Anda di halaman 1dari 18

BUDIDAYA TANAMAN KAKAO (LANJUTAN)

JENIS TANAMAN KAKAO


 1. Kakao Criollo
Merupakan tipe tanaman kakao yang
menghasilkan biji kakao kering
premium yang dikenal sebagai Fine
Flavour Cocoa, choiced Cocoa, Edel
Cocoa, serta Kakao Mulia. Kakao
Criollo dibedakan atas 2 jenis, yaitu;
Central America Criollos dan South
America Criollos. Cacao Endel
memasok kurang dari 7 % produksi
kakao dunia yang dihasilkan oleh
negara Equador, Venezuela, Trinidad,
Grenada, Jamaika, Srilanka serta
Indonesia.
CIRI-CIRI TANAMAN KAKAO CRIOLLO
 pertumbuhan tanamn kurang kuat dengan produksi yang rendah serta
lamban berbuah
 tunas muda berbulu
 Agak peka terhadap hama dan penyakit
 Terdapat 10 alur dengan letaknya berselang seling (5 alur ahak dalam dan
5 alur dangkal)
 Memiliki tongkol buah berwarna hijau atau merah bila masih muda dan
kuning orange ketika sudah matang
 Buah berbentuk tumpul, sedikit bengkok serta tidak memiliki bottle neck
 Tekstur kulit kasar berbintil, tipis dan lunak
 Terdapat 30-40 biji ditiap buah kakao
 Biji bulat telur dengan kotiledon berwarna putih pada saat kering.
 KAKAO FORASTERO
 Merupakan tipe tanaman
yang menghasilkan biji kakao
kering bermutu sedang yang
dikenal sebagai ordinary
cacao atau kakao baku serta
bulk cacao. 93% produksi
kakao di dunia merupakan
jenis Bulk cacao yang
dihasilkan dari negara di
Afrika Barat, Brazil dan
Dominica
CIRI-CIRI TANAMAN KAKAO FORASTERO
 pertumbuhan tanaman kuat dan produktivitas tinggi
 Menghasilkan buah lebih cepat
 Relatif lebih tahan terhadap hama dan penyakit
 Kulit buah agak keras namun permukaaannya halus
 Buah memiliki neck bottle neck ada juga yang tidak
 Endosperm berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng
pada waktu basah
 Kulit buah berwarna hijau dengan alur kulit buah
dalam
KAKAO TRINITARO
 Merupakan tipe hibrida yang
berasal dari persilangan alami
Criollo dan forastero
sehingga sangat heterogen
dengan biji kering yang
dihasilkan bisa Endel Cocoa
maupun Bulk Cocoa yang
artinya Kakao jenis ini dapat
menghasilkan biji kakao Fine
Flavour maupun Bulk Cacao
 Memiliki masa pertumbuhan yang cepat
 Produktivitas tinggi
 Bentuk buah bermacam-macam dengan warna kulit
buah berwarna merah dan hijau
 Warna kotiledon berwarna ungu dan ungu tua ketika
masih basah
 Berdasarkan bentuk buahnya, jenis Trinitario
dikelompokkan menjadi empat bagian,
yaitu:Angoleta
BERDASARKAN BENTUK BUAHNYA, JENIS TRINITARIO

Angoleta
Berbentuk lebih mirip dengan Criollo, kult sangat kasar, tanpa bottle neck, ukuran buah besar,
biji bulat, alur dalam warna endosperm ungu serta memiliki kualitas superior.
Cundeamor
Bentuk buah seperti angoleta, dengan kulit kasar bentuk bottle neck terlihat jelas, biji gepeng
dengan rasa agak manis, alur tidak dlam serta warna endosperma berwarna ungu gelap.
Kualitas yang dihasilkan merupakan kualitas superior.
Amelonado
Bentuk buah bulat telur dengan tekstur kulit halus, ada yang memiliki bottle neck ada juga
yang tidak, biji gepeng dengan rasa agak manis, alur jelas dengan endosperm berwarna ungu.
Kualitas yang dihasilkan merupakan kualitas sedang bahkan superior.
Calabacillo
Buah pendek dan bulat, kulit buah sangat licin, tidak memiliki bottle neck, biji gepeng dengan
rasa pahit, alur sangat dangkal, warna indosperma berwaarna ungu. Kualitas yang dihasilkan
rendah.
PERBANYAKAN VEGETATIF KAKAO
 Metode Pembibitan Kakao alias Coklat dengan
Bahan Tanam Vegetatif dikenal ada 4 yang sering
diaplikasikan :
1. Sambung Pucuk (Grafting)
2. Sambung Mata (Okulasi)
3. Stek
4. Somatic Embrio Genesis melalui Kultur
Jaringan.
1. SAMBUNG PUCUK (GRAFTING)

a) Batang atas (entress)


