Anak Kelompok 9
Anak Kelompok 9
ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, merupakan virus RNA
berserat negatif yang terselubung (ber envelope), anggota genus
Morbilivirus, famili Paramyxoviridae
Virus campak secara alami hanya menginfeksi manusia dan binatang
menyusui. Karena dapat merangsang imunitas dalam rentang waktu
panjang dan tidak ada tempat virus untuk bersembunyi, maka untuk
menjaga agar virus campak tetap ada dalam masyarakat diperlukan
individu dalam jumlah besar agar dapat terjadi penularan dari orang
ke orang secara terus menerus
EPIDEMILOGI
1. Menurut Orang
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat
menginfeksi anakanak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia
sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Pada kelompok
dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung terjadi lebih
luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan
memiliki imunitas seumur hidup
2. Menurut Tempat
Penyakit campak dapat terjadi dimana saja namun kasusnya lebih
sedikit di daerah yang sangat terpencil. Hal ini dikarenakan
penduduk pada daerah terpencil jarang melakukan kontak dengan
lingkungan luar.
3. Menurut Waktu
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada
kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek
yang positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumahyang
memiliki alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di
daerah utara.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi campak (measles) atau rubeola dimulai saat virus
campak masuk ke tubuh melalui mukosa saluran nafas atas atau
kelenjar air mata. Infeksi awal dan replikasi virus terjadi secara local
pada sel epitel trakea dan bronkus.
• Fase viremia pertama terjadi setelah 2-4 hari setelah invasi,
akibat replikasi dan kolonisasi virus pada kelenjar limfe regional
yang kemungkinan dibawa oleh makrofag paru
• Fase viremia kedua terjadi setelah 5-7 hari setelah infeksi awal
akibat penyebaran virus pada seluruh sistem retikuloendotelial.
Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan
gejala batuk, pilek, mata merah dan demam yang semakin tinggi.
Gejala akan semakin memberat sampai hari kesepuluh setelah
infeksi virus dan mulai timbul ruam makulopapular berwarna
kemerahan. Ruam akan menjadi gelap pada masa konvalesens
diikuti dengan terjadinya proses deskuamasi dan hiperpigmentasi
GEJALA KLINIS
Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease dengan ditandai oleh 3
stadium, yaitu:
a. stadium inkubasi, 10-12 hari, tanda gejala.
b. Stadium prodormal, dengan gejala – gejala panas sampai dengan
coryza,batuk,konjungtivitis,fotofobia, anoreksia, malaise, dan koplik
spot pada mukosa bukalis.
c. Stadium erupsi, dengan adanya rash makulopapulous pada seluruh
tubuh dan panas tinggi.
kOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak antara lain:
1. Infeksi bakteri
a. Pneumonia
b. Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit)
sehingga penderita mudah mengalami perdarahan.
3. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi 1 dari 1000 – 2000 kasus
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Teraupetik :
a. Pemberian vitamin A.
b. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik.
c. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi.
d. Pemberian obat batuk dan sedativum
CARA PENCEGAHAN
1. Jangan Berinteraksi dengan Pengidap
2. Melakukan Vaksinasi
3. Biasakan Pola Hidup Bersih
Selain itu, ajarkan anak agar tidak berbagi barang pribadi dengan temannya
yang sedang sakit. Ajarkan ia agar tidak berbagi peralatan makan, gelas
minum,juga sikat gigi
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Anamnesis
1) Klien: Nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan agama.
2) Orang tua: Nama, alamat, pendidikan
3) Saudara kandung: urutan anak dalam keluarga
Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Bayi dan anak-anak yang terkena morbili biasanya yang belum mendapatkan imunisasi atau telah mendapatkan imunisasi campak tapi kemungkinan besar vaksinnya tidak tersimpan dengan baik sehingga mengakibatkan kualitas vaksin m enurun atau pemberian dosis yang tidak tepat dan pernah kontak dengan penderita morbili
.
KESEHATAN DASAR
1) Kebutuhan nutrisi
Pada anak dengan morbili pola nutrisi umumnya mengalami perubahan karena adanya bercak
pada daerah mulut sehingga anak tidak nafsu makan, mual, muntah dan berat badan
menurun.
2) Kebutuhan eliminasi
Pada anak dengan morbii biasanya akan mengalami diare dikarenakan virus yang menyerang
sistem pencernaan anak.
3) Aktivitas
Pola aktivitas anak dengan morbili biasanya terganggu, karena anak mengalami anak malaise,
keadaan umum lemah dan dari tindakan isolasi pada anak.
5) Personal hygiene
Pada anak dengan morbili pada umumya merasa gatal dan adanya rash pada kulit sehingga
personal hygiene anak harus tetap dijaga.
