Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH NILAI DEMOKRASI di MASYARAKAT

Disusun untuk memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Nilman Ghofur, M.Sos.

DISUSUN OLEH :

Nama : Muhamad Arif Kuniawan


NIM : 20103070050
Kelas : HTN A

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunianya sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah mengenai nilai demokrasi pada prodi Hukum Tata
Negara Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas Kewarganegaraan. Menyadari


banyaknya kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, saya harapkan
kritik dan saran pembaca untuk melengkapi kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Purworejo, November 2020

Penulis
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


Daftar Isi ......................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
BAB III ......................................................................................................................................... 20
PENUTUP..................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam berdirinya sebuah negara pasti terdapat sistem politik yang dijalankan. Ada berbagai
macam sistem politikyang dijalankan oleh berbagai negara di dunia tak terkecuali Indonesia.
Bahkan sistem politik sudah ada sejak jaman Yunani kuno. Dalam pemilihan pemimpin kota
Athna dilakukan pemilihan langsung oleh rakyat. Rakyat merupakan salah satu unsur terpenting
berdirinya suatu negara, sehingga dalam menjalankan pemerintahan rakyat harus ikut andil di
dalamnya. Salah satu sistem pemerintahan yang sangat mengutamakan rakyat adalah demokrasi.

Sejak dibacakannya proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 sejak saat itu pula Indonesia
melaksanakan demokrasi. Demokrasi berarti kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, namun
pada kenyataanya masih saja bertentangan dengan definisi tersebut. Indonesia sendiri telah
mengalami pergantian berbagai macam demokrasi dari awal kemerdekaan hingga sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
1. Aps pengertian Demokrasi ?
2. Sperti apa macam macam Demokrasi?
3. Bagaimana perkembangan Demokrasi di Indonesia?
4. Bagaimana penerapan nilai Demokrasi di masyarakat Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Demokrasi
2. Mengetahui macam macam Demokrasi
3. Mengetahui perkembangan Demokrasi di Indonesia
4. Mengtahui penerapan nilai Demokasi di masyarakat Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi

Secara umum :

Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintah yang mana seluruh warga negaranya
dapat mengambil keputusan sendiri. Warga negara memiliki hak atas negara yang ia tinggali
yang dapat mengubah hidup mereka. Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yakni
“demos” yang artinya rakyat serta “kratein” yang artinya pemerintahan/kekuasaan, sehingga
dapat didefinisikan bahwa arti demokrasi ialah kekuasaan atau pemerintahan rakyat. Pilar
demokrasi yang biasa kita kenal adalah prinsip t rias politica, dimana membagi ketiga kekuasaan
politik negara yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif. Dalam mewujudkan ketiga jenis lembaga
negara yang bersifat independen dan berada dalam kesejajaran satu sama lain, diharapkan agar
ketiga lembaga negara ini dapat saling mengontrol dan mengawasi.

Menurut berbagai ahli :

 Menurut Abraham Lincoln

Demokrasi merupakan pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat
“government of the people, by the people and for the people”. Hal ini berarti kekuasaan
tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak,
kesempatan dan suara yang sama dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Melalui
demokrasi keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.

 Menurut Hans Kelsen

Demokrasi merupakan pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat dimana yang
melaksanakan kekuasaan negara adalah wakil-wakil rakyat yang terpilih dan rakyat
yakin bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan didalam
melaksanakan kekuasaan negara.
 Menurut Sidney Hook

Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah


yang penting secara langsung ataupun tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas
yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.

 Menurut H. Harris Soche

Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintahan


melekat pada diri rakyat atau orang banyak dan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk
mempertahankan, mengatur dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan
orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.

 Menurut Ranny

Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang ditata dan diorganisasikan


berdasarkan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat, kesamaan politik, konsultasi atau dialog
dengan rakyat dan berdasarkan pada aturan mayoritas.

 Menurut Hannry B. Mayo

Demokrasi merupakan kebijaksanaan umum yang ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana dimana
terjadi kebebasan politik.

 Menurut Merriam, Webster Dictionary

Demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat yang khususnya oleh
mayoritas dan pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi tetap dilakukan oleh rakyat
baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang
biasanya dilakukan dengan mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik
dan rakyat umum khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik dan tidak adanya
distingsi kelas yang berdasarkan kesewenang-wenangan/keturunan.
 Menurut C.F. Strong

Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana mayoritas anggota dewan dari
masyarakat yang ikut serta dalam politik atas dasar perwakilan yang menjamin
pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan pada mayoritas
tersebut.

 Menurut Abdul Ghani Ar Rahhal

Demokrasi didefinisikan sebagai kekuasaan rakyat oleh rakyat. Rakyat merupakan


sumber kekuasaan, ia menyebutkan bahwa Plato adalah orang yang pertama kali
mengungkap teori demokrasi dimana sumber kekuasaannya merupakan keinginan yang
satu bukan majemuk.

 Menurut Yusuf Al-Qordhawi

Demokrasi merupakan wadah masyarakat untuk memilih seorang untuk mengurus dan
mengatur kepentingan masyarakat. Pimpinannya bukan orang yang dibenci,
peraturannya bukan yang masyarakat tidak kehendaki dan masyarakat berhak meminta
pertanggungjawaban penguasa apabila pemimpin tersebut salah. Masyarakat juga berhak
memecatnya jika menyeleweng, mereka juga tidak boleh dibawa ke sistem ekonomi,
sosial, budaya atau sistem politik yang tidak mereka kenal dan tidak sukai.
B. Macam Macam Demokrasi

Demokrasi dibagi atas beberapa macam yaitu diantaranya sebagaimana berikut ini:

1. Berdasarkan fokus perhatiannya


 Demokrasi formal demokrasi yang hanya berpusat pada bidang politik tanpa sama
sekalipun meminimkan kesenjangan politik.
 Demokrasi Material, demokrasi yang berpusat pada bidang ekonomi tanpa pengurangan
pada kesenjangan politik.
 Demokrasi gabungan demokrasi ini merupakan kombinasi dari demokrasi formal serta
demokrasi material.
2. Berdasarkan penyaluran kehendak rakyat
 Demokrasi dengan langsung atau bahasa Inggrisnya direct democracy merupakan
demokrasi yang dengan langsung mengikutsertakan rakyat terkait penentuan dan
pemilihan keputusan tertentu kepada negara, contohnya adalah pemilihan umum atau
pemilu.
 Demokrasi tak langsung atau bahasa Inggrisnya Indirect Democracy, Demokrasi yang
tidak langsung memasukkan semua rakyat sebuah negara pada penentuan suatu
keputusan. Misalnya keputusan tertentu yang diadakan dan ditetapkan oleh wakil-wakil
rakyat misalnya DPRD, DPD, dan DPR.

Ciri Ciri Demokrasi

Adapun ciri-ciri sebuah negara yang menggunakan sistem demokrasi ialah sebagaimana berikut
ini:

1) Setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan kehendak dan
keperluan masing-masing rakyat atau seluruh rakyat.
2) Terdapat ciri konstitusional yaitu terkait kehendak kekuasaan maupun kepentingan rakyat
yang disusun dan dicatat pada sebuah undang-undang negara.
3) Mempunyai ciri perwakilan yaitu saat mengelola setiap kepentingan negara kedaulatan
dan juga kekuasaan rakyat telah diwakili pada yang tadinya telah dipilih dan ditentukan
dari rakyat itu sendiri.
4) Setiap aktivitas politik dilaksanakan dalam memilih pihak mana yang hendak diamanahi
untuk menjalankan roda pemerintahan. Ciri kepartaian yaitu hanyalah suatu sarana dan
media selaku unsur-unsur dan penerapan sistem demokrasi.

Prinsip Demokrasi

Pada umumnya prinsip sistem demokrasi diantaranya yaitu sebagaimana berikut ini:

1) Kebebasan disepakati diakui dan disetujui oleh masing-masing warga negara.


2) Keikutsertaan setiap warga negara terkait pelaksanaan dan penentuan keputusan politik.
3) Kesetaraan masing-masing warga negara.
4) Masing-masing warga negara memiliki kesetaraan dan kesamaan terkait praktek politik.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Demokrasi


1. Kelebihan
 Kesamaan hak menyebabkan masing-masing masyarakat boleh ikut ambil bagian
terkait sistem politik.
 Penerima kekuasaan ditentukan berdasarkan keinginan serta suara rakyat.
 Menghindari adanya monopoli kekuasaan.
2. Kekurangan
 Mudah goyahnya kepercayaan rakyat karena efek-efek yang bersifat negatif
misalnya media yang tidak objektif atau subjektif terkait penyampaian informasi.
 Dinilai tidak adil terkait kesamaan hak sebab menurut para ahli masing-masing
orang memiliki pemahaman politik yang tidak sama persis.
 Fokus konsentrasi pemerintah yang masih menjabat menjadi berkurang, lantaran
mendekati pemilihan umum selanjutnya.
C. Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan, Indonesia sering mengalami perubahan


