Anda di halaman 1dari 112

Modern Diagnostic

Imaging
in Dentistry
Departemen Radiologi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
Kemampuan yang diharapkan :
• Mengetahui berbagai jenis perangkat
diagnostik modern di bidang kedokteran
gigi.
• Mengenali hasil pemeriksaan berbagai
jenis perangkat diagnostik modern
• Mengetahui indikasi berbagai perangkat
diagnostik modern
• Mengetahui keuntungan dan kerugian
(hasil pemeriksaan & radiasi )
Konvensional  Digital

• Inovasi IPTEK di bidang Radiologi Diagnostik,


 perkembangan pesat di bidang radiografi
kedokteran gigi

• Sejalan dengan perkembangan IPTEK


 pesatnya teknologi komputer
 Pemeriksaan radiografik kedokteran gigi juga
sudah mulai bergeser ke arah teknologi digital
Digital radiography ?  Analog vs Digital
 Radiograf konvensional adalah medium analog yang
spektrum densitasnya dipengaruhi oleh perbedaan
jumlah dan distribusi endapan logam perak (Ag) pada
permukaan lembaran seluloid film.
 Digital image adalah ‘data gambar’ dalam bentuk numerik
yang bersifat diskrit (discrete), yang berpengaruh pada
distribusi ‘pixel’ (elemen gambar) dan perbedaan shades
of gray dari setiap pixel tersebut.
 Untuk dapat menghasilkan digital image, dibutuhkan
proses Analog to Digital Conversion (ADC), pada
image receptor (detektor sinar-X).

 Berbeda dengan proses digitasi (digitization) yang


menghasilkan digitized image / digitized radiography
yang merupakan hasil pemindaian (scanning)
- Banyak informasi hilang (second generation)
- sangat tergantung jenis scanner  spesifikasi harus
perhitungkan
Detektor digital
Image receptor pengganti film radiografi

- Imaging plate (Photostimulable Phosphor Plates)


- CCD (Charge-Coupled Device)
Film radiografik vs Detektor digital
Lembaran plastik transparan cellulose acetat
Dilapisi emulsi kimia yang peka S – X :
kristal AgBr.
Skematik CCD
Imaging Plate : Photostimulable Phosphor Plate (PSP)
• Pengaturan contrast & brightness
• Tampilan histogram densitas obyek
• Pseudo 3 D
• Pembesaran gambar secara keseluruhan
atau fokus pada regio tertentu
• Pengukuran langsung pada digital image
• Pengukuran sudut
Subtraction Technique

• Kemampuan subtraksi dalam piranti lunak


radiografi digital jenis tertentu,
dimungkinkan untuk menghitung besarnya
perubahan pada tulang yang terjadi
secara tepat, misalnya penurunan atau
peningkatan densitas tulang, juga
besarnya kehilangan tulang marginal di
sekitar implan gigi
a b c

Radiograf periapikal evaluasi hasil perawatan implan gigi dengan


teknik subtraksi. a. Radiograf awal b. Radiograf setalah perawatan
c. Radiograf hasil subtraksi
Computed Tomography (CT)

• Godfrey Hounsfield (1972) :


• Memperkenalkan imaging technique
yang menggunakan teknologi komputer untuk
rekonstruksi gambaran tomografi dengan perhitungan
matematika kompleks (Alan Cormack,1960) sehingga
didapatkan hasil gambaran potongan melintang
(crossectional images) dari berbagai bagian tubuh.
 Konsep dasar 3D
Di Bidang Kedokteran Gigi :
• CT-Scan makin banyak digunakan untuk melihat
berbagai kelainan kompleks di regio
maksilofasial.
• Diagnosis dan melihat perluasan :
infeksi rahang, kista, neoplasma jinak – ganas,
trauma di regio maksilofasial.
• Reformated CT provides layer of images in axial as
well as crossectional of the structure of interest,
in all 3 dimension
• Measurement between the alveolar crest and wall of
mandibular canal in CT image were 94% accurate
• Important issue : high cost and radiation dose !
• DICOM - Digital Imaging and
COmmunications in Medicine) for
communications between medical imaging
devices, for network communications and
incorporates object-oriented design
concepts.
Linier 3D Imaging (CT Scan)
 3 D Volume Imaging:
• Dengan makin berkembangnya teknologi
digital dan kebutuhan perawatan yang
komperhensif maka saat ini teknologi
pencitraan diagnostik telah bergeser ke
arah dimensional volume imaging
• Recently has developed 3-D imaging
devices specifically for dental purposes
using cone-beam computerized
tomography. This technology allows for 3-D
imaging similar to CT, but at lower
equipment cost, simpler image acquisition
and lower patient radiation dose.
Cone Beam CT

• Cone Beam 3-D images provide high-


definition, three dimensional, digital
data on precise anatomical information
of all oral and maxillofacial structures
• CT Scanner :
X-Ray linear detector
in Gantry
Fan Shaped X-Ray Beam

• CBCT :
X-Ray  2-D area detector
3-D X-Ray Beam + circular colimation
 Cone Beam
Crossectional, Frontal & Sagital Image
High Resolution
MIP View
(Maximum Intensity Projection)
3-DVR™ (3-D Volume Rendering Software)
3-DVR™ (3-D Volume Rendering Software)
Radiation Dose
• CT delivers a relatively large dose of ionizing radiation
• Because the number and thickness of slices influence
the total dose to the patient,in CT exam should be limited
to the arch where the implants are anticipated.
• Single Periapical 10Sv
• Panoramic 26Sv
• Full mouth survey 150Sv
• CT mandible 761Sv
• CT maxila 104Sv
• Per slice tomography 1-30Sv
 i-CAT 20 second scan: 68 uSv
Exposure is in “Pulsed” mode, actual exposure time
is about 3.5 seconds for a 20 second scan
 i-CAT 10 second scan: 34 uSv
 Medical CT 1200-3300 uSv
MRI
(Magnetic Resonance Imaging)
• MRI use Non Ionizing Radiation from
Radiofrequency (RF) band of the
electromagnetic spectrum
• Patient is palced inside a large magnet,
wich induces a relatively strong external
magnetic field
• The theory of MRI is based on the
magnetic properties of an atom
• For imaging soft tissue
MRI di bidang Kedokteran gigi sering digunakan
untuk evaluasi TMJ
Ultrasonography (USG)
• First choise imaging
modality for soft tissue
investigation for face &
neck, particularly of
salivary glands
• Also for detecting solid and
cystic soft tissue masses
• Non invasive investigation
that uses very high
frequency (7.5-20Mhz)
pulsed ultrasound beam
Transducer • Ultrasound travels through
the body
• Some of it is`reflacted back
by tissue interfaces to
produce echoes
• Picked up by the same
transducer
• Converted into an electrical
signal
• Into a real time black,white
and grey visual echo
picture, displayed on
computer screen
Radioisotope Imaging
(Scintigraphy)
• Relies upon altering the patient by making the
tissues radioactive and the patient becoming the
source of ionizing radiation.
• Injecting certain radioactive compound into patient
that have an affinity for particular tissues – target
tissue
• Radioactive compound  concentrated in target
tissue and their radiation emissions are then
detected and imaged using Gamma Camera
Several radiosoptopes are use in
conventional nuclear medicine, depending
on the organ or tissue under investigation

• Technetium (99mTc) – Salivary Gland,


thyroid, bone, blood, lung, and heart
• Gallium (67Ga) – tumours and inflamation
• Iodine (123I) – thyroid
• Krypton (81K) – lung
Main indications in head & neck

• Tumor staging
• Salivary gland function
• Evaluation of bone grafts
• Condylar hyperplasia
• Thyroid
• Brain scan
Further development of radioisotop imaging

• Single Photon Emission Computed


Tomography (SPECT)
• Positron Emission Tomography (PET)
Scan  Bone Scan
Historical Milestone

1895: WC Roentgen

M – P Curie
Radioisotop
Radiodiagnostik/ Imaging
Diagnostik
Radioterapi/ Radiation
Oncology
Kedokteran Nuklir/ Nuclear
Medicine
RADIOTERAPI
Definisi:
Pengobatan penyakit kanker
dengan radiasi pengion

Kematian Sel / Jaringan:


1. Kematian langsung akibat interaksi
antara DNA dan sinar pengion
2. Kematian tidak langsung karena
terbentuknya radikal bebas dari
molekul air sekitar kromosom
RADIOTERAPI
Tujuan Radioterapi:
Mematikan jaringan kanker
sebanyak banyaknya,
tetapi cedera yang timbul
pada jaringan sehat
diusahakan seminimal
mungkin
(rasio terapeutik)
THERAPEUTIC-RATIO
RADIOSENSITIVE TUMORS
RADIORESISTANT TUMORS
RADIOTERAPI
Respons jaringan kanker terhadap
radiasi:
 radiosensitif: dosis 30 – 40 Gy
limfohematologi: leukemia, limfoma; sel
benih: seminoma testis, disgerminoma;
embrional: retinoblastoma, tumor Wilms
(ginjal)
 radioresponsif: dosis 40 – 66 Gy
kanker payudara, leher rahim, nasofaring,
kulit
 radioresisten: dosis di atas 70 Gy
sarkoma kulit, tulang, melanoma
RADIOTERAPI
• METODE PEMBERIAN:

RADIASI EKSTERNA
bila terdapat jarak antara sumber
radiasi dengan obyek

BRAKHITERAPI
sumber radiasi dipasang pada
jaringan kanker
External Radiation
PERENCANAAN TARGET DAN DOSIS
RADIASI
RADIOTERAPI
• Sumber Radiasi Eksterna:
radioisotop:60 Co; 137 Cs
sinar dibangkitkan: foton;
sinar X; elektron; neutron; proton;
p-meson
• Sumber Brakhiterapi:
226Ra; 60Co; 137Cs; 192Ir;
125I; 133I; 99Sr;
• Radiasi eksterna:
Meliputi tumor • Brakhiterapi:
primer dan jaringan
sehat sekitarnya. Terbatas hanya
Mencakup kelenjar pada tumor
getah bening primer.
regional.
Dosis harus
Dosis dapat
dibatasi. maksimal.
RADIOTERAPI
• Radiasi eksterna: • Kombinasi
leher rahim; radiasi:
payudara;
(eksterna + br.t)
nasofaring &
kepala- leher; paru; leher rahim;
kulit; limfoma payudara;
(kgb); prostat; prostat; lidah
Fasilitas Radioterapi
 Poliklinik rawat jalan dan Inap
 Simulator
 Mould room [kamar cetak]
 Fisika [treatment planning system=TPS]
 Radiasi eksterna [linear accelerator;
kobalt]
 Brakhiterapi [gammamed; microselectron]
TERAPI KOMBINASI
RADIOTERAPI
• kombinasi radioterapi dengan pembedahan:
prabedah, pascabedah, intraoperatif,
pra & pasca
• kombinasi radioterapi dengan khemoterapi:
ajuvan, neoajuvan
TERAPI KOMBINASI RADIOTERAPI
• Prabedah: untuk mengecilkan jaringan
tumor sehingga memudahkan operasi;
menghindari metastasis‘iatrogenic’;
pada K.SPN; K. lidah;
• Pascabedah: ‘membersihkan’ daerah
operasi dan atau kgb regional untuk
cegah kambuh lokal; pada K.payudara,
K. leher rahim; K. rektum; K. kulit.
• Kombinasi pra dan pasca (sandwhich)
• Intrabedah: pada K. dengan lokasi sulit:
Pankreas
KOMBINASI RADIASI – BEDAH:
beberapa indikasi
• Prabedah: tumor besar;
• Pascabedah: tepi sayatan operasi masih
mengandung sel tumor ganas; kgb
regional yang mengandung metastasis
• Intrabedah: tumor yang anatomis ‘sulit’
KOMBINASI RADIOTERAPI
dengan KHEMOTERAPI

Sebagai ajuvan / neo ajuvan


• Untuk mengecilkan tumor
• Untuk mencegah metastasis jauh

Sebagai radiosensitizer
• Meningkatkan kepekaan sel tumor
• Mencegah metastasis jauh
Adjuvant Therapy
• Adalah pengobatan yang diberikan
sebagai tambahan pengobatan setelah
operasi. Tujuannya untuk mengurangi
resiko kanker untuk kambuh.
• Adjuvant theraphy antara lain : Terapi
Radiasi, Chemotherapy
Adjuvant Therapy
• TERAPI RADIASI. Terapi ini
menggunakan X-ray berenergy tinggi atau
partikel lain untuk membunuh sel kanker.
Terapi ini diberikan secara regular
perminggu. Tujuannya adalah : mematikan
sel kanker yang mungkin masih ada /
tertinggal disekitar area tumor yang sudah
dioperasi, mengecilkan ukuran tumor
sebelum kemudian dioperasi, agar
memudahkan pada saat pengangkatan.
Neoadjuvant Therapy
• Chemotherapy, bisa diberikan sebagai
neoadjuvant therapy ( diberikan sebelum
diadakan operasi, tujuannya adalah untuk
mengecilkan tumor yang besar,
mengeringkan luka kanker akibat kanker
yang sudah pecah ), atau adjuvant therapy
(diberikan setelah operasi, untuk
mengurangi kekambuhan ).
KOMBINASI RADIASI EKSTERNA DAN
BRAKHITERAPI
• Radiasi Eksterna: mencakup tumor primer
dan kgb regional, tetapi ada limitasi dosis
karena terikut sertanya jaringan vital yang
mempunyai toleransi radiasi rendah.
Misalnya kel. parotis pada radiasi KNF;
Brakhiterapi: dapat diberikan dosis
maksimal pada target tetapi minimal pada
jaringan sehat sekitarnya.
• Kombinasi akan memberikan hasil optimal
PERSIAPAN PRARADIASI
• Umum:
keadaan umum: Hb; leukosit; trombosit
psikologik: daya tahan moril untuk
pengobatan jangka panjang
• Lokal:
kepala – leher: konsultasi gigi – mulut;
kebersihan mulut; kemungk. Infeksi
jamur; hindarkan xerostomia, ORN.
RADIOTERAPI:
EFEK SAMPING AKUT DAN LANJUT
• ES umum: pada umumnya akut dan
berhubungan dengan KU; lelah, lesu, nafsu
makan menurun.
• ES lokal berlangsung akut dan kronis
 akut: pada umumnya dapat diatasi dengan th/
simptomatik. Stomatitis, hiperpigmentasi kulit, diare
ringan, pneumonitis radiasi,
 kronis: timbul bbrp bulan setelah radiasi.
Terjadinya jaringan fibrotik, xerostomia,
perdarahan per anum.
PENYAKIT KANKER DI
INDONESIA
• DepKes RI: Per tahun dijumpai kasus
kanker baru 100/100.000 populasi
• Angka tersebut meningkat: - populasi
penduduk ; D/ tools makin canggih;
polutan >; penyuluhan tentang peny. ini.
• Di negara maju 55% kasus kanker
memerlukan radiasi, negara berkembang
70 – 80% (kuratif dan paliatif)

Anda mungkin juga menyukai

  • Compile PBL 6 SK 1
    Compile PBL 6 SK 1
    Dokumen128 halaman
    Compile PBL 6 SK 1
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen8 halaman
    SK 1
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Form Who
    Form Who
    Dokumen12 halaman
    Form Who
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Mandala of Health
    Mandala of Health
    Dokumen2 halaman
    Mandala of Health
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Logbook Ikgmp SK 2
    Logbook Ikgmp SK 2
    Dokumen6 halaman
    Logbook Ikgmp SK 2
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • IKGMP - Skenario 1 PBL 4
    IKGMP - Skenario 1 PBL 4
    Dokumen163 halaman
    IKGMP - Skenario 1 PBL 4
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 7
    Kuliah 7
    Dokumen5 halaman
    Kuliah 7
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 3
    Kuliah 3
    Dokumen6 halaman
    Kuliah 3
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 6 Fix
    Kuliah 6 Fix
    Dokumen4 halaman
    Kuliah 6 Fix
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 6 Fix
    Kuliah 6 Fix
    Dokumen4 halaman
    Kuliah 6 Fix
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 2
    Kuliah 2
    Dokumen9 halaman
    Kuliah 2
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 1
    Kuliah 1
    Dokumen12 halaman
    Kuliah 1
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 4
    Kuliah 4
    Dokumen5 halaman
    Kuliah 4
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 4
    Kuliah 4
    Dokumen5 halaman
    Kuliah 4
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 3
    Kuliah 3
    Dokumen6 halaman
    Kuliah 3
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Dhjwgekjqwke
    Dhjwgekjqwke
    Dokumen3 halaman
    Dhjwgekjqwke
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 1
    Kuliah 1
    Dokumen12 halaman
    Kuliah 1
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • IPTEKDOKGI Pertemuan 2
    IPTEKDOKGI Pertemuan 2
    Dokumen1 halaman
    IPTEKDOKGI Pertemuan 2
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kuliah 2
    Kuliah 2
    Dokumen9 halaman
    Kuliah 2
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 1 13-2
    Pertemuan 1 13-2
    Dokumen1 halaman
    Pertemuan 1 13-2
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • IPTEKDOKGI Pertemuan 2
    IPTEKDOKGI Pertemuan 2
    Dokumen1 halaman
    IPTEKDOKGI Pertemuan 2
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 1 13-2
    Pertemuan 1 13-2
    Dokumen1 halaman
    Pertemuan 1 13-2
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Resume Interpretasi PJJ Kamis 20 Mei 2021
    Resume Interpretasi PJJ Kamis 20 Mei 2021
    Dokumen7 halaman
    Resume Interpretasi PJJ Kamis 20 Mei 2021
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kjandlkwq
    Kjandlkwq
    Dokumen3 halaman
    Kjandlkwq
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Djhwdielqwkleo
    Djhwdielqwkleo
    Dokumen6 halaman
    Djhwdielqwkleo
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Djhwdielqwkleo
    Djhwdielqwkleo
    Dokumen6 halaman
    Djhwdielqwkleo
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Jkhdlsajkawd
    Jkhdlsajkawd
    Dokumen3 halaman
    Jkhdlsajkawd
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Resume - Widi Marsha Fadila
    Resume - Widi Marsha Fadila
    Dokumen8 halaman
    Resume - Widi Marsha Fadila
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat
  • Kjandlkwq
    Kjandlkwq
    Dokumen3 halaman
    Kjandlkwq
    Widi Marsha Fadila
    Belum ada peringkat