Anda di halaman 1dari 66

BAB II

PALPEBRA
Oleh :

Tiara Juli Audiawiyanti Putri

201720401011142

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUD


GAMBIRAN KEDIRI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG 2018
ANATOMI PALPEBRA

Jaringan ikat
Kulit yang halus dan Jaringan otot
lemah

Tarsus dan fasia Konjungtiva Pembuluh darah


KULIT

– Dihubungkan oleh jaringan ikat yang halus dengan otot yang ada dibawahnya,
sehingga kulit dengan mudah dapat digerakkan dari dasarnya.
– Dengan demikian, maka edema atau perdarahan mudah terkumpul disini,
sehingga menimbulkan pembengkakan palpebral.
– Terdapat kelenjar Zeis dan Moll, rambut seperti pada bagian kulit tubuh yang
lain.
JARINGAN OTOT

1. M. orbicularis okuli  dipersarafi oleh N.VII, yang mengikuti N.III.


2. M. Riolani. Guna M. orbicularis okuli  Otot yang ada dipinggir palpebral. M.
Riolani  untuk menutup mata.
3. M. Levator palpebral  Inervasi oleh N.III.
4. M. Mulleri  Inervasi oleh saraf simpatis.
TARSUS DAN FASIA

– Terdiri dari jaringan yang rapat dengan sedikit jaringan elastis.


– Gunanya untuk memberi bentuk kepada palpebra.
– Terdiri dari : 1. Tarsus Superior
2. Tarsus Inferior
Tarsus superior  lebih besar disbanding tarsus inferior.
Didalamnya terdapat Gl. Sebasea Meiboom sebanyak kurang lebih 20 buah. Guna
dari isi Gl. Meiboom, untuk menutup rapat margo palpebra superior dan inferior
pada waktu mengedip, sehingga air mata tak dapat meleleh kepipi. . Dimedial dan
lateral, tarsus bersatu membentuk ligamentum tarsalis medialis dan lateralis, yang
melekat pada pinggir orbita.
– Septum Orbita  Fasia yang membatasi M.orbikularis okuli disebelah posterior,
merupakan pagar antara palpebra dan orbita, sehingga dengan adanya septum
orbita ini, radang palpebra dijaga supaya tidak masuk kedalam orbita.
A. Oftalmika & A. Fasialis

Arkus superior bagian Arkus inferior bagian


atas tarsus bawah tarsus

P.D menuju ke
konjungtiva, kulit, dll

V. Fasialis V. Oftalmika

Sinus Karvenosus
KELAINAN
KONGENITA
KOLOBOMA PALPEBRA

– Tampak sebagai lekukan segitiga, dimargo palpebra.


– Letaknya biasanya diantara 1/3 tengah dan 1/3 nasal. Kalau lekukannya lebar,
dapat menyebabkan kerusakan kornea, karena mata tidak dapat menutup dengan
sempurna.
EPIKANTUS

– Epikantus terdiri dari lipatan kulit yang tegak lurus, mulai dari pangkal hidung,
menuju kekantus internus.
– Kalau hebat, dapat menunjukkan seolah-olah ada strabismus konvergens.
– Lipatan ini dapat menghilang dengan pertumbuhan tubuh.
– Pengobatan :
- Sampai umur 5-6 tahun, dibiarkan saja
- Bila hebat atau dengan alasan kosmetik, dilakukan operasi plastik/.
PTOSIS

– Yaitu menggantungnya aatau turunnya palpebra superior, oleh karena kelemahan


atau tidak adanya M. Levator palpebra.
– Pengobatannya : sama seperti blefaroptosia.
DISTIKIASIS

– Keadaan dimana Gl. Meiboom diambil alih tempatnya oleh bulu mata.
– Pengobatannya : bila letak bulu mata salah, harus dicabut.
KELAINAN
AKWISITA
EDEMA PALPEBRA

– Dapat inflamatoir, atau noninflamatior.


– Pengobatannya : Tergantung pada penyebabnya.
Salep mata antibiotika dan kortikosteroid.

Edema palpebral non


Edema palpebral inflamatoir
inflamatoir
DERMATITIS PALPEBRA

– Oleh karena secret konjungtiva atau karena obat-obatan, kosmetika.


– Pengobatannya : Hilangkan penyebabnya
Diberikan pengobatan dermatitis seperti biasa.
BLEFARITIS
Blefaritis ulserativa Blefaritis nonulserativa
Penyebabnya : stafilokok aureus Ptirosporum ovale

Bulu mata jatuh, tidak diganti oleh yang Bulu mata cepat jatuh, tetapi diganti
baru, karena ada destruksi dari folikel yang baru, karena taka da destruksi dari
rambut. folikel rambut.

Dipangkal rambut terdapat krusta. Bila Dipangkal bulu mata, tak tampak krusta,
krusta dilepaskan, tampak ulkus kecil- tetapi skwama.
kecil. Krusta warnanya kuning, kering,
melengketkan bulu mata.
Blefaritis nonulseratif hampir selalu
berhubungan dengan adanya ketombe di
kepala, alis mata atau telinga.
– Keluhan : Mata kalau pagi lengket, panas, gatal, tak tahan cahaya, lekas capai
kalau kerja dekat.
– Penyulit (komplikasi) :
– Hordeolum, konjungtivitis, keratitis superfisial (1/3) bagian bawah.
– Oleh karena blefaritis merupakan proses yang menahun, menimbulkan
hipertrofi dari margo palpebra dan palpebra menjadi berat.
– Blefaritis dapat diperhebat bila penderita banyak merokok atau mengerjakan
pekerjaan dekat seperti membaca sampai larut malam, atau mengerjakan terlalu
lama, meskipun pada siang hari.
– Pengobatan :
– Margo palpebra harus dibersihkan sering-sering dengan kapas basah. Pada
waktu membersihkannya, kelenjar ditekan-tekan untuk mengeluarkan isinya,
krusta dan skwama (sisik) dibuang dengan memakai AgNO3 1% - 2%.
– Antibiotika, sulfa, kortikosteroid diberikan dalam bentuk salep mata, yang
diusapkan pada pinggir kelopak mata.
– Pada blefaritis nonulseratif, juga diadakan pengobatan dari ketombenya,
dengan “medicating shampoo” dua kali seminggu.
– Prognosis
kalau tak diobati dengan baik dapat berlangsung berbulan-bulan dan menimbulkan
bermacam-macam penyulit, juga dapat menimbulkan kerusakan pada kornea karena
terbentuknya trikiasis.
HORDEULUM

– Merupakan infeksi akut dari kelenjar palpebra disebabkan oleh stafilokok atau
streptokok.
– Hordeolum internum :
– Yang sakit gl. Meiboom, menonjol kearah konjungtiva, karena letaknya
dalam tarsus jarang memecah sendiri. Tidak ikut bergerak dengan pergerakan
kulit.
– Hordeolum eksternum :
– Yang sakit gl. Zeis atau Moll, ikut bergerak dengan pergerakan kulit,
menonjol kearah kulit, bila mengalami supurasi memecah sendiri kearah
kulit.
– Tanda – tanda :
– Palpebra bengkak
– Merah sakit
– Terdapat tonjolan pada palpebral
– Disertai blefaritis
– Konjungtivitis yang menahun
– Dapat terjadi pada semua umur, turatama anak-anak dan dewasa muda.
– Pengobatan :
– Untuk mempercepat supurasi dapat diberikan kompres hangat selama 20
menit 3 – 4 kali sehari.
– diberikan salep mata antibiotika setiap 3 jam.
– Jika terdapat abses  insisi
– Penyulit :
– Pada hordeolum yang besar, dapat disertai selulitis dari palpebra atau orbita,
sehingga keadaan umumnya lebih terganggu.
KALAZION

– Merupakan peradangan granulomatosa menahun dari Gl. Meiboom, dimana


penyebabnya tidak diketahui.
– Faktor Tambahan :
1. Blefaritis
2. Infeksi ringan dari Gl. Meiboom
3. Sumbatan mekanis, pembedahan yang merusak kelenjar Meiboom.
– Tanda klinis :
– pembengkakan sebesar kacang tanpa keluhan apa-apa
– rabaannya keras, melekat pada tarsus, lepas dari kulit
– Bila kalazion yang terinfeksi memecah  Tampak jaringan granulasi yang
menonjol keluar.
– Kalazion yang cukup besar, dapat menyebabkan penekanan pada bola mata
dan menimbulkan gangguan refraksi (astigmatisme).
PATOGENESIS

Sumbatan duktus dari Gl. Meiboom

Radang granulomatosa dari Gl. Meiboom,

Radang berisi jaringan ikat dan hialin

Pseudokista
– Kalazion yang terkena infeksi sekunder  kalazion supurativa.
– Kadang-kadang timbulnya didalam duktus dari Gl. Meiboom dan letaknya
dimargo palpebral  kalazion marginalis.

– Histopatologik :
– Terdapat jaringan garnulasi dengan sel raksasa dan sel Langerhans.
– Tak terdapat bakteri didalamnya.
– Bila terlalu besar  gangguan visus.
– Pengobatan :
– Jika kecil  kompres air hangat, sambil diurut mengarah ke muara gI meibom.
– Bila besar dan timbulkan gangguan  eksisi dan kuretase
HERPES ZOSTER

– Merupkan infeksi virus herpes zoster. Dapat menyerang kemata, bila ganglion
Gasseri terkena.
– Bila mengenai cabang nasalis dari N.V, yang dapat dilihat bila terdapat vesikel
diujung hidung, maka kornea terkena juga (Hutchinson sign) sehingga kornea
menjadi kurang peka dan padanya timbul juga vesikel dan kemudian menjadi
ulkus.
– Herpes zoster oftalmik ditemukan 50% mengenai bola mata. Biasanya mengenai
orang tua diatas 50 tahun, kadang-kadang didapatkan pada orang muda.
– Penyebab :
– Virus herpes zoster yang mengenai ganglion Gasseri. Lamanya penyakit
kurang lebih 3 minggu sampai beberapa bulan.
– Pengobatan :
– Untuk kelainan kulitnya  diberikan kompres dingin
– diberikan analgetika, sedative
– berikan juga obat-obat neurotropic, peroral atau per enteral seperti neurobion
dsb.
– diberikan salep Verumers pada kulitnya.
– Bila kornea juga terkena  sulfas atropine 1% 3 dd gtt I, salep antibiotika.
– Bila jaringan uvea meradang  kortikosteroid sistimik.
HERPES FEBRILIS

– Terdapat vesikel di palpebral.


– Terjadi apabila ada peradangan dari traktus respuratorius bagian atas.
– Vesikel berkumpul dipalpebra, hidung atau bibir dengan dasar merah, bilateral.
LUES PRIMER DIPALPEBRA

– Sering disangka kalazion, hordeolum eksterna, dakriosistitis, epitelioma.


– Karena letak dimargo palpebra dekat kantus internus, disertai pembengkakan
kelenjar preaurikuler dan submaksiler.
TRIKIASIS

– inversi dari bulu mata  mengenai kornea  rangsangan mekanis papda kornea
 kerusakan kornea yang menimbulkan rasa sakit, fotofobia, blefarospasme,
kekeruhan kornea, ulkus kornea, kemerahan konjungtiva.
– Penyebab :
– Blefaritis
– Trauma  yang mengenai margo palpebral.
– Trakoma yang sudah lanjut  kontraksi jaringan parut di konjungtiva dan
tarsus.
– Pengobatan :
1. Epilasi  pencabutan beberapa silia yang salah letak. Dapat diulang 2-3 kali.
2. Elektro koagulasi  di ambil dari folikel rambut.
3. Operasi  Tarsotomi.
KELAINAN
KEDUDUKAN
DARI
PALPEBRA
ENTROPION
Entropian sikatrik Entropion spastik
Sering mengenai margo palpebra superior. Sering mengenai margo palpebra inferior.

Disebabkan jaringan parut pada konjungtiva Disebabkan spasme dari M.orbikularis okuli.
dan tarsus akibat trauma kecelakaan,
operatif, bahan kimia atau trakoma.

Sering didapatkan pada orang tua (entropion


senilis) dimana terdapat relaksasi dari kulit
palpebra dan letak bola mata yang lebih
dalam.
Pemakaian perban mata yang terlalu lama
pada orang lanjut usia, dapat juga
menyebabkan entropion spastika.
– Tanda – tanda :
– Sakit
– Lakrimasi
– Fotofobia
– Blefarospasme
– Konjungtiva bulbi merah
– Kornea keruh
– Ulkus kornea
– Pengobatan :
– Tarsotomi dari Wheeler dengan modifikasi dari DR. Sie Boen Lian.

Palpebra didesinfeksi dengan asam pikrin 2%  Anestesi local dengan novokain


2%  pasanglah jahitan pada margo palpebral dekat kantus internus dan dekat
kantus eksternus (kendali (teugel))  Pasang klaim palpebral  Palpebral dibalik .
Insisi dari konjungtiva palpebra dan tarsus dari margo palpebral  Tarsus distal
dilepaskan dari dasar kulitnya  Memasang jahitan U dari konjungtiva palpebra,
masuk ketarsus proksimal, kedepan tarsus distal dan tembus diantara silia dimargo
palpebral  Jahitan U ini dilakukan pada 3 tempat  Benang ditarik dengan hati-
hati, sehingga tarsus proksimal terselip antara tarsus distal dan kulit  Masukkan
pentil karet sepeda yang telah dipotong-potong kecil-kecil kedalam benang jahitan
U, kemudian baru diikat, supaya margo palpebra tidak rusak.

Kendali digunting klem dibuka  Diberi salep mata antibiotic, perban. Penderita
boleh pulang. Kembali pada hari ke 4 untuk membuka jahitan.
Kantoplasti  entropion sapstika.
Dikantus eksternus kulit dipotong  Konjungtiva dilepaskan dari dasarnya dan
dijahitkan pada kulit dengan 3 jahitan.

Operasi wheeler untuk entropion spastika


Dibuat sayatan pada kulit palpebral inferior 4 – 6 mm  M.orbikularis okuli
dilepaskan dari dasarnya dan dipotong sebesar 4 – 6 mm dibagian tengah 
Sisanya disisipkan kebawah  Luka kulit dijahit kembali.
EKTROPION
Ektropion Ektropion Ektropion Ektropion Ektropion
sikatrik mekanis senilis paralitik spastik

Akibat luka Akibat Relaksasi dari Karena paralise Disebabkan oleh


bakar, luka konjungtivitis kulit dan M N, VII, akibat kontraksi dari
kecelakaan atau yang menahun, orbicularis okuli Morbus Hansen, M. Riolani, yang
operasi  ulkus blefaritis, yang  Mengenai Lues, dsb didapatkan pada
dipalpebra disertai dengan palpebral anak-anak yang
hipertrofi  inferior. menderita
margo palpebral konjungtivitis
membelok yang disertai
keluar. blefarospasme.

Pengobatan: Pengobatan : Pengobatan : Pengobatan : Pengobatan :


Operasi plastik. Dari Tarsorali lateral Tarsorali lateral Terhadap
konjungtivitis konjungtivitisny
dan blefaritis a
ANKILOBLEFARON

– Melekatnya margo palpebral superior dan inferior.


– Dapat total atau sebagian. Dapat kongenita atau akwisita.
– Yang akwisita, disebabkan oleh luka bakar, difteri dsb. Dan biasanya disertai
simblefaron.
– Pengobatan : operasi plastic
BLEFAROFIMOSIS

– Mengecilnya fisura palpebral.


– Biasanya didapatkan pada konjungtivitis yang kronis, disertai lakrimasi.
– Adanya kontraksi dari jaringan sikatrik  menarik kulit yang berbatasan dan
menutup kantus enksternus.
– Blefarofimosis dapat juga terjadi kongenita.
– Pengobatan :
– Bila tak mengganggu  dibiarkan saja
– Bila timbul gangguan  dilakukan operasi plastik.
BLEFAROKALASIS

– Terjadinya pada orang tua


– Terdapat kelebihan kulit  kulit tergantung melalui margo palpebral.
– Pengobatan : Kalau perlu dieksisi.
BLEFAROSPASME : (TIC)

Blefarospasme tonis Blefarospasme klonis


Mata menutup terus menerus. Terdapat kedipan fibriler. Terjadinya
sebentar-sebentar terutama dipalpebra
inferior
peradangan mata Kelainan refraksi yang tidak dikoreksi
Adanya korpus allenum dimata Memakai kacamata yang salah
Glaucoma akuta Kecapaian
Hysteria, kelainan neurosis ( jarang ) Senilitas, dapat disertai dengan gerak otot
muka yang lain
Yang terganggu, ujung N.V.
– Pengobatan :
– Menurut penyebabnya.
– Tindakan operatif  melemahkan otot orbikularis dan menghilanghkan
secara selektif beberapa cabang dari N.VII.
– Bila keadaannya baru terjadi untuk waktu yang tidak lama  prognosanya baik,
– Bila berlangsung lama  kelainannya akan menetap, meskipun telah diberikan
pengobatan.
LAGOFTALMUS

– Keadaan dimana palpebral tidak dapat menutup dengan sempurna  kornea


tetap terbuka  kerusakan kornea.

Penyebab
Kelainan kongenita kelainan akwisita.
ektropion.
paralisme m.orbikularis okuli (N.VII).
eksoftaImus goiter, protnisio bulbi 
edema, perdarahan, tumor retrobulbar,
selulitis, panoftalmi, dsb.

dalam keadaan koma.


– Pengobatan :
– Menurut penyebabnya
– Tarsorafi medialis  melindungi kornea, dilakukan penyatuan temporer dari
margo palpebral superior dan inferior bagian medial. Jahitan dibuka kembali,
setelah wakti tertentu
PTOSIS : (BLEFAROPTOSIS)

– Menurunnya palpebral superior  pertumbuhan yang tidak baik atau paralise


dari M.levator palpebral.
– Tanda-tanda karakteristik untuk ptosis :
– Bila hebat dan mengganggu  palpebral akan terangkat dengan memaksa
M.occipito frontalis berkontraksi  didahi timbul kerut-kerut dan alisnya
terangkat.
– Kalau lebih hebat lagi, supaya penglihatan tercapai sebaik-baiknya 
penderita akan menjatuhkan kepalanya kebelakang.
– Pada ptosis didapat pula garis lipatan kulit yang berbentuk seperti huruf S,
pada palpebranya
Penyebab

1. Kongenita.
- Biasanya bilateral
- Disebabkan oleh gangguan pembentukan M.levator palpebra.
- Kadang-kadang disertai dengan kelainan kongenita yang lainnya.
- Bisa heriditer. Bersifat dominan autosom
2. Akwisita.
- Biasanya unilateral
- Paralise N. III, yang mengurus M. levator palpebral.
- Dapat ditemukan pada miastenia gravis (melumpuhkan otot secara progresif).
- Sindrome Horner  paralise dari saraf simpatis yang mengurus M,Muller,
ditemukan pada lues. Terdiri dari : ptosis, miosis, enoftalmus, anhidrosis.

Proses mekanis  Pseudoptosis :


- Bertambah beratnya palpebral superior  tumor, trakoma, blefaritis dengan
tilosisnya.
- Tidak adanya tahanan pada palpebral superior  ptisis bulbi, anoftalmi, setelah
enukleasi bulbi.
– Pengobatan menurut penyebabnya :
– Lues  antiluetika
– Miastenia gravis  prostigmin
– Anoftalmi  mata palsu
– Tindakan operatif  Prinsipnya pendekatan palpebral. Pada ptosis 
pemotongan sebagian (reseksi) atau melipat (advancement) dari M.levator
palpebral.
– Dapat timbul penyulit : diplopi temporer, depresi pada bola mata  waktu tidur
mata tak dapat menutup dengan sempurna mata akan bergerak kearah
temporal atas  palpebral menjadi terangkat.
– Ptosis kongenita yang mengenai kedua mata  perubahan bentuk muka  dari
dikerutkan dan kepala menengadah untuk memperoleh penglihatan yang jelas.
– Ptosis yang unilateral dan menutupi pupil  amblyopia ex. Anopsia, karenanya
tindakan operatif harus dilakukan sebelum penderita berumur 1 tahun.
TUMOR PALPEBRA

1. Tumor jinak (benigna) :


a. Kista dermoid  tumor kongenita, bilateral, bentuknya lonjong dan keras.
Letaknya dibawah kulit, didaerah kantus eksternus atau bagian medial
palpebra superior.
b. Xantelasma  Merupakan degenerasi lemak dari jaringan ikat kulit, disertai
pigmen yang berwarna kuning, tampak sebagai benjolan yang tipis, sedikit
lebih tinggi dari kulit, multiple. Pengobatan : Eksisi, elektrolisis. Dilakukan
bila kosmetik terganggu.
c. Moluskum kontagiosum  Berupa tonjolan bening sebesar ujung jarum,
sampai sebesar kacang, ditengahnya ada lekukan, (delle), multiple. Penyebab :
virus. Pengobatan Insisi. Isinya dikeluarkan, kemudian diulasi dengan AgNO3
d. Papilomata  termasuk veruka. Pengobatan : eksisi, diatermi, kalua letaknya
dimargo palpebral
e. Milium  Benjolan-benjolan kecil, kekuning-kuningan, sebesar ujung jarum,
 retensi kelenjar talq. Pengobatan : dipungsi dan isinya dikeluarkan.
2. Tumor ganas (Maligna)
a. Karsinoma sel basal  kelainan berupa veruka kecil, ditutup krusta  ulkus dan
indurasi didindingnya. Perjalanan penyakitnya lambat, tetapi bila dibiarkan
dapat meluas kesekitarnya.
b. Karsinoma sel skwama  Perjalanan penyakitnya sangat cepat, disertai
pembesaran kelenjar getah bening.
– Pengobatan karsinoma :
– Eksisi disusul penyinaran dengan sinar X, dimana harus diadakan proteksi
sebaik-baiknya dari bagian mata yang lain.
TRAUMA PALPEBRA

– Perdarahan didalam palpebral = ecchymosis, black eye.


– Terjadi bila mata terkena trauma tumpul.
– Bila “ecchymosis” tampak segera sesudah trauma  traumanya hebat, oleh
karenanya harus dilakukan pemeriksaan yang seksama dari bagian mata yang
lainnya.
– Perlu pemeriksaan foto rontgen tengkorak.
– Tidak Nampak kelainan pada mata sebelahnya, dan 24 jam setelah trauma
menunjukkan adanya fraktura dari dasar tengkorak  kompres dingin.
– Kalau perdarahannya timbul 3 – 4 hari setelah trauma  fraktura terletak
dibelakang sekali.
EMFISEMA PALPEBRA

– Adanya fraktura dari dinding orbita  timbul hubungan langsung antara ruang
orbita dengan ruangan hidung atau sinus-sinus sekeliling ruang orbita.
– Kerusakan terjadi didinding medial dari lamina papyricea os etmoidalis  udara
dapat masuk kedalam jaringan palpebra yang longgar dan pada perabaan terasa
sebagai pembengkakan dengan kripitasi.
– Pengobatan :
– Balut yang kuat  mempercepat hilangnya udara dari palpebra.
– KIE  penderita jangan bersin atau membuang ingus.
– Kemudian disusul dengan perbaikan frakturanya.
LUKA TUSUKAN

– Harus segera dijahit.


– Bila luka hebat dan vertical, mengenai M.orbikularis okuli  sikatrik sangat
kelihatan.
Luka laserasi :
- Bila luka hebat disertai edema jangan segera dijahit.
- Bersihkan luka dan tutup dengan pembalut yang basah dan steril. Bila
pembengkakannya agak berkurang, barulah dijahit.
- Bila luka hebat  ditutup dengan skin graft yang diambil dari kulit retroaurikuler,
brachial, supraklavikuler.
LUKA BAKAR

– Bisa karena api atau bahan kimia.


– Bila disebabkan bahan kimia  dibedakan basa atau asam.
– Dibersihkan dengan air selama 15 – 30 menit  beri salep antibiotika dan
kirimlah kerumah sakit.
– Sampai dirumah sakit dicuci lagi dengan larutan garam fisiologis yang steril
selama 15 – 30 menit  dengan netralisasi.
– Bila asam asam dinetralkan dengan basa dan pada basa dinetralkan dengan
asam.
GIGITAN SERANGGA

– Menimbulkan hiperemi dan edema.


– Pengobatan :
– Kompres dingin. Disertai salep mata kortikosteroid dengan antibiotika.

Anda mungkin juga menyukai