BY : KELOMPOK 6
- MENIK APRIYANI
- OKTAVIANI
ANDARISTA
- OLIVIA MARYANI
- PUTRI HANDAYANI
- RAFLI MAULANA H
- TAUFIK DWI FAUZY
TOKSIKOLOGI SYSTEM SARAF
Susunan saraf memiliki suatu mekanisme protektif yang unik untuk melindunginya
dari toksikan dalam darah, yaitu sawar darah otak dan sawar darah saraf. Meskipun
demikian, susunan saraf rentan terhadap berbagai jenis toksikan.
Lebih besarnya kerentanan dapat dikaitkan dengan fakta bahwa neuron mempunyai
Neurotoksisitas adalah suatu agen kimia, biologi, atau fisik yang dapat menimbulkan
efek merugikan bagi sistem saraf.
Fungsi dari saraf utama adalah men-transmisikan impuls lewat sel-sel saraf. Sel saraf
yang tersambung dengan yang lain atau tersambung dengan sel organ seperti otot
melalui suatu sinapsis/junction.
KATEGORI EFEK NEUROTOKSIK
Dengan demikian ada dua mekanisme racun saraf, yakni (1) gangguan pada
transmitter, dan (2) gangguan pada aktivitas keluar masuknya ion Na dan K
sepanjang akson saraf, sehingga impuls elektrik terganggu.
Banyaknya fungsi yang hilang akibat kerusakan sistem saraf bergantung pada jumlah
neuron yang rusak dan tingkat kerusakannya
A. NEUROPATI
Unsur-unsur dalam akson misalnya neurofibril, tidak disintetis secara lokal tetapi
pada badan sel dan diangkut sepanjang akson.
Aksonopati proksimal
β-iminodiproprionitril (IDPN) digunakan untuk mempelajari penyakit neuron sensorik
misalnya sklerosis amiotrofik lateral.
Aksonopati distal
Suatu jenis aksonopati distal yang penting disebabkan oleh senyawa organophosphate
tertentu misalnya TOCP (tri-o-kresil phosphat), EPN, dan leptofos. Senyawa ini
menghambat kolinestrase dan juga menyebabkan neuropati lambat.
GANGGUAN PADA KONDUKSI IMPULS
Timbal Pb) adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi.
Keberadaan timbal bisa juga berasal dari hasil aktivitas manusia, unsur Pb digunakan
industri modern sebagai bahan pembuatan pipa air yang tahan korosi, bahan pembuat cat,
baterai, dan campuran bahan bakar bensin tetraetil.
Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air,
serta debu yang tercemar
Pb/ Timbal dapat mempengaruhi Sistem saraf, di mana Pb dapat menyebabkan kerusakan
otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
Paparan Pb dosis tinggi mengakibatkan kadar Pb darah mencapai 80 µg/dL pada orang
dewasa dan 70 µg/dL
Kandungan Pb dalam darah berkorelasi dengan tingkat kecerdasan
manusia. Semakin tinggi kadar Pb dalam darah, semakin rendah
poin IQ.
Timbal mengganggu berbagai organ dan jaringan termasuk
jantung , tulang , usus, ginjal , dan reproduksi dan sistem saraf. Ini
mengganggu perkembangan sistem saraf dan karena itu sangat
beracun kepada anak-anak, menyebabkan berpotensi permanen
belajar dan gangguan perilaku,
Gejala-gejala Keracunan Pb : nyeri perut, kebingungan, sakit kepala,
anemia, lekas marah, dan pada kasus berat kejang , koma, dan
kematian.
Absorbsi Timbal
Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di absorbsi melalui saluran pernapasan akan masuk ke
aliran darah. Masuknya timbal (Pb) ke aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya
larut, volume pernafasan dan variasi faal antar individu
Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh
sebanyak 95% timbal (Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian
timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan
dalam keseimbangan dengan pool timbal (Pb) tubuh lainnya dibagi
menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf,
ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi).
Ekskresi Timbal
Ekskresi timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah
melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urine
sebanyak 75–80%, melalui feces 15% dan lainnya melalui empedu,
keringat, rambut, dan kuku.
Ekskresi timbal (Pb) melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran
aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di
dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu.
Sedangkan Proses eksresi timbal (Pb) melalui ginjal adalah melalui
filtrasiglomerulus.
Efek timbal pada sistem saraf
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal (Pb) dapat berupa
encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang
tubuh dan neuropathy perifer.
Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa.
Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala,
tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan pada
anak.
Otak orang dewasa yang terkena timbale menunjukkan penurunan volume, terutama
di korteks prefrontal . Timbal mempengaruhi sistem saraf perifer (terutama saraf
motorik) dan sistem saraf pusat .
Efek sistem saraf perifer lebih menonjol pada orang dewasa dan efek sistem saraf
pusat yang lebih menonjol pada anak-anak, sehingga anak beresiko besar timbal
neurotoksisitas .
Kadar timbal darah tinggi pada orang dewasa juga berhubungan dengan penurunan
kinerja kognitif dan dengan gejala kejiwaan seperti depresi dan kecemasan.
Bahan kimia sebagai neurotoksikan
Karbon disulfide
Disebut juga ditiokarbonat anhidrida : cairan tak berwarna dengan rumus kimia
CS2. Senyawa ini memiliki bau yang menyengat, seperti bau kloroform. Namun
biasanya senyawa ini terdapat tidak dalam keadaan murni, sehingga berbau busuk
akibat senyawa sulfur lainnya, seperti karbonil sulfida (COS).
Sejumlah kecil karbon disulfida ditemukan pada gas letusan gunung berapi.
Dulunya CS2 diproduksi dengan mereaksikan karbon (atau arang) dengan sulfur
pada temperatur sangat tinggi. Sekarang CS 2 dihasilkan pada temperatur yang lebih
rendah, 600 °C, melibatkan gas alam bersama katalis kiesel gel atau alumina.
NIKEL
I. Polineuropati
Polineuropati adalah kelainan fungsi yang berkesinambungan pada beberapa saraf
perifer di seluruh tubuh.
Penyebabnya:
Bisa karena racun beberapa bakteri, bila racun melukai saraf perifer akan
menyebabkan polineuropati atau mononeuropati.
Gejala :
Kesemutan, mati rasa, nyeri terbakar dan ketidakmampuan untuk merasakan
getaran atau posisi lengan, tungkai dan sendi merupakan gejala utama dari
polineuropati kronik. Penderita tidak bisa merasakan suhu dan nyeri, sehingga
mereka sering melukai dirinya sendiri dan terjadilah luka terbuka (ulkus di kulit)
akibat penekanan terus menerus atau cedera lainnya
Distonia
Kelainan gerakan dimana kontraksi otot yang terus menerus, menyebabkan
gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal.
Gerakan tersebut tidak disadari dan kadang menimbulkan nyeri, bisa mengenai
satu otot, sekelompok otot (misalnya otot lengan, tungkai atau leher) atau
seluruh tubuh.
Penyebab :
- Akibat adanya reaksi terhadap obat tertentu, logam berat atau keracunan karbon
monoksida.
Terjadi karena adanya kelainan di beberapa daerah di otak (ganglia basalis,
talamus, korteks serebri), dimana beberapa pesan untuk memerintahkan
kontraksi otot diolah.
Diduga terdapat kerusakan pada kemampuan tubuh untuk mengolah sekumpulan
bahan kimia yang disebut neurotransmiter, yang membantu sel-sel di dalam otak
untuk berkomunikasi satu sama lain.