Anda di halaman 1dari 18

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR

(POS) BANTUAN PEMERINTAH


UNTUK MASYARAKAT (BPM)
KOTAKU PENINGKATAN
PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN
(LIVELIHOOD)
OUTLINE
01 02 03
LATAR BELAKANG MAKSUD & TUJUAN SASARAN

04 05
KERANGKA BERFIKIR LIVELIHOOD KETENTUAN UMUM
SKALA KAWASAN

06 07
TAHAPAN KEGIATAN CAPAIAN KPI
LATAR BELAKANG
• Salah satu komponen dalam program KOTAKU adalah Peningkatan Penghidupan Masyarakat
(Sustainable Livelihood) untuk mendukung Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh
• Pada tahun 2019, terdapat kebijakan nasional yang berpengaruh terhadap implementasi NSUP,
yaitu:
o Kebijakan pemerintah tentang dana desa dan dana kelurahan yang akan dikucurkan sekitar
Rp 750 juta hingga Rp 1,2 Miliar untuk setiap desa atau kelurahan.
o Kebijakan Ditjen Cipta Karya terkait “Reformasi KOTAKU” yang akan difokuskan pada
infrastruktur berskala lingkungan dan kota yang berdampak pada aspek ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Sedangkan kegiatan ekonomi akan dilakukan oleh masyarakat
dan pemerintah daerah dengan fasilitasi NSUP
• Komponen Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat dilaksanakan dengan 2 kegiatan:
o Skala lingkungan dengan penyelenggaraan Infrastruktur BPM PPMK
o Skala Kawasan dilaksanakan dengan Studi kelayakan BDC (FS BDC), Pelatihan Vokasi
dan Investasi kegiatan Infrastruktur pendukung livelihood skala Kawasan.
• Dalam rangka mengatasi dampak pandemic Covid-19, Direktorat jendral Cipta Karya
melaksanakan program padat karya, dimana kegiatan BPM Kotaku Livelihood menjadi bagian di
dalamnya.
• POS ini akan mengatur tentang tatacara penyelenggaraan kegiatan Bantuan Pemerintah untuk
Masyarakat (BPM) KOTAKU Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan (Livelihood) atau
disingkat BPM Livelihood
MAKSUD & TUJUAN

‘’ POS ini disusun dengan maksud sebagai acuan


penyelenggaraan kegiatan infrastruktur Bantuan
Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) KOTAKU
Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan (Livelihood) .

Tujuan disusun POS ini sebagai panduan bagi seluruh


pelaku dalam BPM Kotaku Peningkatan Penghidupan
Berkelanjutan (Livelihood) ‘’
SASARAN

Tersedianya landasan BPM Kotaku Peningkatan


Penghidupan Berkelanjutan (Livelihood);

Tersedianya mekanisme BPM Kotaku


Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan
(Livelihood)
KERANGKA BERFIKIR

Infrastruktur Livelihood
skala lingkungan

Persoalan RPLP
Potensi Ekonomi
Persoalan
Kumuh Potensi Ekonomi
Permukiman
Kumuh
permukiman Skala Skala Permukiman
permukiman lingkungan kel kel lingkungan
Infrastruktur Infrastruktur
Dasar Pendukung
Permukiman kel Skala
Livelihood
Skala kel
Kawasan Kawasan
Kebijakan
Kebijakan Kebijakan
Penanganan RP2KPKP/dokumen Kebijakan
Penanganan
Kumuh kota Ekonomi kota
perencanaan tingkat kota Ekonomi kota
Kumuh kota
KETENTUAN UMUM

Pengertian 1. Penghidupan (Livelihood): adalah istilah


pembangunan yang menggambarkan
kemampuan (capabilities), kepemilikan sumber
2. Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable
daya (sumber daya sosial dan material), dan
Livelihood). Penghidupan yang berkelanjutan
kegiatan yang dibutuhkan seseorang/masyarakat
akan terjadi bila:
untuk menjalani kehidupannya
• Memampukan orang/masyarakat untuk
menghadapi dan pulih dari tekanan dan 3. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable
guncangan; Livelihood Framework) yaitu:
• Memampukan orang/masyarakat untuk o Kerangka berpikir dan bekerja untuk pembangunan yang
mengelola dan menguatkan kemampuan berkembang secara evolusi dan dalam tujuan untuk
(capabilities) dan kepemilikan sumber daya mengefektifkan segala usaha-usaha mengakhiri
kemiskinan.
(assets) untuk kesejahteraannya/masyarakat saat
o Sebagai sebuah pendekatan, PSL (Pendekatan
ini (sekarang) maupun masyarakat/kehidupan
Sustainable Livelihood) didukung oleh seperangkat
dimasa mendatang; prinsip-prinsip dan alat-alat yang menggambarkan cara
• Serta tidak menurunkan kualitas sumber daya mengorganisir, memahami, dan bekerja menangani isu-
alam yang ada. isu kemiskinan yang kompleks dan beragam,
dimodifikasi dan diadaptasi menyesuaikan diri terhadap
KETENTUAN UMUM

Pengertian

Kerangka Penghidupan Berkelanjutan (Sustanable Livelihood Framework)


Sumber: Sustainable Livelihood Guidance Sheets, DFID, 2001
KETENTUAN UMUM

Pengertian
5. Infrastruktur Permukiman *): Standar Nasional Indonesia
menyebutnya sarana dan prasarana lingkungan dan utilitas,
yaitu: 4. Pentagonal Asset: 5 aset penghidupan
o Prasarana Lingkungan: kelengkapan dasar fisik manusia atau masyarakat untuk menjalani
lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman aktivitas penghidupan dan perikehidupannya.
dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
o Sarana lingkungan: fasilitas penunjang, yang berfungsi
untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya;
o Utilitas: pelayanan seperti air bersih, air limbah, gas, 6. Infrastruktur Permukiman Pendukung
listrik dan telepon, yang pada umumnya diperlukan untuk Penghidupan Masyarakat: pada dasarnya
beroperasinya suatu bangunan dan lingkungan adalah seluruh Prasarana, Sarana Dan
permukiman; Utilitas (PSU) permukiman sesuai dengan
o Utilitas umum: fasilitas umum seperti PUSKESMAS,
UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
taman kanak-kanak, tempat bermain, pos polisi, yang
dan Permukiman serta SNI 03-1733-2004
umumnya diperlukan sebagai sarana penunjang pelayanan
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
lingkungan.
Perumahan di Perkotaan
KETENTUAN UMUM
1. Mengingat kegiatan pembangunan dengan

Tatacara Pelaksanaan pendekatan penghidupan masyarakat


berkelanjutan sangatlah luas, maka kegiatan di
dalam KOTAKU dibatasi pada ”infrastruktur
2. Untuk bisa menyelenggarakan kegiatan permukiman yang mendukung (perbaikan dan
infrastruktur permukiman kegiatan ekonomi keberlanjutan) kegiatan ekonomi masyarakat
berbasis komunitas secara efektif, maka perlu dengan kerangka penghidupan berkelanjutan”
ditemukan terlebih dahulu maksimum 2 (dua)
kegiatan ekonomi masyarakat yang paling
dominan atau unggulan di desa/kelurahan yang
disepakati oleh masyarakat. 3. Perencanaan kegiatannya harus tetap mengacu
kepada dokumen RPLP/ perencaaan
pembangunan tingkat desa/kelurahan yang sudah
4. Bila dalam RPLP kajian tentang aspek ada serta mengacu kepada dokumen rencana
penghidupan masyarakat belum cukup pembangunan di atasnya (kecamatan,
memadai maka dipertajam dengan kota/kabupaten, provinsi dan nasional).
memanfaatkan data yang ada atau dengan
pendalaman melalui FGD dan transek di
tingkat masyarakat, dengan mengacu kepada
POS ini dan POS Penyusunan RPLP yang
sudah ada.
KETENTUAN UMUM

Tatacara Pelaksanaan
6. Pelaksana kegiatan pembangunan 5. Pengelola kegiatan adalah BKM yang sudah
infrastruktur permukiman kegiatan ada di masyarakat dibantu oleh Tim Inti
ekonomi berbasis komunitas adalah KSM Perencanaan Partisipatif (TIPP) dalam proses
infrastruktur yang terdiri dari setidaknya perencanaan dan KSM dalam pelaksanaan
unsur pelaku usaha/KSM kegiatannya.
ekonomi/penerima manfaat, tukang,
tokoh masyarakat/pengurus RT/RW 8. Ketentuan umum, tatacara pelaksanaan dan
pertanggungjawaban kegiatan infrastruktur BPM
livelihood mengacu kepada SE Direktorat Jendral Cipta
7. Tanggungjawab pengelolaan pasca Karya nomor 04/ SE/DC/2021 tanggal 4 Januari 2021
konstruksi atas kegiatan infrastruktur tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Padat
BPM livelihood adalah Kelompok Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya dan juga POS
Pemanfaat dan Pemelihara (KPP). lainnya di Program Kotaku antara lain POS
Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan, POS
Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)
Perencanaan tingkat Desa/Kelurahan, POS Pengadaan
Barang dan Jasa, POS Operasional dan Pemeliharaan
(OP) Program KOTAKU, Petunjuk Pelaksanaan
Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial dan
peraturan lain yang berlaku
KETENTUAN UMUM

Kriteria Pemilihan Desa/kelurahan


a. Memiliki rencana penataan lingkungan permukiman yang terintegrasi dengan rencana
Pemerintah Daerah terkait pengembangan ekonomi local
b. Memiliki kelembagaan BKM / LKM minimal mandiri dan berkinerja baik
c. Tidak ada penyimpangan dana yang belum terselesaikan pada program KOTAKU
sebelumnya
d. Kesiapan lahan untuk kegiatan Pengembangan Infrastruktur BPM KOTAKU
Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan (Livelihood) dengan status lahan milik
Pemerintah Daerah, dimana perolehannya mengacu kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Lahan tersebut dilengkapi dengan bukti kepemilikan
KETENTUAN UMUM

Kriteria Pemilihan Kegiatan Prioritas


a. Memberikan dampak langsung terhadap peningkatan/pengembangan produk usaha ekonomi potensial (KSM ekonomi yang
memiliki potensi untuk dikembangkan di lokasi dalam wilayah kelurahan/desa sasaran);
b. Mendukung penghidupan masyarakat khususnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah(MBR);
c. Kegiatan yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan yang ada di kawasan permukiman tersebut;
d. Pekerjaan konstruksi dapat dilakukan secara swakelola masyarakatsetempat;
e. Usulan infrastruktur berada dalam kewenangan dan pengelolaan oleh masyarakat atau pemerintah kabupaten/kota setempat.
f. Untuk infrastruktur yang membutuhkan pengadaan tanah (kegiatan di tabel 1.3 no 1-8), maka tanah yang digunakan adalah milik
PemerintahKota/Kabupaten.
g. Untuk fasilitas infrastruktur pendukung ekonomi lain (kegiatan di tabel 1.3 no 9-10), mekanisme pengadaan tanahnya mengacu
kepada Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial.
KETENTUAN UMUM