berlakunya Undang-Undang Dasar. Mulai dari UUD 1945, Konstitusi RIS, UUD 1950,
kembalinya UUD 1945 dan sampai dengan UUD 1945 setelah diamandemen pada tahun 2002.
Secara konsepsional, masingmasing UUD merumuskan pengertian dan pengaturan hakekat
demokrasi menurut visi penyusun konstitusi yang bersangkutan. Pada awal kemerdekaan ketika
UUD 1945 menjadi hukum dasar tertulis bagi segenap bangsa Indonesia, muncul pergeseran
gagasan ketatanegaraan yang mendominasi pemikiran segenap pemimpin bangsa. Semula
gagasan tentang peranan negara dan peranan masyarakat dalam ketatanegaraan lebih
dikedepankan. Gagasan itu disebut gagasan pluralisme. Selanjutnya dengan melihat realita belum
mungkin dibentuknya lembaga-lembaga negara seperti dikehendaki UUD 1945 sebagai aparatur
demokrasi yang pluralistik, muncullah gagasan organisme. Gagasan tersebut memberikan
legitimasi bagi tampilnya lembaga MPR, DPR, DPA untuk sementara dilaksanakan Presiden
dengan bantuan Komite Nasional .

Anehnya tindakan darurat yang bersifat sementara dan pragmatis tersebut dirumuskan
dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Jangka waktu yang membatasi kekuasaan Presiden
dan Komite Nasional dalam menjalankan fungsi-fungsi lembaga negara itu adalah sampai
dengan masa enam bulan setelah berakhirnya Perang Asia Timur Raya. Kemudian MPR yang
terbentuk berdasar hasil pemilihan umum oleh konstitusi diperintahkan besidang untuk
menetapkan UUD yang berlaku tetap. Tindakan tersebut wajib dilakukan MPR dalam enam
bulan setelah lembaga yang bersangkutan terbentuk. Kita tahu bahwa UUD 1945 pada awal
kemerdekaan disusun oleh sebuah paniti a yakni Paniti a Pe rsi apan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Secara konstitusional seharusnya UUD ditetapkan oleh MPR dan bukan oleh PPKI.
Patut apabila berdasarkan sejarah penyusunannya dan redaksi Pasal II Aturan Peralihan,
dikatakan bahwa UUD 1945 adalah UUD yang bersifat sementara. Kenyataan tersebut senada
dengan ucapan mantan Presiden Soekarno ketika berpidato di depan BPUPKI dan PPKI. Rupa-
rupanya gagasan pluralisme demikian dominan dikalangan elite politik Indonesia. Terbukti
ketika tanpa menunggu enam bulan setelah Perang Pasifik muncullah pemikiran untuk segera
mengakhiri pemusatan kekuasaan yang dimiliki Presiden berdasarkan pelimpahan Pasal II
Aturan Peralihan UUD 1945.
Gagasan pluralisme terwadahi dalam rapat Komite Nasional Indonesia tanggal 16
Oktober 1945. Komite Nasional tersebut mengusulkan agar ia diserahi kekuasaan legislatif dan
menetapkan GBHN serta hal itu agar disetujui oleh pemerintah. Atas desakan tersebut, Wakil
Presiden Muhammad Hatta atas nama Presiden mengeluarkan Maklumat Pemerintah Nomor X
Tahun 1945. Maklumat Pemerintah tersebut memuat diktum yang intinya, sebagai berikut :

a. Komite Nasional Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR (hasil pemilihan umum)
diserahi kekuasaan legislatif dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara;
b. Menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung dengan
gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih diantara mereka
dan yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.

Lahirnya Maklumat Pemerintah Nomor X Tahun 1945 merupakan perwujudan perubahan


praktik ketatanegaraan (konvensi) tanpa ada perubahan UUD. Makna Pasal II Aturan Peralihan
UUD 1945 telah berubah. Seharusnya Komite Nasional Pusat adalah pembantu Presiden dalam
menjalankan kekuasaannya. Semenjak Maklumat Pemerintah tersebut Komite Nasional Pusat
berubah fungsi sebagai pengganti MPR dan DPR serta kekuasaan Presiden menjadi berkurang.

Selanjutnya pada tanggal 14 Nopember 1945 pemerintah telah mengeluarkan Maklumat


Pemerintah atas usul Badan Pekerja Komite Nasional Pusat. Dalam Maklumat Pemerintah
tersebut ditegaskan bahwa sistem pertanggungjawaban Presiden kepada MPR menjadi Presiden
bersama-sama Menteri-menteri bertanggungjawab kepada parlemen (Komite Nasional Pusat).
Akibatnya sistem pemerintahan presidensiil berubah menjadi sistem pemerintahan parlementer
tanpa harus mengubah UUD 1945. Presiden tidak lagi menjadi kepala pemerintahan melainkan
hanya sebagai kepala negara. Sekali lagi kekuasaan Presiden dikurangi. Gagasan pluralistik atau
demokrasi yang pluralistik terwakili oleh lahirnya Maklumat Pemerintah Tanggal 14 Nopember
1945. Kedua maklumat tersebut secara mendasar telah berubah sistem ketatanegaraan kearah
pemberian porsi yang besar kepada peranan rakyat dalam partisipasinya menyusun kebijakan
pemerintahan negara.

