Anda di halaman 1dari 16

PEMULIAAN TANAMAN

MENYERBUK SILANG
Rizki Bagus Nugroho, SP., M.Si
Tanaman menyerbuk silang
Tanaman menyerbuk silang (cross-pollinated plant) merupakan tipe tanaman yang memiliki peluang besar
(>50%) terjadinya penyerbukan dan pembuahan dari gamet jantan (polen) bukan berasal dari bunga
yang sama.
Misal pada tanaman jagung manis yang memiliki potensi menyerbuk silang sebesar 95% (Sleper &
Poehlman 2006), melon non hermaprodit yang mana penyerbukannya dibantu oleh angin dan serangga
(Revanasidda & Belavadi 2019). Tipe tanaman ini memiliki tipe pembungaan:
- Hermaprodit, namun penyerbukan terjadi saat bunga mekar (kasmogami), putik dan benang sari
dewasa pada waktu yang berbeda (dikogami) (protandry: polen pecah sebelum putik reseptif;
protageny: polen pecah setelah putik reseptif), posisi putik dan benang sari berjauhan (heterostyly),
self incompatibility & mandul jantan
- Berumah satu, dalam satu tanaman terdapat alat kelamin jantan dan betina namun pada bunga yang
berbeda, lokasi bunga jantan dan betina tidak berdekatan
- Berumah dua,dalam satu tanaman hanya memiliki satu tipe bunga (misal jantan saja).
Revanasidda, Belavadi VV. 2019. Floral biology and pollination in Cucumis melo L., a tropical andromonoecious cucurbit. J. Asia-Pacific
Entomology. 22: 215 – 225.
Sleper DA, Poehlman JM. 2006. Breeding Corn (Maize). Chapter 17. In: Breeding Field Crops, Edition 5. Blackwell Publishing pp 277-296.
Sasaran pengembangan kultivar
Terdapat 2 sasaran pengembangan / perakitan tanaman

1. Individu
Pengembangan individu superior umumnya dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri
lingkup semusim sebab seleksi diarahkan untuk merakit individu homozigot.

2. Populasi
Pengembangan populasi merupakan fokus dari pemuliaan tanaman menyerbuk silang
lingkup semusim karena tujuan pemuliaannya adalah merakit individu heterozigot.
Individu heterozigot dikembangkan dengan jalur persilangan galur murni dan saling silang
beberapa genotipe (intercrossing). Evaluasi peforma persilangan galur murni dan saling silang
beberapa genotipe tidak bisa dilihat dari satu progeny-nya saja, melainkan seluruh progeny
yang terbentuk = populasi. Itu sebab lingkup pengembangannya bukan pada individu,
melainkan populasi
Basis pengembangan kultivar
menyerbuk silang
- Bersari bebas / open-pollinated (OP)
Bersari bebas merupakan kultivar heterozigot heterogenus. Benih hasil tanaman bersari bebas jika
ditanam kembali tetap beragam namun peforma populasi (misal daya hasil) akan mendekati sama
dengan populasi sebelumnya selama terjaga keseimbangan genetiknya (tidak ada seleksi, introduksi,
mutasi dan lainnya).

- Hibrida
Hibrida merupakan kultivar heterozigot homogenus. Perakitan hibrida dilakukan dengan
menyilangkan setidaknya dua galur murni sehingga diperoleh kombinasi alelik yang sangat
heterozigot. Benih hasil tanaman hibrida jika ditanam kembali akan menghasilkan populasi beragam
(F2) karena segregasi genetik pada alel heterozigot sehingga tidak ekonomis.

Kedua kultivar ini memanfaatkan fenomena heterosis, yakni peforma karakter akan semakin baik
selaras dengan banyaknya kombinasi alel heterozigot.
Seleksi berulang
Seleksi berulang / recurrent merupakan metode sedehana untuk meningkatkan peforma
populasi dengan dilakukannya pemilihan individu superior pada populasi (mencabut individu
dengan peforma buruk), selfing untuk meningkatkan homozigositas individu yang dilanjut
dengan intercross / random mating / saling silang untuk meningkatkan heterozigositas. Tiap
siklus pada metode ini akan mengalami peningkatan dan akan berhenti saat setelah tidak ada
lagi seleksi individu pada populasi (keseimbangan genetik). Pemulia tidak perlu merakit
keragaman karena sumber tanaman bisa dari campuran benih sintetik, hibrida, populasi
segregan, dan lainnya.