Lain-lain
1. Kegiatan infrastruktur yang membutuhkan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) / PBG ( Persetujuan Bangunan
Gedung ) dan atau kegiatan yang membutuhkan izin khusus disiapkan oleh Pemda.
2. Usulan kegiatan infrastruktur BPM Livelihood harus menyertakan rencana pengelolaan, antara lain mengatur:
a. Kepemilikan;
b. Penerima manfaat;
c. Pengelola/lembaga pengelola;
d. Mekanisme operasi dan pemeliharaan bangunan;
e. Mekanisme pengelolaan keuangan.
3. Jumlah paket kegiatan infrastruktur KOTAKU kotaku peningkatan penghidupan berkelanjutan (livelihood) per
kelurahan/desa mengacu pada POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan.
4. Kegiatan yang dilarang dalam kegiatan BPM Kotaku Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan (Livelihood) adalah
sebagai berikut:
a. Kegiatan yang dilarang dalam Program Kotaku, sesuai Daftar negative list yang tertuang dalam Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial;
b. Kegiatan infrastruktur berupa bangunan hunian/gedung yang menjadi asset pribadi.
JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR
Sesuai dengan NOL dari IsDB dengan nomor RHI/2019/447 tanggal 28 Oktober tahun 2019
NO KEGIATAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN
Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
1 Rumah produksi*) Desa/kelurahan Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
2 Gudang penyimpanan*) Desa/kelurahan Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Perpres No. 112 tahun 2007 dan permendag No. 53
3 Toko/Pasar (Sarana perdagangan & niaga) <250 jiwa tahun 2008 tentang ritel modern dan pasar tradisional
Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
4 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) *) Desa/kelurahan Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Permen PUPR No. 4/PRT/2017 Tentang
5 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) <50 kk penyelengggaraan sistim pengelolaan air limbah
domestik
Permen PUPR No. 4/PRT/2017 Tentang
6 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) <50 kk penyelengggaraan sistim pengelolaan air limbah
domestik
Luas bangunan <200 m2 Permen PU No. 3/PRT/2013 tentang penyelenggaraan
7 Bank sampah/TPS3R**) Dengan sampah terpilah Persampahan
 Beban lantai maksimal 500 kg/m2 SNI No. 0081/Bt/1995 tentang pedoman
8 Tambatan perahu  Melayani perahu bobot mati maksimal 2 Pembangunan Prasarana Sederhana Tambatan perahu
ton di pedesaan
SNI 03-1737-1989, SNI 03-2853-1995, SNI 03-2446-
1991, SNI 03.6967-2003, SNI 03-1773-2004, RSNI T-14-
2004.
Pedoman Sederhana Pembangunan
9 Akses jalan pemasaran  Tersier Prasarana Jalan dan Jembatan,
Puslitbang PU Tahun 1996, SK SNI T-04-
1990-F

Fasilitas dan infrastruktur pendukung ekonomi lain


10 Mengikuti ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku
dengan pertimbangan khusus

*)
Ditambah dengan peraturan khusus lainnya yang berlaku
**) Harus ada KSM yang sudah bergerak dibidang pengelolaan sampah
TAHAPAN PENYELENGGARAAN
CAPAIAN KPI

Narrative Summary Indicators (CSIs and others) Targets Achieve ments to-date Remarks

3. Scale up Livelihood 3a. The Livelihood Enhancement Program is rolled out to at least 3a. 90 Kelurahan 3a. 137 kelurahan 3a. Done
Enhancement Program 50 kelurahan/ villages by Year 2 and 90 kelurahan/villages by PC. 3b. Planning a different
  (152%)
3b. At least 25,000 people receive financing from the Livelihood approach to measure the
3b. 25,000 people 3b. 22.468 People (89,9%) indicator. Beneficiaries are
Enhancement Program by PC.
    calculated from the number of
3c. All 15 feasibility studies to establish new BDCs to be completed people who benefit directly
by Year 2. 3c. 15 FS from the livelihood
infrastructure activities.
3d. At least 15 new Business Development Centres established and 3c. 15 FS  
operational by Year 3. 3d. Implementation underway,
   3d. 0% where the BDC financed under
3e. Vocational training provided to at least 500 SHGs to potentially 3d. 15 new BDC’s   ISFD Loan (IND-176) will be
supply to 15 BDCs established under ICDD Phase III by Year 2. focused on the infrastructure
Vocational training for 1000 SHGs to potentially supply to the 15   3e. 904 SHGs (60.3%) development that will have
new BDCs will be completed by PC. significant impact to economic
3e. 1.500 SHGs
development in selected areas
 
3e. Implementation underway.
The next Vocational Training
activity will be carried out with
a focus on activities related to
infrastructure, after 15 new
BDCs have been formed.

Anda mungkin juga menyukai