DISUSUN OLEH :
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunianya sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai nilai demokrasi pada prodi Hukum Tata
Negara Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penulis
Daftar Isi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berdirinya sebuah negara pasti terdapat sistem politik yang dijalankan. Ada berbagai
macam sistem politikyang dijalankan oleh berbagai negara di dunia tak terkecuali Indonesia.
Bahkan sistem politik sudah ada sejak jaman Yunani kuno. Dalam pemilihan pemimpin kota
Athna dilakukan pemilihan langsung oleh rakyat. Rakyat merupakan salah satu unsur terpenting
berdirinya suatu negara, sehingga dalam menjalankan pemerintahan rakyat harus ikut andil di
dalamnya. Salah satu sistem pemerintahan yang sangat mengutamakan rakyat adalah demokrasi.
Sejak dibacakannya proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 sejak saat itu pula Indonesia
melaksanakan demokrasi. Demokrasi berarti kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, namun
pada kenyataanya masih saja bertentangan dengan definisi tersebut. Indonesia sendiri telah
mengalami pergantian berbagai macam demokrasi dari awal kemerdekaan hingga sekarang ini.
B. Rumusan Masalah
1. Aps pengertian Demokrasi ?
2. Sperti apa macam macam Demokrasi?
3. Bagaimana perkembangan Demokrasi di Indonesia?
4. Bagaimana penerapan nilai Demokrasi di masyarakat Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Demokrasi
2. Mengetahui macam macam Demokrasi
3. Mengetahui perkembangan Demokrasi di Indonesia
4. Mengtahui penerapan nilai Demokasi di masyarakat Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Secara umum :
Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintah yang mana seluruh warga negaranya
dapat mengambil keputusan sendiri. Warga negara memiliki hak atas negara yang ia tinggali
yang dapat mengubah hidup mereka. Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yakni
“demos” yang artinya rakyat serta “kratein” yang artinya pemerintahan/kekuasaan, sehingga
dapat didefinisikan bahwa arti demokrasi ialah kekuasaan atau pemerintahan rakyat. Pilar
demokrasi yang biasa kita kenal adalah prinsip t rias politica, dimana membagi ketiga kekuasaan
politik negara yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif. Dalam mewujudkan ketiga jenis lembaga
negara yang bersifat independen dan berada dalam kesejajaran satu sama lain, diharapkan agar
ketiga lembaga negara ini dapat saling mengontrol dan mengawasi.
Demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat
“government of the people, by the people and for the people”. Hal ini berarti kekuasaan
tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak,
kesempatan dan suara yang sama dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui
demokrasi keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.
Demokrasi merupakan pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat dimana yang
melaksanakan kekuasaan negara adalah wakil-wakil rakyat yang terpilih dan rakyat
yakin bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan didalam
melaksanakan kekuasaan negara.
Menurut Sidney Hook
Menurut Ranny
Demokrasi merupakan kebijaksanaan umum yang ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana dimana
terjadi kebebasan politik.
Demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat yang khususnya oleh
mayoritas dan pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi tetap dilakukan oleh rakyat
baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang
biasanya dilakukan dengan mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik
dan rakyat umum khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik dan tidak adanya
distingsi kelas yang berdasarkan kesewenang-wenangan/keturunan.
Menurut C.F. Strong
Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana mayoritas anggota dewan dari
masyarakat yang ikut serta dalam politik atas dasar perwakilan yang menjamin
pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan pada mayoritas
tersebut.
Demokrasi merupakan wadah masyarakat untuk memilih seorang untuk mengurus dan
mengatur kepentingan masyarakat. Pimpinannya bukan orang yang dibenci,
peraturannya bukan yang masyarakat tidak kehendaki dan masyarakat berhak meminta
pertanggungjawaban penguasa apabila pemimpin tersebut salah. Masyarakat juga berhak
memecatnya jika menyeleweng, mereka juga tidak boleh dibawa ke sistem ekonomi,
sosial, budaya atau sistem politik yang tidak mereka kenal dan tidak sukai.
B. Macam Macam Demokrasi
Demokrasi dibagi atas beberapa macam yaitu diantaranya sebagaimana berikut ini:
Adapun ciri-ciri sebuah negara yang menggunakan sistem demokrasi ialah sebagaimana berikut
ini:
1) Setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan kehendak dan
keperluan masing-masing rakyat atau seluruh rakyat.
2) Terdapat ciri konstitusional yaitu terkait kehendak kekuasaan maupun kepentingan rakyat
yang disusun dan dicatat pada sebuah undang-undang negara.
