SK 1
Epidemiologi Oral
TERMINOLOGI
EPIDEMIOLOGI
ORAL
DEFINISI KESEHATAN
ORAL
(WORLD HEALTH ORGANIZATION,
2008)
Kesehatan oral merupakan suatu kondisi terbebasnya penyakit mulut kronis dan
nyeri wajah, kanker mulut dan tenggorokan, defek sejak lahir seperti celah bibir
dan palatum, penyakit periodontal, gigi berlubang , gigi hilang dan berbagai
penyakit dan kelainan yang mempengaruhi mulut dan kavitas oral.
ETIMOLOGI
EPIDEMIOLOGI:
Epidemiologi berasal dari kata yunani :
epi “pada”, demos “penduduk”, logos “ilmu”.
Secara etimologi, epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu pada penduduk
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
(LAST, 2001)
Epidemiologi merupakan studi distribusi dan determinan status kesehatan
atau sebuah kejadian pada populasi tertentu, dan aplikasi studi ini adalah
untuk mengontrol masalah kesehatan
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
ORAL
(CHATTOPADHYAY, 2011)
Epidemiologi oral merupakan studi distribusi dan determinan status
kesehatan oral atau kejadian pada populasi tertentu, dan aplikasi studi
ini adalah untuk mengontrol masalah kesehatan oral.
TUJUAN EPIDEMIOLOGI:
1. Mempelajari progresifitas
1. Mencari etiologi penyakit 1.Menentukan perluasan penyakit
penyakit
1. Mengidentifikasi faktor
modifikasi yang dapat
berpengaruh pada terjadinya
1.Menilai intervensi terapetik dan
suatu penyakit sehingga berguna
kebijakan
sebagai landasan yang kuat dalam
menyusun suatu kebijakan
kesehatan yang lebih baik
Referensi
Chattopadhyay, A., 2011. Oral Health Epidemiology:
Principles and Practice. Massachusetts: Jones and
Bartlett Publishers.
MANFAAT
EPIDEMIOLOGI
ORAL
■ Public Health memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan kesehatan
masyarakat.
■ Epidemiologi adalah salah satu bentuk dalam peningkatan kesehatan
masyarakat.
■ Epidemiologi memiliki beberapa manfaat:
– Mengetahui penyebab dari penyakit (Causation of disease)
– Mengetahui dampak dari penyakit (Natural history of disease)
– Menggambarkan status kesehatan masyarakat (Health status of
populations)
– Mengevaluasi pelayanan kesehatan (Evaluating interventions)
Causation of disease
■ Pada umumnya suatu penyakit disebabkan oleh interaksi multifaktor,
seperti interaksi antara faktor genetic dan faktor-faktor lain.
■ Epidemiologi mempelajari pengaruh tiap faktor dan dampaknya terhadap
terjadinya suatu penyakit. Sehingga tindakan preventif dapat ditentukan.
Natural history of disease
■ Gejala suatu penyakit tentu berbeda dari penyakit yang lainnya. Gejala
dari suatu penyakit pada seseorang juga dapat berbeda dengan gejala
penyakit yang terjadi pada orang lain.
■ Pada studi epidemiologi, gejala penyakit tertentu pada suatu kelompok
dapat dipelajari sehingga usaha pencegahan dapat ditentukan.
Health status of populations
■ Status kesehatan suatu kelompok masyarakat tidak sama satu dan yang
lainnya, karena adanya perbedaan paparan faktor resiko pada satu
kelompok dengan kelompok lainnya.
■ Mempelajari status kesehatan suatu kelompok masyarakat adalah hal
yang penting, sehingga program kerja kesehatan dapat direncanakan
dengan baik dan tepat sasaran.
Evaluating interventions
■ Perawatan kesehatan yang telah dilakukan, perlu dilakukan evaluasi
apakah perawatan telah berjalan dengan efektif.
■ Pada studi epidemiologi, evaluasi seperti ini dipelajari untuk mengetahui
apa perawatan yang efektif untuk suatu penyakit tertentu.
