Anda di halaman 1dari 11

Kajian Ilmu Sejarah

Sejarah berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu tema-tema


kajian dalam ilmu sejarah berdasarkan kategori tema yang biasa menggunakan konsep-
konsep ilmu sosial dalam penelitian dan penulisan sejarahnya. Konsep dari berbagai disiplin
ilmu sosial digunakan untuk menganalisis peristiwa masa lalu sesuai minat dan tema.

Obyek kajian sejarah antara lain sejarah sosial, sejarah politik, sejarah mentalitas, sejarah
intelektual, sejarah ekonomi, sejarah agraria, sejarah kebudayaan, sejarah maritim, sejarah
geografi, sejarah militer, sejarah perempuan, sejarah diplomatik, sejarah pendidikan, sejarah
ilmu pengetahuan.

Sejarah sosial merupakan setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu
komunitas atau kelompok. Manifestasi kehidupan sosial itu beragam, seperti kehidupan
keluarga beserta pendidikannya, gaya hidup yang meliputi pakaian, perumahan, makanan,
perawatan kesehatan, segala macam bentuk rekreasi seperti permainan, kesenian, olah raga,
peralatan, upacara. Ruang lingkup sejarah sosial sangat luas karena hampir melingkupi segala
aspek hidup manusia. Contoh jenis sejarah ini adalah karya Trevelyan, English Social History
yang memuat banyak aspek dalam masyarakat Inggris, seperti soal pakaian, makanan, rumah
tangga (Kartodirdjo 1992:50). Contoh lainnya adalah disertasi Prof. Sartono Kartodirdjo
mengenai “Pemberontakan Petani Banten tahun 1888” (1966) di Universitas Amsterdam yang
menyinggung masalah aspek, gejala dan fenomena Ratu Adil dalam pemberontakan petani di
Banten. Dalam disertasinya Prof. Sartono menyoroti sebuah ‘peristiwa kecil’ dengan aktor-
aktor ‘orang kecil’, ulama lokal dan petani dengan memakai pendekatan yang bercorak
multidimensional.

Sejarah politik dalam historiografi Barat lazim disebut sebagai sejarah konvensional. Ciri yang
menonjol dalam sejarah ini adalah deskriptif naratif. Proses politik diungkapkan hanya satu
dimensi yaitu dimensi politik saja, aspek lain seperti ekonomi, sosial dan kultural kurang
mendapat perhatian, sehingga berkesan datar dan kurang memperhatikan relief (Kartodirdjo
1992: 46). Namun, pemaparan deskriptif-naratif pada sejarah politik gaya lama digantikan
sejarah politik baru dengan analisis kritis-ilmiah karena sejarah politik model baru telah
mengunakan pendekatan dari berbagai ilmu-ilmu sosial (Sjamsudin 2012:251). Kajian sejarah
politik berhubungan dengan struktur kepemimpinan, peranan elit, jaringan politik.

Sejarah mentalitas memiliki cakupan yang luas. Garapan utamanya adalah mentifact yang
mencakup ide, ideologi, orientasi nilai, mitos, serta segala struktur kesadarannya. Semua itu
untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan faktor apa yang mendorong terjadinya suatu
peristiwa. Kata kunci untuk pertanyaan itu adalah ideologi, mitos, etos, jiwa, ide-ide,
mentalitas, nilai-nilai. Contoh dari karya sejarah mentalitas adalah Fire in the Mind of Men
karya Billington yang mengembalikan dahsyatnya revolusi-revolusi kepada semangat,
ideologi, atau nilai-nilai yang memberi inspirasi serta membentuk pola sikap yangradikal serta
penuh dedikasi terhadap suatu ide (Kartodirdjo 1992:170)
Sejarah intelektual mempelajari ide-ide yang pernah berkembang dan berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat. Ide-ide tersebut terdapat dalam filsafat, sejarah, kesusastraan, seni
lukis, patung, arsitektur, musik. Pendidikan. Seringkali kajian sejarah intelektual memiliki
kemiripan dan saling tumpah tindih dengan sejarah mentalitas karena keduanya bersumber
pada mentifact, fakta kejiwaan atau mentalitas. Perbedaannya sejarah intelektual mempelajari
‘ide-ide’ sedangkan sejarah mentalitas mengkaji ‘kepercayaan dan sikap-sikap rakyat’
(Kartodirdjo 1992:170-171; Sjamsudin 2012:256). Kajian sejarah intelektual berupa kajian
ideologi politik seperti kapitalisme, liberalisme, komunisme, sosialisme.

Sejarah ekonomi adalah cabang sejarah yang paling sesuai dengan teknik-teknik kuantitatif
sehingga dianggap sebagai sains atau ilmu sosial. Substansi materi sejarah ekonomi - produksi
barang dan jasa, pekerjaan, penghasilan, harga – dapat diukur (dihitung). Ada dua aliran dalam
sejarah ekonomi modern yaitu mazhab Prancis Annales dan sejarah ekonomi baru. Para
pengikut aliran Annales dalam melakukan pendekatan kuantitatif terhadap masa silam tidak
ketat menggunakan data-data kuantitatif dengan bantuan teori-teori dan model-model
ekonomis. Tokoh terkemuka aliran Annales adalah Fernand Braudel (1902-1985) yang
menulis The Mediterranean and the Mediterranean World in the Age of Philip II. Sedangkan
penganut aliran sejarah ekonomi baru meneliti aspek-aspek ekonomi dengan bantuan teori-
teori yang sudah jauh berkembang (Sjamsudin 2012: 246-248)

Sejarah agraria mencakup sejarah pertanian, sejarah petani, sejarah pedesaan. Pada umumnya
buku sejarah berisi dengan cerita tentang perang dan perebutan kekuasaan, tindakan manusia
yang penuh kekerasan dan kekejaman, kepahlawanan dan pengkhianatan. Sedangkan uraian
mengenai kehidupan sehari-hari jarang dimuat. Padahal sebagian besar umat manusia tidak
secara aktif terlibat dalam kejadian-kejadian besar. Orang kebanyakan tersebut hanya
mengenal bekerja, makan, dan tidur. Bagi mereka peristiwa yang penting adalah kelahiran,
perkawinan, dan kematian. Sebelum perkembangan industri, pertanian merupakan sumber
pokok dari kehidupan mereka (Kartodirdjo 1992:183)

Sejarah kebudayaan melingkupi ruang lingkup yang luas. Semua bentuk manifestasi
keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta benda), mentifact (fakta
mental-kejiwaan), dan sociofact (fakta atau hubungan sosial) termasuk dalam kebudayaan.
Semua perwujudan berupa struktur dan proses kegiatan manusia menurut dimensi ideasional,
etis, dan estetis adalah kebudayaan (Kartodirdjo 1992: 17, 176, 195, 199; Sjamsudin 2012:
252). Contoh buku sejarah kebudayaan adalah Sejarah Pengantar Kebudayaan Indonesia
karya Dr. R. Sukmono.

Berdasarkan wilayah antara lain dikenal sejarah perkotaan, sejarah lokal, sejarah Indonesia,
sejarah Asia Tenggara, sejarah Asia, sejarah dunia. Tema-tema sejarah tersebut memiliki
konsep-konsep tersendiri yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
PENELITIAN SEJARAH (HISTORICAL RESEARCH)
Penelitian sejarah dapat dilihat dari segi perspektif sejarah/historis, serta waktu terjadinya
fenomena-fenomena yang diselidiki. Banyak ahli yang mempersamakan metode
sejarah dengan metode dokumenter, karena dalam metode sejarah banyak data yang
didasarkan pada dokumen-dokumen. Metode sejarah tidak sama dengan metode dokumenter,
karena metode dokumenter dapat saja mengenai masalah maslah kini dan tidak perlu
mengenai masalah lalu. Penelitian sejarah menggunakan catatan observasi atau pengamatan
catatan observasi atau pengamatan orang lain yang tidak dapat diulang-ulang kembali.

1. Pengertian Penelitian Sejarah

Sejarawan Inggris E.H. Carr (dalam Gall, Gall & Borg, 2007), telah menjawab pertanyaan
“What is history?”. Sejarah adalah suatu proses interaksi yang terus-menerus antara
sejarawan dan fakta yang ada, yang merupakan dialog tidak berujung antara masa lalu dan
masa sekarang. Artinya sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah
terjadi. Menurut Nevins (1933), sejarah adalah deskrispsi yang terpadu dari kedaan-keadaan
atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk
mencari kebenaran. Penelitian dengan menggunakan metode sejarah penyelidikan yang kritis
terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan
menimbang secara cukup teliti dan hati-hati bukti validitas dari sumber sejarah serta
interpretasi dari sumber- sumber keterangan tersebut.

Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian sejarah merupakan penelaahan serta
sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara
sistematis. Dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi
bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian sejarah di dalam pendidikan
merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian sejarah
bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk
mendukung bukti-bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana
terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat
secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang
diobservasi.

Menurut E.H. Carr (dalam Gall, Gall & Borg, 2007), penelitian sejarah sebagai
proses sistematis dalam mencari data agar dapat menjawab pertanyaan tentang
fenomena dari masa lalu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari suatu
institusi, praktik, tren, keyakinan, dan isu-isu dalam pendidikan. Selain itu Jack. R. Fraenkel
& Norman E. Wallen (dalam Yatim Riyanto, 1996: 22), penelitian sejarah adalah penelitian
yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba
merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan
biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara
sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau
peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Sementara menurut Donald Ary dkk (Yatim
Riyanto, 1996: 22) menyatakan bahwa penelitian sejarah adalah untuk menetapkan fakta dan
mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan
objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk
mempelajari masalah baru tersebut.

Berdasarkan pandangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: 1) Adanya proses
pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu); 2) Usaha
dilakukan secara sistematis dan objektif; 3) Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang
integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu; 4) Dilakukan secara interktif dengan
gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara
parsial).

2. Tujuan dan Ciri Penelitian Sejarah

Tujuan penelitian sejarah adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa
kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau (Jhon W. Best, 1977 (dalam
Nurul Zuriah 2005: 52). Sedangkan Donal Ary (dalam Yatim Riyanto 1996: 23) menyatakan
bahwa penelitian sejarah untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan
mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi
masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini
serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.

Berikutnya Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (Yatim Riyanto 1996: 23) menyatakan
bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk:
1) Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin
mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau; 2) Mempelajari bagaiman
sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan
maslahnya pada masa sekarang; 3) Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada
masa mendatang; 4) Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau
kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas
menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak; 5) Memahami praktik dan politik pendidikan
sekarang secara lebih lengkap.

Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa
kini dan masa mendatang. Oleh karena itu beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah
sebagai berikut: 1) Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati
orang lain di masa-masa lampau; 2) Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data
primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal
maupun secara eksternal; 3) Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta menggali
informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan
acuan yang standar; 4) Sumber data harus dinyatakan secara definitif, baik nama pengarang,
tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus
dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan.

3. Sumber Data pada Penelitian Sejarah

Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode
sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen,
sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tulisan dan sebagainya.

4. Peranan Hipotesa pada Penelitian Sejarah

Ada orang yang beranggapan bahwa hipotesa tidak diperlukan dalam penelitian sejarah. Ini
tidak benar. Seperti penelitian yang menggunakan metode-metode lain, metode sejarah juga
memerlukan adanya hipotesa sebagai jawaban sementara dalam memecahkan masalah.
Memang, jika kerja hanya untuk memperoleh catatan-catatan masa lampau untuk kebutuhan
masa sekarang, hipotesa tikda diperlukan. Tetapi penelitian yang hanya sekedar
mengumpulkan catatan-catatan dan fakta-fakta masa lampau saja, bukanlah penelitian dalam
arti yang sesungguhnya, tetapi hanya merupakan sebagian kecil prosedur atau step-step
metode ilmiah dalam penelitian-penelitian sejarah. Seperti halnya penelitian-penelitian lain,
metode sejarah juga bermaksud untuk menemukan suatu generalisasi yang akan menemukan
pengertian-pengertian tentang fenomena-fenomena dengan dimensi waktu, yang mana
generalisasi itu mencakup bukan saja masa lampau, tetapi juga tentang masa sekarang dan
masa yang akan datang. Karena itu, hipotesa dalam metode sejarah diperlukan sebagai titik
tolak dalam memfokuskan serta memandui kerja.
Jenis-jenis Penelitian Sejarah

Penelitian historis banyak sekali macamnya. Tetapi secara umum, dapat dibagi atas empat
jenis, yaitu: Penelitian Sejarah Komparatif, Penelitian Yuridis atau Legal, Penelitian
Biografis, dan Penelitian Bibliografis.