3) Mempunyai ciri perwakilan yaitu saat mengelola setiap kepentingan negara kedaulatan
dan juga kekuasaan rakyat telah diwakili pada yang tadinya telah dipilih dan ditentukan
dari rakyat itu sendiri.
4) Setiap aktivitas politik dilaksanakan dalam memilih pihak mana yang hendak diamanahi
untuk menjalankan roda pemerintahan. Ciri kepartaian yaitu hanyalah suatu sarana dan
media selaku unsur-unsur dan penerapan sistem demokrasi.
Prinsip Demokrasi
Pada umumnya prinsip sistem demokrasi diantaranya yaitu sebagaimana berikut ini:
Anehnya tindakan darurat yang bersifat sementara dan pragmatis tersebut dirumuskan
dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Jangka waktu yang membatasi kekuasaan Presiden
dan Komite Nasional dalam menjalankan fungsi-fungsi lembaga negara itu adalah sampai
dengan masa enam bulan setelah berakhirnya Perang Asia Timur Raya. Kemudian MPR yang
terbentuk berdasar hasil pemilihan umum oleh konstitusi diperintahkan besidang untuk
menetapkan UUD yang berlaku tetap. Tindakan tersebut wajib dilakukan MPR dalam enam
bulan setelah lembaga yang bersangkutan terbentuk. Kita tahu bahwa UUD 1945 pada awal
kemerdekaan disusun oleh sebuah paniti a yakni Paniti a Pe rsi apan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Secara konstitusional seharusnya UUD ditetapkan oleh MPR dan bukan oleh PPKI.
Patut apabila berdasarkan sejarah penyusunannya dan redaksi Pasal II Aturan Peralihan,
dikatakan bahwa UUD 1945 adalah UUD yang bersifat sementara. Kenyataan tersebut senada
dengan ucapan mantan Presiden Soekarno ketika berpidato di depan BPUPKI dan PPKI. Rupa-
rupanya gagasan pluralisme demikian dominan dikalangan elite politik Indonesia. Terbukti
ketika tanpa menunggu enam bulan setelah Perang Pasifik muncullah pemikiran untuk segera
mengakhiri pemusatan kekuasaan yang dimiliki Presiden berdasarkan pelimpahan Pasal II
Aturan Peralihan UUD 1945.
Gagasan pluralisme terwadahi dalam rapat Komite Nasional Indonesia tanggal 16
Oktober 1945. Komite Nasional tersebut mengusulkan agar ia diserahi kekuasaan legislatif dan
menetapkan GBHN serta hal itu agar disetujui oleh pemerintah. Atas desakan tersebut, Wakil
Presiden Muhammad Hatta atas nama Presiden mengeluarkan Maklumat Pemerintah Nomor X
Tahun 1945. Maklumat Pemerintah tersebut memuat diktum yang intinya, sebagai berikut :
a. Komite Nasional Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR (hasil pemilihan umum)
diserahi kekuasaan legislatif dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara;
b. Menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung dengan
gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih diantara mereka
dan yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.
Melihat kenyataan adanya lembaga negara yang tidak berfungsi dalam menetapkan UUD,
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959. Dalam Dekrit tersebut
ditetapkan kembalinya UUD 1945 sebagai konstitusi negara RI sehingga konstruksi mekanisme
ketatanegaraan kembali seperti saat UUD 1945 diberlakukan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Sekali lagi mengenai peranan (pemerintahan) negara dalam penyelenggaraan demokrasi terjadi
perubahan yang mendasar ketika Ketetapan MPRS No. VIII / MPRS / 1965 menetapkan
Demokrasi Terpimpin yang oleh Soekarno dikatakan sebagai demokrasi yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan sebagai landasan pelaksanaan
demokrasi di Indonesia. Ide tentang Demokrasi Terpimpin banyak ditentang oleh kelompok
oposisi. Mereka menolak gagasan demokrasi semacam itu karena pengertian terpimpin
bertentangan dengan demokrasi. Syarat mutlak demokrasi adalah kebebasan sedangkan kata
terpimpin justru akan meniadakan atau menghilangkan kebebasan itu sendiri. Demokrasi
Terpimpin menuju kearah praktek diktatorial dalam pelaksanaan demokrasi.
Runtuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 membawa pula hapusnya konsep
dan pelaksanaan Demokrasi Pancasila ditanah air. Penyelenggaraan demokrasi kini bertumpu
pada UUD 1945 setelah me n g a l ami ama n d eme n Secara redaksional tugas, fungsi dan
wewenang DPR sebagai perwujudan aspirasi rakyat masih seperti pengaturan UUD 1945 lama.
