Anda di halaman 1dari 14

PERTEMUAN KETIGA

DAN KEEMPAT

ARTI HISTORIS, SOSIOLOGIS DAN


POLITIS
PENGERTIAN PANCASILA
A. Secara Etimologis
Menurut Muh. Yamin, di dalam Bahasa Sansakerta
perkataan Pancasila mempunyai 2 macam arti, yaitu:
1. Panca: lima
2. a. Syila : dengan huruf “i” pendek,
artinya batu sendi, “alas” atau “dasar”.
b. Syiila : dengan huruf “i” panjang, artinya
“peraturan tingkah laku yang
penting/baik/ senonoh.
B. Secara Historis
1. Berasal dari Agama Budha yang berarti lima aturan
yang harus ditaati, yaitu:
a. Dilarang membunuh
b. Dilarang mencuri
c. Dilarang berzina
d. Dilarang berdusta
e. Dilarang minum minuman keras

2. Pada Zaman Majapahit


a. Empu Prapanca: Negara Kertagama
“Yatnanggegwani pancasyla Kertasangkarabhi
sekakakrama.
Artinya:
(Raja) menjalankan dengan setia kelima pantangan (Pancasila)
itu begitu pula upacara-upacara ibadat dan penobatan-penobatan.
b. Empu Tantular: Sutasoma
mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima”
(Pancasila Krama), yaitu:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh bohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras
3. Dalam masyarakat Jawa “Ma-Lima” – “Mo-Limo”
1. Mateni : Membunuh
2. Maling : Mencuri
3. Madon : Berzina
4. Madat : Menghisap candu
5. Main : Berjudi
KELUHURAN AJARAN YANG
BERSUMBER DARI PELARANGAN-
PELARANGAN KARENA DALAM
PELARANGAN ADA UNSUR
KEMASLAHATAN/KEBAIKAN
C. Secara Terminologis
Digunakan oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni
1945 di depan sidang PPKI untuk memberi nama
lima dasar atau lima prinsip negara Indonesia
merdeka yang diusulkannya, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme, atau perikemanusiaan
3. Mufakat, atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan
Perjalanan Sejarah Pancasila
1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila: Penjelasan di slide 6.

22 Juni 1945, Muqaddimah UUD 1945 muncul, dengan penyematan 7 kata


dalam Piagam Jakarta.

18 Agustus 1945 Muqaddimah UUD 1945 dirubah menjadi Pembukaan UUD


1945, disertai dengan penghapusan 7 kata dalam Piagam Jakarta.

Sejak 18 Agustus 1945, UUD 1945 resmi menjadi hukum dasar tertinggi.

Di era reformasi terjadi 4 kali amandemen atas pasal-pasal dalam UUD 1945,
bukan atas Pembukaan UUD 1945-nya.
Kenapa?
Kembali ke ciri hukum positif.
D. Secara resmi/formal:
Pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan
disyahkannya Rancangan Hukum Dasar serta dalam
Pembukaannya yang memuat Lima Dasar Negara
Indonesia yang diberi nama Pancasila, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pengertian pancasila sebagai dasar negara, sesuai dengan
bunyi Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat ”….....,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada;
Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusia yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut meskipun tidak tercantum kata
Pancasila, namun bangsa Indonesia sudah bersepakat bahwa lima prinsip yang
menjadi dasar Negara Republik Indonesia disebut Pancasila. Kesepakatan tersebut,
tercantum pula dalam berbagai Ketetapan MPR-RI diantaranya sebagai berikut :

1) Ketetapan MPR – RI No.XVIII/MPR/1998, pada pasal 1 menyebutkan bahwa


“Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara”.

2) Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, diantaranya menyebutkan : Sumber Hukum


dasar nasional yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusia yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Secara Sosiologis: Objektifitas dan
Subjektifitas

Pancasila memiliki nilai universal atau


umum yang relevan dengan semua
kenyataan social – Indonesia.

Pancasila memiliki nilai individual atau


khusus yang relevan dengan satu
kenyataan social – Indonesia.
Objektifitas Pancasila
Inti sila-sila Pancasila selalu ada dalam adat,
kebiasaan, budaya, agama, dan tradisi yang dianut
masyarakat Indonesia. Artinya ada kaitan antara
hidup manusia Indonesia dengan sila-sila
Pancasila.

Bagaimana mengeceknya:…iya tidak?


Subjektifitas Pancasila: Pencetus dan Wilayah

Nilai-nilai Pancasila berasal dari hasil ide, gagasan, pikiran, dan penilaian falsafah bangsa
Indonesia. Dengan menilai dari sudut pandang pencetus Pancasila, dapat dilihat adanya
nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif.

Nilai-nilai Pancasila dianggap sebagai falsafah hidup yang sesuai dengan manusia
Indonesia. Kesesuaian ini menyiratkan sifat subjektifitas dari manusia Indonesia untuk
masyarakat Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila mengandung empat nilai kerohanian yang terdiri atas kenyataan atau
kebenaran, estetis, etis, dan religius. Hal ini merupakan wujud dari hati nurani manusia
Indonesia, jadi bersifat subjektif.
Subjektifitas ini terkait dengan siapa
pencetus dan wilayah
pengejawantahan nilai-nilai Pancasila,
tidak lain adalah Indonesia.

Maka bisa saja tidak cocok untuk


negara lain, karena aspek historitas,
sosiologi dan kemasyarakatan yang
menyertai berbeda dengan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai