Anda di halaman 1dari 45

Metode Pemuliaan Tanaman

Menyerbuk Sendiri (Self


Pollinated Crops)

Mahya Nur Rohmah S.Si, M.Sc


O Nama : Mahya Nur Rohmah S.Si,
M.Sc
O Pendidikan : SD-SMA di Lampung
(1995-2007)
S1 Fakultas Biologi UGM (2007-
2012)
Pascasarjana Pertanian
UGM (2013-2016)
O Introduksi
O Seleksi :
Seleksi massa
Seleksi galur
O Hibridisasi  penanganan generasi bersegregasi
dengan menggunakan :
O Metode silsilah (pedigree)
O Metode curah (bulk)
O Single Seed Descent (SSD)
O Metode silang balik (back cross)
INTRODUKSI

INTRODUKSI

KOLEKSI KOLEKSI
PLASMA NUTFAH PLASMA NUTFAH

Bahan Tetua SELEKSI

Hibridisasi

Seleksi Pengujian

Langsung digunakan
Pengujian Varietas Baru Sebagai Varietas Baru

Varietas Baru
Seleksi Massa
Tujuan seleksi massa
1. Untuk memurnikan varietas:
pengotoran dari percampuran, persilangan
alami, dan mutasi alami dalam produksi
benih.
2. Memperbaiki sifat-sifat dalam varietas lokal
Diperoleh varietas unggul yang merupakan
campuran genotipa dengan fenotip yang
seragam.
Seleksi massa
O Pelaksanaan:

a. Dari populasi dasar yang ditanam → dipilih individu-individu terbaik


berdasarkan fenotipe yang sesuai dengan kriteria seleksi
b. Biji dari individu terpilih dipanen →di campur
c. Diambil sejumlah biji secara acak → ditanam pada satu petak →
Dipilih individu-individu terbaik sesuai dengan kriteria seleksi
d. Biji dari individu terpilih dipanen → dicampur
e. Diambil sejumlah biji secara acak → ditanam pada satu petak →
dipilih individu-individu terbaik sesuai dengan kriteria seleksi
f. Demikian seterusnya sampai diperoleh suatu populasi yang seragam
dengan sifat-sifat sesuai dengan kriteria seleksi yang telah ditentukan
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx - Populasi Dasar :
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Biasanya berupa varietas lokal

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx (landrace)
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
- Biji dari hasil seleksi generasi
Biji Dicampur pertama → dipanen → dicam-
pur
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx - Biji diambil sebagian secara

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx acak → ditanam → Diseleksi.


xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx - Dst sampai beberapa gene-
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxx rasi seleksi → Diperoleh po-
pulasi yang seragam dng. si-
Biji Dicampur fat yang diinginkan.
Keuntungan
a. Menghasilkan varietas yang dapat beradaptasi
luas karena lebih dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang beragam
b. Memberikan kestabilan hasil walaupun pada
kondisi alam yang beragam
c. Lebih dapat bertahan terhadap kerusakan yang
menyeluruh serangan suatu penyakit
Kekurangan
a. Kurang menarik dibandingkan dengan varietas yang
berasal dari galur murni (seragam)
b. Lebih sulit untuk memberikan tanda pengenal diri pada
program seleksi benih.
c. Biasanya memberi hasil lebih rendah dari galur terbaik
dalam campuran.
Seleksi Galur Murni (Pure Line)
O Galur : Individu-individu yang dikembangkan
melalui penyerbukan sendiri dari tanaman
tunggal.
O Jika galur tersebut dapat dianggap sudah
sebagai suatu populasi dari genotip tunggal →
galur murni → populasi seragam karena sudah
homosigot.
Tujuan

 Untuk mendapatkan varietas yang


dikembangkan dari individu homosigot
superior
 Pemilihan berdasarkan fenotip
 Hasil seleksi berupa galur murni
Kelebihan

O Lebih menarik karena lebih seragam baik


genotip maupun fenotip
O Lebih mudah diidentifikasi
O Hasil biasanya lebih tinggi daripada hasil
seleksi massa
Kekurangan
O Kurang adaptif terhadap perubahan
lingkungan
Tahapan
a. Tahap Pertama
O Memilih individu-individu terbaik (sesuai dengan yang
diinginkan) dari populasi dasar → diadakan penyerbukan sendiri.
b. Tahap Kedua
O Keturunan individu-individu terpilih ditanam terpisah dalam
baris-baris untuk diamati/dinilai →
O Penilaian dilakukan beberapa generasi → 7 – 8 generasi.
O Penilaian ditekankan pada :
O galur dengan sifat tertentu yang terbaik
O keseragaman dalam galur
c. Tahap ketiga
O Jumlah galur sudah terbatas → diadakan pengujian yang
berulangan
x x x x x x x x x
x x x x x x x x x Tahap kesatu
x x x x x x x x x Dari populasi dasar dipilih
Individu-individu terbaik
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x Tahap kedua
Terdiri dari 7 – 8 generasi
x x x ………..x x x
x x x ………..x x x
x x x ………..x x x Tahap ketiga
x x x ………..x x x Sejumlah galur murni yang
baik diuji dengan beberapa ulangan

Percobaan Uji Berulangan


Hibridisasi
O Untuk menggabungkan sifat dari sepasang
atau lebih tetua
O Diawali dengan pemilihan tetua didasarkan
atas tujuan program
O Hibridisasi  keragaman genetik
O Sepasang tetua
O Lebih sepasang tetua
O Persilangan campuran (poly cross)
Metode pemuliaan hasil
hibridisasi
O Metode silsilah (pedigree)
O Metode curah (bulk)
O Single seed descent (SSD)
Pedigree Method
O Dilakukan pada generasi ke-2 (F2)
O Pemilihan genotip superior
O Membutuhkan pencatatan cermat tetua
(ancestor)
O Waktu: 14-15 tahun
 Metode ini disebut pedigree atau silsilah karena
dilakukan pencatatan pada setiap anggota populasi
bersegregasi dari hasil persilangan.
 Seleksi dilakukan pada karakter yang memiliki
heritabilitas tinggi
• Seleksi pada famili terbaik, barisan terbaik dan
tanaman terbaik.
• Famili adalah kelompok galur yang berasal dari satu
tanaman terseleksi pada generasi sebelumnya
Tahapan seleksi Pedigree
Tetua A x Tetua B
F1

Ditanam dalam barisan


F2 berjarak lebar
Seleksi tanaman tunggal
F3
Baris-baris keturunan dari
satu tanaman
Seleksi tanaman tunggal
F4-F5 Baris-baris keturunan dari
satu tanaman

F6- F7 Uji Daya hasil pendahuluan

F8-F12 Uji multilokasi

Pelepasan Varietas
Oa
Kelebihan
O Memberi informasi model inheritance berbagai karakter
kualitatif
O Lebih singkat dibandingkan metode Bulk (15-16 tahun)
O Hanya keturunan-keturunan unggul yang dilanjutkan
pada generasi selanjutnya, tanaman yang jelek dibuang
O Seleksi tiap generasi, sehingga tanaman tidak terlalu
banyak
O Menghemat lahan, karena jumlah tanaman tiap generasi
semakin sedikit
O Silsilah dari suatu galur dapat diketahui
Kekurangan

O Sebagian besar progeny dibuang (mungkin


membuang materi berguna)
O Tiap generasi persilangan harus dilakukan
pencatatan misal (sifat morfologi, ketahanan
hama dan penyakit, umur panen dll), sehingga
perlu banyak catatan dan pekerjaan
Metode Bulk (Curah)
O Merupakan metode untuk membentuk galur homozigot
dari populasi bersegregasi melalui selfing selama
beberapa generasi tanpa seleksi.
O Seleksi ditunda sampai generasi lanjut biasanya pada
generasi F5 dan F6. Dari generasi F1 s/d F4 benih
ditanam secara massa (bulk)
O Pada generasi tersebut adanya seleksi alami
O Seleksi untuk karakter dengan heritabilitas rendah
sampai sedang
Tahapan Seleksi Curah (Bulk)
Tetua A x Tetua B
Menanam F1 dalam Rumah
F1
Kaca

F2- F4 Populasi Bulk ditanam dilapang

F5 Seleksi tanaman tunggal

F6 Seleksi pada baris (famili)


terbaik

F7 Ditanam dalam jarak rapat

Uji daya hasil pendahuluan


F8
dengan varietas pembanding

F9
Uji Multilokasi
Pelepasan varietas
Bulk Breeding Method (Source: Acquaah, 2006)
Kelebihan
O Relatif murah dan sederhana untuk memelihara
populasi bersegregasi.
O Generasi F1 – F4 pekerjaan tidak terlalu berat,
karena pada generasi tersebut tidak ada seleksi.
O Ekonomis untuk tanaman berumur pendek dan jarak
tanam sempit seperti padi, gandum dll.
O Tanaman yang baik tidak terbuang, karena tidak
dilakukan seleksi pada generasi awal.
O Beberapa generasi dapat dilakukan pada tahun sama
Kekurangan
O Silsilah galur tidak tercatat sejak awal
O Seleksi alam pada generasi awal dapat
menghilangkan genotipe-genotipe yang baik
O Jumlah tanaman pada generasi lanjut sangat
banyak sehingga memerlukan lahan yang luas.
Metode SSD
O Metode ini banyak diterapkan pada tanaman
berpolong
O Pada metode ini panen dilakukan satu biji dari
setiap tanaman, mulai F2 – F5, kemudian
setiap biji tersebut dicampur untuk ditanam
pada generasi berikutnya
Tahapan Seleksi SSD
Tetua A x Tetua B

F1 Bulk

F2- F4 Ambil secara acak 1 biji dari


1 tanaman
F5 Seleksi tanaman terbaik

F6 Barisan tanaman tunggal

F7 Uji daya hasil pendahuluan

Uji multilokasi
F8-F10

Pelepasan varietas
A X B

F 1
Bulk
50-100 tanaman

Pertanaman tunggal
F 2
2000 – 3000 galur

Pertanaman tunggal
F 3 2000 – 3000 galur

Pertanaman tunggal
F 4 2000 – 3000 galur

Pertanaman tunggal
F 5 2000 – 3000 galur

Seleksi tanaman superior


F 6 3000 – 5000 galur

Pertanaman barisan
F 7
300 – 500 galur (10%)

Uji daya hasil


F 8 – F 12 30-50 galur (10%)

Bagan metode single seed descent (SSD).


(Sumber : Poehlman, 1979).
Single Seed Descent Method (Source: Acquaah, 2006)
Action

Grow F1 plants, harvest all


F2 seeds per plant

Grow F2 population, harvest


one seed per plant

Grow F3 population, harvest


one seed per plant

Grow F4 population, harvest


one seed per plant

Space-plant to grow F5,


select best single plants

Grow F5-derived plant rows


In the F6 generation (F5:6)
Yield Test in F7 (F5:7 rows)

Yield Test in F8 (F5:8 rows)


Yield Test in F9 (F5:9 rows)
Large-scale seed increase for
variety release
Kelebihan
O Keperluan lahan sempit
O Waktu dan tenaga yang diperlukan saat panen
lebih sedikit
O Pencatatan dan pengamatan jauh lebih sederhana
O Seleksi untuk sifat yang heritabilitas tinggi dapat
dikerjakan lebih efektif.
O Dimungkinkan menanam sejumlah generasi
melalui pengendalian lingkungan misal dalam
rumah kaca.
Kekurangan
O Seleksi untuk karakter-karakter yang
heritabilitasnya rendah tidak efisien, misal
hasil
O Identitas tanaman unggul F2 tidak diketahui
Metode Silang Balik
(Back Cross)
O Silang Balik : persilangan antara keturunan dengan salah satu
tetuanya.
O Kegunaan : untuk memperbaiki suatu sifat yang dikendalikan
oleh gen tunggal dari varietas unggul pada tanaman menyerbuk
sendiri.
O Perbaikan sifat kuantitatif melalui silang balik → sulit dicapai.
O Masalah yang paling besar dalam pelaksanaan Metode Silang
Balik adalah adanya pautan atau “linkage” antara gen atau allel
yang diinginkan dengan allel yang tidak diinginkan / jelek.
O Galur pendonor gen (alel) → Tetua Donor (=Donor Parent)
O Galur yang menerima → Tetua Penerima (=Recipient Parent atau
Recurrent Parent)
Tahapan Metode Silang Balik
O Persilangan pertama antara tetua penerima
(Resipien=Recurrent=R) dengan tetua pemberi (Donor=D)
menghasilkan F1
O Silang balik pertama, F1 disilangkan dengan R untuk mendapatkan
populasi BC1. (F1 sebagai betina dan R sebagai tetua jantan)
O Silang balik kedua, BC1 disilangkan dengan tetua R untuk
mendapatkan BC2. Tetua BC1 sebagai betina dan R sebagai tetua
jantan.
O Silang balik ketiga, BC2 disilangkan dengan tetua R untuk
mendapatkan BC3. Tetua BC2 sebagai betina dan R sebagai tetua
jantan.
O Silang balik keempat, BC3 disilangkan dengan tetua R untuk
mendapatkan BC4. Tetua BC3 sebagai betina dan R sebagai tetua
jantan.
O Populasi BC4 sudah mengandung kembali 93,75% gen R.
Tahapan Metode Silang Balik

O Pada akhir kegiatan, BC4 dikawinkan sendiri


sehingga terjadi segregasi dan diseleksi untuk
mendapatkan galur harapan baru
Persyaratan yang harus dipenuhi
dalam program silang balik
O Tersedianya tetua timbal-balik yang sesuai
O Sifat-sifat yang dipindahkan dari tetua
penyumbang masih mungkin dipelihara
dengan intensitas yang tidak berkurang
walaupun mengalami beberapa kali
persilangan balik
O Untuk mendekati kemiripan sifat-sifat tetua
timbal balik, kecuali sifat yang diperbaiki
tetap serupa dengan tetua penyumbang (tetua
donor), diperlukan banyak persilangan balik
Single Gene Transfer :
Linkage Drag with Traditional Backcross Breeding

Donor Commercial
variety Variety

Resistance X
Gene

New Variety
Prosedur
(i) Musim pertama
silang balik
O Recurrent Parent (RP) disilangkan dengan Donor Parent (DP)
→ menghasilkan generasi F1.
(ii) Musim kedua
O F1 x RP → BC1F1

50% RP/DP 50% RP/RP


(iii) Benih BC1F1 ditanam
Oxxxxxxxxxxxxx Tanamanan terpilih dari
O x x x x BC1F1 x x x x populasi BC1F1 yg mengan-
Oxxxxxxxxxxxxx dung sifat yg diinginkan
Oxxxxxxxxxxxxx dibiarkan menyerbuk sendiri

Benih BC1F2
(iv) Benih BC1F2 ditanam
Oxxxxxxxxxxxxx BC1F2 terpilih→ menyerbuk sendiri
O x x x x x x F2 x x x x x ↓
Oxxxxxxxxxxxxx Benih BC1F3

Oxxxxxxxxxxxxx
(iv) Benih BC1F3 ditanam ↓
Oxxxxxxxxxxxxx BC1F3 terpilih x RP
O x x x x x x F3 x x x x x ↓
Oxxxxxxxxxxxxx Benih BC2F3
Oxxxxxxxxxxxxx
(v) Benih BC2F3 ditanam Tanaman terpilih yg mengan
O xxxxxxxxxxxxxx dung yg diinginkan dan fe-
O x x x x x BC2F3 x x x x x notipnya mendekati RP di-
O xxxxxxxxxxxxxx silang balik dengan RP →
O xxxxxxxxxxxxxx BC2F3 x RP
O ↓
O BC3F3
(vi) Demikian seterusnya dilakukan silang balik ke empat, lima dan
enam secara berturut-turut
BC3F3 x RP

BC4F3 x RP
O ↓
O BC5F3 x RP → BC6F3
(vii) BC6F3 → Penyerbukan sendiri → BC6F4

(viii) Galur-galur homosigot untuk sifat yang diinginkan dari


tetua donor (DP) dan memiliki kemiripan dengan tetua penerima
(RP) benihnya disatukan → diperbanyak → dilepas sebagai
varietas baru.

Anda mungkin juga menyukai