Anda di halaman 1dari 44

Keseimbangan Cairan dan

Elektrolit
Afifah Jihan Amalia
1810211135
• Air adalah komponen tubuh manusia yang paling banyak (rata-rata
60% berat tubuh)
• Kandungan H2O relative tidak berubah, terutama karena ginjal secara
efisien mengatur keseimbangan H2O
• H2O tersebar dalam 2 kompartemen cairan utama:
• Cairan didalam sel: cairan intrasel (CIS). Membentuk 2/3 H2O tubuh total
• Cairan yang mengelilingi sel: cairan ekstrasel (CES). Membentuk 1/3 H2O
total, namun dibagi 2 lagi:
• Plasma: membentuk 1/5 volume CES. Bagian cair darah
• Cairan interstisium: membentuk 4/5 CES. Cairan di ruang antarsel, merendam dan
melakukan pertukaran dengan sel jaringan
• Terdapat lagi kompartemen CES minor:
• Limfe: cairan yang dikembalikan dari cairan interstisium ke plasma melalui
sistem pembuluh limfe
• Cairan trans-sel: disekresikan oleh sel spesifik kedalam rongga tubuh tertentu
untuk melakukan fungsi khusus (ciran serebrospinal, cairan intraocular, cairan
interstisium, cairan pericardium, intrapleura, peritoneum, getah pencernaan)
• Kompartemen trans-sel sebagai suatu kesatuan biasanya tidak
mencerminkan perubahan dalam keseimbangan cairan tubuh.
Namun, tidak berarti bahwa volume cairan-cairan ini tidak pernah
berubah. Perubahan lokal dalam kompartemen cairan trans-sel
tertentu dapat terjadi secara patologis.
SAWAR
• Memisahkan kompartemen cairan tubuh, membatasi perpindahan
H2O dan zat terlarut diantara berbagai kompartemen dengan derajat
berbeda-beda
• Terdiri dari 2:
1. Sawar Plasma dan Cairan Interstisium: Dinding Pembuluh Darah
Keduanya dipisahkan oleh dinding pembuluh darah. H2O dan semua konstituen
plasma (kecuali protein plasma) secara terus-menerus dan bebas mengalir
antara plasma dan cairan interstisium secara pasif menembus dinding kapiler
yang tipis dan berpori -> plasma dan cairan interstisium hampir memiliki
komponen yang sama (kecuali, cairan interstisium tidak mengandung protein
plasma). Setiap perubahan pada salah satu kompartemen CES tersebut akan
cepat tercermin di kompartemen yang lain <- terus-menerus bercampur.
2. Sawar CES dan CIS: Membran Plasma Sel
Perpindahan menembus sawar membran ini terjadi secara aktif dan
pasif serta mungkin sangat diskriminatif. Perbedaan antara CES dan CIS
antara lain adalah:
a. adanya protein sel di CIS yang tidak dapat menembus membran
untuk keluar sel
b. distribusi Na+ dan K+ serta anion-anion penyertaannya yang tidak
seimbang karena efek pompa Na+ - K+ yang terdapat di membran
semua sel. Karena pompa ini secara aktif memindahkan Na+ keluar
dan K+ masuk ke dalam sel, Na+ adalah kation utama CIS
Keseimbangan cairan dipertahankan
dengan mengatur VOLUME dan
OSMOLARITAS CES
• Air yang ditambahkan ke cairan-cairan tubuh selalu masuk ke
kompartemen CES terlebih dulu dan cairan selalu keluar tubuh
melalui CES.
• Dua faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan cairan
di tubuh: volume CES dan osmolaritas CES. Meskipun regulasi kedua
faktor ini berkaitan erat, keduanya bergantung pada jumlah relatif
NaCL dan H2O di tubuh, penyebab mengapa keduanya dikontrol dan
mekanismenya sangatlah berbeda:
1. Volume CES harus diatur secara ketat untuk membantu
mempertahankan tekanan darah. Pemeliharaan keseimbangan
garam sangat penting dalam regulasi jangka-panjang volume CES.
2. Osmolaritas CES harus diatur secara ketat untuk mencegah
membengkaknya atau menciutnya sel. Pemeliharaan
keseimbangan cairan sangat penting dalam mengatur osmolaritas
CES.
A. Kontrol volume CES: regulasi jangka
panjang tekanan darah
• ↓ volume CES: ↓ penurunan tekanan darah arteri karena
berkurangnya volume plasma.
• Sebaliknya,↑ volume CES: ↑ tekanan darah arteri dengan
meningkatkan volume plasma.
