Anda di halaman 1dari 7

PARADIGMA ILMU

Kelompok 2:
1. Ade Muhayati Rahayu
2. Dina Anzelina

Aqidah Filsafat Islam, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten


PENGERTIAN PARADIGMA
 Paradigma adalah pandangan dasar tentang pokok bahasan ilmu. Paradigma
adalah konsensus terluas dalam dunia ilmiah yang berfungsi membedakan satu
komunitas ilmiah dengan komunitas lainnya. Paradigma berkaitan dengan
pendefinisian, eksemplar ilmiah, teori, metode, serta instrumen yang tercakup
didalamnya (Ritzer, 1996).
 Secara umum Kuhn mengartikan paradigma sebagai: beberapa contoh praktik
ilmiah aktual yang diterima seperti: hukum, teori, aplikasi dan instrumen yang
diterima bersama, sehingga merupakan model yang dijadikan sebagai sumber dan
tradisi-tradisi yang mantap dalam riset-riset ilmiah khusus (Kuhn, 1970)
PERGESERAN (PERALIHAN)
PARADIGMA
Dalam fisika dan astronomi, selama ribuan tahun para ahli di Eropa
menjadikan filsafat alam Aristoteles dan Ptolemeus sebagai model atau
pola untuk menjelaskan gejala-gejala alam: bumi diyakini merupakan
pusat alam semesta (teori geosentris) dan matahari serta planet-planet
mengorbit mengelilinginya. Model atau skema Aristoteles ini mulai
diragukan/ditinggalkan setelah munculnya suatu sistem astronomi baru
(paradigma baru) dari Copernicus yang menyatakan bahwa bumi bukan
pusat alam semesta, bumi dan planet-planet justru mengorbit mengitari
matahari (teori heliosentris). (Galileo Galilei dan Newton adalah
pendukung teori Copernicus).Jadi, terjadi pergeseran atau pergantian
paradigma dari paradigma Aristotellian ke paradigma Copernicusian,
Galilean atau Newtonian .
ADAPUN PERGESERAN PARADIGMA (ILMIAH)
MENGANDUNG BEBERAPA UNSUR/PENGERTIAN.
DIANTARANYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
1. Munculnya cara berpikir baru mengenai masalah-masalah baru.
2. Dalam paradigma ada prinsip (asumsi) yang selalu hadir, akan tetapi tidak kita
kenal/sadari (bandingkan dengan dimensi yang telah terungkap menurut Michel Polanyi)
3. Paradigma baru tidak dapat diterapkan kecuali dengan meninggalkan paradigma lama
(prinsip incommonsurable).
4. Paradigma baru selalu dihadapi/ditanggapi dengan kecurigaan dan permusuhan (ingat
tantangan terhadap Giordano Bruno dan Gelileo Galilei sewaktu mereka mengajukan
teori heliosentris yang menggeser teori geosentris yang didukung oleh tokoh-tokoh
gereja) (Smith, Linda & W.Raeper, 2000).
ASUMSI-ASUMSI (ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS
DAN METODOLOGIS) PARADIGMA

Bogdan dan Biklen, dalam Qualitative Research fro Education: An


Introduction to Theory and Methods (1982), memahami paradigma sebagai
kumpulan dari asumsi-asumsi, konsep-konsep dan proposisi-proposisi
yang dimasukan secara logis sebagai sarana observasi terhadap gejala-
gejala sosial-budaya yang diteliti.
Pandangan Teori/
Teori/ Tekni
Dunia
Fenomena k
Penelitian
Penelitian
Metode
Metode

Setiap paradigma memiliki pandangan dunia (ontologi) dan metodologi


tertentu. Pandangan yang berbeda ini berkonsekuensi pada metode yang
berbeda pula. Sementara itu, metode humanistik melihat dimensi kehidupan
manusia secara holistik. Adapun metode fenomenologi memahami manusia
dalam dunia kehidupannya. Hal yang sama juga ditemukan pada sosiologi:
sosiologi postitivistik pada E. Durkheim, sosiologi interpretatif pada Max
Weber, dan sosiologi fenomenologi pada Alfred Schultz dimana pandangan
dunia (asumsi ontologis, epistemologis, metpdologis) berpengaruh menentukan
bagaimana melihat fenomena dan memilih teori dan metode.
SEMENTARA ITU, EGON G. GUBA DAN YVONNA S. LINCOLN (1985)
MENGEMUKAKAN ASUMSI-ASUMSI EMPAT PARADIGMA UTAMA
YANG BERSAING DALAM ILMU PENGETAHUAN (DENGAN
BERBAGAI ASUMSI-ASUMSI YANG MENDASARINYA) YAKNI
SEBAGAI BERIKUT:

1. Positivisme, yaitu aliran yang menyatakan ilmu alam adalah satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan ilmu pengetahuan benar jika dapat dibuktikan
secara empiris.
2. Post-Positivisme, yaitu aliran yang memperbaiki kelemahan positivisme yang
hanya mengandalkan pengamatan langsung terhadap objek, dan mustahil realitas
dapat dilihat secara benar.
3. Teori Kritis, yaitu aliran untuk mengkritik, mengubah masyarakat, memahami,
menjelaskan dan melakukan perubahan sosial dalam mengubah sistem dan
struktur menjadi lebih adil.
4. Konstruktivisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah
bentukan kita sendiri, hasil konstruksi kognitif dengan membuat struktur,
kategori, konsep, skema yang diperlukan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan metode apapun asal dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya .

Anda mungkin juga menyukai