Kelebihan : cepat, mudah; benih hasil panen dapat digunakan kembali; prospektif
untuk karakter hasil; kemampuan adaptasi tinggi; keberhasilan tinggi
Kelemahan : membutuhkan lahan yang luas; spesifik karakter (misal karakter
kualitatif) sukar didapat; populasi beragam
Skema seleksi berulang sederhana
Musim tanam (MT) 1
Tanam beberapa koleksi tanaman dengan karakter unggul, buang / cabut tanaman dengan
C0 performa buruk, semua tanaman di-selfing, pisahkan benih hasil panen tiap tanaman
Populasi
dasar Musim tanam 2
Tanam hasil panen tiap tanaman MT1 dalam barisan (misal hasil panen tanaman A, tanam
semua benihnya dalam satu baris, dan seterusnya), biarkan saling silang, panen semua benih

Musim tanam 3
Semua benih hasil panen MT2 ditanam, buang / cabut tanaman dengan performa buruk,
C1 semua tanaman di-selfing, pisahkan benih hasil panen tiap tanaman (seperti pada MT1)

Musim tanam 4
Tanam hasil panen tiap tanaman MT3 dalam barisan, biarkan saling silang, panen semua benih

Mengulang siklus C1 untuk kemudian menjadi C2, dan


seterusnya hingga tidak ada peningkatan peforma
Gambaran peningkatan peforma dari
seleksi berulang
Setiap pengulangan siklus akan mendapati peningkatan peforma karakter karena akumulasi sifat
baik dari individu superior dan karena saling silang antar individu yang sebelumnya telah
dilakukan selfing. Selfing mengakibatkan peningkatan homozigositas dan pada musim tanam
setelahnya dilakukan saling silang dengan harapan meningkatnya heterozigositas sehingga
peforma populasi meningkat.

Perlu dilakukan evaluasi tiap generasi, seleksi


dihentikan apabila hasil menurun. Seleksi
berlebih mengakibatkan deperesi tangkar
dalam karena jarak genetik antar genotipe
menjadi sempit.
Metode ini banyak memiliki variasi untuk tujuan
yang berbeda. Metode ini sangat efektif untuk
merakit varietas bersari bebas. (Acquaah 2012)
Perakitan varietas komposit vs sintetis
Varietas komposit dan sintetis keduanya tergolong varietas bersari bebas, namun ada beberapa poin
pembeda yang berpengaruh pada hasil

Varietas komposit vs varietas sintetis


• Keduanya berasal dari pencampuran galur murni, klon, dan hibrida yang sudah diketahui peformanya,
ketahanannya, waktu berbunga dan anthesis, dan sifat lainnya
• Metode perakitannya pun sama, yakni seluruh materi genetik / sumber tanaman ditanam bersamaan
atau ditanam dengan metode staggered planting (disamakan waktu berbunga / anthesisnya) sehingga
bisa saling silang pada beberapa generasi hingga mencapai kestabilan genetik
• Pembedanya adalah, pada perakitan varietas komposit tidak dilakukan tes keturunan, sedangkan
pada perakitan varietas sintetis dilakukan tes keturunan untuk daya gabung umum (DGU), sehingga
galur / klon / hibrida yang digunakan keseluruhannya berpotensi menghasilkan turunan yang baik.
Daya gabung khusus adalah peforma rata-rata progeny dari hasil silang suatu tanaman dengan
beberapa tanaman lainnya.
• Umumnya, varietas sintetis memiliki peforma yang lebih unggul dibanding varietas komposit
Perakitan varietas komposit vs sintetis
Varietas komposit dibanding var. sintetik Varietas sintetis dibanding var. komposit
Kelebihan Kelebihan
- Relatif mudah & murah, tidak perlu pengujian - Peforma populasi relatif tinggi
- Adaptasi relatif luas - Relatif seragam
- Terdapat peluang akumulasi karakter baik dari - Penanganan dan perakitan lebih efisien
banyak genotipe
Kekurangan
Kekurangan - Relatif sulit dan memakan waktu untuk pengujian
- Peforma populasi relatif lebih rendah - Adaptasi relatif sempit
- Relatif lebih beragam - Akumulasi karakter baik relatif terbatas
- Penanganan dan upaya perakitan lebih sulit
Skema perakitan var. komposit vs sintetis
Misal Pak Bagus memiliki benih jagung manis A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J yang sudah diketahui peforma
dan karakter masing-masing. Untuk merakit varietas komposit, Pak Bagus bisa menanam dan membiarkan
jagung manis A~J saling silang hingga mendapat kestabilan genetik.