Ide untuk mendirikan partai-partai politik sebagai bentuk pemberian kesempatan


partisipatif rakyat seluasluasnya melalui sistem multi partai mendapatkan tempat ketika
diterbitkan Maklumat Wakil Presiden Tanggal 3 Nopember 1945. Diterbitkannya Maklumat
Wakil Presiden tersebut atas usul Badan Pekerja Komite Nasional Pusat. Intinya bahwa
pemerintah menyetujui timbulnya partai-partai polituk karena dengan partai-partai politik itulah
dapat dipimpin kejalan yang teratur segala aliran yang ada dalam masyarakat bahwa pemerintah
berharap supaya partai-partai politik telah tersusun dilangsungkannya pemilihan anggota badan
perwakilan rakyat pada bulan Januari 1946. Begitu kuatnya paham demokrasi pluralistik pada
tahun 1945 1949 yang ditandai sistem multi partai telah mampu meredam sistem politik yang
otoriter dengan dominasi peranan pemerintahan negara. Hal itu terbukti bahwa partai-partai
politik telah mampu menjatuhkan kabinet yakni Kabinet Syahrir I,II,III, Kabinet Syarifuddin
sebagai pengganti Kabinet Syahrir II. Kondisi demikian berlangsung sampai tahun 1947 .

Setelah penyerahan kedaulatan pemerintahan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949


(KMB), UUD 1945 diganti dengan Konstitusi RIS. Negara RI berubah menjadi negara serikat
dengan sistem politik parlementer. Secara konstitusional pemerintahan dengan sistem
parlementer disebut sebagai parlementarisme konstitusional. Selama berlakunya Konstitusi RIS
tidak banyak kejadian yang berkenaan dengan demokrasi dan peranan negara. Oleh karena
keberadaan RIS hanya 8 bulan, saatsaat menuju penyerahan kedaulatan. Sejak tanggal 17
Agustus 1945, Konstitusi RIS digantikan oleh UUD 1950. bentuk negara serikat berubah
menjadi negara kesatuan. Sistem demokrasi liberal yang sebenarnya dimulai pada saat RI
dibawah UUD 1950. Akibatnya jatuh bangunnya kabinet menjadi pemandangan yang lazim.
Menurut Rusdi Kartaprawira, selama periode 1950 1959 terdapat 7 kabinet. Hal itu berarti rata-
rata umur kabinet kurang dari 15 bulan saja.

Kenyataan seringnya kabinet silih berganti tersebut menimbulkan ketidakpuasan


dikalangan politisi. Demikian pula pemerintahan yang tersentralisasi di Jawa banyak
menimbulkan kecemburuan sosial pada bagian-bagian lain dari wilayah tanah air. Berbagai
bentuk pemberontakan seperti : PRRI Permesta, Kahar Muzakar, DI/TII, Andi Azis dan Andi
Selle menjadi bukti keadaan seperti itu. Dewan konstituante yang mendapatkan tugas
menetapkan dasar negara telah gagal ketika di dalam persidangan kelompok pendukung
Pancasila dan kelompok pendukung Islam tak sepaham. Ketidaksepahaman mereka bertumpu
pada usulan agar Piagam Jakarta dimasukkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 29 ayat
(1) UUD 1945 diamandir, sehingga berbunyi : “ Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya“. Kecurigaan
bahwa Indonesia akan menjadi negara Islam menjadikan Konstituante gagal mengambil
keputusan atas rancangan UUD baru.

Melihat kenyataan adanya lembaga negara yang tidak berfungsi dalam menetapkan UUD,
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959. Dalam Dekrit tersebut
ditetapkan kembalinya UUD 1945 sebagai konstitusi negara RI sehingga konstruksi mekanisme
ketatanegaraan kembali seperti saat UUD 1945 diberlakukan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Sekali lagi mengenai peranan (pemerintahan) negara dalam penyelenggaraan demokrasi terjadi
perubahan yang mendasar ketika Ketetapan MPRS No. VIII / MPRS / 1965 menetapkan
Demokrasi Terpimpin yang oleh Soekarno dikatakan sebagai demokrasi yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan sebagai landasan pelaksanaan
demokrasi di Indonesia. Ide tentang Demokrasi Terpimpin banyak ditentang oleh kelompok
oposisi. Mereka menolak gagasan demokrasi semacam itu karena pengertian terpimpin
bertentangan dengan demokrasi. Syarat mutlak demokrasi adalah kebebasan sedangkan kata
terpimpin justru akan meniadakan atau menghilangkan kebebasan itu sendiri. Demokrasi
Terpimpin menuju kearah praktek diktatorial dalam pelaksanaan demokrasi.