a. Penelitian Sejarah Komparatif

Jika penelitian dengan metode sejarah dikerjakan untuk membandingkan faktor-faktor dari
fenomena-fenomena sejenis pada suatu periode masa lampau, maka penelitian tersebut
dinamakan penelitian sejarah komparatif. Misalnya, ingin diperbandingkan sistem pengajaran
di Cina dan Jawa, dan pada masa kerajaan Majapahit. Dalam hal ini, si peneliti ingin
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaan dari fenomena-fenomena sejenis.
Atau misalnya seorang peneliti ingin membandingkan usaha tani serta faktor sosial yang
mempengaruhi usaha tani dari beberapa negara dan membandingkannya dengan usaha tani
Indonesia dalam tahap-tahap trend waktu zaman pertengahan.

b. Penelitian Yuridis atau Legal

Jika dalam metode sejarah diinginkan untuk menyelidiki hal-hal yang menyangkut dengan
hukum, baik hukum formal ataupun hukum nonformal dalam masa yang lalu, maka penelitian
sejarah tersebut digolongkan dalam penelitian yuridis. Misalnya peneliti ingin mengetahui
dan menganalisa tentang keputusan-keputusan pengadilan akibat-akibat hukum adat serta
pengaruhnyha terhadap suatu masyarakat pada masa lampau, serta ingin membuat
generalisasi tentang pengaruh-pengaruh hukum tersebut atas masyarakat, maka penelitian
sejarah tersebut termasuk dalam penelitian yuridis.

c. Penelitian Biografis

Metode sejarah yang digunakan untuk meneliti kehidupan seseorang dan hubungannya
dengan masyarakat dinamakan penelitian biografis. Dalam penelitian ini, diteliti sifat-sifat,
watak, pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikiran dan ide dari subjek
penelitian dalam masa hidupnya, serta pembentukan watak figur yang diterima selama
hayatnya. Sumber-sumber data sejarah untuk penelitian biografis antara lain: surat-surat
pribadi, buku harian, hasil karya seseorang, karangan-karangan seseorang tentang figur yang
diselidiki ataupun catatan-catatan teman dari orang yang diteliti tersebut.

d. Penelitian Bibliografis

Penelitian dengan metode sejarah untuk mencari, menganalisa, membuat interpretasi serta
generalisasi dari fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau
suatu organisasi dikelompokkan dalam Penelitian Bibliografis. Penelitian ini mencakup hasil
pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli. Kerja penelitian ini
termasuk menghimpun karya-karya tertentu dari seorang penulis atau seorang filosof dan
menerbitkan kembali dokumen-dokumen unik yang dianggap hilang dan tersembunyi seraya
memberikan interpretasi serta generalisasi yang tepat terhadap karya-karya tersebut.

Langkah-langkah Penelitian Sejarah

Setelah menentukan topik penelitian selanjutnya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemilihan Subyek yang akan Diteliti

Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar dalam
melakukan pencarian sumber-sumber sejarah dapat terarah dan tepat sasaran.Pemilihan topik
penelitian dapat didasarakan pada unsur-unsur berikut ini:
 Bernilai, peristiwa sejarah yang diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.
 Keaslian (Orisinalitas), peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya
pembuktian baru atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru
 Praktis dan Efesien, peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya
dan mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.
 · Kesatuan, unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian itu mempunyai satu kesatuan
ide.

b. Heuristik (Pengumpulan Data)

Heuristik merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan
mengumpulkan berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedeang
diteliti.misalnya dengan melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen,
mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah.

c. Kritik (Verifikasi)

Kritik merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari (ditemukan).
Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.

 Kritik Ekstern, kritik ekstern di dalam penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslan
atau keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti
prasasti, dokumen, dan naskah.Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan,
misalnyatentang waktu pembuatan dokumen itu (hari dan tanggal) atau penelitian tentang
bahan (materi) pembuatan dokumen itu sndiri.Sejarawan dapat juga melakukan kritik
ekstern dengan menyelidiki tinta untuk penulisan dokumen guna menemukan usia
dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan kritik ekstern dengan mengidentifikasikan
tulisan tangan, tanda tangan, materai, atau jenis hurufnya.
 Kritik Intern, kritik Intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap
materi sumber sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen,
sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri
secara menyeluruh. Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling
dekat dengan apa yang telah terjadi, sejauh dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan
kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada.

d. Interpretasi (Penafsiran)

Interfretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi
satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu
disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan
struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang
semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interfretasi yang
bersifat deskriptif sajabelum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut
untuk mencari landasan penafsiran yang digunkan.

e. Historiografy (Penulisan Sejarah)

Historiogray adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah
diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap
data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk
kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibavca orang lain. Oleh karena itu perlu
dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan
berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.

