Anda di halaman 1dari 38

FILM DOKUMENTER THE COVE DITINJAU DARI

PERSPEKTIF HAK ASASI HEWAN (ANIMAL


RIGHTS)

OLEH
TAUFIQA FARYDIAN PURBASARI
07/357641/FI/03412
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penelitian
C. Tinjauan Pustaka
D. Landasan Teori
E. Metode Penelitian
F. Hasil Yang Dicapai
G. Sistematika Penulisan
A. Latar Belakang Masalah
1. Pendahuluan
2. Rumusan masalah
3. Keaslian penelitian
4. Manfaat penelitian
1. Permasalahan
Penelitian ini berangkat dari sebuah fenomena perburuan lumba-
lumba di Teluk Taiji, Jepang dalam film dokumenter The Cove yang
menurut penulis adalah sebuah sebuah isu lingkungan hidup yang
sarat dengan sebuah kekeliruan cara pandang manusia dewasa ini
yaitu sebuah cara pandang yang bersifat antroposentrisme.
Mengapa hak asasi hewan? Sejalan dengan Peter Singer, hak asasi
hewan memandang tidak hanya manusia yang mempunyai hak
asasi, hak asasi hewan layaknya perluasan ketiga dalam
perkembangan perlakuan moral.
Hak asasi hewan seperti yang diungkapkan Tom Regan adalah
sebuah pembebasan secara total hewan-hewan terhadap segala
jenis perbudakan.
2. Rumusan masalah
1. Apa problem-problem yang terjadi pada
lumba-lumba di Teluk Taiji Jepang dalam film
dokumenter The Cove dalam kaitannya dengan
hak asasi hewan?
2. Apa inti teori-teori hak asasi alam khususnya
teori hak asasi hewan?
3. Bagaimana analisa kritis terhadap film
dokumenter The Cove ditinjau dari perspektif
hak asasi hewan?
3. Keaslian penelitian
a. Arick Nur Rachman. 2005. Pemaknaan Etika dalam Film Telaah Etika
Politik dan Etika Lingkungan dalam Film The Lord of The Ring.
Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Skripsi ini
membahas tentang pemaknaan etika politik dan etika lingkungan dalam
film The Lord of The Ring. Konsep etika politik yang terdapat di dalam
sebuah film kemudian dikaitkan dengan etika lingkungan yang menjadi
pisau analisisnya. Pemaknaan RING dalam politik kekuasaan dan
paradigma etika lingkungan hidup dari sudut pandang antroposentris
dan ekosentris yang terdapat di dalam film The Lord of The Ring.
b. Muhammad Asa Bakti Ikwanto. 2011. Konsep Etika Lingkungan dalam
Film Avatar (Perspektif Etika Lingkungan Biosentrisme). Fakultas
Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Skripsi ini membahas
tentang pemaknaan film Avatar dalam kaitannya dengan telaah etika
lingkungan biosentrisme.
4. Manfaat penelitian
a. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan paradigma baru yang lebih komprehensif
mengenai hak asasi hewan melalui film dokumenter The Cove. Pengetahuan bahwa tidak
hanya manusia yang memiliki hak asasi akan tetapi hewan atau makhluk bukan manusia
juga memiliki hak asasi sama dengan manusia.
b. Bagi Filsafat
Penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan dalam pemikiran terhadap
ilmu filsafat terutama mengenai salah satu cabang teori etika hak asasi alam yaitu hak
asasi hewan.
c. Bagi Bangsa Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat Indonesia serta
menyadarkan bahwa tidak hanya manusia yang mempunyai hak asasi akan tetapi hewan.
Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran untuk tidak lagi
mengeksploitasi secara berlebihan bahkan membantai atau menganiaya hewan secara
tidak perlu yang diharapkan dapat terciptanya keseimbangan ekosistem dan munculnya
kasih sayang antara manusia dengan hewan sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan.
E. Metode Penelitian
1. Model atau jenis penelitian
penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
deskriptif tentang masalah aktual yang
bersumber pada data pustaka.
2. Bahan dan Materi Penelitian
Bahan-bahan penelitian dibedakan menjadi
sumber pustaka primer dan sekunder.
3. Jalan Penelitian
Inventarisasi dan kategorisasi data, klasifikasi,
analisis sintetis, evaluasi kritis.
4. Analisis hasil
Verstehen, interpretasi, hermeneutika,
heuristika.
BAB II
GAMBARAN UMUM FILM DOKUMENTER
THE COVE