Runtuhnya pemerintahan Soekarno selanjutnya digantikan oleh Soeharto di tahun 1968.


selama 2 tahun Soeharto menerima tugas dari Soekarno guna menyelesaikan kemelut
pemberontakan Gerakan 30 September / PKI atas dasar Surat Perintah 11 Maret 1966.
Keberhasilan tugas Soeharto menimbulkan kepercayaan MPR sebagai simbol tertinggi
perwakilan rakyat untuk mengangkatnya selaku Presiden RI. Pada awalnya pemerintahan Orde
Baru dibawah Presiden Soeharto mengedepankan pluralisme dalam menyelenggarakan
demokrasi. Langgam sisitem politik yang bersifat pluralistik sebagai perlawanan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara yang otoriter berdasarkan Demokrasi Terpimpin. Format
baru sistem politik Indonesia menemui bentuknya ketika ditetapkan Demokrasi Pancasila sebagai
landasan pelaksanaan demokrasi. Demokrasi Pancasila bagi pemerintahan Orde Baru dianggap
sebagai langkah pelanggaran intgrasional. Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1983 tentang
GBHN, Demokrasi Pancasila diteguhkan dan Pancasila sebagai satu-satunya azas yang
mewarnai sistem politik di Indonesia. Formulasi azas tersebut dituangkan dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1988 Tentang Ormas dan Orpol. Bagaimanapun juga kanalisasi
kekuatan politik dalam keharusannya untuk menerima Pancasila sebagai satu-satunya azas
kurang mencerminkan gagasan pluralisme yang menghendaki keanekaragaman isme di dalam
penyelenggaraan demokrasi.

Runtuhnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998 membawa pula hapusnya konsep
dan pelaksanaan Demokrasi Pancasila ditanah air. Penyelenggaraan demokrasi kini bertumpu
pada UUD 1945 setelah me n g a l ami ama n d eme n Secara redaksional tugas, fungsi dan
wewenang DPR sebagai perwujudan aspirasi rakyat masih seperti pengaturan UUD 1945 lama.
Perubahan hanya menyangkut sistematika pengaturan, tidak mengenai substansi materi
pengaturannya. Pada dasarnya DPR mempunyai fungsi legislasi (pengaturan), pengawasan dan
budgeting (anggaran). Ada satu kritik yang menyangkut sistem pemerintahan negara. Sistem
pemerintah presidensiil yang dipertahankan dalam UUD 1945 setelah amandemen oleh Yusril
Ihza Mahendra dan beberapa tokoh lain dipandang perlu diubah menjadi sistem pemerintahan
parlementer. Alasannya untuk memberi tempat kepada orang yang mempunyai kharisma dan
pengikut tetapi kurang kapabel untuk mengantisipasi sistem multi partai yang tak mungkin
menghasilkan pemenang mayoritas mutlak. Sementara ada pendapat lain yang tetap
menghendaki sistem pemerintahan presidensiil. Menurut pendapat tersebut otoritarisme yang
menggejala selama ini, bukan disebabkan oleh sistem pemerintahan yang dianut tetapi oleh tidak
dielaborasikannya secara ketat prinsipprinsip konstitusionalisme didalam UUD 1945. Diakui
bahwa UUD 1945 memang membangun sistem executive heavy, mengandung ambigu, terlalu
banyak atribusi kewenangan sehingga seringkali penguasa negara menggunakannya guna
mengakumulasikan kekuasaannya secara terus menerus. Tepatlah kalau dalam Penjelasan UUD
1945 dinyatakan “ yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah
semangat, semangat para penyelenggara negara“. Namun sayangnya kepercayaan tersebut tidak
dikawal dengan sistem yang ketat .
D. Penerapan Nilai Demokasi di Masyarakat

Penerapan nilai demokrasi yang paling utama adalah pelaksanaan pemilu. Dalam Undang-
undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelengaraan Pemilihan Umum disebutkan bahwa
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia,jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kemudian banyak nilai-nilai demokrasi yang sepatutnya sebagai bangsa beradab kita bisa
mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun di anataranya yang sangat
krisual, adalah sebagai berikut:

Pertama, Ideal demokrasi bertujuan untuk mencapai kehidupan pada derajat kebaikan, atau
kebahagiaan bersama. Sebesar-besaarnya kebaikan tersebut dapat dirasakan oleh rakyat. Rakyat
harus merasakan impact positif dari penerapan demokrasi tersebut dalam pemenuhan hak-
haknya. Hak-hak politik rakyat harus terjamin dan terlayani dengan baik. Hak mendapatkan
kehidupan yang layak. Hak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Hak mendapatkan
jaminan kesehatan. Hak mendapatkan informasi. Hak mendapatkan pekerjaan. Hak berpartisipasi
dalam pemerintahan, dan hak-hak lainnya sebagai warga Negara sebagaimana diatur dalam
perundang-undangan. Negara atau pemerintah dan jajaran birokrasi di semua level harus
memberikan pelayanan yang maksimal dalam rangka pemenuhan-hak-hak sipil tersebut. Rakyat
harus dibuat sejahtera. Rakyat harus dibuat bahagia. Untuk itu rakyat harus dilayani dengan
sebaik-baiknya. Memimpin adalah melayani. Bukan justru sebaliknya, rakyat yang harus
melayani pemimpinnya.

Kedua, Tujuan ideal demokrasi selanjutnya adalah pengakuan kemerdekaan atau kebebasan
setiap individu. Setiap individu memiliki hak untuk menentukan kehidupannya. Negara harus
menjamin kebebasan setiap Negara dalam mengemukakan pendapat, berkumpul dan berserikat,
serta memeluk suatu agama atau kepercayaan. Setiap orang harus menghormati perbedaan yang
ada, termasuk perbedaan pendapat dan keyakinan. Tidak ada satu pihak pun yang boleh
memaksakan kehendaknya terhadap orang lain. Baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau
sesama warga sipil. Apa lagi pemaksaan itu dilakukan dengan cara-cara kekerasan, atau dengan
cara-cara yang melanggar norma, etika dan hukum.

Ketiga, Demokrasi juga menghendaki adanya kesetaraan atau kesederajatan di antara setiap
individu. Tidak ada istimewa satu kelompok atau golongan dibandingkan dengan kelompok atau
golongan yang lain. Tidak ada satu suku bangsa atau pemeluk agama merasa superior terhadap
suku bangsa atau pemeluk agama lainnya. Apalagi hal tersebut menjadi faktor pemicu
munculnya konflik, yang justru saling merugikan. Padahal salah satu falsafah demokrasi kita
adalah bhineka tunggal ika. Dalam tataran empirik, kita masih sering menyaksikan tindakan-
tindakan rasial, bullying, pelecehan, dan tindakan-tindakan lainnya yang tidak mencerminkan
sikap penghormatan terhadap kelompok, golongan, suku, dan agama lain, baik itu melalui
tindakan, verbal, gambar, meme atau media lainnya. Apalagi di dunia maya, saat ini seolah
menjadi lahan yang subur bagi tumbuh dan menjamurnya ujaran-ujaran kebencian (hate
speech) yang saling menghina dan menghujat antara satu individu terhadap individu lainnya,
atau atau satu kelompok terhadap kelompok lainya. Seolah rasa saling menghargai, hormat
mengormati dan toleransi absen dalam konteks kehidupan sosial bermasyarakat. Saat ini sikap-
sikap tersebut seolah terasa sangat mahal harganya. Padahal dalam al-Quran juga dinyatakan
bahwa Allah menciptakan manusia itu bersuku-suku (syu’ub) dan berkabilah-kabilah (qaba’il),
tujuannya adalah untuk saling mengenal (li ta’arafuu)(QS al-hujurat: 13 ). Dan apada ayat yang
lain terdapat larangan untuk saling menghinakan dan memperolok-olok golongan atau kelompok
yang lain, sebab bisa saja yang kita hinakan itu lebih baik dari kita (QS al-Hujurat:11).

Keempat, hal yang tidak kalah penting lagi dalam konteks pengimplementasiaan nilai-nilai
demokrasi dalam kehidupan sehari-hari, adalah aspek kepatuhan terhadap hukum. Hukum
diciptakan untuk menghadirkan keteraturan dan ketertiban sosial dalam kehidupan masyarakat.
Setiap individu dalam masyarakat memiliki keinginan yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Keinginan yang berbeda-beda tersebut bisa saling bertabrakan jika tidak ada aturan yang
membatasinya. Para ahli hukum banyak memberikan penjelasan tentang fungsi peran dan hukum
dalam masyarakat. Selain sebagai berfungsi untuk menciptakan ketertiban, hukum juga
berfungsi untuk menciptakan keadilan sosial, menciptakan rasa aman dan menjaga dan
melindungi hak-hak setiap indvidu, sebagai sarana penyelesaian sengketa, dan lain-lain.
Demokrasi tanpa dibarengi semangat kepatuhan terhadap hukum, akan tidak terkontrol. Sangat
rawan terjadinya penyelewengan. Maka kepatuhan hukum menjadi salah satu pilar utama dalam
demokrasi. Kepatuhan terhadap hukum ini, harus dimulai dari para elit pemimpin di semua level,
dan diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat. Kepatuhan terhadap hukum harus dimulai dari hal-
hal sederhana dalam kehidupan kita. Anak mematuhi aturan keluarga. Siswa mentaati tata tertib
sekolah. Para pengendara mematuhi aturan lalu lintas di ajalan raya. Warga Negara taat bayar
pajak. Para pengusaha menghormati dan memenuhi hak-hak pekerja. Para pegawai datang ke
kantor dan pulang tepat waktu. Mahasiswa mematuhi aturan ketika melakukan unjuk rasa.
Aparat dan pejabat tidak melakukan pungli. Dan masih banyak lagi contoh-contoh yang bisa
dilakukan dalm kehidupan-sehari-hari.
Kemudian terdapat juga beberapa sikap yang mencerminkan demokrasi yaitu :

1. Menjunjung Tinggi Persamaan


Negara Indonesia terdiri dari banyak keragaman. keragaman suku bangas, keragaman budaya,
keragaman agama, dan keragaman warna kulit. Oleh karena itu sikap yang pertama kali harus
dibudayakan adalah menjunjung tinggi persamaan. Saling menghargai dan menghormati antar
sesama warga negara. Tidak membedakan berbagai keberagaman dan juga tidak membedakan
kelompok atau membedakan seseorang berdasarkan harta, jabatan, dan statusnya

2. Menjaga Keseimbangan Antara Hak dan Kewajiban


Perilaku budaya kedua yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban warga negara. Sebagai warga negara tentu saja semua
hak asasinya akan dilindungi oleh undang-undang yang berlaku. Namun harus diperhatikan
bahwa sebaiknya setiap negara mendahulukan kewajiban daripada haknya dan menuntut haknya
setelah kewajiban dapat dilaksanakan. Dengan menjaga keseimbangan hak dan kewajiban maka
negara akan lebih aman. Bayangkan jika semua warga negara hanya menuntut haknya tanpa
memperhatikan kewajiban! Seseorang menuntut gaji atas pekerjaannya, tanpa bekerja dengan
baik.

3. Membudayakan Sikap Adil


Sikap adil adalah sikap yang memperlakukan segala sesuatu sesuai porsinya. Tanpa
memebedakan kelompok, suku, agama, ras, harta, dan jabatannya. Orang tua yang adil akan
memberikan uang saku pada anak-anaknya sesuai kebutuhan dan kemampuan. Bukan membagi
rata uang saku tersebut kepada semua anak-anaknya. Hakim yang adil adalah hakim yang
menerapkan semua peraturan dan memberikan hukuman dan keputusan kepada orang yang
benar-benar bersalah. Pelayan negara yang adil akan melayani mayarakatnya tanpa membeda-
bedakan berbagai hal.

4. Membudayakan Musyawarah untuk Mufakat


Setiap ada permasalahan hendaknya dicari penyelesaiannya dengan musyawarah. Musyawarah
untuk mencapai mufakat harus lebih diutamakan daripada cara lain. Hal tersebut adalah ciri khas
demokrasi Indonesia. Keputusan mufakat adalah jalan tengah yang disepakati oleh semua elemen
masyarakat yang berkepentingan dengan keputusan. Atau dihadiri oleh minimal ¾ dari anggota
suatu lembaga atau organisasi. Dengan demikian seluruh peserta musyawarah juga bertanggung
jawab dengan hasil musyawarah. Bertanggung jawab kepada Tuhan, diri sendiri, dan anggota
masyarakat lain. Bersedia melaksanakan hasil musyawarah tanpa terkecuali. Bentuk-bentuk
keputusan bersama lain, seperti hasil voting atau suara terbanyak hanya dilakukan jika jalan
musyawarah tidak dapat dilakukan atau tidak menemukan hasil.

5. Mengutamakan Persatuan dan Kesatuan Nasional


Maysrakat yang berada di bawah demokrasi Pancasila adalah yang harus mengutamakan
persatuan dan kesatuan. Oleh karena itu kepentingan negara harus ditegakkan daripada
kepentingan golongan atau kelompoknya. Jika ada suatu masalah antar kelompok atau antara
golongan, maka sebaiknya bermusyawarah. Musyawarah dilakukan dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan yang diutamakan akan membawa perdamaian
dan meminimalisir kekerasan yang berdampak tidak stabilnya pembangunan nasional.

