one cutoff):
Measured with a profilometer

Ra Value
- tidak sama dengan derajat kehalusan permukaan pipa
- kekasaran permukaan rata-rata adalah area di antara roughness
profile dan garis pusat (center line) dibagi panjang area evaluasi
(normalnya diukur panjang 5 sample dengan panjang per sample
sama dengan satu irisan / cut off)
- pengukuran dilakukan dengan profilometer.

Grit : ukuran dari butiran polishing sheet material.

Dead Legs - L/D


ASME BPE 2005: SD-3.11.1
an L/D of 2:1 or less shall be considered a target ratio, and shall
not be construed to be an absolute requirement. The system
designer and manufacturer shall make every attempt to eliminate
system dead legs. It will be the responsibility of the system
manufacturer or designer to identify where exceptions exist or
where the target ratio of 2:1 cannot be met.

Keuntungan orbital welding :


- Menghasilkan hasil las kwalitas tinggi yang konsisten
- kontrol input panas melalui programmable sector
- kecepatan pengelasan yang konstan
- perlindungan gas selama pengelasan dengan gas N2 atau H2
- Jarak elektrode ke titik las diatur tetap dengan arus & voltage yang
konstan
- akses yang mudah untuk mencapai titik tertentu pada kondisi logam
yang keras
- welding parameter secara otomatis terdokumentasi untuk keperluan
validasi
- mengurangi resiko kesalahan karena manusia.

Kriteria penerimaan untuk Welding tube sesuai persyaratan


ASME / BPE

ASME BPE:
Acceptance Criteria for Welds on Tube
Misalignment

Incomplete

Concavity

Tack

Convexity
Cracks
Lack

of fusion
Undercut
Arc strikes

penetration

welds
Discoloration (weld bead)
Discoloration (Heat Affected
Zone)
Tungsten inclusions
Weld bead width

Welding basics
Discolouration
/ Oxidation
AWS D18.1:1999 (American Welding Society)
Specification for welding of austenitic stainless steel tube and pipe systems in sanitary
(hygienic) applications

Unacceptable

Acceptable

Amount of oxygen in ppm in the backing gas per sample

No. 1: 10

No. 3: 50

No. 5: 200

No. 7: 1 000 No. 9: 12


500

No. 2: 25

No. 4: 100

No. 6: 500

No. 8: 5 000 No. 10: 25


000

SANITASI & HIGIENE


PERORANGAN

SANITASI & HIGIENE PERORANGAN


Sanitasi

Higiene

: Upaya yang dilakukan terhadap mesin/peralatan dan


lingkungan guna mendapatkan derajat kebershan yang
diinginkan
: Upaya yang dilakukan terhadap manusia (karyawan) guna
mendapatkan derajad kebersihan yang kondusif bagi
kesehatan hidup manusia (karyawan)

Baik sanitasi dan higiene merupakan syarat utama dalam menghindari


pencemaran antar produk (pencemaran silang/Cross contamination) maupun
pada kesehatan pekerja yang sangat merugikan.
Sumber Pencemaran :
1. Partikel
2. Mikro-organisme
3. Insekta (lalat, nyamuk, kecoa)
4. Binatang pengerat (tikus)
5. Rambut, bulu, air ludah

Kebersihan Ruangan
Tingkat kebersihan ruangan sesuai dengan pembagian kelas sistem tata
udara. Pembersihan ruangan harus dilakukan periodik dengan frekuensi
yang terprogram dan jenis bahan / alat pembersih yang tertentu serta
desinfektan yang sesuai.

Program Pembersihan Ruangan


Frekuensi Pembersihan
Nama ruang / Bagian
yang dibersihkan

Dengan Alat
Vakum

Dengan Kain
Basah

Dengan Kain
Basah dan
Desinfektan

Dengan Sikat
Lantai

Keterangan

Ruang kelas 1 & 2:


(ruang steril), ruang
pengolahan, pengisian
ampul & vial, tetes
mata, salep mata
Lantai

Setiap hari
setelah
dipakai

-----

Setiap hari setelah


dipakai

----

Lantai setelah
dibersihkan
disemprot dengan
desinfektan; ganti
jenis desinfektan
tiap bulan

