Anda di halaman 1dari 42

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KONSEP DAN PRINSIP KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT

Oleh :
KELOMPOK I
MUTHMAINNAH R011191002
NIKMAR011191040
ABRAHAM HEUMASSE R0111910494
JULHAIDIN R011191144
ASPEK ETIK, LEGAL DAN FORENSIK
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Definisi Etik
Etik adalah apa yang seharusnya seseorang berprilaku dan
bertindak dalam hubungannya dengan dirinya sendiri,
orang lain dan lingkungannya. Etik tidak selalu
menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi atau apa
yang dituntut secara hukum. Adanya konflik antara tenaga
kesehatan dan pasien ataupun keluarganya dalam keluarga
pasien sendiri, atau antara sesama tenaga kesehatan
sendiri seringmenjadi suatu tanda yang dinamakan dilema
etik (Kurniati , Trisyani, & Ikaristi, 2018).
2. Kerangka konsep etik untuk pengambilan
keputusan

a. Prinsip-prinsip
 Autonomi (Self-determination)
 Beneficence (meningkatkan kebaikan)
 Nonmaleficence (Tidak merugikan)
 Justice (Keadilan)
 Utility (Kebaikan berasama melampaui keinginan dan kebutuhan
individual)
 Veracity (Kejujuran, mengatakan kebenaran)
 Fidelity (Menepati janji dan bertanggung gugat)
 Condifentiality (Kerahasiaan)
b. Kode Etik
1. Perawat dan Pasien
 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan, menghargai harkat
dan martabat manusia, keunikan pasien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat, dan
kelangsungan hidup beragama dari pasien.
 Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan.
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
2. Perawat dan Praktik

 Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang


keperawatan melalui belajar terus-menerus.
 Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang
tinggi desertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi
seseorang bila melakukan konsultasi menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain.
 Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
3. Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

4. Perawat dan Teman Sejawat


 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan
tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
 Perawat bertindak melindungi pasien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

5. Perawat dan Profesi


 Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
 Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.
 Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara
kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
3. Aspek legal atau aturan hukum
untuk perawat gawat darurat

 Undang-undang keperawatan
Undang-undang keperawatan dibuat dengan tujuan untuk :

1. Melindungi masyarakat

2. Menentukan dan membatasi praktik keperawatan

3. Memberikan pedoman bagi ruang lingkup praktik keperawatan

4. Menetapkan standar keperawatan

5. Memungkinkan penjatuhan tindakan displiner


 UUK Indonesia disyahkan tanggal 17 oktober 2014, sebagai
landasan hukum dalam pengaturan keperawatan dengan
tujuan:

1. Meningkatkan mutu perawat

2. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

3. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum


kepeada perawat dan klien, dan

4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat


 Kerahasian informasi pasien
Di Indonesia, pengaturan tentang kerahasiaan
informasi pasien diatur sejak dalam peraturan pemerintah
Nomor 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia
kedokteran, yang kemudian diatur dalam peraturan Mentri
Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang rekam medis.
UUK juga mengatur tentang hak pasien yang salah satunya
adalah harus dijaga kerahasiaan kondisi kesehatannya
(Kurniati , Trisyani, & Ikaristi, 2018).
4. Forensik Keperawatan Gawat Darurat

a. Dasar dari Forensik


Forensik berkaitan dengan hukum, khususnya untuk analisis ilmiah dari
bukti.Sementara asal mula forensic berawal pada zaman yunani kuno, dan saat
telah berkembang area spesialis.Tipe dari bukti-bukti khusus yaitu termasuk
benda atau asset milik pasien, benda-benda asing yang dikeluarkan dari pasien
atau pakaian pasien, dengan organ atau jaringan yang diambil dari pasien yang
digunakan sebagai informasi saat menuju pengadilan untuk membuktikan atau
menyangkal fakta (Kurniati , Trisyani, & Ikaristi, 2018).
b. Klasifikasi Bukti-bukti
1. Trace evidence
2. Bukti fisik
3. Bukti sementara
4. Bukti-bukti berpola

c. Kegunaan Bukti-bukti Forensik


Situasi perawatan medis dengan implikais hukum didefinisikan sebagai kasus medikolegal, seperti
kematian yang mencurigakan atau kejahatan yang berhubungan dengan kecelakan dipandang
sebagai kasus medikolegal.

d. Pengumpulan dan Pemeliharaan Bukti


Sementara tanggung jawab utama untuk bukti forensic sedang diselidiki oleh lembaga penegak
hukum, perawt IGD dapat membantu dalam pengumpulan bukti forensic.Ketika korban datang
dengan terluka berat atau dalam keadaan kritis, kebutuhan utama yang menjadi prioritas adalah
intervensi lifesaving atau penyelamatan nyawa dengan menunda terlebih dahulu pengumpulan
bukti-bukti forensic (Kurniati , Trisyani, & Ikaristi, 2018).
CONTOH BUKTI YANG DITEMUKAN DI RUMAH SAKIT
Trace Fisik Transient Patterned
1. Sidik jari 1. Pakaian 1. Bau 1. Percikan darah
2. Rambut 2. Peluru dan proyektif 2. Suhu 2. Fragmen kaca
3. Serat 3. Darah, bekas lumuran 3. Asap 3. Tanda lelah
4. Kaca darah 4. Lekukan atau bekas 4. Pola luka
5. Pecahan cat 4. Rambut dari api atau 5. Area lintasan peluru
6. Contoh tanah 5. Serat cahaya dan proyketif
7. Material tumbuh- 6. Knivers
tumbuhan 7. Bekas/penilaian atau
8. Sisa tembakan cidera pada pasien
9. Sisa bahan peledak 8. Potongan kecil
10.Volatie material seperti
hydrocarbons fragmen, loga, kaca,
cat dan kayu
Situasi-situasi yang memerlukan pengumpulan
bukti di Unit Gawat Darurat

 Pidana /permintaan hukum untuk darah dan urine specimen yang berkaitan
dengan alcohol atau obat terlarang
 Abuse atau kekerasan pada anak atau pelantaran
 Mati terbakar
 Kematian terkait kecelakan pesawat, kereta api, dan transportasi lainnya
 Abuse/ kekerasan atau pelantaran pada orang catat atau disabel orang
dewasa
 Kekerasan seksual
 Kematian karena trauma
 Kematian tak terduga dan tak bisa dijelaskan
Prinsip pengelolaan dan pengumpulan

 Selalu gunakan sarung tangan selama memegang seluruh pengumpulan bukti. Ganti
sarung tangan sesering mungkin ketika pengumpulan bukti dan pegawai RS harus
menggunakan APD.
 Jika memungkinksn jangan memotong, merobek, mengoyak untuk mengambil sesuatu
melalui robekan lubang. Periksa darah, bercak darah, cairan tubuh, residu dari
tembakan atau elemen jejak.
 Tempatkan semua bukti-bukti yang sudah terkumpul dalam kantung keras atau dalam
kotak kardus, beri label pada tempat bukti-bukti tersebut meliputi identitas pasien.
 Tempatkan setiap pakaian setelah dilepas perlahan. Simpan setiap benda dalam
kantung kertas yang terpisah untuk menghindari adanya kontaminasi satu yang lainnya.
 Amankan semua bukti yang didapatkan dan tempatkan dalam lokasi sudah ditentukan
oleh lembaga bersangkutan sampai diambil oleh tim penyelidik.
Lanjutan…….

 Untuk pernyataan mengenai pengumpulan bukti, pemeliharaan, dan pendokumentasian


dari bukti-bukti yang diperoleh dari pasienyang sudah meningga dirujuk kepada lembaga
penegak hukum , pemeriksa medis yang bertugas memeriksa kematian dan kekerasan
 Pertanyaan yang melibatkan pasien yang masih hidup harus diserahkan kepada lembaga
penegak hukum yang sesuai
 Jika pasien dinyatakan meninggal pada saat datanh ke IGD dan tidak diresusitasi:
1. Jangan lepaskan pakaian
2. Tutupi pasien dengan kain putih sampai pemeriksaan forensic betul-betul lengkap
3. Jangan berikan atau menukar barang-barang pasien kepada keluarga pasien atau
orang terdekat dengan pasien yang lainnya sebelum penegak hukum yang berwenang
datang dan memberikan persetujuan
4. Beritahu lembaga penegak hukum dan pemeriksa medis bagian forensic
5. Letakkan kantung kertas diatas kedua tangan pasien. Hal ini akan menjaga bukti-
bukti lain yang potensial dari tangan atau kuku pasien
6. Bungkus peluru dalam kassa untuk memelihara bukti jejak dan tempatkan pada
amplop, bungkusan atau mungkuk. Janagn sentuh dengan bahan metal.
Mengumpulkan Bukti dari Materi Biologis

 Jangan lepaskan APD termasuk masker dan pelindung mata. Ganti sarungan
tangan dengan sering
 Kirim sampel biologis atau laboratorium dari barang bukti pada laboratorium
yang tepat sesuai dengan petunjuk hukum
 Gunakan kemasan khusus pada substansi atau agen yang terlibat
 Ambil foto dari bercak darah untuk agen investigasi
 Tempatkan serpihan darah yang sudah mongering dalam amplop atau kantung
kertas
 Jangan mencampur bukti sampel
 Jika diminta, bantu asistensi untuk penyidik dengan kumpulan barang bukti
lain
Menangani dan Menempatkan Barang Bukti

 Mendokumentasikan Barang Bukti

 Membuat Gambar, Sketsa, dan Diagram dari Kecelakan

 Dokumentasi Berupa Fotografi

 Pertanggung jawaban legal ketika barang bukti


dikumpulkan
SISTEM PELAYANAN GAWAT DARURAT
TERPADU (SPGDT)

Pengertian
Sistem pelayanan gawat darurat terpadu (SPGDT) adalah sebuah sistem
penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra
Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan
berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb
saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus,
petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem
komunikasi( kemenkes,2013).
Tujuan SPGDT

SPGDT bertujuan memberikan pertolongan


pertama kasus kegawat daruratan medis, memberikan
bantuan rujukan ke Rumah Sakit yang tersedia,
mengkoordinasikan pelayanan informasi penanganan
medis yang terjadi pada pasien sebelum mendapatkan
pelayanan medis di Rumah Sakit.
Jenis-Jenis SPGDT
 SPGDT-S (Sehari-hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat
yang saling terkait yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit, di
Rumah Sakit, antar Rumah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem yang
bertujuan agar korban/pasien tetap hidup

 SPGDT-B (Bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah
Sakit dan Rumah Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat
terpadu sebagai khususnya pada terjadinya korban massal yang
memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-hari
dan bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak
banyaknya.
Koordinasi

 Kesehatan - non kesehatan

 Antar ksehatan – ABRI, POLRI, swasta, pemerintah

 Intra kesehatan – puskesmas – rumah sakit

  Organisasi Penanggulangan Bencana


Penanggulangan bencana memerlukan
manajemen pada tahapannya, yaitu:

1. Tahap Persiapan (Preparedness) 2. Tahap Akut (Acute response)

 Pengembangan SPGDT
 Rescue – triage
 Pengembangan SDM
 Acute medical response
 Pengembangan Sub sistem Komunikasi
 Emergency relief
 Pengembangan Sub sistem
Transportasi  Emergency rehabilitation
 Latihan Gabungan
 Kerjasama lintas sector
Alur penanggulangan bencana
Berikut ini label triage dan keterangan
tindakan yang harus dilakukan:
 Merah :Segera Ditanggulangi terlebih dahulu karena   Mengancam Jiwa

 Kuning :Boleh Ditangguhkan   Keadaan tidak mengancam Jiwa Segera


ditangani bila yang mengancam Jiwa sudah teratasi

 Hijau : Boleh ditunda & Rawat Jalan karena Tidak Membahayakan Jiwa

 Hitam :Boleh Diabaikan & Ditinggalkan dan dapat  diurus paling akhir dan


telah dipastikan  Sudah tidak ada tanda-tanda vital atau Usaha-usaha
pertolongan amat sangat kecil keberhasilannya
PASIEN SAFETY DALAM KONDISI KGD

