Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

KELAINAN REFRAKSI
Disusun oleh:
Lius Gerald 11 2013 266
Giovanni WP 11 2013 281

Pembimbing:
Dr. Rastri Paramita, Sp.M
ANATOMI MATA
MEDIA REFRAKSI

Kornea
COA
Pupil
COP
Lensa
Corpus vitreus
PENDAHULUAN
 Emetrop :
 Tanpa akomodasi, sinar sejajar yang datang ke mata akan dibiaskan
tepat di fovea sentralis dari retina

 Ametropia :
 Keadaan dimana terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena
kornea atau adanya perubahan panjang bola mata, sehingga
sinar normal tidak dapt terfokus ke macula.
 Dapat berupa miopia, hipermetropia, presbiopia, astigmatisma.
 Ametropia aksial :
 Terjadi
akibat sumbu bola mata lebih panjang atau lebih pendek
sehingga bayangan benda difokuskan didepan atau dibelakang
retina

 Ametropia refraktif :
 Terjadiakibat kelainan sistem pembiasan sinar dalam mata.
Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak didepan
retina (miopia) atau bila daya bias kurang maka bayangan
benda akan terletak dibelakang retina (hipermetropia refraktif)
KELAINAN REFRAKSI

 MIOPIA
 HIPERMETROPIA
 ASTIGMATISME
 PRESBIOPIA
MIOPIA

 Terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa


(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata
terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan
akan terletak di depan retina.
JENIS MIOPIA
 Miopia Refraktif
 Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea
terlalu cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang
lebih kuat)
 Miopia Aksial
 Diameter anteroposterior yang lebih panjang, bola mata yang
lebih panjang
 Miopia Indeks
 Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada
diabetes mellitus
 Miopia karena perubahan posisi
 cth: posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi
glaukoma
KLASIFIKASI MIOPIA
 Menurut derajat beratnya
 Mipoia ringan (sampai 3 dioptri)
 Miopia sedang (3 - 6 dioptri)
 Miopia berat ( lebih dari 6 dioptri)

 Menurut perjalanan penyakitnya


 Miopia statisioner/simpleks
 Miopia progresif
 Miopia malignant
MANIFESTASI KLINIK
MIOPIA
Manifestasi klinik ( subjektif ):
 1. Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman
apabila melihat dekat karena membutuhkan akomodasi
yang lebih kecil daripada emetrop.
 2. Kadang seakan melihat titik-titik seperti lalat
terbang karena degenerasi vitreus.
 3. Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk
(merupakan gejala asthenophia).
 4. Memicingkan mata agar melihat lebih jelas agar
mendapat efek pin-hole.
 Objektif :
 Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak dipakai.
 Pupil lebar (midriasis) karena kurang berakomodasi.
 Mata agak menonjol pada miopi tinggi.
 Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis disebut
fundus tigroid.
DIAGNOSIS MIOPIA
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
 Visus dasar utk melihat jauh
 Visus dengan pinhole untuk mengetahui apakah penglihatan yang buram
disebabkan kelainan refraksi atau kelainan anatomi
 Metode “trial and error”, snellen chart dan lensa sferis negatif sampai
didapatkan visus 6/6
3. Pemeriksaan penunjang
 Funduskopi
 Auto refraktometer
PENATALAKSANAAN
MIOPIA  Koreksi non bedah
 Kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal agar
memberikan istirahat mata dengan
baik sesudah dikoreksi
 Koreksi bedah
 Fotorefraktif Keratektomi (PRK)
 Laser in situ Keratomileusis
(LASIK)
 Keratomi Radikal
KOMPLIKASI MIOPIA
 Ablasio retina

 Strabismus/ mata juling


Hipermetropia

Keadaan mata tak berakomodasi yang memfokuskan bayangan


dibelakang retina . Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya panjang
sumbu atau menurunnya indeks refraksi.
BENTUK HIPERMETROPIA

 Hipermetropia Laten
 Hipermetropia Manifest
 Hipermetropia Absolut
 Hipermetropia Fakultatif
 Hipermetropia Total
Manifestasi Klinik Hipermetropia
 Gejala subyektif
 Penglihatan kabur bila melihat dekat dan jauh
 Astenopia akomodativa : sakit kepala, mata cepat lelah,
cepat mengantuk sesudah membaca dan menullis

 Gejala obyektif
 Terjadi strabismus
 COA dangkal, karena hipertofi otot-otot siliaris
 Ambliopia pada mata yang tanpa akomodasi; tidak
pernah melihat obyek dengan baik
Diagnosis Hipermetropia
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
 Visus dasar dengan snellen chart, visus dengan pinhole
 Refraksi subyektif dengan cara trial and error
3. Pemeriksaan penunjang
 Funduskopi
 Refraktometer
Tatalaksana Hipermetropia
 Non bedah
 Koreksi dengan lensa sferis terbesar yang memberikan visus terbaik dan
dapat melihat dekat yanpa kelelahan
 Tidak diperlukan lensa sferis positif pada hipermetropia rinagn, tidak ada
astenopia akomodatif, tidak ada strabismus
 Bedah
 LASIK (Laser in situ keratomileusis)
 LASEK (Laser sebepithelial keratomileusis)
 PRK
Komplikasi Hipermetropia
 Strabismus (Esotropia)

 Glaukoma sekunder
Astigmatisme
Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar
cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada semua
meridian dan berkas cahaya difokuskan pada 2
garis titik yang seling tegak lurus akibat kelainan
kelengkungan kornea.
Astigmatisme
Klasifikasi Astigmatisme
 Astigma dapat terjadi dengan kombinasi kelainan
refraksi yang lain termasuk:
1. Miopia : bila kurvatura kornea selalu melengkung atau jika
aksis mata lebih panjang dari normal. Bayangan terfokus
didepan retina dan menyebabkan objek dari jauh terlihat
kabur
2. Hipermetropia : ini terjadi jika kurvatura kornea terlalu
sedikit atau aksis mata lebih pendek dari normal. Bayangan
terfokus dibelakang retina dan menyebabkan objek dekat
terlihat kabur
Klasifikasi Astigmatisme
 Bentuk Astigmatisme:
1. Astigmatisme reguler :
 astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau
berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian
berikutnya.
 Dibedakan atas Astigmat ‘with the rule’ dan Astigmat ‘against the rule’

2. Astigmatisme irreguler :
 Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian yang saling tegak lurus
Klasifikasi Astigmatisme
 Klasifikasi astigmatisme dilihat dari kondisi optik:
1. Simple hypermetropia astigmatism
2. Simple myopia astigmatism
3. Compound hypermetropia astigmatism
4. Compound miopic astigmatism
5. Mixed astigmatism
Manifestasi Klinik Astigmatisme
 Manifestasi klinik:
1. Distorsi bagian-bagian
lapang pandang
2. Tampak garis vertikal,
horizontal atau miring yang
tidak jelas
3. Memegang bahan bacaan
dari dekat
4. Sakit kepala, mata berair
dan cepat lelah
5. Memiringkan kepala agar
dapat melihat jelas
Diagnosis Astigmatisme
• Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme
• Pemeriksaan Oftalmologi
a. Visus ( snellen chart)
b. Refraksi
 Subjektif : kartu astigmatisme
 Objektif : keratometer, keratoskop, dan videokeratoskop
c. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi
d. Pemeriksaan umum mata :
 reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, 27 penglihatan warna,
tekanan intraokular, pemeriksaan segmen anterior dan posterior
Penatalaksanaan Astigmatisme
 Penatalaksanaan non bedah:
dapat dikoreksi dengan sferis
silindris sesuai aksis yang
didapatkan, untuk astigmatisme
yang kecil tidak perlu dikoreksi.
Untuk astigmatisme miopi,
diperlukan lensa silinder negatif,
untuk astigma hipermetropi
diguunakan lensa silinder
positif.
 Astigma juga dapat dikoreksi
dengan keratektomi,
fotorefraktif, dan LASEK
PRESBIOPIA

Presbiopia merupakan gangguan akomodasi pada usia lanjut


yang dapat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi dan lensa
mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat
sklerosis lensa.
Presbiopia
Gejala Klinik Presbiopia
 Keluhan pasien berupa mata lelah,berair, dan sering panas
setelah membaca
Penatalaksanaan Presbiopia
 Pada pasien presbiopi, kacamata atau addisi diperlukan untuk
membaca dekat yang berkekuatan tertentu, biasanya:
o +1,0 D untuk usia 40 tahun
o +1,5 D untuk usia 45 tahun
o +2,0 D untuk usia 50 tahun
o +2,5 D untuk usia 55 tahun
o +3,0 D untuk usia 60 tahun
• Karena jarak baca biasanya 33cm maka addisi +3,0 dioptri
adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada
seseorang, pada keadaan ini mata tidak melakukan
akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai