Ketiga Dan Keempat
Ketiga Dan Keempat
DAN KEEMPAT
Sejak 18 Agustus 1945, UUD 1945 resmi menjadi hukum dasar tertinggi.
Di era reformasi terjadi 4 kali amandemen atas pasal-pasal dalam UUD 1945,
bukan atas Pembukaan UUD 1945-nya.
Kenapa?
Kembali ke ciri hukum positif.
D. Secara resmi/formal:
Pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan
disyahkannya Rancangan Hukum Dasar serta dalam
Pembukaannya yang memuat Lima Dasar Negara
Indonesia yang diberi nama Pancasila, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pengertian pancasila sebagai dasar negara, sesuai dengan
bunyi Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat ”….....,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada;
Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusia yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Di dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut meskipun tidak tercantum kata
Pancasila, namun bangsa Indonesia sudah bersepakat bahwa lima prinsip yang
menjadi dasar Negara Republik Indonesia disebut Pancasila. Kesepakatan tersebut,
tercantum pula dalam berbagai Ketetapan MPR-RI diantaranya sebagai berikut :
Nilai-nilai Pancasila berasal dari hasil ide, gagasan, pikiran, dan penilaian falsafah bangsa
Indonesia. Dengan menilai dari sudut pandang pencetus Pancasila, dapat dilihat adanya
nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif.
Nilai-nilai Pancasila dianggap sebagai falsafah hidup yang sesuai dengan manusia
Indonesia. Kesesuaian ini menyiratkan sifat subjektifitas dari manusia Indonesia untuk
masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila mengandung empat nilai kerohanian yang terdiri atas kenyataan atau
kebenaran, estetis, etis, dan religius. Hal ini merupakan wujud dari hati nurani manusia
Indonesia, jadi bersifat subjektif.
Subjektifitas ini terkait dengan siapa
pencetus dan wilayah
pengejawantahan nilai-nilai Pancasila,
tidak lain adalah Indonesia.