Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ARTIKEL JURNAL

Judul : Historical Methodology and Critical Thinking as Synergised Concepts


Penulis : David Cernin
Sumber : Jurnal Disputatio. Philosophical Research Bulletin Vol. 9, No. 13, Jun.
2020, pp. 0–00 ISSN: 2254–0601 | www.disputatio.euv

Oleh:
Kelompok 4
Ainun Jariyah (200731867011)
Isnaini Budiarti (200731867013)
Nava Ajeng Arinthika (200731867005)
Jurnal Historical Methodology and Critical Thinking as Synergised
Concepts ditulis oleh David Cernin, berfokus pada kasus sejarah sebagai
disiplin ilmu yang sering disalahgunakan untuk melegitimasi narasi
politik, makalah ini melacak perkembangan subjek ini sejak karya
seminal CG Hempel dan Karl Popper hingga munculnya filosofi naratif
sejarah dan reaksi kritis terhadap pendekatan naratif.
A. Sejarah dan Masyarakat
Narasi sejarah memiliki dampak serius pada kehidupan, termasuk sejarah
nasional, nilai-nilai dan karakteristik umat manusia. narasi peristiwa dan
proses sejarah penting yang membentuk dunia dan mengandung beberapa
klaim normatif tentang apa yang harus kita perjuangkan dan apa yang harus
kita hindari.

B. Ideologi – Teman atau Musuh ?


Popper menulis pengaruh Kemiskinan Historisisme, dimana dia
mengkritik gagasan bahwa pengetahuan sejarah dapat membantu kita untuk
memprediksi perkembangan, peristiwa, dan jalannya sejarah itu sendiri.
Hukum Hempel biasanya berasal dari ilmu lain seperti psikologi, ekonomi,
atau ilmu social. Hempel menyiratkan beberapa jenis realisme sejarah, yaitu,
subjek penjelasan sejarah (atau penyelidikan) adalah masa lalu yang
sebenarnya.
Disiplin sejarah harus menerima sifat ideologisnya dan sejarawan harus
membuat dan menceritakan kisah yang menjawab kebutuhan kontemporer
kita. Penting untuk dicatat bahwa filosofi naratif sejarah telah berhasil
menjelaskan satu ciri rumit dari penulisan sejarah: pluralitas narasi dan teori
yang terkadang kontradiktif dan tidak dapat didamaikan.
C. Dari Narasi Kembali ke Penyelidikan
Kelancaran narasi sejarah yang disorot oleh narrativisme, narasi sejarah
atas dasar yang berbeda daripada hanya keyakinan ideologis dan tujuan
politik kita, salah satunya yakni mengejar semacam realisme historis,
untuk mempertahankan tesis bahwa sejarawan menemukan beberapa
masa lalu yang terstruktur sebelumnya dan kemudian mereka melaporkan
temuan kepada audiens mereka dengan berbagai tingkat akurasi.
Jumlah dan kualitas bukti mempengaruhi penyelidikan sejarah,
Goldstein menciptakan perbedaan antara suprastruktur dan infrastruktur
sejarah dalam bab yang disebut "Tesis naratif". Menurut Goldstein, baik
Hempel maupun para naratif (dipersonifikasikan sebagian besar oleh WG
Gallie) mengabaikan perbedaan kritis antara produk akhir para sejarawan
(buku, buku teks, yaitu, keluaran tekstual, sebagian besar dalam bentuk
naratif) - suprastruktur sejarah, dan proses penyelidikan sejarah itu
sendiri - infrastruktur sejarah. Infrastruktur ini memerlukan ciri-ciri
esensial disiplin sejarah, yaitu aktivitas intelektual para sejarawan di
mana sejarah masa lalu dihasilkan, interaksi dengan bukti, kritik sumber,
dan pengungkapan pengetahuan sejarah.
D. Abstrasi Naratif
penyajian narative sumber non-tekstual sering mempengaruhi
sejarawan dalam menginterpretasi terhadap sumber, seperti faktor-faktor
personal bias, perbedaan idiologi, latar belakang budaya. Sejarawan
membuat imajiner masa lalu berdasar pada data masa kini sebagai subjek
tertentu dimasa lalu model ini dinarasikan dalam tesk sejarah mereka
sendiri, Sejarawan kontemporer yang meneliti sejarah mempunyai akses
data empiris sebagai bukti baru tidak terbatas pada sumber tekstual akan
tetapi lebih pada rekaman audio, vidio dan eletronik atau sumber non-
tekstual, selain itu sejarawan dapat mewawancarai saksi hidup
E. Penyelidikan Sejarah Dan Pemikiran Kritis.
para sejarawan sering menemukan dua sumber yang kontradiktif pada
sumber sejarah yang sama karena dalam penyjiannya terdapat motif
agenda metodologi dan maksud penulis. Definisi berfikir kritis secara
umum menyebutkan kemampuan untuk menganalisis dan
mengevaluasi sumber informasi sejarah selanjutnya pemikiran kritis
sering terkait dengan literasi media. Dalam upaya mendefinisikan
pemikiran kritis memerlukan analisis sumber, evaluasi kredibiltas,
identifikasi motif, kriteria pembuktian penjelasan, dan penafsiran data
karena subjek sejarah adalah manusia, perbuatannya, dan
pemikiranya. Sejarawan menjelaskan data empiris saat ini tidak boleh
dbayangi oleh pergeseran penyelidikan yang sedang berlangsung,
sehingga konsepsi teoritis dan filosofis harus bisa diklarifikasi.
Kesimpulan
Pada tataran infrastruktur sejarah, sejarawan menemukan berbagai
macam bukti, antara lain artefak, teks, saksi, rekaman, atau data
digital. Terutama sumber tekstual yang sering mengikuti agenda
tertentu dan konon pengarangnya memegang berbagai keyakinan
ideologis. Sejarawan harus sering mempertimbangkan keadaan ini
saat meneliti bukti. Untuk mengejar tujuan mereka, sejarawan
menyelidiki motif, status, kepercayaan, atau tujuan dari agen sejarah
dan, sampai batas tertentu, mereka mengurangi narasi (dan implikasi
ideologis) ketika menghadapi teks dari sejarawan atau penulis biografi
masa lalu. Melalui metodologi ini, mereka membentuk masa lalu
sejarah yang dilaporkan dalam catatan naratif terakhir mereka

Anda mungkin juga menyukai