Untuk merakit var komposit, perlu dilakukan uji DGU, dan dari hasil tes didapat turunan yang bagus dari seri
persilangan sbg berikut (misal):
A x B, E, F, H, I B x A, C, F, H, I C x A, B, D, G, I, J D x A, C, J E x A, B, C, D, F, I, J
F x A, B, C, D, H, I GxD H x A, B, F, I, J I x A, B, C, D, F, H, J J x C, D, G, H, I

Maka jika Pak Bagus ingin merakit var. Sintetis, genotipe yang ditanam hanya A, B, F, H, I atau C, D, J atau H,
I, J karena genotipe- genotipe tersebut saling cocok dan dapat menghasilkan turunan yang baik.
Perakitan hibrida
Varietas hibrida kini lebih diminati dibanding perkitan varietas bersari bebas karena tanaman
yang seragam, hasil yang sangat tinggi, dan karakter unggul lainnya yang lebih jelas. Hibrida
merupakan hasil silang setidaknya dua galur murni sehingga terbentuk progeny F1 yang sangat
heterozigot. Pada tanaman menyerbuk silang, terdapat fenomena heterosis, yakni peforma
karakter akan semakin baik selaras dengan banyaknya kombinasi alel heterozigot. Persilangan dua
galur murni (misal AAbbcc x aaBBCC) berpotensi banyak menghasilkan kombinasi alel
heterozigot, sehingga peforma hibrida jauh lebih baik dibanding peforma var. bersari bebas.

Kelebihan : hasil tinggi; karakter jelas; seragam


Kekurangan : adaptasi relatif sempit; perlu lingkungan yang sangat mendukung; perlu
keahlian dalam melakukan tes parameter genetik; membutuhkan banyak
waktu dan lahan yang luas saat dilakukan pengujian; hasil panen tidak
ekonomis jika ditanam kembali.
Skema perakitan hibrida
Terdapat 3 tipe hibrida, yakni hibrida single cross (silang tunggal), three-way cross, dan double
cross (silang ganda). Dalam perakitannya, masing-masing genotipe yang dimiliki wajib digalur
murnikan terlebih dahulu agar terakumulasi pasangan alel homozigot (meningkatkan
homozigositas). Perpasangan dan akumulasi alel homozigot pada tanaman menyerbuk silang
menghasilkan depresi tangkar dalam (depression inbreeding) yakni penurunan peforma tiap
generasi selfing, misal tanaman yang semakin pendek antar generasi selfing.

