DIVISI RHINOLOGI
PENDAHULUAN
• Septum hidung disuplai oleh: • Septum hidung disarafi saraf nasopalatine, Ganglion
• arteri sphenopalatine, cabang dari pterygopalatine dan cabang kecil dari saraf kanal pterigoid
arteri maksila; mensarafi bagian posterosuperior dari septum.
• cabang anterior dan posterior • Dinding lateral rongga hidung disarafi oleh cabang saraf
etmoidal (opthalmatik); maksila, dan saraf etmoidalis anterior.
• cabang superior dari arteri labial • Saraf olfaktori fungsi dalam penciuman
(wajah).
Anatomi Sinus Paranasal
Di bagian superior dari rongga hidung dapat
ditemui :
• Sinus frontal
Terletak di antara dalam dan luar dari tulang
frontal di atas sepertiga medial dari supraorbital
ridge. Rongga tidak teratur, kedua sisi tidak
simetris.
• Sinus ethmoid.
Terletak di dalam tulang labirin ethmoid tampak
seperti sarang lebah. Sel-sel udara dibagi menjadi
etmoid anterior, medial, dan posterior dibedakan
sesuai lokasi drainase.
• Sinus sphenoid
Terletak di bagian posterior dari rongga hidung di
dalam tulang sphenoid. Dipisah oleh septum
intersphenoid.
Fungsi
Di bagian lebih lateral dapat ditemukan :
Sinus paranasal berfungsi untuk meringankan beban • Sinus maksilaris
tengkorak, dan berfungsi bersama dengan rongga hidung Sinus terbesar, berbentuk piramida segi tiga.
untuk menghangatkan dan melembabkan udara. Bagian superior merupakan dasar orbit dan bagian
inferior adalah prosesus alveolaris dan palatum.
RINOSINUSITIS KRONIK
Definisi
Pedoman The European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) tahun 2020
Mendefinisikan rinosinusitis kronis (dengan atau tanpa polip hidung) pada orang
dewasa sebagai adanya dua atau lebih gejala selama setidaknya 12 minggu dan
salah satu gejalanya harus penyumbatan hidung / obstruksi / kongesti atau
keluarnya cairan hidung ( anterior / posterior nasal drip):
• ± nyeri / tekanan pada wajah
• ± pengurangan atau kehilangan indera penciuman;
Epidemiologi Prevalensi rinosinusitis
kronis bervariasi di seluruh
dunia karena kriteria
diagnosis penyakit yang
Mempengaruhi sekitar 10% dari populasi umum. berbeda.
1,9 : 1
Etiologi
Mikroba (virus, bakteri, jamur)
• S. aureus, P. aeruginosa, Pembentukan biofilm, Superantigen stafilokokus
Alergi
• Rinitis Alergi, Asma
Osteitis
Faktor anatomis
• septal deviation
Merokok
• Disfungsi / gangguan silia
Patofisiologi
Proses peradangan pada rinosinusitis kronik tidak dapat sepenuhnya dijelaskan
Patofisiologi (Cont.)
Pemeriksaan
• Rinoskopi anterior
• Endoskopi hidung
• CT Scan
Tampilan rhinoskopi anterior, yang dapat diperoleh dengan menggunakan otoskop atau
spekulum hidung dan lampu kepala.
Potongan koronal dari computed tomography scans sinus.
Pertimbangan Klinis Khusus
Selulitis orbita
yang tidak sembuh dengan antibiotik intravena, dan abses subperiosteal mungkin
02 memerlukan drainase yang cepat untuk mencegah keterlibatan orbita lebih lanjut dan
bisa membahayakan penglihatan.
1 2 3
• tidak adanya kelainan • penyakit di sinus frontal • Adanya tanda-tanda
pada ostiomeatal yang lateral atau adanya meningitis atau
menetap antara episode osteomielitis tulang komplikasi intrakranial
pemeriksaan radiografi frontal lainnya yang disebabkan
dengan nasal endoskopi sinusitis frontal.
• Tanda-tanda keganasan
memerlukan pendekatan
yang lebih radikal.
Apa Kelebihan Operasi BSEF ?
Kelebihan tehnik BSEF :
Antrostomi meatus
Sfenoidotomi: medius: melebarkan Resesus frontal
04 membuka sinus 05 ostium alami dari 06 dan sinus frontal
sfenoid
antrum maksila
Perawatan setelah operasi
Perawatan setelah operasi yang teliti sama pentingnya untuk
keberhasilan operasi itu sendiri.
Tampon anterior dapat dilepas pada esok harinya dan bekuan
darah dapat dibersihkan.
Pada periode awal setelah operasi, peradangan dan edema
akan meningkat dan mukosiliar klirens terganggu. Oleh karena
itu, pasien dievaluasi setiap minggu selama 4-6 minggu untuk
memastikan penyembuhan yang tepat.
Selama kunjungan tersebut, pembersihan dengan endoskopi
dilakukan di bawah anestesi topikal dan krusta, peradangan
mukosa, dan jaringan parut dibersihkan. Karena jaringan parut
adalah hasil kombinasi trauma bedah dan peradangan.
Evalusi dilakukan sampai kavum nasi normal dan stabil
Komplikasi BSEF