MRCS Oleh : Wina Nafullani (2015730132) Pembimbing : dr. Zecky Eko Triwahyudi, Sp. OT Pendahuluan Trauma masih menjadi penyebab kematian pada usia di bawah 40 tahun, dengan kecelakaan lalu lintas dan trauma tumpul menjadi mekanisme utama di negara barat.
Tujuan Merangkum dasar – dasar primary survey
Advanced Trauma and Life Support (ATLS) dari the Royal College of Surgeons serta untuk mengidentifikasi dan tatalaksana segera kondisi yang mengancam jiwa. Metode ATLS masih dianggap sebagai dasar trauma care, dengan penilaian awal dimulai dari ‘A’ ke’ B’ ke‘ C ’dan seterusnya, dengan re – assessment (kembali ke 'A') setelah intervensi / perawatan apapun atau perubahan apapun yang terjadi pada kondisi pasien. Pre – Alert Pada pre-alert, mekanisme cedera penting untuk diketahui Trauma tumpul dan penetrasi Trauma pada populasi lansia, anak – anak atau wanita hamil Standard personal protection Bersamaan dengan primary survey, beri oksigen aliran tinggi melalui NRM Airway dengan C-Spine control (A)
Saat menilai dan mengamankan jalan napas Imobilisasi
servikal Penilaian awal sederhana airway pada pasien sadar : Menanyakan nama dan apa yang terjadi. Jika masalah airway ditemukan, langkah-langkah harus digunakan Tabel 1 Indikasi untuk definitif airway meliputi: Tidak mampu mempertahankan patensi jalan napas Adanya cedera kepala yang membutuhkan ventilasi (GCS <9).
Penting untuk kenali kegagalan intubasi
Intubasi gagal metode alternatif Setelah jalan napas aman Nilai dengan pulse oksimetri dan ukur end tidal karbon dioksida. Breathing, ventilation and oxygenation (B) Penilaian pernapasan dan ventilasi Untuk mengenali dan mengelola hipoksia dan hipoventilasi Inspeksi dinding dada, gerakan dan kesimetrisan Perkusi dan auskultasi Cedera yang menurunkan ventilasi dan membutuhkan identifikasi serta intervensi segera Tabel 2. Semua pasien harus mendapat oksigen Jika tidak diintubasi Beri aliran tinggi melalui perangkat masker-reservoir Intercostal drain (ICD) insertion ICD ditempatkan pada garis mid atau anterior axilla pada ICS ke-5 Diseksi harus dilakukan di atas costae jari menyapu kavitas pleura memasukkan chest tube Tabung harus dihubungkan ke under water seal agar udara keluar Amati pergerakan serta bubbling air di dalam tabung. Circulation dengan Haemorrhage Control (C) Sirkulasi dapat dipengaruhi oleh tiga faktor utama : Volume darah yang bersirkulasi Curah jantung Perdarahan. Tanda klinis yang cepat dan mudah untuk dinilai : Palpasi central pulse (kecepatan dan karakteristik) Warna kulit Tingkat kesadaran. Akses intravena dengan minimal dua jarum besar diperlukan untuk resusitasi Ambil sample darah Sampel darah : Cek hematologi dasar Tipe dan crossmatch. Tes kehamilan Kadar laktat.
Jika tidak ada respons terhadap 500 ml kristaloid yang
dihangatkan kontrol perdarahan harus dilakukan. ATLS menyarankan bolus 1 – 2 liter larutan isotonik Kontrol perdarahan Resusitasi volume sirkulasi dan penggunaan tambahan eksternal. Tambahan yang perlu dipertimbangkan termasuk pelvic binders dan splinting tulang panjang. Langkah-langkah alternatif : Ikatkan kain atau handuk setinggi trochanters Lalu putari kaki dan mengikatnya bersama pada pergelangan kaki. Massive transfusion protocols (MTP) Resusitasi volume sirkulasi Harus dengan komponen darah (whole blood) Pemicu untuk dilakukan MTP mencakup : Penggantian > 1 volume darah dalam 24 jam atau > 50% volume darah dalam 4 jam Syok hemoragik yang diperkirakan atau yang sedang terjadi atau ketidakstabilan yang terus berlanjut setelah transfusi empat kantong PRC. Rasio yang direkomendasikan untuk komponen darah adalah 1: 1: 1 untuk fresh frozen plasma (FFP), trombosit dan sel darah merah. Semua intervensi Diperlukan penilaian ulang dan pantau koagulasi Beberapa IGD memiliki akses tes 'point of care' seperti rotational thromboelastometry (ROTEM) dan thromboelastography (TEG) Penggunaan asam transeksamat anti-fibrinolitik (TA) Permissive hypotension (PH) atau resusitasi hipotensi atau resusitasi volume rendah.
