Anda di halaman 1dari 163

IKGMP – Skenario

1
EPIDEMIOLOGI
ORAL
PBL 4
Definisi, Ruang Lingkup,
dan Tujuan Epidemiologi
Konsep Sakit, Faktor
Penyebab Penyakit dan yang
Mempengaruhi Kesehatan,
Proses Perjalanan dan Sistem
Klasifikasi Penyakit
Demos: Penduduk

EPIDEMIOLOGI
Epi: Pada Logos: Ilmu

Studi tentang distribusi dan determinan/faktor yang menentukan kejadian/keadaan berkaitan dengan
kesehatan pada suatu populasi tertentu dan aplikasi dari ilmu ini untuk mencegah dan
mengendalikan masalah kesehatan

EPIDEMIOLOGI ORAL
Studi distribusi dan determinan status kesehatan oral atau
kejadian pada populasi tertentu, dan aplikasi studi ini adalah untuk mengontrol
masalah kesehatan oral
RUANG LINGKUP
EPIDEMIOLOGI
Populasi yang telah ditentukan.

Contoh : grup pasien tertentu di suatu RS.

Populasi yang digunakan dalam epidemiologi dipilih dari daerah/ negara tertentu pada waktu yang
telah ditentukan pula
 Mencari etiologi penyakit
 Menentukan perluasan penyakit

TUJUAN  Mempelajari progresifitas penyakit


 Menilai intervensi terapetik dan kebijakan

EPIDEMIOLOGI  Mengidentifikasi faktor modifikasi yang dapat


berpengaruh pada terjadinya suatu penyakit
sehingga berguna sebagai landasan yang kuat
dalam menyusun suatu kebijakan kesehatan yang
lebih baik
KONSEP SAKIT
Translasi: penyakit

Disease Illness Sickness

Penyimpangan yang Konsep sosiologis sebagai


gejalanya dapat diketahui Konsep psikologis yang menunjuk penerimaan sosial terhadap
dengan diagnosis, pada perasaan, persepsi, atau orang yang sedang
berdimensi biologis dan pengalaman subjektif seseorang mengalami kesakitan.
objektif, serta bersifat tentang keadaan tubuhnya yang
independen terhadap dirasa tidak sehat, serta bersifat Diperbolehkan untuk
pertimbangan psikososial, individual melepaskan tanggung
tanpa dipengaruhi keyakinan jawab, peran, atau kebiasaan
orang atau masyarakat tertentu yang dilakukan saat
terhadapnya. sehat
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENYAKIT
Predisposing factors
• Usia, jenis kelamin, sifat gen spesifik yang menghasilkan imun buruk, riwayat penyakit

Enabling/disabling factors
• Pendapatam >>, nutrisi buruk, lingkungan tinggal buruk, perawatan kesehatan kurang
memadai

Precipitating factors
• Paparan agen spesifik dapat dikaitkan dengan onset penyakit

Reinforcing factors
• Paparan berulang, kondisi lingkungan, bekerja terlalu keras
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KESEHATAN
keadaan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial.

“Environment of
Health” 
“Force Field and Well-
Being Paradigms of
Health”

Semakin lebar panah 


semakin besar
dampaknya pada
kesehatan

Menurut H.L Blum (1981)


PROSES PERJALANAN PENYAKIT

Fase Rentan Fase Subklinis Fase Klinis Fase Penyembuhan

= prepatogenesis. = patogenesis. fase akut dan kronis. Fase ini merupakan


fase terakhir.

interaksi awal antara terjadi perubahan Terjadi perubahan


faktor host, agent, dan faal/sistem dalam pada tubuh telah Penyakit dapat

environment tubuh manusia cukup untuk berkembang menjadi

memunculkan gejala sembuh total,

belum menimbulkan belum sampai ada dan tanda penyakit. sembuh dengan

sakit. keluhan sakit cacat, atau gejala sisa


dan penyakit menjadi
kronis.
SISTEM KLASIFIKASI PENYAKIT
Penyakit Infeksius vs Penyakit Noninfeksius
Kriteria Manifestasi vs Kriteria Etiologi
a. Infectious disease: disebabkan oleh infeksi
Terkadang manifestasi klinis (tanda dan gejala)
dapat berkurang padahal etiologinya masih ada. b. Non-infectious disease : tidak disebabkan
oleh infeksi

Chronic Disease vs Acute Disease


Neoplastic (Benign vs Malignant) vs Nonneoplastic
Kronik: bersifat persisten, tidak hilang-hilang
dan bertahan lama  seperti kanker dan DM
Neoplasma  pertumbuhan baru dan abnormal
pada bagian tubuh.
Akut: bersifat sebentar  influenza, mumps,
• malignant (ganas),
abses periapical
• benign (jinak).
Penyebaran sudah mencakup bagian tubuh lain
Beberapa penyakit kronik dapat diinterupsi dengan
selain dari daerah asal (origin)  tumor metatastik.
fase akut periodic (eksaserbasi akut)
SISTEM KLASIFIKASI PENYAKIT
Oral dan Systemic Disease International Classification of Diseases (ICD)
Suatu alat diagnosa standar yang digunakan dalam
Hubungan antara penyakit oral dengan sistemik epidemiologi dan untuk seluruh keperluan
dapat diketahui melalui berbagai studi kasus, manajemen kesehatan.
sehingga dapat diketahui penyakit apakah yang
mempengaruhi timbulnya penyakit lainnya dan ICD digunakan secara internasional untuk tujuan
sebaliknya. epidemiologis.

Communicable Disease vs Non Communicable Disease


Non communicable diseases (NCDs)
Penyakit kronis, bersifat tidak dapat ditularkan dari satu individu ke individu lainnya, berjangka panjang dan
progresitasnya lama.
Penyakit tersebut dapat dicegah dengan cara mengurangi faktor risikonya

Communicable diseases
Penyakit yang dapat tertular dari satu individu ke individu lainnya, atau bahkan dari binatang ke manusia,
sifatnya dideskripsikan dengan istilah infectious dan contagious (menular).
Penyebarannya dapat melalui virus dan bakteri di udara, serta dapat juga melalui darah dan cairan tubuh.
AWI
Konsep Dasar
Screening, Survey-
surveillance dan
Sensus
Konsep Dasar Screening,
Survey-surveillance dan Sensus
Muhammad Hanif Munandar
1506724045
 Screening pada manusia dilakukan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya penyakit atau
faktor risiko penimbul penyakit
Screening  Menguntungkan  berpotensi memberikan
hasil berupa pencegahan sekunder melalui
deteksi dan tindakan awal
 Sebuah proses yang menggunakan berbagai macam uji
pada skala besar untuk mengidentifikasi keberadaan
penyakit pada orang-orang yang tampak sehat.

Screening:  Bukan penegak diagnosis, melainkan ada / tidaknya


factor risiko  membutuhkan follow up individual
Definisi  Tidak boleh menyakiti / memperparah keadaan resipien
 Juga digunakan untuk indentifikasi paparan terhadap
suatu factor risiko
 Mass

Screening:  Multiple / multiphasic


 Targeted
Jenis  Case-finding / opportunistic
Screening:
Kriteria
 Biaya

Screening:
 Lead time
 Length bias
Kriteria  Uji screening

Tambahan  Natural history


 Impact
 Adalah proses monitoring yang berkelanjutan
 Definisi CDC:
 pengumpulan, analisis, dan interpretasi data kesehatan
secara sistematis untuk melakukan perencanaan,

Survey- implementasi, dan mengevaluasi aktivitas kesehatan


masyarakat.

surveillance  Tujuan surveilens untuk melakukan pencegahan dan


pengendalian penyakit dalam masyarakat dan memperoleh
informasi yang diperlukan untuk melakukan perencanaan
dalam penanggulangan atau pemberantasan penyakit di
masyarakat.
 Hanya memasukkan kondisi / penyakit yang dapat
dicegah melalui surveillance.
 Kriteria-kriteria lain dalam memilih penyakit:

Survey-  Insidensi dan prevalensi


 Indeks keparahan

surveillance:  Tingkat kematian dan kematian premature


 Indeks lost productivity (bed-disability days)
Prinsip  Biaya medis
 Preventability
 Potensi epidemic
 Information gaps on new diseases
 Laporan kesakitan dan kematian
 Catatan rumah sakit
 Diagnosis laboratorium
Survey-  Laporan outbreak
surveillance:  Utilisasi vaksin
Sumber Data  Catatan absen karena sakit
 Perubahan biologis agen, vector atau reservoir
 Bank darah
 Melihat beberapa kasus spesifik

Survey-  Menilai dampak terhadap kesehatan masyarakat

surveillance:  Menilai penyebab dari penyakit


 Mengawasi efektifitas dan evaluasi hasil dari strategi, kontrol,
Fungsi pencegahan, dan intervensi
 Menyediakan pelayanan kesehatan yang tepat2
 Pendataan seluruh populasi, biasanya termasuk data
tempat tinggal, jenis kelamin, usia, pekerjaan, etnis /
Sensus suku, status kawin, riwayat kelahiran dan hubungan
terhadap kepala keluarga
 Bonita, Ruth; Robert Beaglehole; Tord Kjellstrom. 2006.
Basic Epidemiology. 2nd ed. Geneva: WHO.

 Jill Mason. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed.


Referensi
Pengukuran dan Indeks
untuk Mengukur Derajat
Kesehatan Gigi dan
Mulut
PENGUKURAN FREKUENSI
PENYAKIT
1. Insidensi Istilah
2. Prevalensi a. Numerator: jumlah individu yang mengalami
kejadian
3. Mortalitas
b. Denominator: jumlah populasi beresiko
4. Morbiditas
5. Ratio
6. Indeks
POPULASI BERESIKO
•Populasi beresiko adalah jumlah orang yang diikutkan dalam penelitian.
•Idealnya, angka dari populasi berisko adalah seseorang yang rentan terhadap
penyakit yang akan diteliti.
•Populasi beresiko dapat dibedakan berdasarkan faktor geografis, demografis,
maupun lingkungan.
•Menggambarkan besar kejadian penyakit atau morbiditas, dan dapat pula
kejadian kematian karena penyakit atau mortalitas dalam suatu populasi.
•Pengukuran biasanya berupa rate atau proporsi.
•Pengukuran didasarkan atas konsep prevalensi dan insidensi.
POPULASI BERESIKO
INSIDENSI
•Insidensi dari penyakit menunjukkan tingkat kejadian kasus baru yang timbul pada
kurun waktu tertentu dan pada populasi tertentu.
•Periode waktu adalah jumlah waktu yang diamati selama sehat hingga menjadi sakit.
•Perhitungan insidensi digunakan untuk menunjukkan resiko terkena penyakit, serta
berguna sebagai studi kausatif.
INSIDENSI
Berikut prinsip-prinsip penggunaan angka insidens antara lain :
•Angka insidens dapat digunakan untuk mengestimasi probabilitas atau resikoterkena
penyakit selama satu periode waktu tertentu.
•Jika angka insidens meningkat, maka probabilitas resiko terkena penyakit tersebut
juga meningkat.
•Jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi selama jangka waktu tertentu dalam
setahun , maka resiko terkena penyakit meningkat.
•Jika angka insidens secara konsisten lebih tinggi diantara mereka yang tinggal
disuatu tempat tertentu, maka resiko seseorang terkena penyakit menular akan
meningkat jika tinggal di tempat tersebut
1. Insidensi Kumulatif: Mengukur probabilitas seseorang terkena penyakit pada
periode waktu tertentu. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui masalah
kesehatan yang dihadapi, resiko yang mungkin dihadapi dan beban program
kesehatan gigi dan mulut pada populasi tersebut.

2. Attack Rate (AR): Attack rate adalah Jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu saat dibandingkan jumlah penduduk yang mungkin terkena
penyakit pada saat yang sama. Angka ini dibutuhkan untuk mengetahui derajat
penyerangan suatu penyakit dalam populasi tersebut.
3. Densitas Insidens (Hazard rate, incidence density rate, person-time incidence):
Insidensi density digunakan untuk mengukur kecepatan terjadinya suatu kasus
baru dalam populasi.
PREVALENSI
•Prevalensi adalah frekuensi kasus yang menggunakan pengukuran epidemiologis
tentang seberapa sering penyakit atau kondisi terjadi pada suatu populasi.
•Prevalensi mengukur seberapa banyak penyakit atau kondisi yang terjadi pada titik
waktu tertentu.
PREVALENSI
Terdapat beberapa faktor dalam penentuan prevalensi :
•Tingkat keparahan dari penyakit: apabila perkembangan suatu penyakit terjadi pada
waktu yang singkat maka prevalensinya akan menurun.
•Lamanya waktu/durasi suatu penyakit: apabila durasinya terjadi lebih lama maka
akan menunjukkan prevalensi yang tinggi
•Jumlah kasus baru: mudahnya perkembangan suatu penyakit menjadikan prevalensi
semakin meningkat.
PERBEDAAN INSIDENSI DAN
PREVALENSI
Insidensi Prevalensi
Numerator jumlah kasus penyakit baru yang terjadi jumlah kasus penyakit yang ada pada titik
selama periode waktu yang spesifik waktu
Denominator populasi yang berisiko populasi yang berisiko
Focus • kejadian merupakan kasus baru • ada atau tidak adanya sebuah penyakit
• waktu kejadian penyakit • Periode waktu yang berubah-ubah
Kegunaan • menggambarkan risiko menjadi • memperkirakan kemungkinn populasi
penyakit terkena penyakit pada periode dalam studi.
• pengukuran utama penyakit atau • Tidak menunjukkan kausal dari suatu
kondisi akut tetapi juga digunakan untuk terjadinya penyakit.
penyakit kronis. • Lebih disukai untuk studi utilisasi
• lebih berguna untuk studi mengenai pelayanan kesehatan
penyebab kejadian penyakit
tidak bergantung pada durasi rata-rata bergantung pada durasi rata-rata lama
lama penyakit penyakit
MORTALITAS DAN
MORBIDITAS
•Mortalitas dan morbiditas merupakan salah satu indikator status kesehatan suatu
populasi.
•Kematian merupakan kejadian yang unik dan universal.
•Usia dan penyebab kematian menyediakan gambaran status kesehatan.
MORTALITAS
•Mortalitas merupakan istilah lain untuk kematian.
•Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang
spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan.
•Rata-rata kematian untuk seluruh kematian atau penyebab spesifik kematian dihitung
dengan cara berikut:

Kerugian utama dari mengunakan perhitungan rata-rata ini adalah tidak


memperhitungkan fakta bahwa kemungkinan kematian seseorang bergantung pada
usia, jenis kelamin, ras, sosioekonomi, dan faktor lainnya.
•Angka Kematian Anak-anak: kematian anak di rentang usia 1-4 tahun dan biasanya
digunakan sebagai indikator dasar kesehatan. Injuri, malnutrisi, dan penyakit infeksi
adalah penyebab umum dari kematian pada kelompok ini.

•Maternal Mortality Rate: kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan atau
komplikasi saat melahirkan.

•Angka Kematian Orang Dewasa: kematian pada usia 15-60 tahun per 1000 populasi.
Angka kematian orang dewasa membantu untuk menganalisa kesenjangan ksehatan
antarnegara pada penduduk usia kerja atau usia produktif.