Bagan Langkah-langkah Penelitian Sejarah


Bila dilihat dari sifat, dan langkah penelitian sejarah, maka ada 3 (tiga) hal yang menjadi
bagian penting, yaitu:

 Sumber lisan, terbagi atas:

sumber primer à Jika ada pelaku sejarah yang masih hidup, dapat menceritakan
pengalamannya secara langsung, ketika peristiwa sejarah itu terjadi

sumber sekunder à Jika bukan pelaku, tetapi ia menyaksikan saat terjadinya suatu peristiwa
sejarah

 Bukti, adanya kenyataan sejarah


 Fakta, hipotesa, kesimpulan dari penyelidikan dokumen-dokumen dan sumber
sejarah, masih perlu kajian dan penelitian lebih lanjut

Contoh Penelitian Sejarah

Judul :

Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.

Perumusan masalah :

Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau
kebudayaan asli ?

Heuristik (Pengumpulan Data)

Langkah awal dalam penelitian ini berburu dan mengumpulkan berbagi sumber data yang
terkait dengan masalah yang sedang diteliti, misalnya dengan melacak sumber sejarah
komunis di Indonesia dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs sejarah,
mewawancarai para saksi sejarah.

Kritik (Verifikasi)

Kemampuan menilai sumber-sumber sejarah mengenai komunis di Indonesia yang telah


dicari (ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.

Interpretasi (Penafsiran)

Menafsirkan fakta mengenai komunis di Indonesia dan merangkai fakta tersebut hingga
menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga
ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran
yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit.

Historiografy (Penulisan Sejarah)

Proses penyusunan fakta-fakta sejarah komunis di Indonesia dan berbagai sumber yang telah
diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah komunis di Indonesia. Perlu
dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisannya, serta harus menyadari dan berusaha
agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
A. KONSEP RUANG DAN WAKTU DALAM MEMELAJARI SEJARAH

1. Konsep Ruang dalam Memelajari Sejarah.


Ruang (dimensi Spasial), merupakan tampat terjadinya berbagai peristiwa alam
maupun peristiwa sosial dan peristiwa sajarah dalam proses perjalanan waktu. Konsep
ruang juga dapat diartikan, sebagai konsep yang paling melekat dengan waktu.
Berikut secara umum penjabaran konsep ruang dalam memelajari sejarah.
a. Ruang merupakan tampat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa dalam perjalan
waktu.
b. Penelaahan sautu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan
dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut.
c. Jika waktu menitikberatkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep
ruang menitikberatkan pada aspek tempat, di mana peristiwa itu terjadi.

2. Konsep Waktu dalam Memelajari Sejarah


Waktu (dimensi temporal) memiliki dua makna, yaitu makna denotati dan
konotatif. Makna waktu secara denotatif merupakan satu-kesatuan, Yaitu detik, menit,
jam, hari, minggu, bulan, tahun, abad, dan seterusnya.
Pada umumnya, berikut konsep waktu dalam memelajari sejarah.

a. Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati.Tetapi,
masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, berhenti.
b. Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Apa yang terjadi di masa
lampau
dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak di masa sekarang, dan untuk
mencapai
kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
c. Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini menjadi

acuan untuk perencanaan masa yang akan datang.

a. Pentingnya waktu dalam sejarah


Sejarah sebagai suatu ilmu. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab “syajara”, artinya
terjadi
“syajaratun” (baca syajarah), artinya pohon kayu itu tumbuh dan berkembang. Jadi
pengertian sejarah secara etimologis, yaitu tumbuh, hidup, dan berkembang yang akan
berlangsung terus tiada hentinya sepanjang masa.

Berikut dikemukakan beberapa definisi sejarah menurut ahli yang memiliki


penekanan pada konsep waktu :

1) Edward Hallet Carr

Sejarah adalah suatu proses interaksi serba terus antara sejarawan

dengan fakta-fakta yang ada padanya, yaitu suatu dialog tiada

henti-hentinya masa sekarang dengan masa silam.

2) James Bank

Sejarah adalah semua peristiwa masa lampau (sejarah sebagai

kenyataan). Sejarah dapat membantu para siswa untuk memahami

perilaku manusia pada masa lampau, sekarang dan yang akan

datang.

3) Ismaun

Sejarah adalah suatu ilmu Pengetahuan tentang rangkaian kejadian yang berkualitas pada
masyarakat manusia dengan segala aspeknya, serta proses gerak perkembangannya yang
kontinyu dari awal sejarah, hingga saat ini yang berguna bagi pedoman kehidupan
masyarakat
manusia masa sekarang, serta arah cita-cita masa depan.
4) Muhammad Yamin

Sejarah adalah ilmu Pengetahuan, pada umumnya yang berhubungan dengan


bertarikh sebagai
hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang
lampau, yaitu
susunan hasil penyelidikan bahan-bahan tulisan atau tanda-tanda yang lain.

b. Keterkaitan waktu dangan sejarah

Keterkaitan antara waktu dengan peristiwa sejarah meliputi 4 hal, yaitu sebagai
berikut.

1) Perkembangan

Perkembangan masyarakat terjadi, bila berturut-turut masyarakat

bergerak dari satu bentuk ke bentuk yang lain, dari yang sederhana

ke bentuk yang lebih kompleks. Contoh perkembangan masyarakat

manusia dari masa lampau sampai sekarang.

2) Kesinambungan

Kesinambungan terjadi, bila suatu masyarakat baru hanya

melakukan adopsi lembaga-lembaga lama.

3) Pengulangan
Pengulangan terjadi bila peristiwa yang pernah terjadi di masa

lampau terjadi lagi di masa selanjutnya, misalnya jatuhnya

kekuasaan Presiden Soekarno akibat aksi-aksi para mahasiswa dan

itu terjadi kembali pada Presidan Soeharto “Lengser Keprabon”, juga akibat aksi
para mahasiswa.
4) Perubahan

Perubahan terjadi apabila masyarakat mengalami pergeseran, sama dengan


perkembangan. Akan tetapi, asumsinya ialah adanya perkembangan besar-besaran
dan dalam waktu yang relatif singkat. Biasanya terjadi akibar pengaruh dari luar.
Contoh : Gerakan Paderi di Sumatera Barat menentang kaum adat.

c. Dimensi konsep waktu dalam sejarah

Peristiwa pada masa lampau tidak pernah terputus dari rangkaian kejadian masa
kini dan masa yang akan datang, sehingga waktu dalam perjalanan sejarah adalah
suatu kontinuitas (kesinambungan). Waktu dalam ilmu sejarah menghasilkan
pembagian waktu, yaitu periode, zaman, babakan waktu, atau masa, dan kini.
Sedangkan, kurun adalah satu-kesatuan waktu yang isi, bentuk, dan waktunya
tertentu. Sejarah itu berkaitan dengan konsep waktu (time), proses perjalanan waktu
adalah berkesinambungan (continuity) dan satuan berlangsungnya waktu (duration)
dengan perubahan yang mengurangi ruang geografis.
Kurun waktu memiliki tiga dimensi, yaitu sebagai berikut.

1. Waktu yang lalu (the past)

2. Waktu sekarang (the present)

3. Waktu yang akan datang (the future)

Jadi, penggambaran proses jalur waktu itu selalu lurus (linear).

3. Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu dalam Memelajari Sejarah

Proses terjadinya suatu peristiwa dan perubahannya berlangsung dalam batas ruang
dan waktu. Suatu kejadian dapat diamati berdasarkan dimensi ruang, dimensi waktu
dan dimensi manusia. Berdasarkan dimensi ruang, suatu peristiwa memiliki batas-batas
tertentu. Berdasarkan dimensi manusia, manusia menjadi objek dan subjek dari
peristiwa tersebut.

Berikut keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam memelajari sejarah.

a. Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat

dipisahkan dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau palaku

sejarah.

b. Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dangan

tempat dan waktu kejadian.

c. Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat


dan waktu, karena perjalan manusia sama dengan perjalanan waktu

itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup (beraktivitas).

Anda mungkin juga menyukai