S0 S1 S2 S3 A B C D E F
AaBbCc AABbCc AABBCc AABBCC (kita lanjut pada slide berikutnya)
aaBbCc aabbCc aabbcc
Skema perakitan hibrida
Setelah didapat beberapa genotipe galur murni, maka dilakukan tes daya gabung khusus (DGK).
Daya gabung khusus adalah peforma progeny hasil silang spesifik (misal A x B) yang
dibandingkan dengan hasil silang spesifik lainnya. Misal.
Warna merah menandakan adanya
maternal efek atau efek ibu, maternal
efek adalah karakter yang muncul
A B C D E dari kontribusi gen sitoplasmik.
A x B = 80 A x C = 83 A x D = 70 A x E = 88 Dalam pembuahan, tetua jantan hanya
B x A = 80 B x C = 89 B x D = 71 B x E = 60 menyumbang gen dari inti sel pada
C x A = 83 C x B = 83 C x D = 81 C x E = 47 polen, sedangkan tetua betina
D x A = 85 D x B = 71 D x C = 80 D x E = 91 menyumbang inti (gamet betina) dan
seluruh organel sel yang juga terdapat
E x A = 88 E x B = 62 E x C = 47 E x D = 89 gen (pada mitokondria dan kloroplas).
Tampak pada B x C = 89 sedangkan
Dari hasil uji, beberapa kombinasi yang cocok sebagai tetua C x B = 83, terdapat pengaruh gen
perakitan hibrida yakni pada seri persilangan A x E, B x C, D x E, sitoplasmik dari tetua betina yang
mempengaruhi peningkatan hasil.
E x A, dan E x D.
Skema perakitan hibrida
3 tipe hibrida, berikut skema sederhananya.

Single cross Three-way cross Double cross


AxB AxB AxB CxD

F1 F1 x C F1 x F1

F1 F1

Tidak selalu hibrida three-way cross & double cross lebih baik dibanding hibrida single cross,
peforma daya hasil dan karakter kuantitatif lainnya tetap bergantung pada tingkat heterosis.
Meski demikian, hibrida three-way cross & double cross memiliki potensi daya hasil yang lebih
besar jika setiap tetua memiliki latar belakang genetik yang berbeda / luas + memungkinkan
akumulasi karakter baik dari masing-masing tetua.
Tambahan: pemuliaan silang balik
Pemuliaan silang balik / backcross merupakan teknik penambahan satu karakter unggul yang belum
dimiliki suatu individu superior. Misal suatu tanaman memiliki hasil yang tinggi, umur genjah dan seluruh
karakter unggul lainnya, namun belum memiliki karakater tahan penyakit A, sehingga dilakukan
persilangan beberapa generasi antara genotipe superior dan genotipe yang memiliki ketahanan penyakit
A (tetua donor=pemberi satu karakter unggul, peforma tanaman buruk namun memiliki satu karakter
unggul yang tidak dimiliki individu superior, biasanya adalah varietas lokal atau liar). Setelah
disilangkan beberapa kali dengan tetua donor, didapat kestabilan (stabil = karakter tidak berubah pada
turunannya) resistensi penyakit A, meskipun tanaman yang superior tersebut berkurang peformanya
akibat disilangankan dengan tetua donor.
Setelah mendapat karakter resistensi A, maka tanaman tersebut disilangkan kembali dengan tetua
superior (tetua pemulih) beberapa generasi hingga keragaan / peformanya kembali superior +
memiliki resistensi penyakit A.

Teknik ini tidak ada kendala pada tanaman menyerbuk sendiri. Pada tanaman menyerbuk silang,
persilangan pada tetua pemulih beberapa generasi berpotensi terjadinya depresi tangkar dalam.
Poin yang harus dipahami
• Tanaman menyerbuk silang umumnya terjadi pada tipe pembungaan kasmogami / dikogami /
heterostyly / mandul jantan / monoecy / dioecy.
• Pengembangan / perakitan tanaman menyerbuk silang difokuskan pada pengembangan
populasi, bukan individu.
• Perakitan diarahkan pada peningkatan akumulasi heterozigot untuk menunjang hetorsis.
• Tanaman menyerbuk silang lingkup semusim efisien untuk dikembangkan menjadi varietas
bersari bebas dengan metode seleksi berulang, peraktian komposit dan sintetis serta dapat
dikembangkan menjadi varietas hibrida dengan menyilangkan dua galur murni yang memiliki
DGK besar
• Benih var. bersari bebas lebih mudah diproduksi dan tetap ekonomis jika ditanam kembali
meski memiliki potensi hasil yang tidak sebesar var. hibrida.
• Var. hibrida memiliki daya hasil yang sangat tinggi, namun relatif sulit merakitnya dan benih
hasil panennya tidak ekonomis jika ditanam kembali karena akan sangat beragam.
Terima kasih~

Anda mungkin juga menyukai