•Angka harapan hidup merupakan cara mengukur status kesehatan sebuah populasi.
Angka harapan hidup didapatkan dengan cara rata-rata jumlah umur dari seseorang
yang diharapkan untuk hidup jika angka mortalitas terbaru berlanjut.
MORBIDITAS
•Morbiditas adalah sebuah indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.
•Morbiditas adalah kondisi seseorang dikatakan sakit apabila terdapat keluhan kesehatan yang
dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari seperti tidak dapat bekerja, mengurus rumah tangga
dan kegiatan normal yang lain.
•Morbiditas dapat membantu dalam memberikan alasan yang lebih jelas terhadap “trend”
mortalitas.
•Perubahan dalam rata rata kematian bisa disebabkan oleh adanya perubahan rata rata morbiditas
atau perubahan padacase-fatality. Sumber data morbiditas:
• Data rumah sakit
• Konsultasi pelayanan kesehatan primer
• Pelayanan spesialis
• Register of disease events (seperti cacncer dan kelainan kongenital)
RATIO
•Merupakan pecahan yang penyebut dan pembilangnya berbeda satu sama lain
•Contohnya : Relative Risk atau Odds Ratio
•Odds ratio digunakan untuk studi case-control dalam melihat hubungan antara paparan dan
suatu penyakit.
•Rumus Odds Ratio
INDEKS PENILAIAN STATUS
KESGIMUL
•DMFT/S
•Significant Caries Index (SIC)
•PUFA
•Silness Loe Index
•Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)
•Patient Hygiene Performance (PHP)
•Indeks Periodontal Komunitas (CPI)
DMFT/S
Indeks DMFT/S dapat menjelaskan prevalensi karies, melalui data numerik yang di
dapat dari menghitung jumlah Decayed (D), Missing (M), Filling (F).
Komponen
•Decayed (D) : gigi dengan karies, tambalan dengan karies rekuren, sisa akar, tambalan
rusak karena karies, tambalan sementara, permukaan gigi yang ditambal dengan
permukaan lainnya berlubang
•Misssing (M) : gigi yang hilang karena karies. Yang tidak termasuk gigi hilang karena :
• Ekstraksi gigi karena ortho, impaksi, penyakit periodontal
• Gigi yang tidak erupsi
• Hilang kongenital
• Avulsi gigi karena trauma atau kecelakaan
Filling (F) : gigi yang ditambal karena karies, tambalan tidak ada karies sekunder
tanpa karies primer pada permukaan lainnya. SERTA, gigi dengan mahkota karena
karies. Yang tidak termasuk restorasi karena :
•Trauma atau fraktur
•Hipoplasia
•Abutment
•PSA karena trauma
•Fissure sealant
•Tambalan preventif
ATURAN PERHITUNGAN DMFT
1. Nilai D/ decayed : pada setiap gigi yang terdapat karies diberi nilai 1 dan gigi
yang sehat diberi nilai 0
2. Nilai M/ missing : pada setiap gigi yang hilang diberi nilai 1 dan gigi yang sehat
diberi nilai 0
3. Nilai F/ filling : pada setiap gigi yang ditambal diberi nilai 1
4. Setiap gigi tidak boleh diberi nilai lebih dari satu untuk D, M, F
5. Skor maksimal adalah 32
ATURAN PERHITUNGAN DMFS
1. Setiap gigi dihitung berdasarkan jumlah permukaan yang ada yaitu gigi anterior 4 permukaan dan gigi posterior 5
permukaan
2. Nilai D pada tiap gigi ditentukan sesuai luas keterlibatan karies pada gigi tersebut, contohnya bila karies pada
permukaan labil dan distal pada gigi 11 maka nilai D nya adalah 2
3. Nilai M disesuaikan dengan jumlah permukaan gigi yang hilang, contohnya bila gigi 11 hilang maka nilai M nya
adalah 4
4. Nilai F juga disesuaikan dengan jumlah permukaan gigi
5. Skor maksimal untuk 28 gigi adalah 128
• 12 gigi anterior (12 x 4 = 48)
• 16 gigi posterior (16 x 5 = 80)
6. Skor maksimal untuk 32 gigi adalah 148 (molar terakhir terlibat)
• 12 gigi anterior (12 x 4 = 48)
• 16 gigi posterior ( 20 x 5 = 100)
•Pada gigi sulung memiliki prinsip yang sama, hanya berbeda pada penulisannya
ditulis dengan hurus kecil (dmft/s). Skor maksimal untuk dmft = 20 dan dmfs = 88
•Rumus perhitungan DMFT/S perindividu didapat dengan: DMFT/S individu = D +
M+F
•Rumus perhitungan DMFT/S untuk populasi didapat dengan :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑀𝐹𝑇 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
KATEGORI SKOR DMFT
MENURUT WHO
Significant Caries Index
• Merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur kelompok dengan
nilai karies yang tinggi dalam suatu populasi.
• Cara menghitung SiC:
• Individu dikelompokkan berdasarkan nilai DMFT
• Pilih populasi dari 1/3 dengan nilai tertinggi
• Rata-rata dari DMFT pada 1/3 populasi tersebut merupakan nilai SiC
• Cara menghitung
PUFA
• PUFA adalah indeks yang digunakan untuk menilai keadaan rongga
mulut yang diakibatkan karies tak terawat. PUFA/pufa adalah hal yang
sama hanya saja membedakan gigi sulung dan permanen.
• P/p = Terbukanya ruang pulpa di bagian koronal karena adanya karies
dan hanya tersisa akar. Tidak perlu dilakukan probing untuk
menentukan (gambar a, b)
• U/u = Ulserasi akibat trauma terhadap potongan tajam dari gigi
dengan karies hingga pulpa atau sisa akar (Gambar C & D)
• F/f = Fistula dicatat ketika terdapat sinus tract yang mengalirkan pus
yang berhubugan dengan gigi dengan karies yang mencapai pulpa
(Gambar E & F)
• A/a = Abses yang dinilai ketika terdapat pembengkakan yang
mengandung pus pada gigi karies mencapai pulpa (Gambar G & H)
• Skor diberikan pada PUFA sebesar 1 per gigi yang terlibat.
• Indeks PUFA dihitung dengan cara yang sama seperti DMFT. Skor
maksimal adalah 32 untuk gigi permanen dan 20 untuk gigi sulung
• Rumus: PUFA = P+U+F+A
• Prevalensi dari PUFA dihitung dengan rumus:
Sillness-Loe Index
• Indeks ini digunakan untuk menilai ketebalan debris dan plak yang
berada di margin gingiva.
• Untuk menghitung pada indeks ini, hanya melihat dari gigi 16, 12, 24,
36, 32, dan 44.
• Bilamana salah satu gigi tersebut hilang, maka tidak akan disubtitusi
dan hanya dihitung berdasarkan gigi yang ada.
• Plak dan debris dihitung berdasarkan permukaan gigi, yaitu labial,
lingual, mesial dan distal. Setiap permukaan dapat diberi skor 0-3
berdasarkan kriteria yang ada.
Cara menghitung skor Sillness-Loe Index
Untuk menghitung skor per gigi adalah:

Untuk menghitung skor individu adalah:


Oral Hygiene Index – Simplified
OHIS adalah indeks yang terbagi menjadi indeks debris dan indeks
kalkulus. Permukaan gigi yang digunakan untuk pengukuran OHIS
adalah bukal 16, labial 11, bukal 26, lingual 46, labial 31, dan lingual 36.

Kriteria pengukuran debris adalah :


0  tidak terdapat debri
1  terdapat debri lunak atau stain ekstrinsik tanpa debris yang
menutupi kurang dari 1/3 permukaan gigi
2  debri lunak menutupi lebih dari 1/3 gigi
3  debri lunak menutupi lebih dari 2/3 gigi
Kriteria pengukuran kalkulus adalah:
0  tidak ada kalkulus
1  kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi
2  kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih
dari 2/3 permukaan gigi atau adanya bercak kalkulus subgingiva di
sekeliling servikal gigi atau keduanya
3  kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi atau
adanya pita tebal tidak terputus dari kalkulus subgingiva di sekeliling
servikal gigi atau keduanya
Rumus skor indeks debri dan kalkulus:

Rumus OHIS adalah : skor indeks debri + skor indeks kalkulus

Kriteria Nilai OHIS adalah:


0 – 1,2  Baik
1,3 -3  Sedang
3,1 – 6  Buruk
Patient Hygiene
Performance (PHP)
• Indeks yang digunakan untuk menilai kebersihan individu dalam membersihkan debris makanan setelah
diinstruksikan untuk menyikat gigi
• Pemeriksaan menggunakan menggunakan disclosing solution.
• Pemeriksaan ini dilakukan pada 6 gigi indeks, yaitu permukaan bukal/labial gigi 16, 11, 26, 31 dan
permukaan lingual 36 dan 46.
• Bila gigi M1 yang akan diperiksa missing atau tidak bisa dinilai maka diganti M2 pada regio yang sama, atau
jika M2 juga tidak bisa maka dapat diganti dengan M3 pada regio yang sama
• Jika semua gigi molar pada regio tersebut tidak bisa dinilai, maka pada indeks dicatat sebagai M.
• Jika gigi I1 missing atau tidak bisa diperiksa maka diganti dengan I1 di sebelahnya.
• Jika kedua I1 pada rahang yang sama tidak bisa dinilai semuanya, maka dicatat sebagai M pada indeks
• Untuk menilai debris pada indeks ini, satu permukaan gigi dibagi 5 subdivisi berdasarkan garis khayal
• Pada tiap subdivisi ini dilihat apakah terdapat warna merah muda hasil staining. Skor 0 diberikan jika tidak
ada warna merah muda dan skor 1 diberikan jika ada warna merah muda. Nilai PHP setiap gigi adalah
antara 0-5
Rumus perhitungan PHP:

Kriteria nilai PHP:


Community Periodontal
Index (CPI)
Indeks ini digunakan sebagai indikator status periodontal dengan poin yang
diambil adalah pendarahan gingiva, kalkulus, dan poket periodontal.
Pemeriksaan dilakukan dengan bantuan instrumen WHO periodontal
probe.
Pada pemeriksaan pendarahan gingiva dan poket periodontal:
• Seluruh gigi diperiksa
• Tip probe ketika menelusuri sulkus harus mengikuti bentuk permukaan
akar gigi
• Tekanan yang diberikan tidak boleh lebih dari 20 g.
• Poket tidak dicatat, jika pasien dibawah 15 tahun
Kode skor pendarahan gingiva:
• 0  normal
• 1  ada pendarahan
• 9  gigi dieksklusi
• X  gigi tidak ada

Kode skor poket periodontal:


• 0  normal
• 1  poket 4-5 mm
• 2  poket >= 6 mm
• 9  gigi dieksklusi
• X  gigi tidak ada
Lost of Attachment
Indeks ini digunakan untuk mengetahui estimasi kerusakan perlekatan
sehingga bisa dibandingkan antar populasi. Biasanya gigi dibagi menjadi
6 sektan sebagai berikut, 18-14, 13-23, 24-28, 48-44, 43-33, 34-38.
Metode ini bagus dilakukan segera setelah melakukan pemeriksaan
status gingiva dan poket.
Indeks gigi :
• 2 molar tiap sektan dan 1 gigi anterior
• Jika tidak ada gigi indeks atau gigi yang ada pada suatu sextant tidak
ada yang memenuhi kualifikasi untuk diperiksa, maka semua gigi di
sextant tersebut dinilai skornya dan diambil yang paling tinggi
Skor:
• https://www.mah.se/upload/FAKULTETER/OD/Avdelningar/who/MetodsIndices/SI
C/data/significant.pdf
• Monse B, Heinrich-Weltzien R. PUFA – An index of clinical consequences of
untreated dental caries. Community Dentistry and Oral Epidemiology. 2009; 38:77-
82
• https://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-Hygiene-Indices/Silness-Loe
-Index/
• https://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/Oral-Hygiene-Indices/Oral-Hygie
ne-Index-Greene-and-Vermilion-1960-/
• Burt, Brian A; Stephen A Eklund. 2005. Dentistry, Dental Practicce and the
Community. 6th ed. St.Louis: Elsevier Saunders
• https://www.mah.se/CAPP/Methods-and-Indices/for-Measurement-of-dental-dise
ases/CPI/
• World Health Organization. 2013. Oral Health Surveys Basic method. 5th ed.
Studi
Epidemiologi
z
z
STUDI OBSERVASIONAL

 Dalam studi observasional peneliti tidak melakukan intervensi


terhadap variabel yang diteliti, hanya sebatas mengobservasi.
 Studi deskriptif terbatas pada deskripsi mengenai terjadinya
suatu penyakit pada suatu populasi dan seringkali merupakan
langkah pertama dalam penyelidikan epidemiologi.
 Sebuah studi analitik lebih luas, dapat menganalisis
hubungan antara status kesehatan dengan variabel-variabel
lain.
z
Epidemiologi Deskriptif

 Merupakan sebuah deskripsi sederhana mengenai status kesehatan sebuah komunitas,


berdasarkan data yang ada secara rutin atau data yang didapat pada survey khusus.
 Dari observasi tersebut, peneliti mengembangkan hipotesis mengenai penyebab dan
faktor-faktor yang meningkatkan risiko penyakit. Dengan kata lain, epidemiologi
deskriptif digunakan untuk membuat hipotesa, namun jarang digunakan untuk
membuktikan hipotesa.

 Studi deskriptif murni tidak dapat menjelaskan mengenai hubungan antara paparan dan
efek.
z
Epidemiologi Analitik

 Tujuan: untuk memperoleh penjelasan mengenai sebab dan akibat, atau


why and how.
 Epidemiologis menggunakan epidemiologi analitik untuk mengukur
hubungan antara paparan dan outcome-nya, serta untuk
membuktikan hipotesa mengenai hubungan kausal yang didapat dari
epidemiologi deskriptif.
 Prinsip analisis yang digunakan dalam studi analitik adalah membandingkan
resiko terkena penyakit antara kelompok terpapar dan tak terpapar faktor
penelitian.
z

Epidemiologi Deskriptif Epidemiologi Analitik


Menjelaskan masalah suatu kesehatan Menjelaskan mengapa (why) dan
dalam who, where, when yang bagaimana (how) suatu masalah
berhubungan dengan outcome (what) kesehatan timbul di masyarakat

Membuat hipotesa namun tidak untuk Membuktikan hipotesa


membuktikan hipotesa

Pengumpulan, pengolahan, penyajian Pengumpulan, pengolahan, penyajian


dan interpretasi data hanya pada satu dan interpretasi data dilakukan terhadap
kelompok dua kelompok masyarakat
z
Jenis Penelitian Obeservasional Analitik

Cross
Ekologis
Sectional

Case-Control Kohort/Insidens
z
Ekologis

 Studi ekologis atau korelasi berguna untuk menghasilkan hipotesis.


 Studi ekologis berkaitan dengan upaya untuk menentukan apakah suatu
kondisi ada atau tidak.
 Umumnya, peneliti menggunakan eksplorasi atau ekologi dengan maksud
sebagai pengetahuan awal yang akan diteliti lagi.
 Unit analisis dalam studi ekologis ialah populasi bukan individu, karena
hubungan antara paparan dan efek pada tingkat individu tidak dapat dilihat.
 Data yang digunakan biasanya bukan data yang diambil khusus untuk
penelitian ekologis yang sedang dilaksanakan, tetapi data yang sudah
tersedia untuk kepentingan atau tujuan lain.
z
Cross-Sectional
 Mengukur prevalensi penyakit sehingga sering disebut juga studi prevalensi.
 Dalam studi cross-sectional, pengukuran paparan dan efek dibuat pada waktu
yang sama berarti penelitian hanya dilakukan pada satu waktu dan
tanpa ada follow-up.
 Dilakukan dengan:
 Mengambil beberapa individu sesuai ukuran sampel yang telah ditentukan.

 Lakukan pemeriksaan pada peserta atau pengisian kuesioner oleh peserta untuk
mendapatkan data yang akan diukur selanjutnya.

 Setelah data didapat, peneliti dapat menghitung prevalensi dan/atau variasi dari
sampel.

 Dari pengukuran tersebut didapatkan bagaimana prevalensi dipengaruhi oleh


pengaruh klinis, sosial, atau lingkungan yang berbeda.
z
Case-Control

 Studi case-control membandingkan 2 kelompok (terpapar & tidak


terpapar sebagai kontrol), kemudian dari 2 kelompok tersebut akan
diuji apakah ada perbedaan bermakna diantara keduanya
 Studi ini memberi cara yang sederhana dalam meneliti penyebab
suatu penyakit (terutama penyakit yang bersifat langka).
 Peneliti mengumpulkan data mengenai kejadian penyakit pada 1
waktu dan paparan pada waktu tertentu. Studi ini bersifat longitudinal,
berlawanan dengan studi cross-sectional. Studi ini disebut juga
retrospektif karena peleiti melihat riwayat ke belakang untuk
menentukan penyebab yang paling memungkinkan.
z
z
KOHORT/INSIDEN

 Sekelompok orang dipaparkan pada suatu penyebab penyakit, kemudian


diambil sekelompok orang lain yang mempunyai ciri-ciri sama dengan kelompok
pertama namun tidak dipaparkan/dikenakan pada penyebab penyakit.
Kelompok kedua tsb disebut sebagai kelompok kontrol.
 Setelah beberapa saat yang telah ditentukan, kedua kelompok tsb
dibandingkan, dicari perbedaannya antara kedua kelompok tsb bermakna/tidak.
 Studi kohort memberikan informasi terbaik mengenai penyebab penyakit dan
pengukuran langsung terhadap risiko perkembangan penyakit.
 Meskipun secara konsep studi ini terkesan sederhana, studi kohort memerlukan
usaha yang paling besar & follow-up jangka panjang karena penyakitnya bisa
terjadi setelah paparan dalam jangka waktu yang lama.
z
Etiologi dan
Penanggulangan Penyakit
Gigi dan Mulut pada
Suatu Populasi
Etiologi Penyakit
Adanya interaksi factor genetic &
lingkungan
Epidemiologi juga memperhatikan
riwayat penyakit dari suatu
individu dan populasi

Bonita R, Beaglehole R. Basic epidemiology.


Karies
Bakteri + dental plak + area stagnan + substrat + permukaan
gigi yang rentan
• Bakteri menurunkan pH hingga <5  memungkinkan peleburan email
• Bakteri dapat bertahan hidup dalam keadaan asam  terus
memproduksi asam  hinggap pada permukaan gigi  memproduksi
glucans (produksi, pemeliharaan dan pertumbuhan dental plak)
• Streptococcus mutans, S. sobrinus, S. salivarius, S. mitior, S. sanguinis
• 2-5 menit 10% glucose rinse  pH turun sampai hampir 5  kembali
normal kurang lebih 1 jam (Stephan curve)

Chattopadhyay A. Oral Health Epidemiology : Principles and Practice


Karies
• Masih menjadi masalah besar  60-90% schoolchildren (negara
maju)
• Penelitian membuktikan: sukrosa lebih kariogenik saat dikonsumsi
dalam dosis kecil namun berkala  maintain plaque activity
• Karies akar  gram-positive pleomorphic rods; Actinomyces
• Studi epidemiologi membuktikan:
• Prevalensi rendah pada populasi konsumsi gula rendah dan orang dengan
kelainan metabolisme gula (ex: hereditary fructose intolerance)
• Prevalensi meningkat saat makanan yang mengandung gula mudah
ditemukan dimana saja
Chattopadhyay A. Oral Health Epidemiology : Principles and Practice
Karies
• Beberapa factor risiko karies: usia yang meningkat, wanita (sex),
tingkat sosioekonomi rendah, diet kariogenik tinggi, laju alir saliva
rendah, ras

• Ras: ex: Asian and Latin American (tinggi), African (rendah)

• Insidensi meningkat seiring dengan konsumsi gula yang lebih banyak


serta kurangnya paparan fluoride yang adekuat

Chattopadhyay A. Oral Health Epidemiology : Principles and Practice


Karies
• Tingkat sosioekonomi:
• rendah  tidak dirawat (36,8%);
• tinggi  tidak dirawat (17,3%)

• Negara berkembang  akses pelayanan kesehatan terbatas  gigi


tidak dirawat/dicabut karena rasa sakit yang membuat tidak nyaman
 wajar

• Negara maju  tren: mengurangi tindakan pencabutan

Petersen PE. The World Oral Health Report 2003 WHO Global Oral Health Programme. 2003.
Karies
• Pencegahan: meningkatkan resistensi gigi (ex: fluoride sistemi, topical
dan kimia), penanggulangan plak (sikat gigi, kumur), modifikasi diet
(kurangi karbohidrat, makanan lengket, mengganti dengan makanan
olahan alami), intervensi preventif (pfs/fluoride varnish)

• Perawatan: restorasi; mencapai pulpa  endodontic; kerusakan


sangat luas  ekstraksi + gigi tiruan
Penyakit Periodontal
• Mengklasifikasikan penyakit • Faktor risiko:
periodontal: • Rokok  terbesar (>50% kasus);
• Kondisinya seperti apa? risiko menurun saat perokok
berhenti
• Seberapa parah?
• Perubahan hormon
• Localized/generalized?
• Diabetes
• Etiologi: oral hygiene buruk • Menurunnya imunitas
• Konsumsi obat (sodium phenytoin
dan nifedipine  hyperplasia
gingiva)
• Genetik
• Teknik menyikat gigi yang salah
Services H. Periodontal ( Gum ) Disease Periodontal ( Gum ) Disease.
Penyakit Periodontal
• Penyebab jauh: • Penanggulangan:
• Tingkat sosioekonomik dan • Deep cleaning
Pendidikan rendah • Mengubah gaya hidup (ex:
• Kesulitan mengakses pelayanan berhenti merokok)
kesehatan • Edukasi untuk menjaga kesehatan
• Rendahnya kesadaran masyarakat mulut
terhadap kesehatan mulut • Sikat gigi
• Stress • Flossing
• Kumur

Services H. Periodontal ( Gum ) Disease Periodontal ( Gum ) Disease.


Oral Cancer
• Pertumbuhan sel abnormal yang dapat mempengaruhi jaringan atau
organ lain di tubuh
• Etiologi: merokok, herediter, paparan sinar radiasi
• Lebih dari separuh kanker mulut di dunia terjadi di Asia, terutama di Asia
Selatan dan Tenggara
• Kebiasaan yang memiliki risiko kanker mulut adalah penggunaan
tembakau, baik merokok maupun mengunyah
• Tahap awal dengan pemeriksaan visual dan taktil, didukung juga dengan
biopsy
• Prevalensi oral cancer lebih tinggi pada pria
Oral Cancer
• Perawatan: bedah, terapi radiasi, chemotherapy
• Pencegahan:
• Tidak merokok dan minum alcohol
• Diet seimbang
• Membatasi kontak langsung dengan matahari

Michael Friedman D. Oral Cancer. http://webmd.com/oral-


health/guide/oral-cancer#2. Published 2017.
Segitiga
Epidemiologi
99 FAKTOR UTAMA EPIDEMIOLOGI

Agent • “who/siapa” Environment


• Siapa yang terkena
penyakit

• “what/apa” • “where/dimana”
• Apa penyebab dari • Faktor-faktor
suatu penyakit Host eksternal/lingkungan yang akan
mempengaruhi keterpaparan
/penularan penyakit
100 SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