 Diperoleh dari penangkar yang mempunyai

kebun entress dari klon unggul sesuai yang


ditetapkan oleh kementerian atau Dinas
Perkebunan.
 Entress merupakan cabang plagiotrop yang

sehat dan tidak bertunas (flush), warna hijau


kecoklatan dan diameter ± 1 cm.
 Entress berasal dari klon unggul seperti ICS

60, TSH 858, UIT 1, ICS 13 dan GC 7.


b) Batang Bawah
 Batang bawah berasal dari bibit yang

berasal dari persemaian benih


 Batang bawah berasal dari bibit yang sudah

berumur 3 – 4 bulan
PELAKSANAAN SAMBUNG PUCUK
 Batang bawah dipotong datar dengan menyisakan
4-6 helai daun kemudian bagian yang dipotong
disayat vertikal dengan pisau tajam sepanjang 3-5
cm.
 Entress dipersiapkan dengan cara memotong
motong menjadi 2 – 3 mata tunas untuk setiap
proses sambung pucuk.
 Batang entress yang sudah siap, pangkal
 Panjang tunas dibiarkan sampai ± 2 cm
entress disayat kedua sisinya sehingga kemudian sungkup dibuka tanpa melepas
berbentuk pipih dan runcing seperti baji. tali ikatan pertautan
 Batang entress yang sudah dipersiapkan
 Tali pertautan dipertahankan sampai
dan sudah disayat selanjutnya disisipkan pertautan batang atas dan batang bawah
pada belahan batang bawah sampai diyakini sudah sempurna atau sekitar 3
bertaut dengan sempurna di kedua bulan.
sisinya sehingga kambium batang atas  Keterlambatan membuka tali pertautan
dan kambium batang bawah melekat . berakibat fatal sebab dapat menyebabkan
 Selanjutnya pertautan antara batang atas batang atas terkerat oleh tali dan bisa patah.
dan batang bawah diikat erat dengan tali  Sambungan yang gagal atau mati, bibit
dan batang entress dibungkus dengan batang bawah dapat disambung kembali
plastik benjaga kelembaban udara. hingga beberapa kali selama batang bawah
 Setelah 10 – 15 hari sejak penyambungan masih meiliki daun minimal dua helai
diamati dan dilihat apakah sambungan  Bibit siap tanam pada saat umur 3 -4 bulan
hidup atau mati. setelah penyambungan atau berumur 7
 Sambungan hidup ditandai dengan bulan sejak penyemaian dengan kriteria :
munculnya tunas baru.  Tinggi 35-50 cm
 Diameter batang 2.5 – 5 ml
 Jumlah daun 4-8 helai
 Bebas hama dan penyakit
STEK
Bahan stek
 Pohon induk harus dari pohon yang jelas identitasnya,

sehat dan tumbuh kuat


 Bahan stek berupa cabang plagiotrop semi hardwood

dengan tanda permukaan bawah cabang berwarna hijau,


permukaan atas berwarna coklat dan cabang tidak
bertunas (flush)
 Cabang cabang untuk stek dipotong pada pagi jam 09.00 –

11.00, dan dikumpulkan dalam bak plastik berisi air serta


pangkal stek tercelup ke air.
PENYETEKAN
 Daun bahan stek dikupir 1/3 bagian dan setiap stek dipotong dengan memiliki 5 ruas dan 2-3 helai daun.
 Media penyetekan terlebih dahulu disterilkan dengan fumigan seperti Furadan 3 G atau Vapam 2%
dengan dosis 5 liter per 1 m3 media.
 Media yang sudah diaplikasika fumigan ditutup plastik selama 3 hari dan setealah 3 hari penutup
plastik dibuka untuk diaduk sampai rata dan disiram air.
 Sebagai hormon perangsang perakaran disiapkan zat pengatur tumbuh seperti IBA (Indole Butyric
Acid) dengan dosis 3.000 ppm dalam pelarut ethanol 50%.
 Pangkal bahan stek disayat miring kemudian dicelupkan ke larutan IBA selama 10 detik dan
selanjutnya langsung ditanam.
 Stek ditanam dengan jarak tanam 3 x 5 cm.
 Stek ditanam miring ke barat dengan permukaan daun menghadap ke timur.
 Selanjutnya stek yang sudah ditanam, disiram dengan sprayer dan ditutup dengan plastik sungkup
transparan selama 3 minggu.
 Setelah 3 minggu plastik sungkup dibuka dan stek yang berakar ditanam di polibag yang sudah
dipersiapkan.
 Stek yang tidak berakar dianggap afkir dan dimusnahkan.
 Pembesaran stek di polibag dipelihara selama 6 bulan sampai menjadi Bibit siap tanam. .
BIBIT ASAL SOMATIC EMBRIOGENESIS (SE)
Bahan tanam
 Bibit SE atau Planlet diperoleh dari Pusat Penelitian Kopi dan kakao Jember

 planlet dikirim dalam bentuk Bibit Cabutan yang siap ditransplanting ke polibag

 Kemasan Planlet dibuat khusus dan dilengkapi label dari Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao dengan jelas.


 Penanaman Planlet

 Setelah Planlet diterima dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, dipastikan

ditempatkan di tempat yang teduh dan segera ditanam.


 Sebelum membuka kemasan, pastikan semua sarana penanaman mulai dari polibag

ukuran minimal 12 x 20 cm ketebalan 0,5 mm terisi media, plastik sungkup dan


peralatan sudah siap serta tenaga kerja transplanting.
 Kemasan dibuka satu persatu sesuai klon dan segera ditransplanting ke polibag.
OKULASI
Batang atas (entress)  jendela okulasi dibuat dengan cara menoreh kulit secara vertikal
 Diperoleh dari penangkar yang mempunyai kebun sejajar sepanjang ± 3 cm dan jarak antar torehan ± 0,8 cm.
 Di ujung bagian bawah torehan dipotong horizontal sehingga
entress dari klon unggul sesuai yang ditetapkan membentuk lidah kecil.
oleh kementrian atau Dinas Perkebunan.  Ukuran potongan mata tunas diusahakan sama dengan ukuran
 Entress merupakan cabang ortotrop atau cabang jendela okulasi.
plagiotrop dari klon unggul seperti ICS 60, TSH  Mata tunas entress disisipkan ke dalam jendela dari bawah dan
858, UIT 1, ICS 13 dan GC 7. selanjutnya lidah kulit ditutupkan dan diikat erat dengan tali
 Pengikatan dari bawah ke atas dengan bentuk seperti susunan
Batang Bawah genting
 Batang bawah berasal dari bibit yang berasal dari  Pengamatan keberhasilan okulasi dilakukan saat umur okulasi 3
persemaian benih – 4 minggu setelah okulasi dengan cara membuka tali dan
 Batang bawah berasal dari bibit yang sudah memotong lidah kulit.
 Okulasi yang jadi ditandai dengan mata tunas masih tetap hijau
berumur 5 – 6 bulan
dan okulasi yang gagal atau mati ditandai mata tunas yang
berwarna hitam dan kering.
Pelaksanaan Sambung mata  Batang bawah kemudian dilengkungkan untuk memacu
 a) Entress yang berasal dari tunas plagiotrop yang pertumbuhan tunas baru, kemudian dipotong setelah tunas baru
memiliki sekitar 6 helai daun
sehat dan tidak bertunas (flush), warna hijau  Bibit yang diokulasi siap dipindahkan ke plantation setealh
kecoklatan dengan diameter ± 1 cm. berumur 8-9 bula
 b) Peletakan tempelan mata tunas sedapat

mungkin di bagian hipokotil


CIRI BIBIT OKULASI YANG SIAP TANAM ADALAH

 Diameter batang > 7 cm


 Panjang tunas > 50 cm
 Jumlah daun ≥ 12 helai

Anda mungkin juga menyukai