A. Deskripsi Film Dokumenter The Cove


B. Sinopsis Film Dokumenter The Cove
C. Problem Hak Asasi Hewan dalam Film
Dokumenter The Cove
A. Deskripsi Film Dokumenter The Cove
Film The Cove adalah film
dokumenter buatan Amerika, yang
diproduksi tahun 2009.
Film ini mengisahkan tentang
perburuan dan pembunuhan
lumba-lumba setiap tahunnya di
Taman Nasional di Taiji,
Wakayama, Jepang.
Bintang utama film ini adalah
Richard O’Barry dan disutradari
oleh Louie Psihoyos.
B. Sinopsis Film Dokumenter The Cove

a. Ide awal : dihilangkannya nama Richard O’Barry sebagai keynote speaker, misi

menghentikan industri penangkaran lumba-lumba, tradisi berburu lumba-lumba di Teluk

Taiji, Jepang

b. Louie Psihoyos merekrut Charles Hambleton, Simon Hutchins ,Joe Chisholm ,Mandy-Rae

Cruickshank , Kirck Krack, untuk masuk dalam timnya untuk membantu misi Richard

O’Barry

c. Membuat video tentang kejadian di Teluk Taiji, Jepang adalah jalan satu-satunya agar

masyarakat Jepang dan dunia bisa tahu apa yang terjadi pada lumba-lumba di Teluk Taiji

Jepang.
SCREENSHOOT THE COVE
PARTICIPANT MEDIA 2014

Gambar 2 : Richard O’Barry terkenal Gambar 4 : data pembantaian lumba-lumba


sebagai pelatih lumba-lumba sejak serial tiap tahun
film Flipper tahun 1964
Gambar 6 : Taiji adalah penyuplai lumba- Gambar 10 : Teluk Taiji, Jepang
lumba terbesar di dunia

Gambar 12 : Psihoyos mengungjungi Gambar 14. wawancara Richard O’Barry


perusahaan Kernel Optic dengan salah satu penduduk Jepang
Gambar 15 : salah seorang masyarakat yang Gambar 22 : Para Tim memasang batu tiruan
diwawancarai tidak pernah mendengar berisi kamera diantara batu-batuan yang asli
adanya pembunuhan lumba-lumba di Jepang

Gambar 26 : Nelayan membunuh lumba- Gambar 25 : Para nelayan membunuh


lumba di Teluk Taiji, Jepang lumba-lumba dengan cara yang kejam
Gambar 24 : Air Laut yang berubah warna Gambar 27 : Richard O’Barry
menjadi merah oleh darah lumba-lumba mempertontonkan video pembantaian
yang telah dibantai di Teluk Taiji, Jepang lumba-lumba di Teluk Taiji, Jepang di
tengah keramaian kota Tokyo

Gambar 28 : Richard O’Barry


menunjukkan rekaman video pembantaian
lumba-lumba di Teluk Taiji, Jepang pada
kongres IWC
C. Problem Hak Asasi Hewan dalam Film
Dokumenter The Cove
1. pembantaian lumba-lumba, para nelayan di Teluk Taiji
membantai lumba-lumba tiap tahunnya. Para nelayan berdalih
pembantaian ini dilakukan karena tradisi, membantai dan
memakan lumba-lumba adalah budaya orang Jepang sama
seperti masyarakat lainnya yang memakan daging sapi.
2. Para nelayan juga beranggapan bahwa lumba-lumba adalah
parasit yang harus dikurangi populasinya. Para nelayan
beranggapan bahwa dengan banyaknya lumba-lumba yang
berada di perairan Jepang maka akan mengurangi populasi
ikan kecil yang bisa dipanen yang merupakan sumber
komoditas ekspor Jepang ke seluruh dunia
BAB III
RUANG LINGKUP ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

A. Pengertian Lingkungan Hidup


B. Pengertian Etika
C. Etika Lingkungan Hidup
D. Teori-Teori Etika Lingkungan Hidup
E. Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan Hidup
C. Etika Lingkungan Hidup
Etika lingkungan hidup adalah kritik atas etika yang selama ini dianut oleh manusia,
yang menempatkan manusia sebagai penguasa alam yang bebas memperlakukan alam
demi untuk kepentingannya tanpa memperhatikan dampak-dampak yang timbul akibat
pengabaian terhadap nilai-nilai yang dimiliki oleh alam (Keraf, 2010: 40).

Etika Lingkungan hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu


a. etika lingkungan dangkal (shallow enviromental ethics): merupakan pendekatan
terhadap lingkungan sebagai sarana penyelenggaraan kepentingan manusia, etika
lingkungan ini bersifat antroposentrisme.
b. etika lingkungan dalam (deep environmental ethics): menganggap alam
sesungguhnya memiliki fungsi kehidpan, patut dihargai, diperlakukan dengan baik,
karena disadari alam adalah penopang kehidupan manusia dan seluruh makhluk,
dalam etika lingkungan ini manusia merupakan bagian dari alam. yang termasuk deep
environmental ethics adalah biosentrisme, ekosentrisme, hak asasi alam, ekofeminisme
(Rahim, 2013:1).
D. Teori-Teori Etika Lingkungan Hidup

1. Antroposentrisme
2. Biosentrisme
3. Ekosentrisme
4. Hak asasi alam
5. Ekofeminisme
4.Hak asasi alam
Hak asasi alam adalah perluasan dari ketiga dari etika, yang semula etika
hanya berlaku bagi makhluk komunitas makhluk sosial yaitu manusia
dalam hal ini yang dimaksud adalah laki-laki, jadi etika dan perlakuan
moral hanya berlaku untuk laki-laki dan tidak berlaku untuk wanita dan
manusia dengan kulit berwarna. Perlakuan moral yang hanya berpihak pada
kepentingan laki-laki tersebut terus berlangsung dengan segala kekejaman
dan perlakuan diskriminatif terhadap wanita, budak, dan manusia kulit
berwarna dengan segala konsekuensinya, sampai diresmikannya Universal
Declaration of Human Right pada 10 Desember 1948 di Paris, kendati
demikian wanita-wanita di seluruh dunia sampai saat ini masih belum
berhenti berjuang menuntut persamaan hak-hak asasinya. Para pembela hak
binatang optimis bahwa perluasan etika juga perlu dikenakan pada makhluk
non manusia (Singer, 2002:1).
Hak Asasi Hewan
a. Peter Singer
Animal Liberation menentang adanya
penderitaan dan pembunuhan yang tidak perlu
terhadap hewan-hewan baik hewan peliharaan
maupun hewan liar. Kematian hewan tidak bisa
dianggap remeh seperti juga pada kematian
manusia, karena dampak yang ditimbulkan pada
lingkungan dan spesies yang ditinggalkan sangat
perlu diperhitungkan.
b. Tom Regan
Tom Regan beranggapan bahwa anti kekerasan, kesejahteraan hewan,
bahkan pembebasan hewan (animal liberation) belumlah cukup, ketiganya
belum mewakili hakikat dari hak asasi hewan.
Pembebasan hewan (animal Liberation) disebut Regan sebagai tujuan
dari hak asasi hewan (animal rights), keduanya berjalan beriringan seperti
tangan dan sarung tangan (Light, 2003:69).
Yang diakui dalam hak asasi hewan adalah pembenaran hak individu
untuk tidak dibunuh. Hewan yang tersisa dari spesiesnya hak untuk
dirugikannya harus ditimbang secara adil dengan hak-hak dari hewan lain.
Pandangan tentang hak asasi hewan harus dilihat dengan baik pada setiap
upaya untuk melindungi hak-hak hewan apapun tidak hanya untuk hewan
yang terancam punah
hak asasi hewan menurut Tom Regan harus membebaskan secara total
hewan-hewan dari:
1). Perburuan, komersialisasi
2). Kegiatan penelitian ilmiah
3). Pertanian hewan
E. Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan Hidup

1. Sikap hormat terhadap alam


2. Tanggung jawab
3. Solidaritas kosmis
4. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam
5. No harm
6. Hidup sederhana dan selaras dengan alam
7. Keadilan
8. demokrasi
BAB IV
ANALISA KRITIS FILM DOKUMENTER THE COVE
DITINJAU DARI PERSPEKTIF HAK ASASI HEWAN

A. Prinsip Etika Lingkungan Hidup dalam Film


Dokumenter The Cove
B. Analisa Kritis Film Dokumenter The Cove
Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Hewan
A. Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan Hidup
dalam Film Dokumenter The Cove