▹ Factor keempat
(time/waktu) juga
merupakan komponen
dari setiap proses
penyakit.
101 AGENT (AGEN) - “WHAT/APA”

Mikroba
• Bakteri, virus, fungi, dan
protozoa
Penyebab • (non infeksi)
Penyakit • Kontaminan kimia, (l-
tryptophan 
eosinophiliamyalgia syndrome
Agent • Kekuatan fisik  carpal tunnel
syndrome)
102 HOST - “WHO/SIAPA”
Hewan
HOST Organisme
Mempengaruhi Manusia
eksposur,
kerentanan, atau ▹ Usia, ras, jenis kelamin ▹ Komposisi genetik
respons individu ▹ Status sosial ekonomi ▹ Status gizi dan
imunologi
terhadap agen ▹ Perilaku (merokok,
penyalahgunaan ▹ struktur anatomi
penyebab narkoba, gaya hidup, ▹ keberadaan penyakit
praktik seksual dan atau obat-obatan,
kontrasepsi, kebiasaan
▹ Susunan psikologis
makan)
103 HOST - “WHO/SIAPA”
Organisme
Agent Host membawa Agent
(mikroba)

▹ Orang yang Organisme


Organisme
berbeda mungkin Sakit/
Tidak Sakit
memiliki reaksi Bergejala
berbeda terhadap
agen yang sama.
104 ENVIRONMENT-“WHERE/DIMANA”
▹ Kondisi eksternal dari host yang menyebabkan atau
memberikan kesempatan terjadinya penularan
penyakit

Cuaca dan Lingkungan


Musim Geologi
Iklim fisik

Faktor Faktor
biologis sosioekonomi
105 TIME (WAKTU)

Inkubasi

Durasi penyakit atau berapa lama waktu seseorang sakit sebelum


kematian atau pemulihan terjadi

Periode dari infeksi ke ambang epidemic suatu populasi


106 SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
▹ Segitiga epidemiologi adalah dasar (basic and
fundamental) bagi seluruh prinsip
epidemiologi yang dikembangkan para
ilmuwan untuk mempelajari masalah-
masalah kesehatan terutama memahami
penyakit menular dan bagaimana mereka
menyebar.
▹ Misi/tujuan seorang ahli epidemiologi adalah
memutus setidaknya salah satu sisi segitiga,
sehingga akan mengganggu/merusak
hubungan antara ketiga factor tersebut (host-
agent-environment), dan menghentikan
kelanjutan penyebaran penyakit.
SEGITIGA EPIDEMIOLOGI UNTUK
107 KARIES GIGI
108 DAFTAR PUSTAKA
1. Mason J. Concepts In Dental Public Health. 2nd ed. Sabatini P, editor.
Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. 370 p.
2. Centers for Disease Control and Prevention. Understanding the
Epidemiologic Triangle through Infectious Disease. 2015;13. Available
from: https://www.cdc.gov/bam/teachers/documents/epi_1_triangle.pdf
3. Dicker RC, Coronado F, Koo D, Parrish RG. Principles of Epidemiology in
Public Health Practice. 3rd ed. Atlanta, Georgia: U.S. Department of
Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention
(CDC); 2012. 511 p.
4. Shi L, Singh DA. Delivering Health Care in America: A Systems Approach.
5th ed. Burlington, MA: Jones & Bartlett Learning; 2012.
Time, People,
Place
TIME, PEOPLE, PLACE

 Epidemiologi deskriptif memberikan gambaran umum dari distribusi penyakit dan/


atau faktor terkait penyakit pada manusia atau masyarakat yang berhubungan
dengan karakteristik orang yang menderita ( people), tempat kejadian (place), dan
waktu terjadinya penyakit (time).
 Deskripsi dapat diperoleh baik dari data baru maupun data yang telah ada
sebelumnya.
 Epidemiologi deskriptif dapat dilihat sebagai langkah awal dalam meneliti penyakit
dan/ atau paparan, serta berguna dalam menghasilkan hipotesis mengenai paparan
dan hasil.
 Maka itu dalam epidemiologi deskriptif, distribusi penyakit hanya dijelaskan
dengan menjawab pertanyaan : Siapa, dimana, dan kapan?
TIME, PEOPLE, PLACE

TIME
  Faktor tingkat waktu / time dalam epidemiologi oral penting
diketahui dalam upaya mencari etiologi suatu penyakit /
paparan.
 Uraian tentang waktu pada distribusi kejadian penyakit atau
masalah kesehatan pada prinsipnya berkaitan dengan
pertanyaan “kapan”.
 Pengertian waktu berkaitan dengan detik, menit, jam, hari,
minggu, bulan, tahun, dekade dan abad.
TIME, PEOPLE, PLACE

TIME
Fluktuasi Jangka Perubahan secara Perubahan jangka
Pendek berkala (siklis) panjang/ secular
• Perubahan angka • Keadaan dimana • Perubahan pada
penyakit / paparan timbulnya dan frekuensi penyakit/
berlangsung memuncaknya angka paparan dihitung
beberapa jam, hari, penyakit / paparan dalam suatu periode
minggu, dan bulan terjadi berulang-ulang waktu yang lama
yang artinya dalam setiap beberapa sampai bertahun-
jangka waktu tersebut bulan, tahun, atau tahun atau dekade.
terjadi peningkatan setiap beberapa • Contoh : Penelitian
jumlah penderita tahun. terbaru dari Italia
penyakit. • Contohnya, penyakit melaporkan
demam berdarah penurunan lebar
yang sering terjadi lengkung maksila dari
sesudah pergantian tahun 1950an hingga
musim hujan ke 1990an.
musim kemarau
TIME, PEOPLE, PLACE

PEOPLE
 Karakteristik individu yang ada hubungan dengan
keterpajanan atau kerentanan terhadap suatu penyakit.
 Dalam mengamati karakteristik individu ataupun populasi
yang terpenting adalah di antaranya yang berkaitan dengan
biologis (status nutrisi, imunitas, jenis kelamin, ras/etnis,
usia); berkaitan dengan tingkah laku (merokok, kebiasaan
makan dan tidur, ciri pembawaan kepribadian, pilihan diet,
agama yang diyakini); atau yang berhubungan dengan sosial-
ekonomi (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status
perkawinan) maupun yang berhubungan dengan tahap dalam
kehidupan (fetus, anak-anak, remaja, dewasa, lansia).
TIME, PEOPLE, PLACE

PEOPLE
Usia Jenis Kelamin Ras dan Etnis Sosial-ekonomi
• Salah satu variabel • Jenis kelamin juga • Berkaitan dengan • Dibuat dari
penting karena dapat mempunyai pengaruh gaya hidup, adat banyak variabel 
secara langsung penting terhadap istiadat, status pekerjaan,
menjadi faktor yang prevalensi penyakit
mempengaruhi gigi dan mulut pada kebudayaan, pendapatan
perkembangan suatu masyarakat. kebiasaan makan, keluarga,
penyakit atau Contoh : dan susunan pendidikan,
berpengaruh secara • Penyakit kanker oral genetik. kondisi kehidupan
tidak langsung di Indonesia lebih • Contoh : dan status sosial.
bersama dengan banyak diderita laki-
variabel lain.
prevalensi
laki dibandingkan
• Contoh : resesi gingiva dengan wanita
penyakit
diderita oleh orang • Secara umum periodontal lebih
lanjut usia. prevalensi dan tinggi pada orang
keparahan penyakit kulit hitam
periodontal lebih daripada kulit
tinggi pada laki-laki putih.
dibandingkan dengan
wanita.
TIME, PEOPLE, PLACE