Tujuannya adalah untuk menjaga tekanan darah sistolik
tetap tinggi untuk mempertahankan perfusi jaringan tetapi cukup rendah untuk menghindari exsanguination ketika hemostasis dicapai dan untuk mencegah perdarahan berkepanjangan yang tidak terkontrol. Resusitasi yang adekuat dapat dipantau oleh urin output, Pemasangan kateter urin penting untuk penilaian berkelanjutan yang akurat. Kontraindikasi pemasangan kateter urin, seperti kecurigaan trauma uretra seperti Jika kateter tidak berhasil atau hanya mengalirkan darah, balon tidak boleh dikembangkan dan urethrogram retrograde diperlukan. Disability and neurological status (D) Penilaian neurologis pada seorang pasien trauma termasuk tingkat kesadaran dengan GCS, ukuran dan reaksi pupil, tanda lateralisasi dan cedera sumsum tulang belakang. Penyebab lain dari penurunan kesadaran adalah hipoksia dan hipovolemia dan harus ditangani lebih awal dalam penilaian selama 'A, B dan C'. Manajemen cedera otak primer berfokus pada pencegahan cedera otak sekunder dengan mempertahankan oksigenasi dan perfusi otak. Exposure (E) Exposure diperlukan untuk manajemen dan penilaian penuh terhadap cedera tetapi selama dan setelah selesai, perhatian harus diberikan untuk mencegah hipotermia. Hipotermi, Koagulopati, dan asidosis the ‘Lethal Triad of Trauma’ Hipotermia, asidosis dan koagulopati akut pada trauma peningkatan mortalitas Hipotermia berkontribusi terhadap koagulopati dengan mengurangi jumlah trombosit dan responsifnya, dan mengurangi fungsi beberapa faktor pembekuan serta mempengaruhi fibrinolisis.. Imaging Rontgen dada AP portabel dan rontgen panggul dapat dilakukan di ruang resusitasi Pencitraan trauma andalan saat ini ialah CT trauma atau CT thorax, perut dan panggul (CT-TAP) Focused assessment sonography (FAST) pada trauma dapat sangat berguna dalam mendeteksi perdarahan Injury severity score (ISS) ISS adalah sistem penilaian anatomi yang memberikan skor keseluruhan pada pasien dengan cedera multipel. Setiap cedera diberi abbreviated injury score (AIS) mulai dari 1 (minor) hingga 6 (tidak dapat diselamatkan) Skor dari tiga daerah tubuh yang paling parah terluka dikuadratkan dan ditambahkan bersama untuk menghasilkan skor ISS. Skor berkisar dari 1(cedera minor,) hingga 75 (cedera yang sangat parah ) ISS antara 9 dan 15 Cedera sedang. ISS ≥16 Cedera parah. Fraktur terbuka Fraktur terbuka tidak mengancam jiwa (kecuali fraktur panggul terbuka) tapi limb threatening Tatalaksana termasuk pengurangan/manipulasi yang tidak hanya memberikan penghilang rasa sakit tetapi membantu mengurangi perdarahan dan juga mengurangi tekanan pada jaringan lunak dan struktur neurovaskular. Sindrom Kompartemen Sindrom kompartemen Peningkatan tekanan pada kompartemen osseo – fasia penurunan perfusi otot dan saraf nyeri iskemik. Jika tidak segera didiagnosis dan ditatalaksana Nekrosis otot dan kerusakan irreversible Peningkatan tekanan dapat disebabkan oleh sumber internal seperti pendarahan dan pembengkakan pada otot atau kompresi eksternal seperti pembalut dan plester. Cidera yang berisiko tinggi terkena sindrom kompartemen adalah fraktur tibialis (paling umum) dan lengan bawah Initial Treatment : Lepaskan bidai/perban Cek tekanan Delta P = SBP – CP Fasciotomy segera Traumatic Cardiac Arrest Ada tiga mekanisme utama: 1. Hipovolemia berat 2. Kegagalan pompa 3. Obstruksi sirkulasi. Obstruksi terhadap sirkulasi kemudian dapat dibagi menjadi tiga penyebab utama yang berpotensi dapat diobati: 1. Tension Pneumothorax 2. Cardiac tamponade (CT) 3. Emboli paru masif Damage control surgery (DCS) versus early total care (ETC) in orthopaedics DCS digunakan dalam ortopedi untuk menggambarkan stabilisasi darurat dari fraktur dan manajemen terhadap jaringan lunak pada pasien yang cedera parah dan tidak stabil. Biasanya dengan cara fiksasi eksternal untuk cedera tulang (dengan pelvic packing dan kontrol perdarahan untuk cedera vaskular). Manfaat DCS termasuk mengurangi kehilangan darah dan initial operative time ETC manajemen definitif awal untuk semua fraktur TERIMA KASIH