1. Prinsip Hormat Terhadap Alam


Richard O’Barry seorang aktivis penyelamat
lumba-lumba mengajarkan dalam film
dokumenter The Cove bahwa lumba-lumba
terlepas dari berguna atau tidak untuk
kehidupan manusia lumba-lumba harus
dihormati hak-hak asasinya sebagai salah satu
anggota komunitas lingkungan hidup.
3. Solidaritas kosmis
Prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa
manusia adalah bagian integral dari alam semesta.
Manusia mempunyai kedudukan yang sederajat dan
setara dengan semua makhluk di alam ini.
seseorang yang menyaksikan film dokumenter
The Cove akan merasakan atmosfer kesedihan
seperti yang dialami oleh para tim pembuat film yang
merupakan wujud dari rasa solidaritas kosmis,
dimana para tim mencoba menunjukkan kepada
dunia apa yang telah terjadi pada lumba-lumba di
Teluk Taiji, Jepang agar pembantaian lumba-lumba
tidak terjadi lagi di tahun-tahun berikutnya.
B. Analisa Kritis Film Dokumenter The Cove
Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Hewan
Peter Singer maupun Tom Regan meskipun mempunyai dua
pemikiran yang berbeda menganggap bahwa hewan haruslah bebas
dari sakit yang tidak perlu.
Tidak dibenarkan adanya pembunuhan hewan secara tidak perlu
baik itu spesies yang terancam punah ataupun bukan. Dalam kasus
pembunuhan ribuan lumba-lumba di Teluk Taiji, Jepang sangat terlihat
bagaimana lumba-lumba dirampas hak asasinya terutama hak untuk
hidup. Lumba-lumba dibunuhi dengan cara-cara yang kejam yang
menimbulkan rasa sakit berlebihan.
Dari rekaman suara yang berasal dari hydrophones yang tertanam di
dasar laguna juga terdengar suara-suara ketakutan lumba-lumba yang
berusaha menyelamatkan diri dari serangan nelayan-nelayan yang
membunuhnya.
Berdasarkan The Universal Declaration of Animal Rights

pasal 4 ayat 1, yang berbunyi:


“wild animas have the right to live and reproduce in
freedom in their own natural environment” (sumber:
http://www.cwrl.utexas.edu).

Tidak dibenarkan adanya pengeksploitasian hewan-hewan liar

termasuk juga lumba-lumba yang harusnya tinggal di habitat

aslinya dan bebas untuk berkembang biak secara alamiah bukan

di kolam-kolam buatan manusia.


Pembantaian 23.000 lumba-lumba
harusnya tidak pernah terjadi apabila
pemerintah pro-aktif dalam penegakan
hukum tentang hak asasi hewan seperti
yang sudah dihimbau dalam The
Universal Declaration of Animal Rights.
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
A. Kesimpulan
1. Lumba-lumba yang dibunuh dalam film dokumenter The
Cove adalah lumba-lumba yang tidak lolos seleksi untuk
dijual hidup-hidup untuk dijadikan objek hiburan. Lumba-
lumba tersebut kemudian disembelih untuk diambil
dagingnya dan dijual di super market-super market yang
tersebar di kota Jepang tanpa memberinya label daging
lumba-lumba. Para nelayan yang membunuhi lumba-
lumba tersebut berasumsi bahwa membunuh lumba-lumba
adalah suatu tradisi dalam masyarakatnya. Para nelayan
juga beranggapan bahwa lumba-lumba adalah parasit yang
menyebabkan berkurangnya ikan-ikan kecil di perairan
Jepang yang mempengaruhi hasil tangkapan para nelayan.
2. Hak asasi hewan adalah sebuah cabang dari hak asasi alam
dimana dalam teori etika lingkungan hidup tersebut menganggap
bahwa alam beserta isinya mempunyai nilai pada dirinya sendiri
yang wajib manusia hormati. Perlakuan moral tidak hanya
terbatas dilakukan oleh manusia kepada manusia lainnya, akan
tetapi manusia bisa dikatakan bemoral jika juga memperlakukan
hewan dengan bermoral. Hak asasi hewan menganggap bahwa
hewan mempunyai hak-hak dasar yang wajib manusia hormati,
hak-hak dasar tersebut meliputi hak untuk hidup, hak untuk
tinggal di habitat aslinya, maupun hak untuk tidak diganggu
keberadaannya. Hewan tidak dapat menuntut haknya seperti
layaknya manusia tapi bukan berarti manusia boleh melanggar
hak hewan seperti manusia juga tidak boleh melangar hak
manusia lainnya, manusia adalah bagian intergral dari alam yang
saling membutuhkan maka sudah seharusnya manusia menjaga
alam dan juga hewan-hewan dengan penuh tanggung jawab dan
kasih sayang.
3. Pembunuhan lumba-lumba yang terjadi di Teluk
Taiji, Jepang adalah hal yang perlu diperhatikan
karena hal tersebut sangat bertentangan dengan
prinsip-prinsip etika lingkungan hidup dan juga hak
asasi hewan, bahkan menurut The Universal
Declaration of Animal Rights pembunuhan hewan
liar adalah melanggar hukum dan tiap-tiap negara
harusnya memberikan hukuman yang tegas bagi
pelanggarnya
B. Saran
1. Paradigma berpikir yang antroposentris yang telah menimbulkan banyak kerusakan terhadap
alam sudah saatnya digantikan dengan paradigma baru yang lebih ramah lingkungan. Manusia
harus menyadari bahwa dalam hidupnya tidak akan bisa terlepas dari hubungan timbal balik antara
manusia dengan alam. manusia bukanlah raja bagi alam dan isinya, manusia hanyalah bagian kecil
dari semua anggota komunitas lingkungan yang ada di muka bumi, maka sudah seharusnyalah
manusia menghargai, menghormati alam tempat ia tinggal dan memperlakukan makhluk bukan
manusia dengan perlakuan moral yang sama dengan saat memperlakukan sesama manusia.
2. Hak asasi hewan yang mencoba secara radikal memperjuangkan hak-hak hewan agar
diperlakukan sama dengan manusia peneliti beranggapan saat ini sudah sangat banyak
diperbincangkan di seluruh belahan dunia bahkan di negara-negara tertentu sudah mengenakan
hukuman tegas bagi pelanggar hak-hak hewan. Di Indonesia pun sudah berjalan hukuman atas
orang-orang yang melakukan kekerasan terhadap hewan, hanya mungkin belum banyak terekspos
dan belum banyak masyarakat yang memahami makna hak asasi hewan. Hal tersebut bagi sebagian
orang akan dianggap hanya sebagai lelucon saat segelintir orang membicarakan dan membela
mati-matian hak-hak hewan.
3. Peran media nasional baik media cetak maupun televisi harusnya lebih mengekspos tentang isu-
isu hak hewan ini, sehingga masyarakat semakin sadar bahwa tidak hanya manusia saja yang boleh
secara moral dan legal mendapat hak asasi tetapi hewan pun juga mempunyai hak yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Bekoff, Marc. 2010. Encyclopedia of Animal Rights and Animal Welfare. Library of congress cataloging in
publication data: California
Bertens, Kees. 2007. Etika. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Bertens, kees. 2011. Etika Biomedis. Kanisius: Yogyakarta
Borrong, Robert P. 2000. Etika Bumi Baru: Akses Etika dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. BPK
Gunung Mulia. Jakarta.
Des Jardins, Joseph R. 2006. Environmental Ethic: An introduction to Environmental Philosophy.
Thomson: Canada
De Waal, Frans. 2011. Primat dan Filsuf: Merunut Asal-Usul Kesadaran Moral. Kanisius: Yogyakarta.
Fritsch, Albert J. 1980. Environmental Ethics. Anchoor Books: America.
Glaeser, Bernhard. 1989. Kebijakan Lingkungan Hidup. Katalis: Jakarta.
Hardjasoemantri, Koesnadi. 2012. Hukum Tata Lingkungan Edisi VIII. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta,
Irwansyah, Ade. 2009. Seandainya Saya Kritikus Film. Homerian Pustaka: Yogyakarta.
Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Paradigma: Yogyakarta.
Keraf, A. Sonny.2010. Etika Lingkungan Hidup. Penerbit Buku Kompas: Jakarta.
Kristanto, Philip. 2004. Ekologi Industri. Andi: Yogyakarta
• Magniz- Suseno, Franz. 1987. Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Kanisius: Yogyakarta.
• Monaco, James.1985. Cara Menghayati Sebuah Film. Yayasan Citra: Jakarta.
• Naess, Arne. 1993. Ecology, Comunity and Lifestyle. Cambridge University Press: Cambridge.
• Poespoprodjo, W. 1999. Filsafat Moral. CV Pustaka Gravika: Bandung.
• Pojman, Louis P. Paul Pojman. 2008. Environmental Ethics: Reading in Theory and Application. Wadsworth
Cangage Learning: Canada.
• Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Homerian Pustaka: Yogyakarta.
• Light, Andrew. Holmes. 2003. Environmental Ethics An Anthology. Blackwell Publishing LTd: USA.
• Rachels, James. 2004. Filsafat Moral. Kanisius: Yogyakarta.
• Regan, Tom. 2010. The Case For Animal Rights. University of California Press: California.
• Siahaan, N.H.T. 2004. Menikmati Filsafat Melalui Film Science-Fiction. Mizan Pustaka: Bandung.
• Singer, Peter. 2002. Animal Liberation. Harper Collins Publisher Inc:New York.
• Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan: Jakarta.
• Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim. 2009. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Bumi
Aksara: Jakarta.
• Taylor, Angus. 2003. Animals & Ethics. Broadview Press: Canada.
• Taylor, Paul. 1986. Respect For Nature: A Theory od Environmental Ethics. Princeton University Press: Princeton.
• Walker, Sally M. ____.Nature Watch Dolphins. Lerner Publication Company: Minneapolis, USA.
• Wenz, Peter S. 2001. Environmental Ethics Today. Oxford University: New York.

SUMBER LAIN:
• Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
• The Universal Declaration of Animal Rights 1978 yang direvisi tahun 1989 oleh International League of Animal
Rights
Sumber film
• Fisher, Stevens. 2009. The Cove. Participant Media. Amerika
Jurnal
• Scruton, Roger. 2000. Animal Rights. City Journal, summer.
Sumber internet
• Bayu. 2010. The Cove. http://ikanlautindonesia.blogspot.com/2010/03/cove.html. (diakses pada 20 Desember 2013).
• Bioexpedition. 2012. Informasi dan Fakta Lumba-lumba. (diakses pada 20 Desember 2013).
• Bushido. 2009. Review The Cove. http://www.imdb.com/title/tt1313104/reviews?filter=love. (diakses pada 20 Desember 2013).
• Den Haas, Femke. 2014. .Lumba-Lumba Rentan Eksploitasi. http://pslh.ugm.ac.id/id/index.php/archives/516. (diakses pada 01
September 2014).
• Huggo. 2009. Plot Summary The Cove. http://www.imdb.com/title/tt1313104/plotsummary?ref_=tt_ql_6. (diakses pada 20
Desember 2013).
• J. Grbić, Jovana. 2009. Review The Cove. http://www.scriptphd.com/its-not-easy-being-green/2009/12/04/review-the-cove/
(diakses pada 20 Desember 2013).
• Kabar News. 2012. Memaknai Hari Hak Asasi Hewan.
http://www.wartaberita.info/2012/10/memaknai-hari-hak-asasi-hewan.html. (diakses pada 20 Desember 2013).
• Shoji Kaori. 2010. The Cove: The Truth Will Arive, Better Late Than Never.
http://www.japantimes.co.jp/culture/2010/06/25/films/film-reviews/the-cove/#.VA6zFaNY0X8. (diakses pada 10 Agustus 2014)
• Kirby, S. 1998. All About Dolphins. http://dolphinresearch.org.au. (diakses pada 10 Maret 2014).
• NN. The Universal of Animal Rights.
http://www.cwrl.utexas.edu/~bump/Universal%20Declaration%20of%20Animal%20Rights.htm. (diakses pada 20 Desember
2013).
• O’Barry, Richard.2012. Behind The Dolphin Smile. http://www.goodreads.com/book/show/13235826-behind-the-dolphin-smile.
(diakses pada 10 Agustus 2014).
• O’Barry, Richard. 2014. Taiji Cove Water Runs Red Again. http//dolphinproject/blog/post/taiji-cove-water-runs-red-again. (diakses
pada 06 februari).
• Rahim, Supli Effendi. 2013. Jenis Etika Lingkungan dan Prinsip Pelaksanaanya.
http://suplirahim2013.blogspot.com/2013/03/jenis-etika-lingkungan-dan-prinsip.html. (diakses pada 10 Agustus 2014).

Anda mungkin juga menyukai