Referensi
Sumber: CDC : principle of epidemiology in public health practice, third edition, 2011
FAKTOR WAKTU / TIME
Sumber: CDC : principle of epidemiology in public health practice, third edition, 2011
CONTOH KASUS
Asep adalah anak sekolah. Pada musim hujan, asep terserang penyakit flu
dan kemudian seluruh anggota keluarga dalam rumahnya dan teman-teman
sekelasnya di sekolah ikut menderita flu.
■ Host : Host pertama adalah Asep • Terjadinya penyakit : Virus flu
kemudian penyakitnya menular ke host-host tersebar luas secara bebas di udara
yang lain yaitu teman-teman sekolahnya dan
anggota keluarganya.
sekitar host dan dapat menyerang
siapa saja yang tubuhnya mengalami
■ Agent : Penyebab flu adalah virus yang kekurangan daya tahan. Berdasarkan
termasuk dalam kelompok unsur penyebab
biologis.
model segitiga, penyakit flu yang
menyerang “A” dapat terjadi akibat
■ Environment : Lingkungan yang memiliki ketidakseimbangan pada:
pengaruh dalam kasus ini adalah lingkungan
rumah, sekolah, jalan raya dan cuaca.
INTERAKSI HOST,
AGENT,
ENVIRONMENT
INTERAKSI HEA (HOST, AGENT,
ENVIRONMENT)
Diagram Ketidakseimbangan
Manusia (Host) dan Lingkungan
• Keadaan agen penyakit yang menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk
menimbulkan respon berupa tanda atau gejala penyakit (demam, pembentukan kekebalan primer dan
mekanisme lainnya).
• Interaksi dapat berupa kesembuhan sempurna, cacat atau kematian
• Contoh: peningkatan bakteri AA yang menyebabkan penyakit periodontal
INTERAKSI HEA (HOST, AGENT,
ENVIRONMENT)
Observasional Eksperimental
Deskriptif Analitik
Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. Geneva: World Health Organization; 2007.
STUDI OBSERVASIONAL
Penelitian Penelitian
Deskriptif Analitik
1 Penjelasan sederhana / 1 Menganalisis hubungan
gambaran umum antara status kesehatan dan
Hanya menjelaskan suatu masalah variabel lainnya
2 kesehatan
2 Dapat dilakukan di dua kelompok
3 Tidak dapat menjawab pasti
hipotesa 3 Dapat membuktikan hipotesa
EPIDEMIOLOGI
DESKRIPTIF
STUDI DESKRIPTIF
• Epidemiologi deskriptif memberikan deskripsi umum tentang distribusi dari suatu penyakit dan/atau
faktor yang berhubungan dengan penyakit tersebut pada suatu populasi berdasarkan individu,
tempat, dan waktu. Deskripsi tersebut bisa didapatkan dari data baru maupun data yang sudah ada.
Pada beberapa negara, studi ini dilakukan oleh pusat statistik kesehatan nasional.
Deskripsi status kesehatan suatu komunitas merupakan langkah awal dari investigasi epidemiologi
untuk mengetahui suatu penyakit dan/atau pemaparan, serta berguna untuk membentuk hipotesis
tentang pemaparan dan hasil. Studi deskriptif yang murni tidak menganalisis hubungan antara
pemaparan dan efek.
Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. Geneva: World Health Organization; 2007.
Konsep Dasar
Cross Case
Ekologis
Sectional Control
Studi
Kohort
Ekologis
■ Studi case-control dimulai dengan pemilihan kasus, kasus2 tsb harus memperlihatkan
seluruh kasus pada sekelompok populasi tertentu
■ Kasus dipilih berdasarkan penyakit, bukan paparan.
Paparan
■ Aspek penting lainnya pada studi case-control adalah penentuan start & durasi paparan
pada kelompok kasus & kontrol
■ Ditentukan setelah perkembangan penyakit
Odds Ratio
■ Keterkaitan antara paparan dan penyakit (risiko relative) pada studi case kontrol diukur
dengan menghitung OR
■ yaitu rasio keganjilan paparan terhadap kasus dan keganjilan paparan terhadap kontrol
Studi Kohort
■ Bonita, Ruth; Robert Beaglehole; Tord Kjellstrom. 2006. Basic Epidemiology. 2nded.
Geneva:WHO
EPIDEMIOLOGI
EKSPERIMENTAL
STUDI EKSPERIMENTAL
Randomized Cluster
Controlled Randomized
Trials Control Trials
Community
Field Trials
Trials
Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. Geneva: World Health Organization; 2007.
FIELD TRIALS
Subjek pada studi ini merupakan orang-orang sehat namun memiliki resiko terjangkit suatu
penyakit.
Tujuan dari studi ini adalah unutk menguji pencegahan terhadap suatu penyakit dengan
frekuensi rendah.
Kerugian dari studi ini adalah biaya yang mahal dan prosedur yang rumit.
Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. Geneva: World Health Organization; 2007.
COMMUNITY TRIALS
Tujuan dari studi ini adalah untuk mempelajari penyakit yang dipengaruhi oleh kondisi sosial
dimana pencegahannya ditujukan pada perubahan kebiasaan suatu kelompok.
Kekurangan dari studi ini yaitu apabila komunitas subjek berjumlah sedikit, sistem alokasi secara
acak tidak dapat diterapkan, dan membutuhkan kombinasi metode lain untuk membuktikan bahwa
perbedaan hasil kedua kelompok subjek adalah murni hasil dari intervensi dan bukan dari faktor
lainnya
Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. Geneva: World Health Organization; 2007.
Reliabilitas vs validitas
Reliabilitas: studi yang ketika diulang, dapat menghasilkan hasil yang serupa lagi
(replicable)
Validitas: menitikberatkan pada menjawab
kemampuan studi tersebut
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dengan benar.
Validitas internal hubungan variabel independen dan hasil.
validitas eksternal pengaplikasiannya pada observasi, sampel, dan juga populasi
lain.
Chattopadhyay A. Oral health epidemiology. Sudbury, Mass.: Jones and Bartlett Publishers; 2011.
REFERENSI
1. Chattopadhyay A. Oral health epidemiology. Sudbury, Mass.: Jones and Bartlett Publishers; 2011.
2. Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T. Basic epidemiology. Geneva: World Health Organization; 2007.
3. Ann Aschengrau; Essential of Epidemiology In Public Health
4. Alhamda, Syukra. Sriani, Yustina :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat
5. Noor, Nur Nasry. 2008: Epidemiologi. Jakarta. PT RINEKA CIPTA
PENGUKURAN
EPIDEMIOLOGI
Pengukuran fRekuensi Penyakit
■Populasi yang beresiko
■Insidensi dan Prevalensi
■Insidensi Kumulatif
■Mortalitas (6)
– Crude Death Rate (CDR)
– Age Specific Death Rate (ASDR)
– Infant Mortality Rate (IMR)
– Child Mortality Rate (CMR)
– Maternal Mortality Rate (MMR)
– Adult Mortality Rate (AMR)
■Morbiditas
Populasi yang beresiko
■ Mencakup subjek yang berpotensi terkena penyakit yang
sedang diteliti
■ Ditentukan berdasarkan demografi, geografi dan faktor
lingkungan
■ Contoh: Kecelakaan kerja, populasi yang beresiko—>
pekerja
Insidensi & prevalensi
Jumlah kasus baru dalam 1 waktu Jumlah penyakit yang sudah ada dalam
NOMINATOR
tertentu 1 waktu tertentu
■ Data = nilai
■ Melalui perhitungan jumlah Kasus per jumlah populasi beresiko dan
ditunjukan sebagai kasus per 10n orang.