PLACE
 Pada prinsipnya sama dengan mencoba menjawab pertanyaan
“dimana”. Tempat kejadian kasus atau masalah kesehatan erat
kaitannya dengan lingkungan yang sesuai dengan model segitiga
epidemiologi (Host, Agent, Environment).
 Faktor tingkat tempat/ place yang digunakan dalam epidemiologi
oral termasuk cluster, daerah geografi dari penyebaran penyakit/
paparan, iklim, infrastruktur pedesaan / perkotaan, lokasi
pabrik, lingkungan tempat kerja, kondisi sanitasi, dan sumber-
sumber umum propagasi infeksi atau penyakit.
 Contoh : Sebuah penelitian belakangan ini menunjukkan bahwa
kesehatan mulut dan umum pada tawanan lebih berisiko tinggi
dibandingkan dengan populasi umum di Inggris.
REFERENSI

1. Timmreck, T.C. 2004; 256. Epidemiologi Suatu Pengantar, Edisi 2, diterjemahkan


oleh Fauziah, M., Apriningsih, Widyastuti, P., Sugiarti, M., & Ratnawati. Kedokteran
EGC, Jakarta.
2. “Introduction to Epidemiology” diambil dari
https://www.cdc.gov/ophss/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section6.html (diakses
pada 04 September 2018)
3. Chattopadhyay A. Oral Health Epidemiology Principles and Practice. Massachusetts:
Jones and Bartlett Publisher; 2011: 7-9.
4. “Descriptive Epidemiology: Patterns of Disease: Chapter 4” diambil dari
http://samples.jbpub.com/9780763754433/Chapter4.pdf (diakses pada 04
September 2018)
Experimental
Studies
Penelitian di mana para peneliti
mengontrol eksposur.

“Apa dampak dari perubahan kondisi ini?”

“Apa efek dari intervensi ini?”


Berdasarkan basic epidemiology
2 edition,
nd

People : Pasien
Randomized Place : Terkontrol (Laboratorium)
Controlled Trials Goal : Menemukan pengobatan baru

People : Orang sehat


Field Place : Tidak Terkontrol (Lapangan)
Trials Goal : Mencegah penyakit yang
mungkin terjadi

People : Komunitas
Community Place : Terkontrol (Lab)
Trials Goal : Upaya pencegahan yang
menargetkan perilaku kelompok
Berdasarkan oral health epidemiology
principles and practice,
Orang yang sama (yaitu, kasus) menerima dua
Crossover (atau lebih) jenis eksposur secara berurutan.
Study Diperlukan “washout period”, untuk
meminimalkan “carryover effect”.

Desain split-plot menggunakan satu sisi


Split-plot dari orang sebagai suatu kasus
Design dan sisi lain sebagai kontrol.

Subjek dibagi menjadi subkelompok yang


disebut blok, yang kemudian secara acak
Randomized Block dimasukkan pada kelompok perawatan.
Design Variabilitas dalam blok kurang dari
variabilitas antar blok.
Referensi
1. Bonita R, Beaglehole R, Kjellstrom T. Basic epidemiology.
2nd ed. Geneva, Switzerland: World Health Organization;
2006.

2. Chattopadhyay A. Oral health epidemiology principles and


pratice. Sudbury, Mass.: Jones and Bartlett Publishers;
2011.
TREN ORAL
EPIDEMIOLOGI
Logo

Tren Oral Epidemiologi


Sabila Madeina
KARIES
• Sampai saat ini, masalah kesehatan gigi dan mulut yang tercatat
paling sering terjadi adalah karies. Karies masih menjadi
perhatian seluruh dunia dibandingkan masalah kesehatan gigi
dan mulut yang lainnya
• Menurut WHO, kasus karies pada gigi permanen menduduki
urutan pertama (dengan jumlah 2.3 milyar manusia) dan kasus
karies pada gigi desidui menempati urutan ke 12 (dengan
jumlah 560 juta anak-anak) berdasarkan data dari 2015 Global
Burden of Disease Study.
• Di Indonesia, menurut data dari Riskesdas tahun 2013,
persentase penduduk yang memiliki masalah gigi dan mulut
mencapai 25,9%. Selain itu, persentase penduduk dengan karies
aktif mencapai 53,2%, dengan indeks DMF-T mencapai angka
4,6.

Your Logo or Name Here 125


KARIES
• Sampai saat ini, masalah kesehatan gigi dan mulut yang tercatat
paling sering terjadi adalah karies. Karies masih menjadi
perhatian seluruh dunia dibandingkan masalah kesehatan gigi
dan mulut yang lainnya
• Menurut WHO, kasus karies pada gigi permanen menduduki
urutan pertama (dengan jumlah 2.3 milyar manusia) dan kasus
karies pada gigi desidui menempati urutan ke 12 (dengan
jumlah 560 juta anak-anak) berdasarkan data dari 2015 Global
Burden of Disease Study.
• Di Indonesia, menurut data dari Riskesdas tahun 2013,
persentase penduduk yang memiliki masalah gigi dan mulut
mencapai 25,9%. Selain itu, persentase penduduk dengan karies
aktif mencapai 53,2%, dengan indeks DMF-T mencapai angka
4,6.

Your Logo or Name Here 126


Level DMFT di Negara Maju dan Berkembang (WHO)

Your Logo or Name Here 127


Tingkat Keparahan Karies Dental pada Anak Usia 12 Tahun dengan Indeks
DMFT

Your Logo or Name Here 128


Your Logo or Name Here 129
Riskesdas 2013

Your Logo or Name Here 130


Your Logo or Name Here 131
PENYAKIT PERIODONTAL
• Severe periodontitis yang dapat mengakibatkan kehilangan gigi ditemukan pada 5-20% dari kebanyakan populasi dewasa
di seluruh dunia.
• Periodontitis agresif merupakan kondisi periodontal yang parah mempengaruhi individu selama masa pubertas dan
mengakibatkan kehilangan gigi lebih awal dan mempengaruhi 2% remaja
• Status kesehatan periodontal pada individu usia 35-44 tahun dinilai menggunakan indeks periodontal komunitas yang
tersedia dari bank data kesehatan oral WHO mengindikasikan gejala penyakit periodontal memiliki prevalensi yang tinggi
pada penduduk dewasa di seluruh dunia. Pada kebanyakan anak dan remaja di seluruh dunia memiliki tanda gingivitis.

Your Logo or Name Here 132


Your Logo or Name Here 133
KANKER MULUT
• Lebih dari separuh kanker mulut di dunia terjadi di Asia, terutama di
Asia Selatan dan Tenggara.
• Di Asia Tenggara 58% diantaranya terjadi pada pria dan rasio kematian
insidensi di Asia Tenggara merupakan yang tertinggi di Asia yaitu, 7,8.
• Pada tahun 2012, jumlah kematian karena kanker mulut di Asia
Tenggara diperkirakan sebanyak 8.508 kasus. Lebih dari setengah kasus
kematian tersebut terjadi di Indonesia.

Your Logo or Name Here 134


Your Logo or Name Here 135
Referensi
1. Organization WH. Sugars and dental caries. 2017;(October):1-4.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.; 2013.
3. The Global Burden of Oral Disease and Risk to Oral Health. 2005
4. Ranking Countries by Dental Status using the DMFT and FS-T indices. 2005
5. https://www.fdiworlddental.org/sites/default/files/media/documents/complete_oh_atlas.pdf
6. Cheong SC, Vatanasapt P, Yi-Hsin Y, Zain RB, Kerr AR, Johnson NW. Oral cancer in South East Asia: Current
status and future directions Sok. Transl Res Oral Oncol. 2017;2(1):2057178X1770292.
7. Rao SVK, Mejia G, Roberts-Thomson K, Logan R. Epidemiology of Oral Cancer in Asia in the Past Decade- An
Update (2000-2012). Asian Pacific J Cancer Prev

Your Logo or Name Here 136


Insert or Drag and Drop Image Here

Logo

Terima Kasih

137
Evaluasi Program
Pencegahan Penyakit
Gigi dan Mulut
Felton, Ann; Alison Chapman; Simon Felton. 2014. Basic Guide to Oral Health Education and Promotion.2nd ed. UK: John Wiley & Sons. p
273

Evidence-Based Prevention
• Program, strategi dan kebijakan pencegahan yang terus diuji di bawah
penelitian dan ditemukan efektif dalam mengubah perilaku.
• Contoh strategi pencegahan:
– Fluoridasi air minum
– Administrasi fluor topikal
– Fissure sealant untuk gigi M1
– Pemilihan diet rendah gula ekstrinsik
– Teknik pembersihan rongga mulut yang efektif
– Kontrol gigi secara rutin untuk screening ada/tidaknya penyakit seperti karies,
penyakit periodontal dan oral cancer
Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 97-104.