PEMERIKSAAN FISIK
1) Inspeksi
a) Keadaan umum lemah
b) Kesadaran komposmentis
c) Adanya ruam kemerahan diseluruh tubuh seperti wajah, telinga, leher dan pada badan.
d) Konjungtiva anemis
e) Fotopobia
f) Turgor kulit tidak elastis
g) Mukosa bibir kering
h) Peningkatan produksi sekret
2) Palpasi
Teraba pembesaran kelenjar getah bening pada sudut mandibula dan daerah leher belakang
3) Perkusi
a) Kadang terdapat distensi abdomen
b) Peristaltik usus meningkat
4) Auskultasi
Pada anak dengan morbili biasanya mengalami komplikasi broncopneumonia, sehingga hasil
auskultasi didapatkan suara ronchi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Test elisa (Ig m dan Ig g meningkat)
b) Leukosit menurun (leukopenia)
2) Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorax, didapatkan gambaran infiltrate yang menunjukkan adanya
broncopneumonia.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi d.d pasien mengeluh dispnea, sulit bicara, ortopnea, batuk tidak efektif ,sputum berlebih, mengi (wheezing/ronkhi kering), gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah.
Gangguan integritas kulit/jaringan b.d adanya rush d.d kerusakan jaringan atau lapisan kulit, nyeri, kemerahan
Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d gelisah, tampak meringis atau menangis, menunjukkan gejala distress, merasa gatal, mengeluh sulit tidur, mengeluh kepanasan, tidak mampu rileks
Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh di atas normal, kulit merah
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis, gelisah, bersikap protektif, sulit tidur, pola nafas berubah
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Pemantauan respirasi
Observasi
• Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
• Monitor pola nafas
• Monitor kemampuan batuk efektif
• Monitor adanya produksi sputum
• Monitor sumbatan jalan nafas
• Palpasi keseimbangan ekspansi paru
• Auskultasi bunyi nafas
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor nilai AGD
• Monitor hasil X-ray toraks
Terapeutik
• Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Terapi relaksasi
Observasi
• Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidak mampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan kognitif
• Identifikasi teknik yang pernah efektif digunakan
• Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
• Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
• Monitor respon terhadap teknik relaksasi
Terapeutik
• Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruangan nyaman
• Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
• Gunakan pakaian longgar
• Gunakan nada suara yang lembut dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
• Jalaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis teknik relaksasi yang tersedia
• Jelaskan secara terperinci intervensi relaksasi yang dipilih
• Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
• Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaks
• Anjurkan sering mengulangi teknik relaksasi yang dipilih
• Dokumentasikan dan latih teknik relaksasi
D. Hipertermia
1. Manajemen hipertermia
Observasi
• Identifikasi penyebab hipertermia
• Monitor suhu tubuh
• Monitor kadar elektrolit
• Monitor haluaran urine
• Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
• Sediakan lingkungan yang dingin
• Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
• Lakukan pendinginan eksternal
• Hindari pemberian antiperitik atau aspirin
• Berikan oksigen, bila perlu
Edukasi
• Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
E. Nyeri akut
1. Manajemen nyeri
Observasi
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi factor yang memperberat dan meringankan skala nyeri
• Identifikasi respon nyeri non verbal
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya respon nyeri
• Identifikasi status nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
• Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
• Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk meredakan nyeri
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik jika diperlukan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
b. Jenis
1) Restrain mummy atau bedong Alat ini digunakan pada bayi dan anak yang masih kecil
untuk mempertahankan dan mengendalikan gerakan anak
2) Restrain lengan atau kaki
Alat ini digunakan untuk memberikan immobilisasi satu ekstermitas atau lebih guna
pengobatan atau prosedur tindakan untuk memfasilitasi penyembuhan
3) Restrain siku
Alat ini digunakan untuk mencegah anak menekuk siku atau meraih muka atau kepala
4) Terapi mendekap
Terapi mendekap merupakan penggunaan posisi menggendong yang nyaman, aman, dan
temporer yang memberikan kontak fisik yang erat dengan orang tua atau pengasuh yang
dipercaya
c. Prinsip
Jika anak perlu dilakukan restrain, anak perlu diberitahu terlebih dahulu alasan penggunaan
restrain, informasi yang diberikan terus dan diulang agar anak mendapatkan pemahaman
dan dapat bekerja sama.
d. Hal hal yang perlu diperhatikan
1) Mendapatkan izin dari orangtua disertai adanya dokumen yang menjelaskan kepada
orangtua pasien anak mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkan dalam
perawatan.
2) Tidak dilakukan pada anak yang kooperatif.
3) Biasa dilakukan pada anak usia 3 tahun atau lebih kecil dari 3 tahun yang belum
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang memadai.
4) Adalah teknik yang digunakan sebagai upaya terakhir jika cara-cara lain tidak mempan.
5) Teknik ini tidak digunakan sebagai hukuman.
6) Ketika perawatan sedang dilakukan, bicarakan dengan pelan ke telinga si anak, dan
jelaskan jika si anak bertindak kooperatif, segala pengendalian fisik akan dilepaskan.
7) Ketika si anak sudah tenang, pelepasan teknik restraint diikuti dengan pemberian kata-kata
pujian/ hadiah.
8) Teknik restraint ini sebaiknya jangan digunakan pada anak yang takut, bagi anak seperti ini,
desensitiasi atau metode-metode lain akan lebih tepat.