Prevalensi
Rumus Prevalensi (P):
Unit insidensi untuk setiap individu dalam populasi = kasus per 10n orang dan
per hari, minggu, tahun
Waktu observasi = saat populasi beresiko bebas penyakit
Pembagi = jumlah orang bebas penyakit pada populasi beresiko dalam seluruh
total waktu observasi =TIDAK MUNGKIN AKURAT = dihitung dari :
rata rata populasi studi x panjang waktu studi
Cukup akurat untuk populasi besar dan stabil, Serta insidensi rendah (sprt
stroke)
Prinsip pengukuran angka insidensi
• Angka insidens dapat digunakan untuk mengestimasi probabilitas atau resiko
• Jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi selama jangka waktu tertentu
• Jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi diantara mereka yang tinggal
disuatu tempat tertentu, maka resiko seseorang terkena penyakit menular akan meningkat
■ Digunakan untuk mengukur kelompok yang mempunyai karies lebih tinggi dalam
suatu populasi
■ Cara menghitung Significant Caries Indes (SiC) :
1. Individu di kelompokkan berdasarkan nilai DMFT
2. Pilih 1/3 populasi dengan nilai karies tertinggi
3. Rata-rata dari DMFT pada sub-group tersebut dihitung dan merupakan nilai dari
SiC
Contoh penghitungan sic
Contoh penghitungan sic
Contoh penghitungan sic
3. Indeks P.u.f.a
■ Untuk menilai kondisi mulut akibat adanya karies yang tidak ditangani . Skor =1 untuk setiap PUFA
pada gigi. Nilai maksimun pufa (gigi sulung) 20, nilai maksimum PUFA (gigi permanen) 32
■ P = Pulpitis
– Terlihat Ruang pulpa, korona habis oleh kareis, sisa akar saja (tidak perlu probing)
■ U = Ulserasi
– Akibat tajamnya permukaan gigi akibat karies yang melibatkan pulpa yang mengenai mukosa / lidah
■ F = Fistula
– Dihitung bila sinus tract mengeluarkan pus yang berhubungan dengan gigi berkaries mencapai pulpa
■ A = Abses
– Dihitung apabila terdapat pembengkakan berisi pus dan berkaitan dengan gigi kreis mencapai pulpa
3. Indeks P.u.f.a
■ Pemberian skor pada PUFA adalah skor 1 per gigi yang terlibat
■ Lesi yang tidak berkaitan dengan ekspos pulpa akibat karies tidak diberi skor.
■ Indeks PUFA merupakan akumulasi seperti indeks DMFT dengan rentang 0-32 untuk gigi
permanen
■ Pada gigi sulung digunakan prinsip yang sama, yaitu pufa menggunakan huruf kecil. Skor
pufa pada anak adalah 0-20 untuk gigi sulung.
4. Silness-Löe Plaque Index
■ Silness-Löe plaque index Yaitu pengukuran status
kesehatan gigi dan mulut berdasarkan jumlah debis dan
plak pada gigi geligi
■ Keempat permukaan dari gigi tersebut (bukal, lingual, mesial
dan distal) diberi skor 0-3. Skor tersebut adalah dari keempat
area dari gigi yang dijumlah dan dibagi empat permukaan.
■ Bila salah satu gigi tersebut hilang, tidak dapat disubtitusi
dan hanya menggunakan gigi yang ada
■ Kriteria penilaiannya :
■ Rumus indeks plak tiap gigi
• Plaque Index =
(2+1+1+2) / 4 = 1.5
CONTOH PENGHITUNGAN Silness-Löe Plaque Index
■ The Plaque Control Record adalah metode untuk mengukur keberadaan dari plak pada
setiap permukaan gigi. Yang mencangkup: Permukaan Mesial , Permukaan Distal,
Permukaan Buccal, Permukaan Lingual
■ Pengukuran dapat menggunakan disclosing agent
■ Setelah semua gigi dinilai, kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah permukaan
gigi yang ada pada rongga mulut
Contoh pengukuran Plaque Control
Record
7. INDEKS OHIS
(Oral Hygiene Index-Simplified/OHI-S)
■ OHIS = DI + CI
■ Syarat:
– Gigi telah erupsi sempurna (oklusal incisal
mencapai dataran oklusal)
– Gigi tetap
– Gigi tidak berkurang tingginya Karena
trauma/dental
7. INDEKS OHIS
(Oral Hygiene Index-Simplified/OHI-S)
■ Pada penyakit, terdapat hubungan sebab-akibat. Seperti pada penyakit HIV yang
disebabkan karena adanya virus HIV-1, namun penyakit tersebut tidak akan terjadi bila
tidak ada infeksi lain yaitu penyakit immunocompromise yang mendahului.