Jendela kaca

----

----

Setiap hari

----

----

Tirai Unit
LAF/Laminar Air Flow

----

----

Setiap hari

----

----

----

----

Setiap hari

----

----

----

----

Setiap hari

----

----

Meja
Dinding

Program Pembersihan Ruangan


Frekuensi Pembersihan
Nama ruang / Bagian
yang dibersihkan

Dengan Kain
Basah

Dengan Kain
Basah dan
Desinfektan

Dengan Sikat
Lantai

Keterangan

-----

Setiap hari setelah


jam kerja selesai
dan bila perlu pada
jam kerja

Seminggu sekali
dengan
menggunakan
deterjen, setelah
itu dengan kain
pel yang
dibasahai
desinfektan

-----

----

------

-------

----

----

Lampu
Langit-langit

----

----

Seminggu sekali

----

----

Jendela, boven

----

Setiap hari

-----

----

----

Meja, pintu, kursi,


pegangan pintu

----

Setiap hari setelah


produksi

Seminggu sekali

----

----

----

Setiap hari setelah


produksi

Seminggu sekali

----

----

Ruang kelas 3 :
Ruang timbang, ruang
sampling, ruang
proses
pengolahan,ruang
kemas primer, IPC,
koridor, cuci alat
Lantai & dinding

Dinding

Pipa, sambungan pipa


dan saluran udara (inlet
& out let)

Dengan Alat
Vakum

Setiap hari
dan bila
perlu pada
jam kerja

Program Pembersihan Ruangan


Frekuensi Pembersihan
Nama ruang / Bagian
yang dibersihkan

Keterangan
Dengan Alat
Vakum

Dengan Kain Basah

Dengan Kain Basah


dan Desinfektan

Dengan Sikat
Lantai

Ruang kelas 4 :
Ruang
ganti/locker,gudang,kema
san sekunder
Lantai

Dinding
Toilet
kloset
Dinding porselen

Pintu, Pegangan pintu


Tempat cuci tangan
Saluran pembuangan air

Setiap hari

-----

Sehari dua kali dan


bila perlu pada jam
kerja

Seminggu sekali
dengan
menggunakan
deterjen,
dilanjutkan dengan
lap yang dibasahi
dengan desinfektan

-----

----

------

Seminggu sekali

----

----

Setiap hari

----

------

----

----

----

------

Seminggu sekali
dengan bubuk
pembersih dan
desinfektan

----

----

----

-----

Setiap hari

----

----

----

------

------

----

-----

-----

setiap hari dengan


bubuk pembersih
----

Seminggu dua kali


dengan desinfektan
Setiap hari dengan
sikat & desinfektan

Pakaian Pelindung
Pakaian yang dipakai harus sesuai dengan kelas kebersihan ruangan.
Untuk pakaian pelindung kelas 3 & 4 terdiri atas :
1. Topi pelindung rambut
2. Masker penutup mulut & hidung
3. Penutup telinga, khusus untuk operator mesin yang tingkat
kebisingannya tinggi, seperti : mesin tablet, coating pan.
4. Baju lengan panjang tanpa kantong
5. Celana panjang dengan ujung bertali karet
6. Sepatu karet
7. Sarung tangan karet
Pakaian tersebut harus dicuci bersih & diberi formalin saat menyimpan

Gambar pakaian untuk kelas 3 & 4

Untuk pakaian pelindung kelas 1 & 2 sama dengan pakaian untuk kelas 3 & 4,
hanya saja ditambah kaca mata pelindung serta telah disterilkan dengan
autoclave pada 120C selama 2 jam.
Bahan dari pakaian pelindung kelas 1 & 2 terbuat dari serat sintetis yang
tahan panas & dan tidak mengeluarkan serat.

