Anda di halaman 1dari 56

Pelayanan kesehatan

Dr.Maestro,M.Kes
Pelayanan kesehatan Primer
Latar belakang :
1977, ketika sidang kesehatan WHO ke 30. pada
konferensi internasional 1978 di Alma Alta (Uni Soviet)
pada tanggal 12 september 1978, ditentukan bahwa
tujuan agar menemukan titik temu dengan PHC.
(Primary Health care)
Resolusi dikenal dengan Health For All by the Year 2000
(HFA 2000) atau sehat untuk semua ditahun 2000
adalah merupakan target resmi dari bangsa-bangsa
yang tergabung dalam WHO.
Defenisi
Primary Health Care (PHC)
Pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan
sosial yang dapat diterima secara umum
Biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat
dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk
hidup mandiri (self reliance) dan menentukan
nasib sendiri (self determination).
Fungsi
• Pemeliharaan Kesehatan
• Pencegahan Penyakit
• Diagnosis dan Pengobatan
• Pelayanan Tindak Lanjut
• Pemberian Sertifikat
Tujuan
Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat
yang menerima pelayanan.

Khusus
• Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
• Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
• Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani
• Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber
– sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Prinsip Dasar dan Ciri Dasar PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan
prinsip-prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi
global guna mencapai kesehatan bagi semua.
1. Pemerataan upaya kesehatan
2. Penekanan pada upaya preventif
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya
kesehatan
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Ciri Dasar PHC
1) Pelayanan yang utama dan intim dengan
masyarakat
2) Pelayanan yang menyeluruh
3) Pelayanan yang terorganisasi Pelayanan yang
mementingkan kesehatan individu maupun
masyarakat
5) Pelayanan yang berkesinambungan
6) Pelayanan yang progresif
7) Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8) Pelayanan yang tidak berpandangan kepada
salah satu aspek saja
Ciri Dasar PHC
1.Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2.Pelayanan yang menyeluruh
3.Pelayanan yang terorganisasi
4.Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu
maupun masyarakat
5.Pelayanan yang berkesinambungan
6.Pelayanan yang progresif
7.Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8.Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu
aspek saja
Elemen Esensial dan Unsur Utama PHC
• Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara
pencegahan panyakit serta pengendaliannya.
• Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
• Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Dasar
• Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
• Imunisasi terhadap Penyakit – penyakit Infeksi Utama
• Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Endemik
Setempat
• Pengobatan Penyakit Umum dan Ruda Paksa
• Penyediaan Obat – obat Esensial
Tiga (3) Unsur Utama yang terkandung dalam
PHC
1) Mencakup Upaya – upaya Dasar Kesehatan
2) Melibatkan Peran Serta Masyarakat
3) Melibatkan Kerja Sama Lintas Sektoral
Pembagian PHC
1.Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer
(PKPP)
2.Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer
(PKMP)
PHC di Indonesia
PHC di Indonesia
• Puskesmas
• Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar)
• Puskesmas Keliling Roda Empat
• Puskesmas Keliling Perairan (Perahu)
• Puskesmas Pembantu
• Polindes (Pondok bersalin desa) dan Poskesdes
• Poskestren
• Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Puskesmas
Program pokok puskemas antara lain :
1. Promosi Kesehatan (Promkes)
2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
3. Program Pengobatan :
• Rawat Jalan Poli Umum
• Rawat Jalan Poli Gigi
• Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan
• Unit Gawat Darurat (UGD)
• Puskesmas Keliling (Puskel)
4.Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
5.Upaya Peningkatan Gizi
6.Kesehatan Lingkungan :
• Pengawasan SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) ,
• SAMI-JAGA (Sumber Air Minum-Jamban Keluarga),
• TTU (Tempat-Tempat Umum),
• Institusi pemerintah
7.Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP)
Posyandu
• Posyandu pratama, adalah posyandu yang
masih belum mantap, kegiatannya belum bisa
rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas,
• Posyandu madya, adalah posyandu yang
sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari
8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader
tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan
program utamanya (KB, KIA, Gizi,dan
Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari
50%,
• Posyandu purnama, adalah posyandu yang
frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata
jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5
program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih
dari 50%,
• Posyandu mandiri, adalah posyandu yang sudah
dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan
dan Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50%
KK.Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu
diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan
prinsip JPKM (Jaminan pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat)
Pelayanan Kesehatan Sekunder
Pelayanan kesehatan perorangan sekunder
adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang
menerima rujukan dari pelayanan kesehatan
perorangan primer, yang meliputi rujukan kasus,
spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat
merujuk kembali ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang merujuk.
Sarana
Sarana utama PKPS terdiri dari:
1. Rumah Sakit setara kelas C dan D milik Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Masyarakat, dan Swasta;
2. Praktek Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis;
3. Praktek Perawat Spesialis (home care);
4. Klinik Utama.
Sarana penunjang PKPS terdiri dari:
5. Instalasi farmasi rumah sakit;
6. Laboratorium klinik;
7. Radiologi;
8. Apotek;
9. Rehabilitasi medik;
10. Optik.
Rumah Sakit setara kelas C dan D milik Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dan masyarakat/swasta
wajib menyediakan tempat tidur Kelas 3 sesuai
kebutuhan.

Rumah Sakit setara kelas C dan D milik Pemerintah


Daerah Kabupaten/Kota wajib menyediakan bangsal
khusus dan/atau tempat tidur untuk ODGJ (orang
dengan gangguan jiwa) dan pasien dengan kasus
narkoba.

Tugas PKPS adalah melaksanakan UKP Tingkat Kedua.


Pelayanan Kesehatan Tersier
Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima rujukan
subspesialistik dari pelayanan kesehatan di bawahnya, dan dapat
merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.

Sarana utama PKPT terdiri dari:


a) Rumah Sakit minimal setara kelas B milik Pemerintah Daerah,
Pemerintah Daerah kabupaten/Kota,Masyarakat, dan Swasta;
b) Praktek Dokter Sub-Spesialis/Dokter Gigi Sub-Spesialis;
c) Klinik Utama Sub-Spesialis.
Sarana penunjang PKPT terdiri dari:
a) Instalasi farmasi rumah sakit;
b) Laboratorium klinik;
c) Radiologi;
d) Apotek;
e) Rehabilitasi medik;
f) Optik.
Tugas PKPT adalah melaksanakan UKP Tingkat
Ketiga.

Rumah Sakit setara kelas B milik Pemerintah


Daerah dan Pemerintah Daerah Kabupaten
/Kota, serta masyarakat/swasta wajib
menyediakan tempat tidur Kelas 3 sesuai
kebutuhan.
Tenaga Kesehatan PKPT terdiri dari:

•Dokter sub-spesialis/dokter gigi sub-spesialis


•Dokter spesialis/dokter gigi spesialis
•Dokter/dokter gigi;
•Perawat;
•Bidan;
•Fisioterapis;
•Ahli gizi;
•Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi, atau asisten .
apoteker;
•Analis kesehatan;
•Perekam medis;
•Radiografer;
•Refraksionis.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 56 TAHUN 2014 .

Pasal 21 ayat 1
Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas
A terdiri atas:
a. tenaga medis;
b. tenaga kefarmasian;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.
Pasal 21 ayat 2
Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling
sedikit terdiri atas:
• 18 dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
• 4 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
• 6 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar;
• 3 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang;
• 3 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis lain;
• 2 dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis
• 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut.
Rumah sakit type B

Pasal 32 ayat 2
Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling
sedikit terdiri atas:

• 12 dokter umum untuk pelayanan medik dasar;


• 3 dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
• 3 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar;
• 2 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang;
• 1 dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain;
• 1 dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis
• 1 dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
gigi mulut.
Rumah Sakit Type C

Pasal 43 ayat 2
Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
paling
sedikit terdiri atas:
• 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
• 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
• 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar;
• 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang; dan
• 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan
medik spesialis gigi mulut.
Rumah sakit type D
Pasal 54 Ayat 2
Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a paling sedikit terdiri atas:
a. 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik
dasar;
b. 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan
medik gigi mulut;
c. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis dasar
Rumah sakit type E
Pasal 59
Rumah Sakit Khusus meliputi rumah sakit khusus:
1. ibu dan anak;
2. mata;
3. otak;
4. gigi dan mulut;
5. kanker;
6. jantung dan pembuluh darah;
7. jiwa;
8. infeksi;
9. paru;
10.telinga-hidung-tenggorokan;
11.bedah;
12.ketergantungan obat; dan
13.ginjal.
Public health servive

Pelayanan kesehatan masyarakat


diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat
yang bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang mengacu pada
tindakan promotif dan preventif. Upaya
pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan
pada pusat-pusat kesehatan masyarakat
tertentu seperti puskesmas
Kader upaya kesehatan mandiri
Menurut Departemen Kesehatan RI (2005),
kader adalah anggota masyarakat yang dipilih
untuk menangani masalah kesehatan, baik
perseorangan maupun masyarakat, serta untuk
bekerja dalam hubungan yang amat dekat
dengan tempat pelayanan kesehatan dasar
Tugas Kader
Menurut Depkes (2005), peranan kader dalam kegiatan
Posyandu antara lain:
• Memberitahukan jadwal kegiatan Posyandu
kepada kelompok sasaran Posyandu
• Melakukan pendaftaran balita, ibu hamil dan
pasangan usia subur (PUS)
• Melakukan penimbangan bayi dan balita
• Mencatat hasil penimbangan ke dalam Kartu
Menuju Sehat (KMS)
• Melakukan penyuluhan baik perseorangan
maupun kelompok
• Menyiapkan dan membagikan makanan
tambahan
• Melakukan kunjungan rumah, khususnya ibu
• hamil, ibu yang mempunyai balita dan PUS
untuk menyuluh dan mengingatkan agar
datang ke Posyandu
Tugas kader selain di Posyandu adalah
melakukan kunjungan rumah didampingi oleh
tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat untuk
mendata dan mencari tahu tentang sebab
ketidakhadiran pengguna Posyandu, pendataan
bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui dan
keluarga miskin (Gakin).
Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM)
• Posyandu,
• Posbindu (Pos Binaan terpadu)
• Poskesdes,(Pos Kesehatan Desa)
• Poskestren,(Pos Kesehatan Pesantren)
• Pos UKK,(Pos Unit Kesehatan Kerja)
• POD,(Pos Obat desa)
• Toga, (Tanaman Obat Keluarga)
• UKGMD, UKGMD ( Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
Desa ),UKGS ( Upaya Kesehatan Gigi Sekolah )
• Kelompok dana sehat.
UKBM juga diberdayakan untuk Surveilence
epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan
kedaruratan.
Puskesmas
Program pokok puskemas antara lain :
1.Promosi Kesehatan (Promkes)
2.Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
3.Program Pengobatan :
Rawat Jalan Poli Umum
Rawat Jalan Poli Gigi
Unit Rawat Inap : Keperawatan, Kebidanan
Unit Gawat Darurat (UGD)
Puskesmas Keliling (Puskel)
4.Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
5.Upaya Peningkatan Gizi
6.Kesehatan Lingkungan : Pengawasan SPAL (Saluran Pembuangan Air
Limbah), SAMI-JAGA (Sumber Air Minum-Jamban Keluarga), TTU (Tempat-
Tempat Umum), Institusi pemerintah
7.Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
Dinas Kesehatan/BP4
BP4,BKMM,BKOM
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2016
Salah satu rumpun upaya kesehatan di dinkes penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat rujukan, meliputi
• Kesehatan keluarga,
• Gizi,
• Kesehatan kerja dan olah raga,
• Kesehatan tradisional dan komplementer,
• Kesehatan lingkungan, pencegahan dan pengendalian penyakit,
surveilans kesehatan dan respon
• Kejadian Luar Biasa,
• Kekarantinaan kesehatan,
• Pengendalian masalah kesehatan jiwa dan Narkotika , Alkohol,
Psikotropika dan Zat adiktif,
• Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
BP4,BKMM,BKOM
Semua komponen pelayanan kesehatan dibawah naungan tiga
direktorat jenderal
• Bina Kesehatan Masyarakat,
• Pelayanan Medik dan Pemberantasan Penyakit Menular
• Penyehatan Lingkungan
harus terlibat dan meningkatkan koordinasi penanggulangan
Tuberkulosis atau TBC di Indonesia dengan menerapkan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse). Komponen pelayanan
kesehatan itu adalah
• Puskesmas,
• rumah sakit(pemerintah dan swasta) dan
• Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4).
Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
adalah suatu instansi pemerintah yang dibina
oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
berserta Direktorat Jendral Bina Upaya
Kesehatan untuk menangani Kesehatan Mata
dan juga Telinga Hidung Tenggorokan (THT).
Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM)
Bandung,sebagai salah satu Unit Pelaksana
Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian
Kesehatan, berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
KIA yang mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan dan fasilitasi, pelatihan, penelitian
dan peningkatan kemitraan serta sosialisasi di
bidang kesehatan olahraga yang bersifat
preventif dan promotif
Medical Service

Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service)

Pelayanan kesehatan ini banyak diselenggarakan oleh


perorangan secara mandiri (self care), dan keluarga (family
care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan dan keluarga.

Upaya pelayanan perseorangan tersebut dilaksanakan pada


institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit, klinik
bersalin, praktik mandiri.
Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52
ayat (2) UU Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:
• Pelayanan kesehatan promotif, mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan.
• Pelayanan kesehatan preventif, suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
• Pelayanan kesehatan kuratif, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit,
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
• Pelayanan kesehatan rehabilitatif, kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Referal Sytem
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal yang wajib
dilaksanakan
oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
Referal system in Indonesia
Referal system BPJS
Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu:
• Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama
oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
• Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis,
maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan
tingkat kedua
• Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder
hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes primer.
• Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier
hanya dapat diberikan atas rujukan dari faskes
sekunder dan faskes primer.
Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat
dikecualikan dalam kondisi:
• Terjadi keadaan gawat darurat. Kondisi kegawat
daruratan mengikuti ketentuan yang berlaku
• Bencana;Kriteria bencana ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah
• Kekhususan permasalahan kesehatan pasien;untuk
kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan
terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan lanjutan
• Pertimbangan geografis; dan
• Pertimbangan ketersediaan fasilitas
Pelayanan oleh bidan dan perawat
• Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat
dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat
pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Bidan dan perawat hanya dapat melakukan
rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali
dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di
luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi
pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama
Rujukan Parsial
A. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen
ke pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka
menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes
tersebut.
B. Rujukan parsial dapat berupa:
1. Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang atau tindakan
2. Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
C. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial,
maka penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas
kesehatan
Komunikasi Antar Faskes
1. Faskes perujuk mendapatkan informasi mengenai
ketersediaan sarana dan prasarana serta
kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan
serta dapat memastikan bahwa penerima rujukan
dapat menerima pasien sesuai dengan kebutuhan
medis.
2. Faskes tujuan rujukan mendapatkan informasi
secara dini terhadap kondisi pasien sehingga dapat
mempersiapkan dan menyediakan perawatan
sesuai dengan kebutuhan medis
Forum Komunikasi antar Faskes dibentuk oleh
masing-masing Kantor Cabang BPJS Kesehatan
sesuai dengan wilayah kerjanya dengan
menunjuk Person In charge (PIC) dari masing-
masing Faskes.

Tugas PIC Faskes adalah menyediakan informasi


yang dibutuhkan dalam rangka pelayanan
rujukan
1. Ka Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi
bertanggung jawab atas pembinaan dan
pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
2. Ka Dinkes provinsi dan organisasi profesi
bertanggung jawab atas pembinaan dan
pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan
tingkat kedua.
3. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan
pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan
tingkat ketiga
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai