Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN PENYAKIT


CAMPAK
KELOMPOK 9
DICKY WAHYU 1914401086

DELIA FINKA RAMADHINI 1914401088

RIANA PUSPITA SARI 1914401095

AYU ANGGRAENI 1914401098


DEFINISI
Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal
seperti demam, batuk, coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik
kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan
dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik).

ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, merupakan virus RNA
berserat negatif yang terselubung (ber envelope), anggota genus
Morbilivirus, famili Paramyxoviridae
Virus campak secara alami hanya menginfeksi manusia dan binatang
menyusui. Karena dapat merangsang imunitas dalam rentang waktu
panjang dan tidak ada tempat virus untuk bersembunyi, maka untuk
menjaga agar virus campak tetap ada dalam masyarakat diperlukan
individu dalam jumlah besar agar dapat terjadi penularan dari orang
ke orang secara terus menerus
EPIDEMILOGI
1. Menurut Orang
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat
menginfeksi anakanak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia
sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Pada kelompok
dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung terjadi lebih
luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan
memiliki imunitas seumur hidup
2. Menurut Tempat
Penyakit campak dapat terjadi dimana saja namun kasusnya lebih
sedikit di daerah yang sangat terpencil. Hal ini dikarenakan
penduduk pada daerah terpencil jarang melakukan kontak dengan
lingkungan luar.
3. Menurut Waktu
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada
kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek
yang positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumahyang
memiliki alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di
daerah utara.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi campak (measles) atau rubeola dimulai saat virus
campak masuk ke tubuh melalui mukosa saluran nafas atas atau
kelenjar air mata. Infeksi awal dan replikasi virus terjadi secara local
pada sel epitel trakea dan bronkus.
• Fase viremia pertama terjadi setelah 2-4 hari setelah invasi,
akibat replikasi dan kolonisasi virus pada kelenjar limfe regional
yang kemungkinan dibawa oleh makrofag paru
• Fase viremia kedua terjadi setelah 5-7 hari setelah infeksi awal
akibat penyebaran virus pada seluruh sistem retikuloendotelial.
Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan
gejala batuk, pilek, mata merah dan demam yang semakin tinggi.
Gejala akan semakin memberat sampai hari kesepuluh setelah
infeksi virus dan mulai timbul ruam makulopapular berwarna
kemerahan. Ruam akan menjadi gelap pada masa konvalesens
diikuti dengan terjadinya proses deskuamasi dan hiperpigmentasi
GEJALA KLINIS

Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease dengan ditandai oleh 3
stadium, yaitu:
a. stadium inkubasi, 10-12 hari, tanda gejala.
b. Stadium prodormal, dengan gejala – gejala panas sampai dengan
coryza,batuk,konjungtivitis,fotofobia, anoreksia, malaise, dan koplik
spot pada mukosa bukalis.
c. Stadium erupsi, dengan adanya rash makulopapulous pada seluruh
tubuh dan panas tinggi.
kOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak antara lain:
1. Infeksi bakteri
a. Pneumonia
b. Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit)
sehingga penderita mudah mengalami perdarahan.
3. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi 1 dari 1000 – 2000 kasus
PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Teraupetik :
a. Pemberian vitamin A.
b. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik.
c. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi.
d. Pemberian obat batuk dan sedativum

CARA PENCEGAHAN
1. Jangan Berinteraksi dengan Pengidap
2. Melakukan Vaksinasi
3. Biasakan Pola Hidup Bersih
Selain itu, ajarkan anak agar tidak berbagi barang pribadi dengan temannya
yang sedang sakit. Ajarkan ia agar tidak berbagi peralatan makan, gelas
minum,juga sikat gigi
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

Anamnesis
1) Klien: Nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan agama.
2) Orang tua: Nama, alamat, pendidikan
3) Saudara kandung: urutan anak dalam keluarga

Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Bayi dan anak-anak yang terkena morbili biasanya yang belum mendapatkan imunisasi atau telah mendapatkan imunisasi campak tapi kemungkinan besar vaksinnya tidak tersimpan dengan baik sehingga mengakibatkan kualitas vaksin m enurun atau pemberian dosis yang tidak tepat dan pernah kontak dengan penderita morbili

2) Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan awal yang muncul pada anak morbili yaitu:
(1) Suhu tubuh meningkat
(2) Malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitas, coryza
(3) Eritma muncul dari belakang telinga ke sepanjang rambut dan bagian belakang bawah

3) Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat penyakit keluarga m ungkin didapati salah satu anggota keluarga ada yang menderita morbili yang dapat ditularkan melalui sekret saluran pernafasan,darah dan urin.

.
KESEHATAN DASAR

1) Kebutuhan nutrisi
Pada anak dengan morbili pola nutrisi umumnya mengalami perubahan karena adanya bercak
pada daerah mulut sehingga anak tidak nafsu makan, mual, muntah dan berat badan
menurun.

2) Kebutuhan eliminasi
Pada anak dengan morbii biasanya akan mengalami diare dikarenakan virus yang menyerang
sistem pencernaan anak.

3) Aktivitas
Pola aktivitas anak dengan morbili biasanya terganggu, karena anak mengalami anak malaise,
keadaan umum lemah dan dari tindakan isolasi pada anak.

4) Kebutuhan istirahat dan tidur


Kebutuhan istirahat dan tidur pada anak yang terkena morbili pasti terganggu dikarenakan
adanya demam, potopobia, konjungtivitas dan gatal akibat adanya rash pada kulit.

5) Personal hygiene
Pada anak dengan morbili pada umumya merasa gatal dan adanya rash pada kulit sehingga
personal hygiene anak harus tetap dijaga.
PEMERIKSAAN FISIK

1) Inspeksi
a) Keadaan umum lemah
b) Kesadaran komposmentis
c) Adanya ruam kemerahan diseluruh tubuh seperti wajah, telinga, leher dan pada badan.
d) Konjungtiva anemis
e) Fotopobia
f) Turgor kulit tidak elastis
g) Mukosa bibir kering
h) Peningkatan produksi sekret
2) Palpasi
Teraba pembesaran kelenjar getah bening pada sudut mandibula dan daerah leher belakang
3) Perkusi
a) Kadang terdapat distensi abdomen
b) Peristaltik usus meningkat
4) Auskultasi
Pada anak dengan morbili biasanya mengalami komplikasi broncopneumonia, sehingga hasil
auskultasi didapatkan suara ronchi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan laboratorium
a) Test elisa (Ig m dan Ig g meningkat)
b) Leukosit menurun (leukopenia)

2) Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorax, didapatkan gambaran infiltrate yang menunjukkan adanya
broncopneumonia.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d proses infeksi d.d pasien mengeluh dispnea, sulit bicara, ortopnea, batuk tidak efektif ,sputum berlebih, mengi (wheezing/ronkhi kering), gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah.

Gangguan integritas kulit/jaringan b.d adanya rush d.d kerusakan jaringan atau lapisan kulit, nyeri, kemerahan

Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d gelisah, tampak meringis atau menangis, menunjukkan gejala distress, merasa gatal, mengeluh sulit tidur, mengeluh kepanasan, tidak mampu rileks

Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh di atas normal, kulit merah
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d tampak meringis, gelisah, bersikap protektif, sulit tidur, pola nafas berubah
INTERVENSI KEPERAWATAN

A. Bersihan jalan nafas tidak efektif


1. Manajemen Jalan Nafas
Observasi
• Monitor pola nafas
• Monitor bunyi nafas
• Monitor sputum
Terapeutik
• Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan head-lift dan chin-lift
• Posisikan fowler atau semi fowler
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
• Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
• Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
• Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
• Berikan oksigen, bila perlu
Edukasi
• Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
• Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN

2. Pemantauan respirasi
Observasi
• Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
• Monitor pola nafas
• Monitor kemampuan batuk efektif
• Monitor adanya produksi sputum
• Monitor sumbatan jalan nafas
• Palpasi keseimbangan ekspansi paru
• Auskultasi bunyi nafas
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor nilai AGD
• Monitor hasil X-ray toraks
Terapeutik
• Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan
INTERVENSI KEPERAWATAN

B. Gangguan Intregitas Kulit


1. Perawatan integritas kulit
Observasi
• Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
• Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
• Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang
• Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
• Gunakan produk berbahan ringan/ alami dan hipoalergik pada kulit sensitive
• Hindari produk berbahan alcohol pada kulit kering
Edukasi
• Anjurkan menggunakan pelembab
• Anjurkan minum air yang cukup
• Anjurkan meningkatakan asupan nutrisi
• Anjurkan meningkatakan asupan buah dan sayur
• Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
• Anjurkan menggunakan tabir surya SPF min 30 saat diluar rumah
2. Perawatan Luka
Observasi
• Monitor karakteristik luka
• Monitor tanda infeksi
Terapeutik
• Lakukan balutan dan plaster secara perlahan
• Cukur rambut di sekitar luka, jika perlu
• Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik sesuai kebutuhan
• Bersihkan jaringan nekrotik
• Berikan salep yang sesuai kulit, jika perlu
• Pasang balutan sesuai jenis luka
• Pertahankan teknik steril saat perawatan luka
• Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
• Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam sekali sesuai kondisi pasien
• Berikan diet dengan kalori 30 - 35 kkal/Kgbb/hari dan protein 1,25 – 1,5 g/KgBB/hari
• Berikan suplemen vitamin dan mineral
• Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transkutaneuos), jika perlu
Edukasi
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
• Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
• Kolaborasi prosedur debridment (mis. Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik)
• Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
INTERVENSI KEPERAWATAN

C. Gangguan rasa nyaman


1. Pengaturan posisi
Observasi
• Monitor status oksigenasi sesudah dan sebelum pengaturan posisi
• Monitor alat traksi agar selalu tepat
Terapeutik
• Tempatkan pada tempat tidur yang tepat
• Tempatkan pada posisi terapeutik
• Sediakan matras yang kokoh dan padat
• Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontraindikasi
• Atur posisi untuk mengurangi sesak
• Atur posisi yang meningkatkan drainage
• Posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat
• Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat
• Tinggikan bagian kepala tempat tidur
• Posisikan yang tepat untuk mempermudah ventilasi/perfusi
• Motivasi melakukan ROM aktif atau pasif
• Motivasi terlibat dalam perubahan posisi sesuai kebutuhan
• Hindari penempatan pada posisi peningkatan nyeri
• Minimalkan gesekan saat mengubah posisi
• Ubah posisi setiap 2 jam
• Ubah posisi dengan teknik log roll
• Pertahankan posisi dan integritas traksi
• Jadwalkan secara tertulis perubahan posisi
Edukasi
• Informasikan saat akan merubah posisi
• Ajarkan menggunakan postur yang baik dan mekanika tubuh yang baik selama melakukan
perubahan posisi
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah posisi

2. Terapi relaksasi
Observasi
• Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidak mampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan kognitif
• Identifikasi teknik yang pernah efektif digunakan
• Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
• Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
• Monitor respon terhadap teknik relaksasi
Terapeutik
• Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruangan nyaman
• Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
• Gunakan pakaian longgar
• Gunakan nada suara yang lembut dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
• Jalaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis teknik relaksasi yang tersedia
• Jelaskan secara terperinci intervensi relaksasi yang dipilih
• Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
• Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaks
• Anjurkan sering mengulangi teknik relaksasi yang dipilih
• Dokumentasikan dan latih teknik relaksasi

D. Hipertermia
1. Manajemen hipertermia
Observasi
• Identifikasi penyebab hipertermia
• Monitor suhu tubuh
• Monitor kadar elektrolit
• Monitor haluaran urine
• Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
• Sediakan lingkungan yang dingin
• Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
• Lakukan pendinginan eksternal
• Hindari pemberian antiperitik atau aspirin
• Berikan oksigen, bila perlu
Edukasi
• Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

E. Nyeri akut
1. Manajemen nyeri
Observasi
• Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi factor yang memperberat dan meringankan skala nyeri
• Identifikasi respon nyeri non verbal
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya respon nyeri
• Identifikasi status nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
• Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
• Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk meredakan nyeri
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik jika diperlukan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Restrain pada anak


a. Definisi
restrain merupakan metode yang digunakan untuk membatasi pergerakan aktivitas fisik
atau akses pergerakan normal tubuh seseorang, fisik atau kimia.