Tata cara berganti pakaian pelindung kelas 3 & 4


1. Karyawan membuka pakaian dari rumah dan menyimpannya dalam loker black
area
2. Selanjutnya karyawan mencuci tangan sebatas siku dengan sabun aseptik dan
mengeringkan dengan handuk yang bersih
3. Karyawan kemudian menuju loker grey area untuk memakai pakaian peilndung
yang bersih
4. Selanjutnya menuju ruang antara untuk menyemprotkan alkohol 70 % ditempat
tertentu pada pakaiannya yang merupakan sumber pencemaran
Tata cara berganti pakaian pelindung kelas 1 & 2
1. Karyawan membuka pakaian dari rumah dan menyimpannya dalam loker black
area
2. Selanjutnya karyawan mandi dan keramas dengan sabun antiseptik dan
mengeringkannya dengan handuk steril
3. Karyawan kemudian menuju loker white untuk memakai pakaian pelindung yang
telah disterilkan dengan autoclave 120C selama 2 jam dan kemudian
menyemprotkan cairan antiseptik (Lar. BKC 0,1 %)
4. Selanjutnya menuju ruang antara (air shower) yang akan menyemburkan udara
steril selama waktu tertentu.

Pemeriksaan Kesehatan Karyawan produksi


Sebelum
diterima bekerja

Setiap
1 tahun sekali

Umum (alergi, luka)

Sinar X (paru-paru)

Tinja, air seni dan darah

Saluran pernafasan

Mata / penglihatan & rabun warna

Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan
- Sinar X paru, untuk mendeteksi infeksi paru (TBC)
- Pemeriksaan tinja, air seni dan darah, untuk mendeteksi infeksi saluran
cerna & kencing
- Pemeriksaan saluran pernafasan mendeteksi infeksi organ pernapasan

Higiene Perorangan
A. Latar belakang
Obat yang digunakan untuk memberantas penyakit dan melindungi
kesehatan. Dengan demikian obat itu sendiri harus bebas dari segala jenis
pencemaran. Salah satu sumber pencemaran adalah tubuh manusia yang
membawa banyak mikroba dan partikulat. Higiene perorangan hendaklah
dilaksanakan setiap orang yang memasuki daerah produksi termasuk
tamu, teknisi untuk perbaikan dan perawatan, staf menajemen,
pemerintah dan inspector pengawasan mutu, tenaga lepas dan personalia
instrutuktur. Setiap orang yang terlibat dalam pembuatan obat obat
hendaklah memenuhi syarat minimal di bidang kesehatan, melaksanakan
higiene perorangan dan memakai pakaian untuk melindungi diri dan
produk.
B. Penerapan higiene perorangan
Setiap orang yang terlibat dalam proses pembuatan hendaklah
menerapkan prinsip higiene perorangan yang meliputi :
1. Kesehatan
Setiap orang hendaklah tidak diperkenankan bekerja atau berada di
daerah produksi bila :

1.1. Mempunyai luka terbuka, bercak-bercak gatal, bisul atau penyakit kulit
1.2. Mengidap penyakit infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, pilek, batuk,
alergi serbuk. Karyawan yang mengidap penyakit tersebut hendaklah melapor
kepada atasannya.
1.3. Mendapat pemeriksaaan kesehatan secara berkala.
1.4. Sesudah sembuh dari penyakit menular hendaklah diadakan pemeriksaan
kesehatan yang sesuai untuk menentukan kelayakan bekerja. Pengawasan
hendaklah tanggap terhadap gejala penyakit menular pada karyawan yang
bekerja di Bagian produksi,
2.

Kebersihan Perorangan
Tiap orang hendaklah melaksanakan kebiasaan kebersihan perorangan
seperti :

2.1. Mandi secara teratur


2.2. Cuci tangan secara teratur antara lain segera sesudah buang air kecil
maupun buang air besar.
Hendaklah diadakan penerangan mengenai penggunaan sabun dan cara
penggunaan sarana cuci tangan.

2.3. Rambut hendaklah dipotong pendek dan dipelihara agar senantiasa bersih
dan rapi. Dilarang menyisir disemua ruangan kecuali di ruang ganti pakaian.
2.4. Dilarang memakai perhiasan yang cenderung jatuh masuk ke dalam produk,
misalnya anting, kalung, dan perhiasan lain
2.5. Kosmetik hendaklah sesedikit mungkin.
Dilarang memakai bulu mata palsu dan berbagai bahan pembantu
kecantikan yang dapat jatuh ke dalam produk.
2.6. Dilarang berkuku panjang.
3.

Kebiasaan higienis

3.1. Dilarang mengunyah, makan dan minum di ruangan pengolahan,


pengemasan, gudang dan laboratorium
3.2. Dilarang merokok di ruangan produksi, gudang dan laboratorium.
Tanda DILARANG MEROKOK hendaklah dipasang di pintu masuk
berbagai tempat penting.
3.3. Dilarang meludah di sembarang tempat terutama di ruang produksi,
laboratorium, gudang dll

3.4. Kebersihan dan keteraturan ruang kerja hendaklah senantiasa dipelihara.


Ruangan hendaklah segera dibersihkan sebelum mulai dengan pekerjaan
jenis lain
3.5. Lemari pakaian hendaklah dipelihara agar senantiasa bersih dan rapi.

4.

Pakain bersih
Pakaian bersih digunakan baik untuk melindungi pelaksana produksi terhadap
produk maupun produk terhadap orang. Termasuk dalam hal ini adalah
pakaian dalam dan sepatu yang bersih.

4.1. Tiap orang yang berada di daerah produksi harus mengenakan pakaian
pelindung yang bersih yang khusus disediakan untuk keperluan tersebut.
4.2. pakaian kerja bersih dan pelindung lain seperti topi, sarung tangan, pelindung
kumis dan janggut, sarung lengan hendaklah dikenakan sesuai petunjuk.
4.3. Bila menangani bahan berbahaya atau mudah menguap hendaklah
mengenakan pakaian dan pelindung tambahan yang sesuai seperti tutup
kepala, masker pelindung terhadap debu, kaca mata pelindung.
4.4. Pakaian kerja tidak boleh digunakan di luar lingkungan pabrik.

4.5. Pakaian kerja harus senantiasa bersih.


4.6. pakaian kerja hendaklah dikenakan secara tepat, kancing dikencangkan
sebagaimana mestinya. Kerusakan pada pakaian kerja harus segera
diperbaiki.
4.7. Tutup kepala hendaklah digunakan hingga rambut tertutup dengan baik.
Kumis dan / atau janggut hendaklah ditutup seluruhnya.
4.8. Pakaian kerja hendaklah tidak berkantong di atas pinggang, karena
barang-barang yang ada di dalamnya dapat terjatuh ke dalam produk
pada waktu pengolahan.

Sanitasi Peralatan
Tata cara pembersihan peralatan
1. Peralatan harus dibersihkan segera setelah selesai digunakan
2. Untuk peralatan yang bisa dipindahkan sebaiknya dicuci di ruang cuci alat
3. Peralatan yang sudah dicuci harus segera dikeringkan dengan lap yang
bersih dan kering
4. Peralatan yang sudah dinyatakan bersih oleh QC harus disimpan diruang
peralatan bersih dan diberi penandaan BERSIH

Validasi kebersihan / sanitasi peralatan dan mesin


Ada 2 macam metode yang biasa digunakan
1. Metode Swab / apus
2. Metode bilasan terakhir
3. Metode placebo dengan bahan inert

Metode Swab / apus


Mesin/peralatan yang sudah dicuci bersih & dikeringkan di-swab dengan kapas
yang sudah dicelup dengan larutan pelarut dari zat aktif yang diolah sebelumnya
pada mesin / peralatan tersebut
Selanjutnya kapas tersebut diperas dan larutan yang tertinggal diperiksa
absorbance-nya pada panjang gelombang tertentu yang merupakan peak
absorbance dari zat aktif yang diolah sebelumnya pada mesin / peralatan tersebut.
Bila terdapat peak (positif), berarti masih ada residu dari zat aktif yang diolah
sebelumnya dengan mesin tsb.
Bila negatif berarti mesin / peralatan tersebut sudah bersih
Metode bilasan akhir
Setelah mesin dicuci bersih dan dikeringkan, selanjutnya dibilas dengan pelarut
dari zat aktif yang diolah sebelumnya pada mesin / peralatan tersebut
Selanjutnya air bilasan tersebut diperiksa absorbance-nya pada panjang
gelombang tertentu yangmerupakan peak absorbance dari zat aktif yang diolah
sebelumnya pada mesin / peralatan tersebut
Hasil pemeriksaan dianalisa seperti cara di atas

Metode placebo dengan bahan inert


Mesin / perlatan yang sudah bersih & kering dipakai untuk mengolah bahan
inert yang tidak mengandung zat aktif yang diolah sebelumnya pada mesin /
peralatan tersebut
Selanjutnya bahan inert tersebut dicampur dengan pelarut dari zat aktif yang
diolah sebelumnya pada mesin / peralatan tersebut
Larutan hasil kemudian diperiksa absorbance-nya pada panjang gelombang
tertentu yang merupakan peak absorbance zat aktif tersebut.
Hasil pemeriksaan dianalisa seperti cara di atas.

STUDI KASUS
Sanitasi & Higiene

Studi kasus 1
Pada saat sedang proses tabletting, tiba-tiba terjadi
kerusakan pada mesin tablet yang dipakai.
Sesuai dengan asas sanitasi dalam persyaratan c-GMP,
tentukan langkah yang harus dilakukan agar terhindar dari
kontaminasi.

Penjelasan :
1.

Granul yang masih ada di Hoper maupun hasil tablet diberi wadah kantong plastik
rangkap terpisah, diberi zat pengering, ditutup rapat, diberi label identitas yang
jelas dan disimpan di ruang karantina.

2.

Teknisi dipanggil masuk ke lokasi produksi ybs, tetapi sebelum masuk grey area
harus mandi dengan sabun antiseptik dan berganti pakaian kerja khusus ruang
produksi yang bersih.

3.

Setelah selesai diperbaiki dan teknisi telah meninggalkan ruang produksi, mesin
tablet dan ruangan harus dibersihkan ulang dan divalidasi guna meyakinkan
bahwa tidak ada lagi sisa-sisa fat/oli pelumas, serat lap pembersih, bahan
pembersih serta sisa granul.

4.

Masin tablet dinyatakan Bersih & layak pakai bila telah divalidasi dan disahkan
oleh Quality Control (QC)

5.

Selanjutnya granul & tablet diambil dari ruang karantina dan dibawa ke ruang
tabletting. Granul diisi kembali ke dalam hoper dan mesin tablet di-set kembali
hingga tablet yang dihasilkan sesuai dengan kualifikasi yang seharusnya.

6.

Proses tabletting boleh dilanjutkan setelah di-release oleh QC

Studi kasus II
Seorang karyawan produksi tablet antibiotika beta lactam
berniat buang air besar saat sedang bekerja di ruang
grey area. Sesuai persyaratan kebersihan & higiene
dalam c-GMP, tentukan langkah-langkah yang harus
dilakukan agar terhindar dari kontaminasi oleh kuman
E.Coli.

Penyelesaian :
1.

Karyawan tersebut harus keluar melewati air shower dimana


didalamnya disebarkan udara bersih yang sudah difilter
dengan HEPA filter dan bagian bawahnya di-vaccum.

2.

Selanjutnya karyawan tadi masuk ke locker grey untuk


melepaskan baju kerjanya dan menempatkannya dalam
wadah plastik yang sudah dipersiapkan.

3.

Kemudian karyawan tsb pergi ke locker black untuk buang


air besar. Setelah selesai harus mencuci tangan hingga bersih
dengan sabun antiseptik, mengeringkannya dengan handuk
bersih dan pindah ke locker grey

4.

Selanjutnya karyawan tsb. Berganti pakaian kerja yang bersih


dan dicuci udara bersih ketika melewati air shower untuk
kembali ke ruang kerjanya di grey area

Prosedur sanitasi bahan baku sebelum dan selama penimbangan


Bahan baku yang datang ke pabrik biasanya telah mengalami
perjalanan yang jauh sebelum sampai di gudang. Selama perjalanan
tsb banyak hal terjadi mulai dari tersiram air hujan, lumpur, air laut,
debu dll. Yang mengakibatkan kontaminasi pada wadah luar bahan
baku tersebut. Oleh sebab itu diperlukan penanganan khusus terkait
sanitasi & higiene yang dipersyaratkan, dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Periksa label/penandaan pada wadah bahan baku dan pastikan
tercantum :
a. Nama bahan baku
b. Label released dari Dept. Quality Control
c. Lot number / batch number
d. Tanggal kadaluarsa / Exp. Date
e. Nama pabrik asal
f. Nomor sertifikat analisa

2. Periksa keutuhan wadah, pastikan wadah tidak pecah / rusak /


bocor.
3. Lakukan pembersihan pada wadah bahan baku dengan air & l
arutan deterjen & antiseptik hingga bersih, lalu keringkan dengan
lap bersih
4. Bawa bahan baku ke ruang antara / air lock penimbangan
menggunakan trolly yang sudah dibersihkan
5. Hanya kantong plastik bersih bahan baku saja yang dibawa ke
ruang timbang dan hanya satu jenis produk obat saja yang boleh
berada di dalam ruang timbang.
6. Sebelum dilakukan penimbangan, lakukan pengecekan kebersihan
ruang timbang (harus bebas dari sisa-sisa material, label, wadah
kantong plastik dari penimbangan terdahulu.
7. Sediakan sarana penimbangan yang bersih dan pastikan satu
sarana / alat / sendok dll, hanya untuk 1 bahan saja,
8. Pastikan alat timbangsudah bersih & sudah dikalibrasi

9.

Petugas yang akan melakukan penimbangan harus sudah


mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan memakai
sarung
tangan yang bersih.

10. Setelah dilakukan penimbangan, berikan label identitas yang


jelas pada wadah kantong plastik yang mencantunkan :
a. Nama bahan baku & lot. No
b. Bobot bahan baku
c. No. Certificate of Analysis dari QC
d. Nama produk obat
e. No. batch produk obat
11.Bahan baku yang tersisa harus disimpan dalam kantong plastik,
diberi zat pengering, dan ditutup rapat, lalu dikembalikan ke
wadah semula

PENGELOLAAN
LIMBAH
INDUSTRI FARMASI

Dasar Hukum
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang pengelolaan lingkungan
Hidup
Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) beserta petunjuk
pelaksanaannya
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09
tahun 2000 tentang Pedoman penyusunan Analisis mengenai
Dampak Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri Negara LH No. 17 tahun 2001 tentang jenis
usaha dan / atau kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Keputusan MenLH No. 86 tahun 2002 tentang Pedoman
pelaksanaan Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL UPL)

Pengertian Dampak Lingkungan


AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan
/ atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan
Dampak Lingkungan Hidup
Pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan/atau kegiatan
Dampak Besar dan penting
Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan
oleh suatu usaha dan / atau kegiatan

Kriteria Dampak Besar dan Penting


Jumlah manusia yang terkena dampak
Luas wilayah sebaran dampak
Intensitas dan lamanya dan lamanya dampak berlangsung
Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible)

Tujuan Pengelolaan Lingkungan


1. Mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan
2. Mengidentifikasi adanya kemungkinan munculnya dampak
besar dan penting sebagai akibat adanya kegiatan dan / atau
usaha industri
3. Menanggulangi, meminimalkan atau mengendalikan dampak
negatif yang timbul serta menghindari kerusakan atau
penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat adanya kegiatan
industri
4. Mengamati / memantau interaksi kegiatan industri terhadap
lingkungan disekitarnya dengan menggunakan indikator tertentu
yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Baku Mutu Lingkungan)
Dokumen pengelolaan Lingkungan Hidup
1. AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL, RKL, RPL)
2. UKL/UPL
3. SPPL

Tujuan Pengelolaan Lingkungan


Setiap rencana usaha / kegiatan yang menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap lingkungan hidup --> WAJIB dilengkapi
Dokumen AMDAL
Dokumen AMDAL terdiri dari :
- KA-ANDAL (Kerangka Acuan ANDAL)
adalah ruang lingkup studi AMDAL yang merupakan hasil
pelingkupan yang disepakati oleh pemrakarsa/penyusun AMDAL
dan komisi AMDAL
- ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
adalah telaah secara cermat dan mendalam tentang dampak
besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan
- RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan)
adalah dokumen yang memuat upaya mencegah,
mengendalikan dan menanggulangi dampak besar dan penting
terhadap lingkungan akibat suatu kegiatan

- RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)


adalah dokumen yang memuat upaya pemantauan komponen
lingkungan yang terkena dam[pak besar dan penting akibat
kegiatan yang direncanakan dengan menggunakan indikator
yang ditentukan oleh peraturan per-UU-an (baku mutu
lingkungan)
UKL/UPL (Upaya pengelolaan Lingkungan /Upaya Pemantauan
Lingk.
SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) Non
AMDAL & UKL/UPL

Prosedur Penyusunan Dokumen AMDAL


Masyarakat
Berkepentingan

Instansi
Yang bertanggung jawab

Pengumuman persiapan
AMDAL

Pemrakarsa/
Industri
Pengumuman RENCANA
USAHA / KEGIATAN

Saran, Pendapat,
Tanggapan
Penyusunan KA-ANDAL

KONSULTASI
Saran, Pendapat,
Tanggapan
Saran, Pendapat,
Tanggapan

Penilaian KA-ANDAL
Oleh Komisi AMDAL
Penilaian ANDAL, RKL, RPL
Oleh Komisi AMDAL
KEPUTUSAN
KELAYAKAN

Penyusunan ANDAL,
RKL, RPL

Organisasi pengelolaan Lingkungan


Penganggung Jawab

: Direktur pabrik

Supervisi

: Technical Manager, atau General Affair Manager

Pelaksana

; HSE (Health, Safety an Environment) Officer

Tugas dan Tanggung Jawab HSE Officer :


Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan didalam area pabrik
Bersama-sama dengan konsultan, menyusun dokumen AMDAL Malalui
swapantau terhadap parameter-parameter lingkungan dan melaporkan
kepada instansi terkait
Bertanggung jawab terhadap berbagai instalasi pengelolaan lingkungan
(incenerator, IPAL dll)
Bersama-sama dengan Kepala Bagian Teknik, mengupayakan minimalisasi
berbagai sumber pencemaran lingkungan
Melakukan pemantauan terhadap berbagai dampak pencemaran industri
terhadap kesehatan karyawan dan masyarakat sekitar
Berhubungan dengan masyarakat sekitar lokasi industri untuk bersamasama menjaga kelestarian lingkungan.

Limbah Industri Farmasi


Sumber Pencemaran/Limbah Industri Farmasi :
-Limbah Gas / Pencemaran udara
-Limbah Padat
-Limbah suara dan getaran
-Limbah cair
HARUS DIKELOLA

DAMPAK SEKECIL MUNGKIN

Pengelolaan & Pemantauan Pencemaran Uap / Gas


Sumber pencemaran :
- Debu selama proses produksi
- Uap lemari asam di laboratorium
- Uap solvent proses film coating
- Asap steam boiler, generator listrik dan incenerator
Tolak Ukur Dampak :
SK Men LH No. 13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak
Upaya pengelolaan Lingkungan
Lemari asam dilengkapi dgn exhaust fan dan cerobong 6 m dilengkapi
dengan absorbent
Solvent di ruang coating digunakan dust collector (wet system)
Debu disekitar mesin produksi dipasangi penyedot debu dan dust collector unit
Asap dari genset dan generator dibuat cerobong asap 6 m
Pemantauan
Kualitas udara di dalam dan diluar lingkungan industri, meliputi H2S, NH3, SO2,
CO, NO2, TSP (debu), Pb

Pengelolaan & pemantauan Limbah Padat


Sumber Pencemaran :
-Debu/serbuk obat dari sistem pengendalian debu (dust collector)
-Obat rusak / kadaluarsa/ obat sub standar (reject)
-Kertas, karton, plastik bekas, botol dan alumunium foil dan sampah
Rumah tangga
-Lumpur dari proses instalasi Pengolahan air Limbah
Upaya pengelolaan Lingkungan :
-Sampah domestik dibuatkan tempat sampah
-Sisa-sisa kertas, karton, plastik, dan alumunium foil dikumpulkan
kemudian dijual ke pengumpul sampah (perusahaan daur ulang
sampah)
-Debu/sisa-sisa serbuk, obat rusak/kadaluarsa serta lumpur dari IPAL
dibakar di incenerator

Pengelolaan Limbah Suara


Sumber Pencemaran :
Suara dan getaran dari mesin-mesin pabrik, genset, dan steam boiler
Tolak Ukur Dampak :
-SK MEN LH No. 48/MENLH/1996 tentang Baku Mutu Tingkat
Kebisingan
-SK MEN LH No. 49/MENLH/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Getaran
Upaya Pengelolaan Lingkungan
-Untuk menanggulangi kebisingan yang ditimbulkan oleh genset, dibuat
ruangan berdinding dua (double cover) dan dilakukan perwatan mesin
secara berkala
-Untuk menanggulangi getaran yang ditimbulkan oleh mesin genset dan
mesin-mesin lain, mesin-mesin ditempatkna pada lantai yang telah
dicor beton dan diberi penguat (pengunci antara mesin dan lantai)

Pemantauan :
Angka kebisingan dan getaran di dalam dan diluar area pabrik
Kebisingan

: Max 65 dB

Getaran

: Max 7,5 Hz

Pengelolaan & pemantauan Limbah Cair


Sumber pencemaran :
-Bekas cucian peralatan produksi, laboratorium, laundri, rumah tangga
-Kamar mandi dan WC
-Bekas reagensia di laboratorium
Tolak Ukur Dampak :
-SK Men LH No. 51/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Industri
-Jogja, SK Gub DIY No. 281/KPTS/1998 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Industri di propinsi DIY

Upaya Pengelolaan Lingkungan


-Pembuatan saluran drainase sesuai dengan sumber limbah :
- Saluran air hujan langsung dialirkan ke selokan umum
- Saluran dari kamar mandi/WC dialirkan ke septic tank
- Saluran dari tempat pencucian produksi dan laboratorium
dialirkan ke IPAL
-Membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) lihat diagram
-Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan Lactam :
sebelum dicampur dengan limbah non Lactam, ditambahkan NaOH
untuk memecah cincin Lactam
Pemantauan :
Kualitas badan air permukaan inlet dan outlet saluran limbah, meliputi
kadar COD, BOD, pH, TSS, N total serta parameter lain termasuk
indikator biologis dan mikrobiologis
Kualitas badan sungai sebelum dan sesudah outlet IPAL

Dust Collector Unit (Wet System)


Pipa air

Sprayer

Aksial
Fan
Dari Ruang Produksi

Pompa

Ke IPAL

Dust Collector Unit (dry


system)
Filter Bag

Dari Ruang Produksi

Dust Collecting Bag

Aksial Fan

Keterangan Diagram Alir :


1. Bak Inlet
Bak penampung semua limbah cair dari ruang produksi dan
laboratorium.
2. Bak Penangkap Minyak
Terdiri dari 4 bak kecil, masing-masing berukuran 1 x 1 m dengan
sistem alir naik turun untuk memisahkan minyak dari limbah cair
agar
tidak mengganggu sistem degradasi pada bak aerasi.
3. Bak Penampung
Bak penampungan limbah cair yang berguna untuk menyamakan
konsentrasi bahan-bahan yang terkandung pada limbah cair
sekaligus
mengencerkan bahan-bahan yang masuk dengan
konsentrasi tinggi.
4. Bak Netralisasi (mixer)
Bak penampungan kedua yang dilengkapi dengan mixer
(pengaduk).
Pada bak ini diperlukan pengecekan pH, bila pH asam
atau basa maka
diberikan penambahan larutan kapur agar limbah

5. Bak Aerasi
Pada awalnya dibak aerasi diberikan starter sludge (Lumpur aktif). Bak
aerasi dilengkapi dengan aerator yang menghasilkan udara yang ditembakkan
pada
bak aerasi. Tembakan udara dilakukan untuk menyediakan oksigen yang
dibutuhkan mikroorganisme pada proses biodegradasi.
6. Bak Pengendap / sedimentasi
Bak ini digunakan untuk proses pengendapan lumpur aktif sehingga
terpisah dari air. Air yang telah jernih dialirkan ke bak kontrol ikan (8). Lumpur
yang telah
mengendap dikembalikan ke bak aerasi untuk menjaga
kestabilan
mikroorganisme pada bak aerasi, atau bila jumlah lumpur terlalu
banyak maka l
umpur dibuang ke bak pengering lumpur (7) untuk dikeringkan
dan selanjutnya dibakar pada incinerator.

7. Bak Pengering Lumpur


Bak yang dilengkapi dengan pasir yang berguna untuk menyaring
dan
memisahkan lumpur dan cairan. Cairan dikembalikan ke inlet,
sedangkan
lumpur yang mongering akan dibakar pada incinerator.
8. Bak Bioindikator (Outlet)
Bak akhir dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang diberi
ikan
nila sebagai bio indikator kualitas air buangan dari IPAL. Ikan nila
yang sensitife
terhadap bahan-bahan pencemar akan mati bila
kualitas air
buangan IPAL tidak
baik.

Anda mungkin juga menyukai