Anda di halaman 1dari 40

ANTIPSIKOSIS 

DAN MANIA

KELOMPOK A
LOKAL A
Topik pembahasan 

psikosis mania

Pengobatan Pengobatan
psikosis mania
Efek samping dan terapi
obat
PSIKOSIS

Psikosis adalah gejala dari penyakit 
mental yang ditandai dengan 
perubahan atau tidak ada  kesadaran 
atas realitas

Gangguan psikosis memliki perbedaan etiologi,
yang masing-masing memerlukan jalan untuk
 pengobatan  yang berbeda. 
   Umumnya gangguan psikosis termasuk gangguan mood
(depresi utama atau mania) dengan gejala psikosis, psikosis induksi-
substansi, dimensia dengan gejala psikosis, kelainan jiwa dengan gejala 
psikosis, gangguan psikosis ringan, gangguan halusinasi, gangguan 
skizoafektif dan skizofrenia.  
Gejala psikosis

Halusinasi

Perilaku 
Delusi
gelisah

Ucapan 
tidak 
teratur 
Hipotesis Dopamin

• Mekanisme umum dari sintesis chlorpromazine dan haloperidol dapat dikatakan se
bagai antagonis reseptor dopamine postsinaps. Informasi perkembangan dari pene
muan tersebut mengatakan bahwa dari sekian banyak obat antipsikosis generasi per
tama yang khas atau ditemukan secara spesifik terhadap reseptor D2.
• Penemuan komponen klinis khusus dan profil pengikat dari clozapine merangsang 
pengembangan dari antipsikosis generasi kedua yang berpotensi sebagai antagonis 
reseptor serotonin, sementara memiliki anfinitas yang rendah untuk reseptor d2 dib
andingkan dengan agen antipsikosis tipikal, sehingga menghasilkan efek samping e
kstrapiramidal dengan potensi yang lebih rendah. 
TUJUAN UMUM DAN
PATHOGENESIS PENGOBATAN
PSIKOSIS

Pengobatan antipsikosis 
   
 terbagi menjadi 2, yaitu :
Umumnya untuk semua gangguan 
psikosis adalah gejala dari suatu  1.Pengobatan antipsikosis jangka pendek
penyakit, yang mungkin termasuk   (short-term treatment)
perilaku halusinasi, gangguan 
pikiran dan perilaku yang tidak dapat  2.Pengobatan antipsikosis jangka panjang
dikontrol.  (long-term treatment)
• gejalanya bersifat sementara 
• Pasien dengan delirium, demensia, gangguan 
1. PENGOBATAN  depresi utama akan menerima pengobatan ant
ANTIPSIKOSIS  ipsikosis jangka pendek.
JANGKA PENDE • Pasien bipolar tertentu dapat diberikan pengo
K (SHORT-TERM batan antipsikosis dalam jangka waktu yang l
ebih panjang
TREATMENT)  • Gejala psikosis kronik pada pasien dengan di
mensia juga dapat menerima terapi obat, teta
pi harus memperhatikan resiko
• Gangguan halusinasi, skizofrenia,
 gangguan skizoafektif dan PDP
2. PENGOBATAN ANTIP • Untuk skizofrenia dan
SIKOSIS JANGKA  gangguan skizoafektif khususnya,
PANJANG (LONG-TERM tujuan
TREATMENT) pengobatan antipsikotik adalah
untuk memaksimalkan pemulihan
fungsional dengan
mengurangi keparahan gejala
positif dan pengaruh perilaku
RESEPTOR ANTIPSIKOSIS
1st generation
Antipsikosis tipikal

Pengolongan
antipsikosis
2st generation
Antipsikosis atipikal
Antipsikosis tipikal

Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal mempunyai afinitas tinggi


dalam menghambat reseptor dopamin 2, hal inilah yang diperkirakan
menyebabkan reaksi ektrapiramidal yang kuat
a) Devirat-fenotiazin : klorpromazin, levomepromazin dan
triflupromazin, thiorizidin dan periciazin, perfenazin dan flufenazin,
perazin, trifluperazin, proklorperazin, dan thietil perazin.
b) Devirat-thioxanthen : klorproxiten dan zuklopentixol
c) Devirat-butirofenon : haloperidol, bromperidol, pimpaperon dan
droperidol
d) Devirat-butilpiperidin : pimozida, fluspirilen, penfluridol
Aktivitas terhadap Reseptor

Obat D2 5HT2 Muskarinik Alfa-1 adrenergik Antihistamin

Thoridazine Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi

Haloperidol Sangat tinggi Moderat Rendah Rendah Rendah

Perphenazine Sangat tinggi Sangat tinggi Rendah Moderat Tinggi

Trifluoperazine Sangat tinggi Tinggi Rendah Moderat Moderat

Chlorphromazine Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi

Fluphenazine Sangat tinggi Moderat Rendah Rendah Moderat

Thiothixene Sangat tinggi Rendah Rendah Moderat Tinggi

Loxapine Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi

 Profil afinitas reseptor antipsikotik generasi pertama. Sumber: dr. Michael, 2018.
Antipsikosis atipikal

Obat golongan atipikal pada umumnya mempunyai afinitas yang lemah


terhadap dopamin 2, selain itu juga memiliki afinitas terhadap reseptor
dopamin 4, serotonin, histamin, reseptor muskarinik dan reseptor alfa
adrenergik.
Contoh obatnya yaitu : risperidon, klozapin, olanzapin, quaetiapin,
ziprasidon, aripiprazol, paliperidon, sulpirida
Farmakologi dari zat antipsikosis

a. Kimia
zat antipsikosis memiliki banyak struktur kimia Ariprazole merupakan contoh
yang berbeda dengan berbagai aktivitar direseptor struktur yang mekanisme kerjanya
yang berbeda misalnya antagonis 5HT2A dan parsial pada reseptor D2
5HT1A parsial.
Clozapin berperan dalam
keefekfifannya untuk mengobati
penyakit refaktori
b. Mekanisme kerja
 Secara klinis obat antipsikosis yang tersedia
tidak memiliki aktivitas di reseptor
D2,kecuali pimavanserin untuk pengobatan
penyakit Parkinson psikosis
 Mekanisme kerja untuk antipsikosis agonis
parsial tergantung pada aktivitas interistik
pada reseptor D2
 Clozepin diduga hampir tidak pernah
menimbulkan efek ekstrapiramidal dan tidak
meningkatkan kadar prolactin serum pada
manusia
 Pasien dengan skizoprenia menunjukan
neurofisiologis spesifik dan kelainan kognitif
Depresi berat
• Pemberian obat untuk penderita depresi berat
disertai psikosis dosisnya lebih rendah dari dosis
rata-rata obat antipsikosis dan diberikan bersama
antidepresan

Skizoprenia
• Obat atipikal kurang efektif dibandingkan dengan obat tipikal
namun efek samping dari obat atipikal lebih dapat ditoleransi
dibandingkan obat tipikal
• Obat tipikal mempunyai potensi yang kuat untuk memblok
reseptor D2
• Obat tipikal yang mempunyai potensi lebih rendah pada reseptor
D2 jarang digunakan karna mempunyai afinitas yang tinggi pada
reseptor H1,M1,Alfa1
Pengobatan jangka panjang

 Pengobatan jangka panjang digunakan untuk


mengobati psikosis kronis,skizoprenia
koronis,skizoafektif kronis kadang
digunakan untuk mengobati mania dan
demensia

a. Zat antipsikosis
 Digunakan untuk pengobatan jangka panjang
skizoprenia berdasarkan penghindaran efek
samping,
b. Kelainan kejiwaan
 psikosis dapat kambuh atau tidak menanggapi
pengobatan antipsikosis pada pasien
skizoprenia,dikarnakan penggunaan zat,stress
psikososial,penyakit refaktori bawaan,dan
ketidakpatuhan terhadap konsumsi obat
c. Penyakit refaktori
 Kurangnya respons terhadap obat antipsikosis
untuk waktu yang memadai dapat
mengidinkasi perawatan penyakit refaktori
 Dalam pengobatan penyakit refaktori
skizoprenia,zat antipsikosis mempunyai
kecepatan 0%,obat atipikal 10%,namun untuk
clonzepin 60%.
Fungsi reseptor Dopamine dan efek pada prilaku

 Dopaminergik merupakan proyeksi dari otak tengah di ujung inti


septum
 Neurotransmisi yang berlebihan dari dopaminergic pada stratium
asosiatif merupakan pusat gejala psikosis positif
 Penurunan rangsangan D2 dipostsinaps menyebabkan pararel
antara kurva waktu dan efek prilaku

Peranan reseptor nondopamin untuk zat antipsikosis atipikal

 Antagonisme pada reseptor 5HT2C memberikan


efek pada D2 mengurangi gejala extrapyramidal
 Kebanyakan obat atipikal adalah agonis parsial pada
reseptor 5HT
Toleransi dan ketergantungan

 Obat antipsikosis tidak menyebabkan


ketergantungan namun meningkatkan efek pada
reseptor adrenergic,antihistamin,dan
antikolinergik,
 Resistan terhadap pengobatan jangka panjang
tidak diketahui pada zat antispsikois
namun toleransi terhadap obat antipsikosis dapat
dibuktikan dengan melakukan percobaan biokimia
pada hewan coba
 Perubahan yang terjadi mendasari fenomena
klinis dyskinesia
ADME

 Penyerapan untuk sebagian besar zat antipsikosis pada pemberian oral


cukup tinggi,pemberian bersama antikolinergik mengurangi
penyerapan di usus
 Asenapin tersedian dalam sediaan sublingual karna sehingga
penyerapannya melalui mukosa mulut dengan ketersediaan hayati
35%,apabila ditelan maka akan mengakibatkan besarnya lintas
pertama oleh hati yaitu sebelsar 98%dan obat ini pada dasarnya tidak
tersedia secara hayati
 Sebagian obat antipsikosis sangat lipofilik sehingga menumpuk diotak
dan paru-paru juga memasuki sirkulasi janin dan ASI
 Dosis tunggal sebagian besar obat psikosis biasanya bertahan hingga
24 jam
Penggunaan untuk terapi lainnya

Gangguan kecemasan
uji coba secara tertutup terkontrol dengan plsebo menunjukan manfaat terapi tambahan obat
antipsikosis untuk gangguan obsesif komfulsif,untuk gangguan kecemasan umum,uji klinis
menunjukan keefektifan quetiapine sebagai monoterapi dan rispridon dosis rendah,namun
penelitian terbaru tidak mendukung penggunaan risperidone secra rutin pada penderita PTSD

Sindron Tourette
obat antipsikosis bekerja dengan menurunkan neurotransmisi diganglion basal,sehingga
mampu menekan TIC pada pasien dengan kelainan Tourette,Aripiprazole merupakan satu-
satunya obat yang disetujui FDA untuk mengobati kelainan Tourette dimulai dengan dosis
2mg/hari hingga maksimum 10 mg
Penyakit Hungtinton

Merupakan kondisi neuropsikiarti lainnya seperti gangguan TIC,blockade


pada DA dapat menekan keparahan pada penyakit Hungtinton,penghambatan
monoamine vesicular transporter 2 (VMAT2) dengan senyawa tetrabenazin
telah menggantikan DA blikade reseptor

Autisme
pengobatan dengan Aripiprazol dan Risperidon telah disetujui FDA untuk
iritabilitas pada pasien autisme pada anak dan remaja usia 5-16 tahun,dosis
awal untuk risperidone adalah 0,2mg untuk pasien dengan BB kurang dari 20
kg dan 0,5 mg untuk yang lainnya,untuk ariprazole dosis awal adalah 2 mg/hari
dengan target kisaran 0,5-3,0 mg/hari dan untuk dosis harian maksimal 15 mg
Penggunaan antiemetic

sebagian besar obat antipsikosis menangani


gejala mual dan pemicu gejala emisis atau
morning sickness pada ibu hamil,efek agonis
pada DA seperti apomorphine yang bekerja pada
reseptor DA pusat di zona pemicu kemoreseptor.
Obat atau rangsangan yang menyebabkan emisis
tidak diantagonis kan oleh obat antipsikosis.
Obat yang biasanya digunakan untuk antiemitik
yaitu Phenotiazin yang merupakan antagonis
lemah DA seperti proklorperazin tanpa aktivitas
antopsikosis tapi kadang dikaitkan dengan
extrapyramidal atau akatisia.
Efek samping antipsikosis
a) Gejala ekstrapiramidal (GEP)

• Parkinsonisme : terjadi pada pemberian dosis tinggi dan lebih jarang


pada obat dengan kerja antikolinergik. Insidensinya 2%-10%.
• Dystonia akut : distonik akut reaksi terjadi pada jam-jam awal dan
hari-hari pengobatan, dengan risiko tertinggi di antara pasien yang
lebih muda (puncak kejadian usia 10-19)
• Akathisia : dapat dikurangi dengan menurunkan dosis dan dapat
diobati dengan antikolinergik, juga dapat diatasi dengan propanolol
atau benzosiazepin.
Lanjutan ...

• Dyskinesia tarda : gejala ini sering muncul setelah 0,5-3 tahun. terjadi
lebih sering pada pasien yang lebih tua, dan risikonya mungkin agak
lebih besar pada pasien dengan gangguan mood daripada pada mereka
dengan skizofrenia. Insidensinya tinggi 10-15%. Pemberian vitamin E
dapat mengurangi efek samping ini.
• Sindroma neuroleptika maligne : gejala ini tak bergantung pada dosis,
terutama terjadi pada pria muda dalam waktu 2 minggu dengan
insidensi 1%.
b) Galaktorrea (banyak keluar air susu)
c) Sedasi : yang bertalian dengan khasiat antihistamin, khususnya
klorpromazin, thioridazin dan klozapin. Efek sampingnya ringan pada
zat-zat difenilbutilamin.
d) Hipotensi ortostatis : akibat blokade reseptor , adrenergis,
misalnya klorpromazin, thioridazin dan klozapin.
e) Efek antikolinergik : akibat blokade reseptor muskarin, efeknya
khusus kuat pada klorpromazin, thioridazin dan klozapin.
f) Efek antiserotonin : akibat blokade reseptor-5HT, yang berupa
stimulasi nafsu makan dengan akibat naiknya berat badan dan
hiperglikemia.
g) Gejala penarikan (gejala putus obat) : bila penggunaannya
dihentikan mendadak dapat terjadi sakit kepala, sukar tidur, mual,
muntah, anorexia dan rasa takut. Efek ini terutama pada obat-obat
dengan kerja antikolinergis.
h) Efek lainnya

• Fenotiazin : sering kali reaksi imunologis, seperti fotosensibilisasi,


hepatitis, kelainan darah dan dermatitis alergi
• Klozapin : dapat menimbulkan agranulositosis risiko terjadinya kira-
kira 1,2%. Gejala ini timbul paling sering 6-18 minggu setelah
pemberian obat.
• Olanzapin dan risperidon : pada lansia yang menderita alzheimer dapat
mengakibatkan kerusakan cerebrovaskuler, yang meningkatkan
mortalitasnya dengan lebih dari dua kali, tidak tergantung dari lama
dan dosisnya penggunaan.
Antimania
MANIA

• Keadaan bahagia dan semangat yang berlebihan tak kunjung mereda pada
pengidap bipolar
• Obat-obatan atipikal yang dapat mengindikasi mania
• Respon klinik pada mania menurunkan agitasi psikomotor dan iritabilitas,
meningkatkan pola tidur dan mengurangi delusi dan halusinasi
• Obat psikosi yang dikombinasikan dengan obat penstabil mood digunakan
untuk mengontrol mania
Gejala mania
Lebih
berenergi

Banyak Beraktivitas di
bicara luar kebiasaan

Rasa percaya Hasrat seksual


diri yang tinggi yang tinggi
Obat antimania

Mania akut Profilaksis mania


• Carbamazepine • Lithium carbonate
• Asam valporat
• Antipsikosis atipikal olanzapin
Litium carbonat

• Farmakokinetik : absorbsi lengkap dalam 6-8 jam, kadar plasma


dicapai dalam 30 menit - 2jam. Volume distribusi 0,5L/kg, ekskresi
terutama lewat urin, waktu paruh eliminasi 20 jam.
• Indikasi : obat untuk gangguan bipolat terutama pada fase manik dan
untu pengobatan penunjang. Pengobatan jangka panjang terbukti
menurunkan insidens percobaan bunuh diri. Dikombinasikan dengan
(valproat, olanzapin dan antidepresi).
Lanjutan...

• Efek samping : tremor, koreatetosis, hiperaktivitas motorik, ataksia,


disartria dan afasia.
• Dosis : diberikan dalam dosis terbagi untuk mencapai kadar yang
dianggap aman, yaitu berkisar antara 0,8 dan 125 mEq/L. Atau 900-
1500 mg sehari pada pasien berobat jalan dan 1200-2400 mg sehari
pada pasien yang dirawat.
• Bentuk sediaan : tablet 200 mg, 250 mg, 40 mg
Asam valvorat dan karbamazepin

Asam valvorat Karbamazepin


• Ternyata menunjukkan efek • Digunakan sebagai alternatif
antimania. Efikasinya pada minggu terapi gangguan bipolar maupun
pertama pengobatan seperti litium, untuk terapi profilaksis.
tetapi asam valvorat efeketif untuk
pasien yang gagal dengan terapi • Dosis yang digunakan sebagai
litium. mood stabilizer seperti dosis
• Efek samping tersering adalah mual. untuk antikonvulsan.

Anda mungkin juga menyukai