b. Jenis
1) Restrain mummy atau bedong Alat ini digunakan pada bayi dan anak yang masih kecil
untuk mempertahankan dan mengendalikan gerakan anak
2) Restrain lengan atau kaki
Alat ini digunakan untuk memberikan immobilisasi satu ekstermitas atau lebih guna
pengobatan atau prosedur tindakan untuk memfasilitasi penyembuhan
3) Restrain siku
Alat ini digunakan untuk mencegah anak menekuk siku atau meraih muka atau kepala
4) Terapi mendekap
Terapi mendekap merupakan penggunaan posisi menggendong yang nyaman, aman, dan
temporer yang memberikan kontak fisik yang erat dengan orang tua atau pengasuh yang
dipercaya

c. Prinsip
Jika anak perlu dilakukan restrain, anak perlu diberitahu terlebih dahulu alasan penggunaan
restrain, informasi yang diberikan terus dan diulang agar anak mendapatkan pemahaman
dan dapat bekerja sama.
d. Hal hal yang perlu diperhatikan
1) Mendapatkan izin dari orangtua disertai adanya dokumen yang menjelaskan kepada
orangtua pasien anak mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkan dalam
perawatan.
2) Tidak dilakukan pada anak yang kooperatif.
3) Biasa dilakukan pada anak usia 3 tahun atau lebih kecil dari 3 tahun yang belum
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang memadai.
4) Adalah teknik yang digunakan sebagai upaya terakhir jika cara-cara lain tidak mempan.
5) Teknik ini tidak digunakan sebagai hukuman.
6) Ketika perawatan sedang dilakukan, bicarakan dengan pelan ke telinga si anak, dan
jelaskan jika si anak bertindak kooperatif, segala pengendalian fisik akan dilepaskan.
7) Ketika si anak sudah tenang, pelepasan teknik restraint diikuti dengan pemberian kata-kata
pujian/ hadiah.
8) Teknik restraint ini sebaiknya jangan digunakan pada anak yang takut, bagi anak seperti ini,
desensitiasi atau metode-metode lain akan lebih tepat.

2. Water Tepid Sponge


a. Definisi
Water tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik
kompres blok pada pembuluh darah besar superfisial dengan teknik seka
b. Tujuan
Water Tepid Sponge bertujuan untuk membuat pembuluh darah tepi melebar dan
mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori akan membuka dan mempermudah
pengeluaran panas sehingga membuat suhu tubuh menjadi turun
3. Prosedur Pelaksanaan Terapi Bermain di RS
Bermain di Rumah Sakit berdasarkan usia :
a. Usia infant.
1) mainan bergerak dan berbunyi
2) ayunan atau dipangku oleh ibu atau perawat
3) jika mampu, beri kesempatan anak untuk merangak atau stimulasi untuk berjalan.
b. Usia toddler
1) bermain balok susun di atas tempat tidur
2) mendengarkan musik dari tape atau radio
3) creative material
c. Usia sekolah
1) game, buku bacaan, magic crayon
2) radio atau tape
3) nonton TV dan kemudian mendiskusikannya
Bermain di rumah sakit berdasarkan tujuan :
a. Meningkatkan masukan cairan
1) Gunakan cangkir bergambar kecil yang lucu
2) Buat pesta teh di meja kecil
3) Minta anak mengisi spuit dengan minuman dan semprotkan ke dalam mulut
4) Buat poster kemajuan, berikan pujian bila anak mau minum dalam jumlah yang
ditentukan
5) Bermain boneka simon’s says
b. Latihan nafas dalam
1) bermain meniup busa sabun atau bola kapas
2) simon’s says: “ambil nafas dalam” meniup gelembung dengan peniup
3) meniup gelembung dengan sedotan tanpa sabun
4) meniup bulu, balon, peluit, harmonika, terompet mainan, peniup pesta
5) lakukan kontes meniup dengan menggunakan balon, bola kapas, bulu, bola pingpong,
selembar kertas
c. Latihan otot, rentang gerak dan ektremitas
1) bermain simon’s says “angkat tangan..”
2) lempar dan tangkap bola
3) memainkan gerakan tiruan seperti pesawat, kupu-kupu
4) bermain tendangan bola: lemparkan benda atau bola ke dalam tempat yang diam.
5) sentuh dan tendang balon atau bola
6) mainkan gerakan burung atau kupu-kupu
7) lakukan lomba balap sepeda roda tiga atau kursi roda di area yang aman
8) mainkan video game atau pinnball
9) Mainkan plastisin
10) Buat gambar di kertas yang besar
d. Bermain untuk injeksi
1) Mintalah anak untuk berhitung 1-10 selama injeksi
e. Bermain untuk ambulasi
1) Berikan pada anak sesuatu untuk didorong
f. Bermain bersenang-senang
1) Menyanyi bersama-sama
*THANKYOU*

Anda mungkin juga menyukai