■ Sehingga, untuk terjadinya suatu penyakit tidak hanya ada satu penyebab atau satu
faktor kausal itu sendiri, namun terdapat keadaan lain yang mendahului.
■ Konsep eksklusif antara satu organisme (atau satu penyebab) dan satu penyakit tidak
selalu berhasil.
Types of Causes
• Faktor kausal yang dibutuhkan agar terjadi suatu efek, jika tidak ada, penyakit tidak dapat
terjadi
Sufficient Cause
• Suatu rangkap kondisi dan kejadian minimal yang dapat memproduksi suatu penyakit.
Beberapa kausal dapat diperlukan tetapi tidak mencukupi ataupun sebaliknya
Modifiable Cause
• Kausal yang dapat menerima manipulasi dan perubahan. Kausal inilah yang digunakan untuk
menentukan tindakan preventif suatu penyakit.
Reference
Interpretasi untuk skor OHI-S adalah sebagai
berikut.
skor OHI-S interpretasi
■ Pada subjek berusia di bawah 20 tahun, hanya 6 gigi yang diperiksa: 16, 11, 26,
36,31,dan 46.
Indeks Periodontal Komunitas
(Community Periodontal Index/CPI)
■ Pemeriksaan untuk perdarahan gingiva dan poket periodontal
– Seluruh gigi yang didalam mulut harus di periksa
– Tip probe ketika menelusuri sepanjang sulkus mengikuti bentuk anatomis
permukaan akar gigi
– Tekanan yang diberikan tidak boleh melebihi 20 g. Tes untuk mempertahankan
tekanan ini adalah dengan menempatkan ujung probe pada kuku dan menekan
hingga kuku terlihat memucat
– Poket periodontal tidak dicatat pada individu dengan umur <15 tahun
SCORING
skor kriteria
0 sehat
1 bleeding on probing
2 ada kalkulus, tetapi semua bagian black band pada probe terlihat
3 poket 4-5 mm
bagian black band pada probe terlihat sebagian (margin gingiva berada segaris dengan black
band)
4 poket ≥ 6 mm
bagian black band tidak terlihat sama sekali
x excluded sextant (pada sextant tersebut ada kurang dari 2 gigi)
9 tidak dinilai
Reference
■ Bonita, Ruth; Robert Beaglehole; Tord Kjellstrom. 2006. Basic Epidemiology. 2nd ed.
Geneva: WHO
■ Nordstrom, Marie. Community Periodontal Index [Internet]. [cited 2018 Sept 05].
Available from: https://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/for-Measurement-of-
dental-diseases/CPI/
■ https://www.mah.se/upload/FAKULTETER/OD/Avdelningar/who/MetodsIndices/SIC/
data/significant.pdf
DETERMINANT
FACTORS
DETERMINAN = BERPENGARUH
Faktor Determinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
(biologi, kimia, fisik, sosial, budaya, lingkungan,
genetika, dan kebiasaan perilaku)
KONSEP BLUM
■ 1974 Blum mengusulkan suatu model bernama “Environment of
Health” yang akhirnya disebut “Force Field and Well-Being Paradigms of
Health”
■ 4 poin penting yang berkontribusi pada kesehatan adalah lingkungan,
gaya hidup, genetik, dan pelayanan kesehatan (FORCE FIELDS)
■ Setiap faktor berinteraksi dengan yang lainnya sehingga dalam
membahas status kesehatan seseorang, seluruh faktor harus
dipertimbangkan secara bersamaan
REFERENSI
■ Bonita, Beaglehole, Kjellstrom - Basic Epidemiology 2nd Edition
■ CDC - Principles of Epidemiology in Public Health Practice
RISK FACTORS
• Basic epidemiology / R. Bonita, R. Beaglehole, T. Kjellström. 2nd edition.
• http://www.who.int/topics/risk_factors/en/
Risk Factors/Faktor Resiko
Faktor resiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait
dengan peningkatan resiko/kemngkinan terjadinya suatu
penyakit tertentu.
Sanitasi
Unsafe water
Hygiene
Aktivitas fisik
Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi, antara lain:
– Faktor genetik
– Jenis kelamin
– Usia