Perubahan hanya menyangkut sistematika pengaturan, tidak mengenai substansi materi
pengaturannya. Pada dasarnya DPR mempunyai fungsi legislasi (pengaturan), pengawasan dan
budgeting (anggaran). Ada satu kritik yang menyangkut sistem pemerintahan negara. Sistem
pemerintah presidensiil yang dipertahankan dalam UUD 1945 setelah amandemen oleh Yusril
Ihza Mahendra dan beberapa tokoh lain dipandang perlu diubah menjadi sistem pemerintahan
parlementer. Alasannya untuk memberi tempat kepada orang yang mempunyai kharisma dan
pengikut tetapi kurang kapabel untuk mengantisipasi sistem multi partai yang tak mungkin
menghasilkan pemenang mayoritas mutlak. Sementara ada pendapat lain yang tetap
menghendaki sistem pemerintahan presidensiil. Menurut pendapat tersebut otoritarisme yang
menggejala selama ini, bukan disebabkan oleh sistem pemerintahan yang dianut tetapi oleh tidak
dielaborasikannya secara ketat prinsipprinsip konstitusionalisme didalam UUD 1945. Diakui
bahwa UUD 1945 memang membangun sistem executive heavy, mengandung ambigu, terlalu
banyak atribusi kewenangan sehingga seringkali penguasa negara menggunakannya guna
mengakumulasikan kekuasaannya secara terus menerus. Tepatlah kalau dalam Penjelasan UUD
1945 dinyatakan “ yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah
semangat, semangat para penyelenggara negara“. Namun sayangnya kepercayaan tersebut tidak
dikawal dengan sistem yang ketat .
D. Penerapan Nilai Demokasi di Masyarakat
Penerapan nilai demokrasi yang paling utama adalah pelaksanaan pemilu. Dalam Undang-
undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelengaraan Pemilihan Umum disebutkan bahwa
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia,jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kemudian banyak nilai-nilai demokrasi yang sepatutnya sebagai bangsa beradab kita bisa
mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun di anataranya yang sangat
krisual, adalah sebagai berikut:
Pertama, Ideal demokrasi bertujuan untuk mencapai kehidupan pada derajat kebaikan, atau
kebahagiaan bersama. Sebesar-besaarnya kebaikan tersebut dapat dirasakan oleh rakyat. Rakyat
harus merasakan impact positif dari penerapan demokrasi tersebut dalam pemenuhan hak-
haknya. Hak-hak politik rakyat harus terjamin dan terlayani dengan baik. Hak mendapatkan
kehidupan yang layak. Hak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Hak mendapatkan
jaminan kesehatan. Hak mendapatkan informasi. Hak mendapatkan pekerjaan. Hak berpartisipasi
dalam pemerintahan, dan hak-hak lainnya sebagai warga Negara sebagaimana diatur dalam
perundang-undangan. Negara atau pemerintah dan jajaran birokrasi di semua level harus
memberikan pelayanan yang maksimal dalam rangka pemenuhan-hak-hak sipil tersebut. Rakyat
harus dibuat sejahtera. Rakyat harus dibuat bahagia. Untuk itu rakyat harus dilayani dengan
sebaik-baiknya. Memimpin adalah melayani. Bukan justru sebaliknya, rakyat yang harus
melayani pemimpinnya.
Kedua, Tujuan ideal demokrasi selanjutnya adalah pengakuan kemerdekaan atau kebebasan
setiap individu. Setiap individu memiliki hak untuk menentukan kehidupannya. Negara harus
menjamin kebebasan setiap Negara dalam mengemukakan pendapat, berkumpul dan berserikat,
serta memeluk suatu agama atau kepercayaan. Setiap orang harus menghormati perbedaan yang
ada, termasuk perbedaan pendapat dan keyakinan. Tidak ada satu pihak pun yang boleh
memaksakan kehendaknya terhadap orang lain. Baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau
sesama warga sipil. Apa lagi pemaksaan itu dilakukan dengan cara-cara kekerasan, atau dengan
cara-cara yang melanggar norma, etika dan hukum.
Ketiga, Demokrasi juga menghendaki adanya kesetaraan atau kesederajatan di antara setiap
individu. Tidak ada istimewa satu kelompok atau golongan dibandingkan dengan kelompok atau
golongan yang lain. Tidak ada satu suku bangsa atau pemeluk agama merasa superior terhadap
suku bangsa atau pemeluk agama lainnya. Apalagi hal tersebut menjadi faktor pemicu
munculnya konflik, yang justru saling merugikan. Padahal salah satu falsafah demokrasi kita
adalah bhineka tunggal ika. Dalam tataran empirik, kita masih sering menyaksikan tindakan-
tindakan rasial, bullying, pelecehan, dan tindakan-tindakan lainnya yang tidak mencerminkan
sikap penghormatan terhadap kelompok, golongan, suku, dan agama lain, baik itu melalui
tindakan, verbal, gambar, meme atau media lainnya. Apalagi di dunia maya, saat ini seolah
menjadi lahan yang subur bagi tumbuh dan menjamurnya ujaran-ujaran kebencian (hate
speech) yang saling menghina dan menghujat antara satu individu terhadap individu lainnya,
atau atau satu kelompok terhadap kelompok lainya. Seolah rasa saling menghargai, hormat
mengormati dan toleransi absen dalam konteks kehidupan sosial bermasyarakat. Saat ini sikap-
sikap tersebut seolah terasa sangat mahal harganya. Padahal dalam al-Quran juga dinyatakan
bahwa Allah menciptakan manusia itu bersuku-suku (syu’ub) dan berkabilah-kabilah (qaba’il),
tujuannya adalah untuk saling mengenal (li ta’arafuu)(QS al-hujurat: 13 ). Dan apada ayat yang
lain terdapat larangan untuk saling menghinakan dan memperolok-olok golongan atau kelompok
yang lain, sebab bisa saja yang kita hinakan itu lebih baik dari kita (QS al-Hujurat:11).
Keempat, hal yang tidak kalah penting lagi dalam konteks pengimplementasiaan nilai-nilai
demokrasi dalam kehidupan sehari-hari, adalah aspek kepatuhan terhadap hukum. Hukum
diciptakan untuk menghadirkan keteraturan dan ketertiban sosial dalam kehidupan masyarakat.
Setiap individu dalam masyarakat memiliki keinginan yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Keinginan yang berbeda-beda tersebut bisa saling bertabrakan jika tidak ada aturan yang
membatasinya. Para ahli hukum banyak memberikan penjelasan tentang fungsi peran dan hukum
dalam masyarakat. Selain sebagai berfungsi untuk menciptakan ketertiban, hukum juga
berfungsi untuk menciptakan keadilan sosial, menciptakan rasa aman dan menjaga dan
melindungi hak-hak setiap indvidu, sebagai sarana penyelesaian sengketa, dan lain-lain.
Demokrasi tanpa dibarengi semangat kepatuhan terhadap hukum, akan tidak terkontrol. Sangat
rawan terjadinya penyelewengan. Maka kepatuhan hukum menjadi salah satu pilar utama dalam
demokrasi. Kepatuhan terhadap hukum ini, harus dimulai dari para elit pemimpin di semua level,
dan diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Kepatuhan terhadap hukum harus dimulai dari hal-
hal sederhana dalam kehidupan kita. Anak mematuhi aturan keluarga. Siswa mentaati tata tertib
sekolah. Para pengendara mematuhi aturan lalu lintas di ajalan raya. Warga Negara taat bayar
pajak. Para pengusaha menghormati dan memenuhi hak-hak pekerja. Para pegawai datang ke
kantor dan pulang tepat waktu. Mahasiswa mematuhi aturan ketika melakukan unjuk rasa.
Aparat dan pejabat tidak melakukan pungli. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang bisa
dilakukan dalm kehidupan-sehari-hari.
Kemudian terdapat juga beberapa sikap yang mencerminkan demokrasi yaitu :
Seharusnya seluruh warga negara yang sudah mempunyai hak memilih dapat melakukannya.
Memilih pemimpin dapat dimulai dari sekolah seperti memilih ketua kelas dan ketua OSIS.
Kemudian memilih pemimpin di tingkat masyarakat seperti memilih Ketua RT, Ketua RW, dan
seterusnya. Hingga di tingkat negara, seperti memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga
negara dan memilih Presidan dan Wakil Presiden.
Perilaku budaya demokrasi yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di atas baru
sebagian yang diuraikan. Namun, jika bisa kita laksanakan akan berdampak sangat baik pada
tingkat keluarga hingga berbangsa dan bernegara. Semoga artikel ini bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengaruh demokrasi bagi sebuah bangsa sangatlah besar. Karena dalamdemokrasi terdapat
satu titik yang diprioritaskan yaitu rakyat. Kemudian dengan terlaksananya demokrasi yang baik
maka akan mendorong pula perilaku masyarakat yang mencerminkan nilai demokasi dalam
bersosial.
B. Saran
Cobalah menjadi manusia yang demokratis karena hidup demokatis itu indah.
DAFTAR PUSTAKA