Anda di halaman 1dari 11

PENAFSIRAN

WILOPO
KELOMPOK 1
NELI WAHYUNI
01 190221084.

NADZIFATUN NADA
02 190221045

SITI ALIFAH
03 190221019

SITI AYU DEWI LESTARI


04 190221053
Sistem ekonomi yang diterapkan
di Indonesia, diselenggarakan atas
demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi,
berkeadilan,berkelanjutan,berwaw
asan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
Adapun dasar dari sistem ekonomi
Indonesia ini adalah Pancasila dan
Undang-undang Dasar (UUD)
1945.
Tujuan dari sistem ekonomi ini adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang merata sekaligus berkeadilan. Untuk
mencapai tujuan itu, pemerintah bersama seluruh rakyat harus sama-
sama berperan aktif untuk mewujudkannya. Dimana, peran
pemerintah dengan merencanakan kebijakan ekonomi nasional dan
menciptakan iklim perekonomian yang sehat, sedangkan masyarakat
dan swasta berperan meningkatkan pendapatan nasional dengan
menumbuhkan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Penafsiran Mr. Wilopo (mantan Perdana Menteri 1952-
1953) disampaikan pada perdebatan dengan Wijoyo Nitisastro
(mahasiswa cemerlang tingkat akhir FEUI) tentang pasal 38
UUD (Identik dengan pasal 33 UUD 1945). Mr Wilopo
menegaskan bahwa ayat (1) Pasal 38 UUDS (Pasal 38 UUDS
persis sama dengan Pasal 33 UUD 1945) merupakan
penolakan terhadap liberalisme ekonomi. Menurut Wilopo
“kebersamaan dan asas kekeluargaan” dimaksudkan sebagai
“Dasar perekonomian nasional”. Selanjutnya Wilopo
menegaskan bahwa “Pasal 33 UUD 1945 dimaksudkan untuk
mengganti asas ekonomi masa lalu (Hindia Belanda) dengan
suatu asas baru.
Akibat-akibat negatif liberalisme di negeri-
negeri jajahan jauh lebih menonjol dan jauh
lebih menyedihkan dari yang terdapat di
Eropa. Kita ingin sepenuhnya merubah
dasar perekonomian negeri ini. Ketentuan
ayat (3) Pasal 37 UUDS yang menolak
monopoli dalam bentuk kartel tidaklah
cukup, tetapi untung ayat (3) Pasal 26
UUDS
1 menegaskan bahwa hak milik itu
adalah suatu fungsi sosial, artinya hak milik
tidak digunakan atau dibiarkan sedemikian
rupa, sehingga merugikan masyarakat

4
Perdebatan ini mengacu pada semangat dasar pada pasal 33 UUD
1945. Soekarno berpendapat bahwa Ayat 1 Pasal 33 UUD 1945
merupakan semangat kolektivisme, sedangkan untuk ayat 2 Pasal 33
UUD 1945 merupakan ungkapan sosialisme (Soesatro dan Budiman,
2005). Bung Hatta menambahi pandangan ini dengan mengatakan,
"Dasar perekonomian Indonesia akan semakin jauh dari dasar
individualisme dan semakin dekat dengan kolektivisme, dasar
perekonomian yang sesuai dengan kolektivisme adalah koperasi"
(Hatta, 1946).
Dalam pandangan bung Hatta, perekonomian Indonesia sebagian besar
akan diisi oleh kegiatan ekonomi rakyat, yang terorganisir dalam
koperasi, dan sektor negara (Soesatro dan Budiman, 2005). Sejalan
dengan itu, Wilopo mengatakan bahwa asas yang dirumuskan oleh Pasal
33 meruapakan penolakan terhadap liberalisme ekonomi (Wilopo, 1955).
Menurutnya, sistem ekonomi Indonesia berlandaskan "usaha bersama".
Menurutnya, kegiatan ekonomi tak lagi mengandung motif keuntungan
pribadi, tetapi motif untuk mengabdi kepada masyarakat demi kebaikan
bersama (Wilopo, 1955).
Pendapat Bung Hatta,
Soekarno dan Wilopo
memang mengarahkan
perekonomian indonesia
condong ke sosialisme, anti-
liberalisme, kemandirian,
dan anti asing. Pemikiran
tokoh-tokoh tersebut
mengedepankan penguasaan
sektor-sektor ekonomi oleh
negara, kolektivitas dalam
pembangunan ekonomi, dan
pengembangan koperasi
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Mr. Wilopo


menginginkan sistem ekonomi yang
berlandaskan "usaha bersama“, yang
dimaksudkan kegiatan ekonomi tak lagi
mengandung motif keuntungan pribadi, tetapi
motif untuk mengabdi kepada masyarakat demi
kebaikan bersama.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai