Anda di halaman 1dari 5

PRESENTASI AQIDAH AKHLAK

AKHLAK TERCELA
RIYA’ DAN NIFAQ
KELOMPOK 4

 Inggit Nandia Ellentinna (07)


 Tania Aqimil Layalia (20)
 Varissa Eka Septiana Putri (22)
Riya’
 Riya’ dalam bahasa arab artinya memperlihatkan atau memamerkan.
Secara istilah artinya memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik
barang maupun perbuatan dengan maksud agar orang lain yang
melihat akan memujinya.
 Riya’ hampir sama dengan sum’ah, sedangkan sum’ah artinya berbuat
kebaikan supaya kebaikan tersebut didengar atau dipuji orang lain.
Jadi, perbedaan riya’ dan sum’ah adalah jika riya’ ingin
memperlihatkan sedangkan sum’ah ingin didengar.
 Alangkah meruginya orang yang riya’ dan sum’ah karena mereka
bersusah payah melakukan perbuatan yang ingin dipuji tetapi allah
tidak menerima sedikitpun amal ibadah mereka.
Nifaq
 Kata nifaq berasal dari kata nafiqa alyarbu, yang artinya lubang
hewan sejenis tikus, lubang ini ada 2, ia bisa masuk ke lubang
satu kemudian keluar lewat lubang yang lain. Demikianlah
gambaran keadaan orang orang munafik, satu sisi menampakkan
keislamannya, tetapi disisi lain ia amat kafir dan menentang
kepentingan agama islam.
 Nifaq adalah perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam
hatinya dan menampakkan keimanannya dengan ucapan dan
tindakan. Perilaku seperti inipada hakikatnya adalah
ketidaksesuaian antara keyakinan, perkataan, dan perbuatan.
Atau dengan kata lain, tindakan yang selalu dilakukan adalah
kebohongan, baik terhadap hati nuraninya maupun terhadap
allah swt ataupun sesama manusia. Pelaku perbuatan nifaq
disebut munafiq.
Kategori Nifaq
 Nifaq I’tiqodi
Suatu bentuk perbuatan yang menyatakan dirinya beriman kepada
Allah SWT., sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan sama sekali.
Dia shalat, bersedekah, dan beramal shaleh lainnya, namun tindakannya
itu tanpa didasari keimanan dalam hatinya.
 Nifaq ‘Amali

Kemunafikan berupa pengingkaran atas kebenaran dalam bentuk


perbuatan.
Ciri-ciri perbuatan yang masuk
kategori nifaq
 Tidak mampu menegakkan shalat kecuali dengan malas-malasan, ia
merasa ragu terhadap balasan Allah di akhirat.
 Hanya berfikir jangka pendek yaitu kekayaan duniawi semata.
 Terbiasa dengan kebohongan, ingkar janji, dan khianat.
 Tidak mampu ber-amar ma’ruf nahi munkar.
 Seringkali dalam pembicaraannya menyindir dan menyakiti Nabi atau
islam.

Anda mungkin juga menyukai