• Dua mekanisme kompensasi berperan sementara untuk
menyesuaikan tekanan darah hingga volume CES dapat dipulihkan ke
normal:
1. Kontrol Jangka Pendek untuk Mempertahankan Tekanan Darah
• Refleks baroreseptor mengubah curah jantung dan resistensi perifer
total untuk menyesuaikan tekanan darah dalam arah yang benar
melalui efek sistem saraf autonom pada jantung dan pembuluh darah
• Curah jantung dan resistensi perifer total ↑ : ↑ tekanan darah
(tekanan turun terlalu rendah)
• Sebaliknya, keduanya ↓ : ↓ tekanan darah (tekanan naik terlalu
tinggi)
• Apabila volume plasma menyimpang dari normal, perpindahan cairan
akan berlangsung secara temporer dan otomatis antara plasma dan
cairan interstisium
• Penurunan volume plasma dikompensasi secara parsial oleh
perpindahan cairan keluar dari kompartemen interstisium menuju
pembuluh darah, memperbesar volume plasma dengan
mengorbankan kompartemen interstisium. Sebaliknya, ketika volume
plasma terlalu besar, banyak dari kelebihan cairan ini berpindah
menuju kompartemen interstisium
• Tindakan kompensasi jangka pendek memiliki kemampuan terbatas
dalam meminimalkan perubahan tekanan darah.
• Contoh: jika volume plasma terlalu kurang adekuat, tekanan darah
akan tetap rendah seberapapun kuatnya jantung memompa,
pembuluh berkonstriksi, atau cairan interstisium berpindah ke dalam
pembuluh darah.
2. Tindakan Kontrol Jangka Panjang untuk Mempertahankan Tekanan
Darah
• Berada di ginjal dan mekanisme haus→ masing-masing mengontrol
jumlah urine dan asupan cairan. Tindakan-tindakan tersebut
melakukan pertukaran cairan yang diperlukan antara CES dan
lingkungan eksternal untuk mengatur volume cairan tubuh total. Dari
tindakan-tindakan tersebut, kontrol pengeluaran urine oleh ginjal
adalah yang terpenting dalam mempertahankan tekanan darah.
Kontrol keseimbangan garam: mengatur
volume CES
• Ketika menahan garam, ginjal secara otomatis menahan H2O → H2O
mengikuti Na+ secara osmotik. Larutan garam yang ditahan ini
bersifat isotonik.
• Semakin banyak garam terdapat di CES, semakin banyak H2O di CES.
• Berkurangnya jumlah garam menyebabkan menurunnya retensi H2O
sehingga CES tetap isotonik, tetapi dalam volume yang lebih kecil.
Karena itu:
• Massa total garam Na+ di CES menentukan volume CES
• Regulasi volume CES terutama bergantung pada pengendalian keseimbangan
garam
Kurangnya Kontrol Asupan Garam
• Satu-satunya jalan masuk bagi garam adalah melalui ingesti
Kontrol Akurat Pengeluaran Garam di
Urine
• Untuk mempertahankan keseimbangan garam, kelebihan garam yang
masuk harus diekskresikan di urine. Tiga jalan untuk mengeluarkan
garam adalah:
• Pengeluaran obligatorik garam melalui keringat dan tinja
• Ekskresi terkontrol garam di urine
• Jumlah total keringat yang di produksi tidak berkaitan dengan
keseimbangan garam, tetapi ditentukan oleh faktor-faktor yang
mengontrol suhu tubuh. Kecuali jika kita berkeringat berlebihan atau
mengalami diare, tubuh biasanya kehilangan (tanpa-kontrol) hanya
sekitar 0,5 g garam per hari→ perlu digantikan oleh asupan garam.
• Dengan mengatur ekskresi garam melalui urine (yaitu, dengan
mengatur laju ekskresi Na+, dengan Cl mengikuti), ginjal secara
normal menjaga massa Na+ total di CES tetap konstan meskipun
asupan garam melalui makanan sangat bervariasi atau ketika terjadi
pengeluaran tak lazim melalui keringat atau diare.
• Penyimpangan volume CES yang menyertai perubahan jumlah garam
memicu respons-respons kompensasi ginjal yang cepat memulihkan
jumlah Na+ dan volume CES ke normal.
• Natrium difiltrasi secara bebas di glomerulus dan direabsorpsi secara
aktif, tetapi zat ini tidak disekresi oleh tubulus, sehingga jumlah Na+
yang diekskresikan di urine mencerminkan jumlah Na+ yang difiltrasi
tetapi kemudian tidak direabsorpsi:
Na+ yang diekskresi = Na+ yang difiltrasi—Na+ yang direabsorpsi
• Ginjal dengan demikian menyesuaikan jumlah garam yang
diekskresikan dengan mengontrol dua proses: laju filtrasi glomerulus
(LFG) dan reabsorpsi Na+ di tubulus.
• Jumlah Na+ yang difiltrasi dikontrol dengan mengatur LFG. Jumlah
Na+ yang difiltrasi sama dengan konsentrasi Na+ plasma dikalikan
dengan LFG. Pada konsentrasi Na+ plasma tertentu, setiap perubahan
LFG akan mengubah jumlah Na+ dan cairan penyerta yang difiltrasi.
Karena itu, kontrol LFG dapat menyesuaikan jumlah Na+ yang difiltrasi
per menit.
• Jumlah Na+ yang direabsorpsi dikontrol melalui sistem
reninangiotensin-aldosteron. Meskipun Na+ direabsorpsi di hampir
sepanjang tubulus, hanya reabsorpsi di bagian distal tubulus yang
berada di bawah kontrol. Faktor utama yang mengendalikan tingkat
reabsorpsi Na+ di tubulus distal dan koligentes adalah RAAS yang
mendorong reabsorpsi Na+ dan menyebabkan retensi Na+
• Retensi natrium akan mendorong retensi osmotik H+ dan ekspansi
volume plasma serta peningkatan tekanan darah arteri. Sistem
penghemat Na+ ini secara tepat diaktifkan oleh penurunan NaCI,
volume CES, dan tekanan darah arteri
Kontrol osmolaritas CES: mencegah
perubahan volume CIS
• Sementara pengaturan volume CES penting dalam kontrol jangka
panjang tekanan darah, pengaturan osmolaritas CES penting dalam
mencegah perubahan volume sel.
• Osmolaritas suatu cairan adalah ukuran konsentrasi masing-masing
partikel zat terlarut yang terdapat di dalam cairan tersebut.
• Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi zat terlarut
atau, dari sudut yang berbeda, semakin rendah konsentrasi H2O.
Ion-ion yang Berperan dalam Osmolaritas
CES dan CIS
• Osmosis terjadi menembus membran plasma sel hanya jika terdapat
perbedaan dalam konsentrasi zat-zat terlarut yang tidak dapat
menembus membran antara CES dan CIS.
• Natrium dan anion penyertanya (zat terlarut paling banyak di CES),
membentuk sebagian besar aktivitas osmotik CES. Sebaliknya, K+ dan
anion intrasel pengiringnya berperan menentukan aktivitas osmotik
CIS.
• Meskipun sejumlah kecil Na+ dan K+ secara pasif berdifusi menembus
membran plasma setiap saat, kedua ion ini berperilaku seolah-olah
mereka tidak dapat menembus membran karena adanya aktivitas
pompa Na + - K+ → setiap Na+ yang berdifusi secara pasif menuruni
gradien elektrokimianya ke dalam sel segera dipompa kembali keluar
sehingga hasilnya sama seperti Na+ tidak dapat menembus sel.
Sebaliknya, K+ pada hakikatnya terperangkap di dalam sel.
• Dalam keadaan normal, osmolaritas CES dan CIS adalah sama karena
di dalam sel konsentrasi total K+ dan zat-zat terlarut lain yang tidak
dapat menembus membran sel sama dengan konsentrasi total Na+
dan zat-zat terlarut lain (yang tidak dapat menembus membran sel) di
cairan interstisium yang mengelilingi sel.
• Karena osmolaritas CES dan CIS normalnya sama, tidak terjadi
perpindahan neto H2O masuk atau keluar sel. Karena itu, volume sel
normalnya konstan
Pentingnya Mengatur Osmolaritas CES
• Setiap keadaan yang menyebabkan penambahan atau pengurangan
H2O bebas menyebabkan perubahan osmolaritas CES:
• ↓H2O CES: zat terlarut memekat, ↑osmolaritas CES
• ↑H2O CES: zat terlarut mengencer, ↓osmolaritas CES (hipotonik).
• Ketika osmolaritas CES berubah dalam kaitannya dengan osmolaritas
CIS, terjadi osmosis, dengan H2O yang keluar atau masuk sel.
• Osmolaritas CES perlu dipertahankan dalam batas-batas yang sangat
sempit untuk mencegah sel menciut (kehilangan air secara osmotik ke
CES) atau membengkak (memperoleh air secara osmotik dari CES).
Selama Hipertonisitas CES, Sel Menciut
karena H2O Keluar
• Hipertonisitas CES: kelebihan konsentrasi zat terlarut di CES, biasanya
berkaitan dengan dehidrasi, atau keseimbangan negatif H2O bebas.
• Dehidrasi dan hipertonisitas yang menyertainya dapat ditimbulkan melalui
tiga cara utama:
1. Insufisiensi pemasukan H2O (perjalanan di gurun pasir atau kesulitan
menelan)
2. Pengeluaran H2O yang berlebihan (berkeringat, muntah, atau diare
berlebihan). Meskipun baik H2O maupun zat terlarut keluar selama
keadaan-keadaan ini, H2O relatif lebih banyak hilang sehingga zat terlarut
yang tertinggal menjadi lebih pekat
3. Diabetes inspidus, penyakit yang ditandai oleh defisiensi vasopresin
Selama Hipotonisitas CES, Sel
Membengkak karena Kemasukan H20
• Hipotonisitas CES biasanya berkaitan dengan hidrasi berlebihan (kelebihan
H2O bebas). CES menjadi lebih encer daripada normal.
• Hipotonisitas dapat timbul melalui tiga cara:
1. Pasien dengan gagal ginjal yang tidak dapat mengekskresikan urine encer
mengalami hipotonisitas jika mereka mengonsumsi lebih banyak H2O
daripada zat terlarut.
2. Hipotonisitas dapat terjadi secara sementara pada orang sehat jika H2O
masuk secara cepat dalam jumlah sedemikian besar sehingga ginjal tidak
dapat berespons dengan cepat untuk mengeluarkan kelebihan H2O.
3. Hipotonisitas dapat terjadi ketika tubuh menahan kelebihan H2O tanpa zat
terlarut akibat sindrom sekresi vasopresin yang tidak sesuai (syndrome of
inappropriate secretion of vasopressin).
Kontrol Keseimbangan Air oleh
Vasopresin: Mengatur Osmolaritas CES
• Kontrol keseimbangan H2O bebas sangat penting untuk mengatur
osmolaritas CES. Karena peningkatan H2O bebas menyebabkan CES
menjadi terlalu encer dan defisit H2O bebas menyebabkan CES
menjadi terlalu pekat, osmolaritas CES harus segera dikoreksi dengan
memulihkan keseimbangan H2O bebas untuk menghindari
perpindahan osmotik cairan masuk atau keluar sel yang berbahaya.
• Mekanisme pengeluaran terpenting adalah ekskresi urine, dengan
rerata 1500 mL (1,5 liter) urine diproduksi setiap hari
Faktor yang Diatur Untuk
Mempertahankan Keseimbangan Air
• Dari banyak sumber pemasukan dan pengeluaran H2O, hanya dua yang
dapat diatur untuk mempertahankan keseimbangan H2O:
• Di sisi pemasukan, rasa haus memengaruhi jumlah cairan yang masuk
• Di sisi pengeluaran, ginjal dapat menyesuaikan jumlah urine yang dibentuk.
• Pengendalian pengeluaran H2O di urine adalah mekanisme terpenting
dalam mengontrol keseimbangan H2O. Sebagian dari faktor lain juga
diatur, tetapi bukan untuk mempertahankan keseimbangan H2O.
Asupan makanan diatur untuk mempertahankan keseimbangan energi,
dan kontrol keringat penting untuk mempertahankan suhu tubuh.
Produksi H2O metabolik dan pengeluaran yang tidak dirasakan tidak
berada di bawah kontrol.
Kontrol Pengeluaran Air di Urin Oleh
Vasopresin
• Fluktuasi osmolaritas CES yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran H2O cepat dikompensasi dengan
menyesuaikan ekskresi H2O urine tanpa mengubah ekskresi garam,
yaitu reabsorpsi dan ekskresi H2O secara parsial dipisahkan dari
reabsorpsi dan ekskresi zat terlarut sehingga jumlah H2O yang
ditahan atau dikeluarkan dapat cepat diubah untuk segera
mengoreksi osmolaritas CES ke normal. Reabsorpsi dan ekskresi H2O
bebas disesuaikan melalui perubahan sekresi vasopressin.
• Hampir di sepanjang nefron, reabsorpsi H2O penting untuk mengatur
volume CES karena reabsorpsi garam disertai oleh reabsorpsi H2O
dalam jumlah seimbang. Namun, di tubulus distal dan koligentes,
dapat terjadi reabsorpsi H2O bebas dalam jumlah bervariasi tanpa
disertai reabsorpsi garam karena adanya gradien osmotik vertikal di
medula ginjal tempat bagian tubulus ini terpajan.
• Vasopresin meningkatkan permeabilitas bagian akhir tubulus ini
terhadap H2O. Jumlah H2O yang direabsorpsi dapat disesuaikan
untuk memulihkan osmolaritas CES ke normal, bergantung pada
jumlah vasopresin yang ada. Vasopresin diproduksi oleh hipotalamus,
disimpan di kelenjar hipofisis posterior, dan dibebaskan dari hipofisis
posterior berdasarkan perintah dari hipotalamus
Sekresi Vasopresin dan Rasa Haus
Umumnya Dipicu Secara Bersamaan
• Pusat haus terletak di hipotalamus dekat dengan sel penghasil
vasopresin.
• Pusat-pusat kontrol hipotalamus yang mengatur sekresi vasopresin
(dan karenanya pengeluaran urine) dan rasa haus (dan karenanya
minum) bekerja secara terpadu. Sekresi vasopresin dan rasa haus:
• Dirangsang oleh defisit H2O bebas
• Ditekan oleh kelebihan H2O bebas
• Karena itu, keadaan yang mendorong terjadinya penurunan
pengeluaran urine untuk menghemat H2O tubuh juga menimbulkan
rasa haus untuk mengganti H2O tubuh.
Peran Osmoreseptor Hipotalamus
• Sinyal eksitatorik utama untuk sekresi vasopresin dan rasa haus berasal
dari osmoreseptor hipotalamus yang terletak dekat sel penghasil
vasopresin dan pusat haus. Osmoreseptor-osmoreseptor ini memantau
osmolaritas cairan di sekeliling mereka, yang pada gilirannya
mencerminkan konsentrasi keseluruhan lingkungan cairan internal.
• Seiring dengan peningkatan osmolaritas (H2O terlalu sedikit) dan
kebutuhan terhadap konservasi H2O bertambah, sekresi vasopresin
dan rasa haus diaktifkan. Akibatnya, reabsorpsi H2O di tubulus distal
dan koligentes meningkat sehingga pengeluaran urine berkurang dan
H2O dihemat, sementara asupan H2O secara bersamaan dirangsang.
• Efek-efek ini memulihkan simpanan H2O yang berkurang sehingga
kondisi hipertonik mereda dengan pulihnya konsentrasi zat-zat
terlarut ke normal. Sebaliknya, kelebihan H2O, yang bermanifestasi
sebagai penurunan osmolaritas CES, mendorong peningkatan ekskresi
urine (melalui penurunan sekresi vasopresin) dan menekan rasa haus,
yang bersama-sama mengurangi jumlah air di dalam tubuh.
Peran Reseptor Volume Atrium Kiri
• Sel penghasil vasopresin dan pusat haus juga dipengaruhi dalam
tingkat sedang oleh perubahan volume CES yang diperantarai oleh
sinyal dari reseptor volume atrium kiri. Reseptor volume ini, yang
terletak di atrium kiri, memantau regangan yang diinduksi oleh
tekanan yang disebabkan oleh darah yang mengalir, yang
mencerminkan volume CES yaitu, mereka memantau "kepenuhan"
sistem vaskular. Sebagai respons terhadap penurunan mencolok
volume CES, dan karenanya tekanan darah arteri, seperti ketika terjadi
perdarahan, reseptor volume atrium kiri secara refleks merangsang
sekresi vasopresin dan rasa haus.
• Dalam mengahadapi penurunan bermakna volume CES, pengeluaran
vasopresin dan meningkatnya rasa haus masing-masing menurunkan
pengeluaran urine dan meningkatkan pemasukan cairan. Selain itu,
vasopresin, pada kadar darah yang dipicu oleh penurunan mencolok
volume CES dan tekanan arteri, menimbulkan efek vasokonstriktor
kuat pada arteriol. Dengan membantu memperbesar CES dan volume
plasma serta dengan meningkatkan resistensi perifer total, vasopresin
membantu mengatasi penurunan tekanan darah yang memicu sekresi
vasopresin.
• Secara bersamaan, tekanan darah rendah dideteksi oleh baroreseptor
arkus aorta dan sinus karotis, yang membantu menaikkan tekanan
darah dengan meningkatkan aktivitas simpatis ke jantung dan
pembuluh darah. Selanjutnya, aktivitas simpatis juga berperan pada
sensasi haus dan peningkatan aktivitas vasopresin. Sebaliknya,
vasopresin dan rasa haus dihambat ketika volume CES (dan karenanya
volume plasma) dan tekanan darah arteri meningkat. Penekanan
asupan H2O yang terjadi, disertai oleh eliminasi kelebihan volume CES
dan plasma melalui urine, membantu memulihkan tekanan darah ke
normal.
SUMBER
Fisiologi Sherwood

Anda mungkin juga menyukai