Evaluasi Program/ Kebijakan


• Evaluasi adalah kegiatan membandingkan antara hasil yang
telah dicapai oleh suatu program dengan tujuan yang
direncanakan
• Langkah penting dalam kesehatan masyarakat karena proses
dan hasil program tersebut perlu diukur efektivitasnya
Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 97-104.

Tujuan Evaluasi Program

mengembangkan praktik menjadi lebih baik

kegunaan sumber daya yang langka menjadi lebih


optimal

menyediakan feedback pada staf dan partisipan

membentuk kembali dari suatu kebijakan yang sedang


dikembangkan
Types of Evaluation in Health Promotion and Disease Prevention Programs - Rural Toolkit [Internet]. Ruralhealthinfo.org. 2016 [cited 5 September 2017].
Available from: https://www.ruralhealthinfo.org/community-health/health-promotion/4/types-of-evaluation

Manfaat Evaluasi Program


• Mengidentifikasi strategi yang lebih baik
• Menilai efektivitias dan efisiensi program
• Menjaga agar tidak terjadi penyelewengan dalam pelaksaan program
• Menilai hasil dan menentukan apakah program perlu diubah serta
menentukan tindakan selanjutnya
• Perbaikan kebijakan yang dapat memperjelas sumber daya dan dana
yang dibutuhkan
• Memberi pertanggungjawaban kepada penyandang dana dan pihak
yang berkepentingan
Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 97-104.

Jenis evaluasi berdasarkan waktu 2

Evaluasi • saat proses


Formatif/ implementasi
Proses

Evaluasi • setelah intervensi


Sumatif/
Hasil
Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 97-104.

Fokus Evaluasi

peningkatan pada proses, implementasi,


efiensinya dan lainnya yang dapat membuat
program tersebut menjadi lebih tertata dan
hemat biaya (cost-effective)
Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 97-104.

Model
Evaluasi
berdasarkan
Scheetz dan
Gholston
Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 97-104.

Metode Evaluasi
• Metode ini lebih
Metode menjelaskan mengapa
sesuatu berubah, apa
kualitatif faktor-faktornya

Metode • Metode kuantitatif


menyediakan proporsi
kuantitati dari suatu populasi
f
Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 97-104.

Framework
untuk Evaluasi
Program
Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 97-104.
Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. p 97-104.
Referensi
• Felton, Ann; Alison Chapman; Simon Felton. 2014. Basic Guide to Oral
Health Education and Promotion.2nd ed. UK: John Wiley & Sons. p 273
• Mason, Jill. 2010. Concepts in Dental Public Health. 2nd ed.
Philadelphia: Lippincott 10.7860/JCDR/2017/25866.10110
Williams and Wilkins. p 97-104.
• Types of Evaluation in Health Promotion and Disease Prevention
Programs - Rural Toolkit [Internet]. Ruralhealthinfo.org. 2016 [cited 5
September 2017]. Available from:
https://www.ruralhealthinfo.org/community-health/health-
promotion/4/types-of-evaluation
Instrumen Oral
Health-Related
Quality of
Life/OHRQoL

Bennadi D, Reddy C. Oral health related quality of life. J Int Soc Prevent Communit Dent [serial online] 2013
[cited 2018 Sep 4];3:1-6. Available from: http://www.jispcd.org/text.asp?2013/3/1/1/115700
Chattopadhyay A. Oral Health Epidemiology - Principles and Practice. Jones and Bartlett Publishers; 2011.
Oral Health Related-Quality of
Life (OHRQoL)

Konstruksi multidimensional yang mecerminkan


kenyamanan seseorang ketika makan, tidur, dan terlibat
dalam interaksi sosial; kepercayaan diri; serta kepuasaan
dengan kesehatan mulut
Oral Health Related-Quality of
Life (OHRQoL)
Oral Health Related-Quality of
Life (OHRQoL)
Kegunaan pengukuran Quality of life (QoL) dalam praktik
klinis
Identifikasi dan memprioritaskan masalah

Memfasilitasi komunikasi

Screening masalah yang tersembunyi

Pemantauan perubahan/respon perawatan

Memfasilitasi pengambilan keputusan klinis bersama


Oral Health Related-Quality of
Life (OHRQoL)
Untuk tujuan kesehatan masyarakat, kesehatan rongga
mulut dapat dijadikan metode kuantitatif utama yang dapat
diaplikasikan pada kelompok besar pada waktu yang sama
dan berhubungan dengan indikator pemeriksaan klinis,
pengukuran kepuasan pasien, dan pengukuran kualitas
dalam pemantauan pasokan dan pelayanan medis.
Oral Health Related-Quality of
Life (OHRQoL)
◍ Social indicators  digunakan untuk menilai
efek dari kondisi rongga mulut pada level
komunitas, punya batasan
◍ Global self-evaluation  menanyakan setiap
individu dengan pertanyaan umum tentang
kesehatan rongga mulutnya yang dijawab
dengan kategori atau VAS
◍ Multiple items questions  metode yang
paling sering digunakan
EFEK/DAMPAK
PEYAKIT GIGI
DAN MULUT
TERHADAP
KUALITAS
HIDUP
Sejumlah penelitian menyebut
Dampak Karies kaitan penyakit gigi dan mulut
seperti karies pada kelahiran
prematur dan kelahiran dengan
berat badan rendah.
Membuat anak mengalami kesulitan
mengunyah makanan, akibatnya
mengganggu asupan gizi, daya tahan
tubuh, kualitas kecerdasan, serta
emosional anak.

IBU HAMIL
ANAK
Di beberapa negara di Asia, gigi berlubang merupakan penyakit paling
umum yang terjadi pada 60-90 persen pada anak usia sekolah.
Sedangkan di Indonesia, pengidap karies gigi cenderung meningkat
dalam tiga dasawarsa terakhir.

Dalam survei pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2016,


persentase anak usia 6 tahun di 25 provinsi terkena karies gigi sulung
sebesar 74,44 persen. Pada anak usia 12 tahun, BKGN tahun 2015
menyebutkan bahwa persentase gigi berlubang sebesar 53,9 persen.
Menurut Prof Anton, kondisi ini terjadi karena pemahaman orang tua yang
salah bahwa gigi sulung berlubang dianggap wajar karena akan diganti dengan
gigi permanen. Padahal menyebabkan ketidaknyamanan, hipersensitif pada
giginya secara berkepanjangan,” Dampak besar lubang gigi dibuktikan oleh
penelitian D. Maharani dan timnya di Bekasi, Jawa Barat.

Riset yang melibatkan 800 murid Sekolah Dasar (SD) itu menunjukkan ada
hubungan lubang gigi dengan prestasi belajar, jumlah presensi, kepercayaan
diri, dan kualitas hidup anak.
REFERENSI
• Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan
Sepelekan Lubang Gigi, Akibatnya Lebih Besar dari Dugaan", 
https://sains.kompas.com/read/2017/09/06/194838123/jangan-sepel
ekan-lubang-gigi-akibatnya-lebih-besar-dari-dugaan

Anda mungkin juga menyukai