Definisi

Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud


dengan patient safety (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit
yang memberikan pelayanan kepada pasien secara aman termasuk didalamnya
pengkajian mengenai resiko, identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti
insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya
risiko.
Tujuan patient safety

Tujuan penerapan sistem patient safety di rumah sakit antara lain:

 Terciptanya budaya patient safety dirumah sakit

 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan


masyarakat.

 Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)

 Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi


pengulangan KTD
Indikator patient safety

 Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike


medication names).
 Pastikan Identifikasi pasien
 Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
 Kendalikan cairan elektrolit pekat
 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
 Hindari salah cateter dan salah sambung gelamng
 Gunakan alat injeksi sekali pakai
 Tingkatkan kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial (WHO, 2007
dalam Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).
Sasaran patient safety

Enam sasaran patient safety dalam sistem akreditasi yang mengacu pada
standar Joint commission International (JCI)adalah tercapainya hal-hal
sebagai berikut (Kemenkes RI, 2011) :
 Mengidentifikasi Pasien dengan Tepat
 Meningkatkan Komunikasi yang Efektif
 Peningkatan Keamanan Obat yang Membutuhkan Perhatian
 Mengurangi Risiko Salah Lokasi, Salah Pasien dan Tindakan Operasi
 Mengurangi Risiko Infeksi
 Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Standar Patient Safety
Menurut PERMENKES Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Patient safety Rumah Sakit harus ada

beberapa standar yang wajib dimiliki oleh Rumah Sakit dalam menjalankan program patient safety.

 Ketentuan tentang hak pasien

 Mendidik pasien dan keluarga.

 Patient safety dan kesinambungan pelayanan

 Rumah sakit mesti mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan

mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan

perubahan untuk meningkatkan kinerja serta patient safety

 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan patient safety.

 Mendidik staf tentang patient safety.

 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai patient safety.


Unit Gawat Darurat

Unit Gawat Darurat (UGD) adalah suatu unit di dalam rumah


sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang
menderita sakit dan cedera yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya. 
Sifat pasien yang mendapatkan perawatan di
UGD adalah sebagai berikut :

 Perlu mendapatkan pertolongan segera, cepat, tepat, dan aman

 Mempunyai masalah patologis, psikologis, lingkungan, dan keluarga

 Perlu mendapatkan informasi secara cepat dan tepat


Pasien yang mendapatkan perawatan di UGD, diklasifikasikan
berdasarkan kondisi atau keadaan jasmani pasien. Klasifikasi
tersebut meliputi :

 Pasien TGDG “false emergency” (Label Hijau)


Merupakan pasien yang memerlukan tindakan medis tidak segera
 Pasien DTG (Label Kuning)
Merupakan korban tidak gawat tetapi memerlukan pertolongan medik untuk mencegah keadaan yang lebih
gawat atau mencegah cacat.
 Pasien GD (Label Merah)
Merupakan korban yang berada dalam keadaan nyawa terancam apabila tidak memperoleh pertolongan
dengan segera.
 Pasien GTD (Label Putih)
Merupakan pasien dalam keadaan parah yang tidak memiliki harapan atau harapan yang tipis jika diberikan
pertolongan.
 Pasien yang meninggal atau death on arrival (Label Hitam)
Aplikasi patient safety dalam unit gawat darurat
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

 Fasilitas yang terdapat dalam UGD terlah tersedia dengan lengkap.


 Peralatan medis yang terdapat pada UGD adalah alat yang steril.
 Menggunakan alat injeksi sekali pakai.
 Petugas medis harus menerapkan komunikasi antar petugas dengan baik saat
melakukan serah terima pasien sehingga tidak terjadi kesalahan saat
melakukan tindakan kepada pasien.
 Petugas medis harus mampu mengatasi pasien secara cepat dan tepat.
 Petugas medis harus memiliki kognitif yang baik dalam menangani pasien.
 Petugas medis wajib melaksanakan prosedur aseptik mencegah infeksi
nosokomial
TRIASE EMERGENCY
Pengertian Triase
 Triase sendiri berasal dari bahasa bahasa Prancis yaitu trier, dan dalam bahasa Inggris
triage kemudian diartikan kedalam bahasa Indonesia yang berarti triase yang memiliki arti
sortir. Jadi triase merupakan suatu proses khusus yang memilah pasien berdasarkan
beratnya suatu cidera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan atau tindakan
gawat darurat.

 Triage atau triase juga bisa diartikan sebuah pengelompokan penderita berdasarkan pada
beratnya cidera yang dialami dan lebih diprioritaskan dengan kondisi ada tidaknya
ganguaan pada airway, breathing, dan circulation pasien, dengan mempertimbangkan
sarana, sumber daya manusia, dan probalitas hidup pasien (Wijaya, 2019).
Huruf atau angka yang sering digunakan dalam klasifikasi
triage atau triase ini adalah sebagai berikut (Dewi, 2011):

 Prioritas 1 atau emergency

 Prioritas 2 atau urgent

 Prioritas 3 atau nonurgent


Tujuan triase

 Mencari kondisi yang mengancam nyawa.

 Mengutamakan pasien yang dilihat dari kondisi


kekuatannya.

 Setelah melakukan pengkajian kita harus menempatkan


pasien sesuai dengan keakutannya atau kegawatannya.

 Mencari data yang lebih detail tentang keadaan pasien


Triase sendiri memberlakukan sistem prioritas yaitu prioritas dalam menentukan
atau menyeleksi pasien mana yang harus mendapat pertolongan sesegera
mungkin yang mengacu pada tingkatan yang mengancam jiwa pasien dengan
seleksi pasien (Gustia & Manurung, 2018) :

 Ancaman jiwa yang dapat mengancam hidup pasien dalam hitungan detik.

 Pasien dapat meninggal dalam hitungan detik.

 Trauma ringan.

 Dan pasien yang sudah meninggal


Metode Simple Triage and Rapid Treatment (START)

Metode Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah sebuah metode yang dikembagkan
untuk melakukan sebuah pertolongan pertama yang bertugas dalam memilah pasien pada saat ada
korban musibah atau bencana dengan waktu 30 detik atau kurang berdasarkan tiga pemeriksaan
primer seperti berikut:

 Respirasi

 Perfusi (mengecek nadi radialis)

 Status mental
Pasien dapat diklasifikasikan menjadi
berikut:

 Korban kritis atau immediate


 Pasien Delay atau tertunda
 Korban yang terluka tetapi masih dapat berjalan
 meninggal
Australasia Triage Scale (ATS)
Berikut ini adalah table dari Australasia Triage Scale (ATS) (Sheehy, 2010):
Level Waktu Presentase Contoh
Tunggu Kinerja
Tindakan

1. Immediately life Segera 100 Henti napas atau henti


threatening jantung
(langsung
mengancam
nyawa
2. Imminently life 10 menit 80 Nyeri dada, strindor
threatening
(tidak langsung
mengancam
nyawa)
3. Potentially life 30 menit 75 Penurunan berat,
threatening penurunan imun
(berpotensi dengan demam
mengancam
nyawa)
4. Potentially 60 menit 70 Nyeri abdomen
serious
(berpotensi
lebih parah)
5. Lass urgent 120 menit 70 Luka minor
(tidak parah)
Canada Triage Scale (CTS)
Berikut ini tabel triage dengan skala akuitas di Kanada (Dewi, 2011) :
Tingkat Waktu Perawat Waktu Dokter Respons
Langsung

Resusitasi Langsung Langsung 98%

Gawat Langsung <15 menit 95%


darurat

Darurat <30 menit <30 menit 90%

Biasa <60 menit <60 menit 85%

Tidak <120 menit <120 menit 80%


gawat
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai