Anda di halaman 1dari 17

Target Organ Efek

Toksik
Dibuat Oleh :
Dyah Ayuningtias (I1021171080)
Organ & Toksisitas Selektif

Suatu zat dapat menimbulkan efek toksik dikarenakan


kemampuannya untuk berikatan dengan sistem biologi
tertentu sehingga dapat menyebabkan perubahan biokimiawi
atau struktural baik secara langsung atau tidak langsung yang
dapat mengganggu fungsi dari organ tersebut.
Mekanisme zat untuk dapat menimbulkan efek toksik:
1. Mengikat zat endogen
2. Meniru zat endogen
3. Terakumulasi
4. Memblok masuknya zat-zat yang dibutuhkan sel
Penyebab Terjadinya Selektivitas Organ

Secara umum, toksisitas selektif dari zat kimia terjadi karena:


1. Organ mengakumulasi xenobiotik melalui berbagai jalur transporter
2. Zat toksik merusak zat endogen yang sangat dibutuhkan oleh sistem
biologi
3. Zat toksik mempunyai kemampuan mengikat organ atau bagian
organ sehingga kehilangan fungsinya
4. Organ terpapar xenobiotik lebih banyak dari organ yang lain
5. Organ mempunyai enzim-enzim yang sangat penting dan rentan
terhadap adanya zat asing
6. Organ merupakan tempat metabolisme xenobiotik
7. Organ merupakan tempat ekskresi xenobiotik
Hati (Hepar)

Hati merupakan organ terbesar didalam tubuh manusia dan


menerima semua hasil absorpsi usus lewat pembuluh darah
balik (vena) yang akhirnya akan terkumpul dalam satu vena
besar disebut vena porta.
Didalam vena porta ini berisi banyak nutrien disamping
semua xenobiotik yang berasal dari usus.
Hati juga menerima darah balik dari ginjal.
Akibat dari keadaan anatomi dan faal hati dapat diketahui
bahwa hepato-toksikan akan lebih toksik bagi hepar jika
masuk lewat rute oral dibandingkan melalui rute inhalasi atau
dermal.
Jika xenobiotik yang masuk ke dalam hati melebihi
kemampuan konjugasi, maka senyawa metabolit
intermediet (bersifat reaktif) akan terbentuk dan tidak
dapat dikonjugasi serta bereaksi dengan sel hati
sehingga menyebabkan kerusakan atau kematian sel.
Efek toksik terhadap organ hati tergantung pada sifat
fisika-kimia xenobiotik, dosis yang diterima, dan
lamanya paparan, serta kondisi fisik hepar yang
terpapar.
Hati adalah organ utama yang bertanggungjawab pada
reaksi biotransfromasi. Penyakit hepatitis akut atau
kronis, sirosis hati dan nekrosis hati secara signifikan
dapat menurunkan laju metabolisme xenobiotika.
Hepatotoksisiti

Hepatotoksisiti merupakan keadaan dimana suatu


xenobiotik memiliki daya racun terhadap organ
hepar/hati.
Xenobiotik yang tergolong dalam kelompok ini antara
lain adalah DDT, aflatoksin-B, alilalkohol, acrolein, CCl4,
As, Be, Mn, dan Fe.
Ginjal

Efek toksik terhadap ginjal sangat dipengaruhi oleh faal


ginjal sebagai organ ekskresi baik senyawa eksogen
(xenobiotika) maupun senyawa endogen yang pada
umumnya tidak diperlukan lagi oleh tubuh.
Selain itu, ginjal merupakan salah satu organ yang
memiliki laju aliran darah (perfusi) yang baik sehingga
xenobiotik akan sangat cepat terdistribusi homogen dalam
organ tersebut. Akibatnya ginjal merupakan organ sasaran
utama dari efek toksik.
Zat-zat yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal antara
lain adalah Cd, Mg, Pb, CCl4, kloroform,
tetrakloroetilen, dan bromobenzen yang mempengaruhi
fungsi tubulus dan menyebabkan nekrosis.
Hati dan ginjal memiliki kapasitas lebih tinggi untuk
mengikat zat-zat kimia, antara lain karena adanya
protein khusus metalotiotenin. Protein ini mengikat
logam-logam seperti cadmium dan timbal, sehingga
kadarnya akan tinggi pada organ hati dan ginjal.
Jantung

Jantung sebagai alat pemompa darah ke seluruh tubuh.


Jantung juga merupakan salah satu organ yang memiliki
laju aliran darah (perfusi) yang baik sehingga xenobiotik
akan sangat cepat terdistribusi homogen dalam organ
tersebut.
Gas seperti CO dan metana dapat mengganggu
ketersediaan oksigen sehingga mengganggu metabolisme
dan kerja jantung.
Darah

Darah terdiri dari plasma, sel darah merah, sel darah


putih, dan trombosit.
Transpor xenobiotik intra dan inter organ didalam tubuh
difasilitasi oleh sistem peredaran darah.
Zat toksik dapat mengganggu pembentukan sel darah
maupun fungsi dari sistem ini.
Sel Darah Merah

Kondisi seperti kekurangan asam folat, vitamin B12, besi,


kobalt, dan depresi sumsum tulang belakang menyebabkan
hambatan produksi eritrosit.
Zat kimia seperti surfaktan dapat merusak membran eritrosit,
sehingga dapat menyebabkan kekurangan eritrosit.
CO, nitrit, nitrat, amin aromatis, dan senyawa klorat dapat
mengoksidasi besi yang ada pada Hb membentuk
methemoglobin.
Arsen, metilen blue, naftalen, fenilhidrazin, dan primaquin
dapat mengikat membran eritrosit dan dapat mendenaturasi
hemoglobin.
Sel Darah Putih

Tugas utama dari leukosit adalah melakukan fogositosis


terhadap pecahan-pecahan sel dan mikroorganisme
pathogen.
Zat seperti benzene dan kloramfenikol dapat
menyebabkan proliferasi leukosit yang berlebihan
sehingga mengganggu fungsinya.
Trombosit (Platelet)

Beberapa zat dapat mengganggu proses pembekuan


darah, seperti obat antikanker yang mendepresi sumsum
tulang belakang sehingga mempengaruhi produksi
platelet, warfarin mencegah pembentukan fibrin dan asam
salisilat mengurangi agregasi trombosit.
Sistem Saraf

Fungsi utama sistem saraf adalah mentransmisikan impuls


lewat sel-sel saraf. Sel-sel ini saling terhubung antar
sesama sel saraf atau dengan sel organ seperti otot melalui
suatu sinaps/junction. Stimulus dapat melalui sinaps ini
menggunakan suatu transmitter.
Dengan demikian, terdapat 2 mekanisme zat toksik dalam
meracuni sistem saraf, yaitu:
1. Gangguan pada transmitter
2. Gangguan pada aktivitas keluar-masuknya ion Na dan K
sepanjang akson saraf
Gangguan Neurotransmisi

Zat yang dapat mengganggu penghantaran impuls pada


saraf dapat dikelompokkan kedalam banyak kategori
sebagai berikut:
1. Agen yang menghentikan transmisi
2. Agen yang menyebabkan depolarisasi
3. Agen yang tergolong stimulan
4. Agen yang tergolong depresan
5. Agen yang tergolong antagonis reseptor
6. Agen antikolinesterase
Agen Perusak Sel Saraf

Terdapat 3 kelompok zat perusak sel saraf, yaitu:


1. Perusak lapisan mielin, contoh: sianat, Pb,
heksaklorofen.
2. Agen perusak saraf motorik perifer, contoh: acrylamida,
arsen, karbondisulfida.
3. Neurotoksin penyebab kerusakan otak permanen,
contoh: DDT, Hg, Mn.

Anda mungkin juga menyukai