6. Membiasakan Taat Peraturan


Perilaku budaya demokrasi yang sering terabaikan adalah membiasakan taat peraturan. Taat di
saat diawasi atau tidak diawasi. Karena setiap peraturan pasti dibuat untuk kepentingan seluruh
elemen masyarakat. Contohnya peraturan di jalan raya. Seorang warga negara yang baik harus
mentaati peraturan jika berkendara. Harus mentaati semua rambu yang ada dan mempunyai
surat-surat kelengkapan berkendara. Sementara pejalan kaki juga demikian, harus mentaati
peraturan yang ada. Tidak berjalan kaki di sembarang tempat. Para pedagang tidak mengambil
trotoar untuk pejalan kaki untuk berdagang. Contoh lain adalah pejabat yang tidak korupsi
dengan dana yang diamanahkan padanya.

7. Membiasakan Menyalurkan Aspirasi Secara Damai dan Tidak Anarkis


Dalam budaya demokrasi, menyalurkan aspirasi secara aktif adalah pertanda demokrasi berjalan
baik. Pertanda contoh partisipasi masyarakat yang tinggi. Rakyat masih memperhatikan
negaranya. Namun haru diingat penyaluran aspirasi harus tertib dan tidak anarkis. Demonstrasi
yang dilakukan misalnya, harus berjalan damai dan tetap memperhatikan kepentingan umum.

8. Memilih Pemimpin Secara Demokratis


Pemimpin di negara demokrasi bukan pemimpin yang terpilih berdasarkan keturunan. Mereka
dipilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pemilihan dilakukan setiap jangka waktu tertentu.
Karena dalam demokrasi tidak ada pemimpin seumur hidup. Kekuasaan pemimpin juga dibatasi
oleh konstitusi. Memilih pemimpin secara demokrasi merupakan perilaku budaya demokrasi
yang sangat baik.

Seharusnya seluruh warga negara yang sudah mempunyai hak memilih dapat melakukannya.
Memilih pemimpin dapat dimulai dari sekolah seperti memilih ketua kelas dan ketua OSIS.
Kemudian memilih pemimpin di tingkat masyarakat seperti memilih Ketua RT, Ketua RW, dan
seterusnya. Hingga di tingkat negara, seperti memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga
negara dan memilih Presidan dan Wakil Presiden.

9. Menggunakan Kebebasan dengan Bertanggung Jawab


Setiap warga negara bebas dan dilindungi konstitusi terkait dengan segala hak asasinya. Namun,
kebebasan tersebut adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan yang harus
memperhatikan dan menghargai hak orang lain. Batasnya juga jelas dalam undang-undang.
Misalnya, setiap warga negara bebas memilih agamanya dan bebas menyebarkan agamanya
kepada orang lain. Namun, orang tersebut tidak dapat memaksakan kehendak agar orang lain
mengikuti agamanya. Kepentingan negara tetap harus didahulukan daripada kepentingan pribadi
dan golongan.

10. Menghormati dan Menghargai Orang Lain


Menghormati dan menghargai orang lain adalah dalam kerangka melaksanakan seluruh bagian
dari demokrasi. Sikap perilaku budaya demokrasi ini ditandai dengan :

 menghargai pendapat orang lain


 menyampaikan pendapat secara sopan dan sesuai aturan
 tidak mendominasi suatu pembicaraan dan mendengarkan ektika orang lain menyampaikan
pendapatnya
 menerima dengan lapang dada setiap saran dan kritikan yang masuk
 melaksanakan semua hasil keputusan musyawarah

Perilaku budaya demokrasi yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di atas baru
sebagian yang diuraikan. Namun, jika bisa kita laksanakan akan berdampak sangat baik pada
tingkat keluarga hingga berbangsa dan bernegara. Semoga artikel ini bermanfaat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengaruh demokrasi bagi sebuah bangsa sangatlah besar. Karena dalamdemokrasi terdapat
satu titik yang diprioritaskan yaitu rakyat. Kemudian dengan terlaksananya demokrasi yang baik
maka akan mendorong pula perilaku masyarakat yang mencerminkan nilai demokasi dalam
bersosial.

B. Saran

Cobalah menjadi manusia yang demokratis karena hidup demokatis itu indah.
DAFTAR PUSTAKA

Yuliana, R. (2013). Implementasi Nilai–Nilai Demokrasi Dalam Pembelajaran Pendidikan


Kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Gringsing Batang (Doctoral dissertation, Universitas
Negeri Semarang).

Irawan, B. B. (2016). Perkembangan Demokrasi di Negara Indonesia. Jurnal Ilmiah Hukum


dan Dinamika Masyarakat, 5(1).

Kaban, R. (2000). Perkembangan Demokrasi di Indonesia. Perspektif, 5(3), 158-169.


Purnaweni, H. (2004). Demokrasi Indonesia: Dari masa ke masa. Jurnal Administrasi Publik
Vol 3 No. 2, UNPAR, 2004., 3.

Anda mungkin juga menyukai