Anda di halaman 1dari 13

MATERI 4

TUGAS & TANGGUNGJAWAB MANUSIA


Manusia harus memahami hakikat diri dan
kehidupannya
(haqiqatul insan) agar ia dapat bersikap dan berlaku adil
terhadap dirinya, terhadap Penciptanya, terhadap sesama
manusia, dan terhadap makhluk-makhluk lain. Hakikat
yang
1. Makhluk (makhluqun)
harus dipahami adalah...
Sebagai makhluk ia diciptakan di atas fitrah Islam (‘alal fithrah)
(QS 30:30). Meskipun dikenal sebagai makhluk termulia dan
istimewa, tapi manusia adalah makhluk yang lemah (dha’ifun)
secara fisik dan meiliki banyak sekali keterbatasan dan kekuranga
(QS 4:28). Dalam hal ilmu, ia pun bodoh (jahilun) (QS 33:72).
Dalam kelangsungan hidupnya manusia sangat bergantung
kepada pihak lain (faqirun) (QS 35:15).
2. Dimuliakan (mukarramun).

Allah menghendaki manusia menjadi makhluk yang mulia, meski


asalnya dari sesuatu yang hina : tanah. Dengan kekuasaan-Nya,
makhluk yang tercipta dari tanah itu mendapat tiupan ruh dari Allah Swt
(nafkhur-ruh) (QS 32:9). Allah juga memberinya keistimewaan
dengan banyak kelebihan (imtiyazat) (QS 17:70) sempurna, di antaranya
adalah akal. Alam semesta yang luas dan penuh karunia Allah
ini pun ditundukkan Allah untuk manusia (yusakhara lahul kauni)
(QS 45:12, QS 2:29, QS 67:15)
3. Mengemban tugas (mukallafun).
Mukallaf artinya yang dibebani tugas. Konsekuensi sebagai
makhluk yang telah diistemewakan dengan segala kelebihan,
manusia tidak dibiarkan tanpa tugas dan tanggung jawab yakni
ibadah (QS 51:56) dan khilafah (QS 2:30). Potensi besar yang
diberikan padanya dimaksudkan agar ia mampu mengelola bumi ini
sesuai kehendak-Nya.

4. Berhak memilih (mukhayyarun)


(QS 90:10, QS 76:3, QS 64:2, QS 18:29). Keistimewaan manusia
diberi akal dan hati, menjadikannya makhluk yang berhak memilih
dan menentukan nasibnya sendiri. Dengan akal dan kebebasannya
ia beriman kepada Allah atau justru kafir kepada-Nya.
5. Mendapat imbalan (majziyun)

Kebebasan tersebut tentu bukan tanpa konsekuensi. Allah


akan memberikan balasan secara adil dan proporsional atas
pilihannya di dunia itu.  Balasan ini akan diterima di akhirat
dan berlaku kepada seluruh manusia tanpa kecuali. Balasan
itu berupa kenikmatan surga untuk yang beriman
atau siksa neraka bagi yang kafir.
Potensi
Manusia
o Manusia memiliki potensi diri (thaqatul insan) yang sangat besar

o Potensi itu terletak pada pendengaran (as-sam’u), penglihatan


(al-basharu) dan hatinya (al- fuadu). Dengan ketiga potensi itu,
ia dapat melakukan hal-hal besar yang tidak dapat dilakukan oleh
makhluk lain yang tampak maupun tidak (ghaib).

Potensi-potensi besar itu adalah amanah yang harus ia jaga dengan


penuh tanggung jawab (al-masuliyah) (QS 2:21, QS 51:56). Jika
manusia bertanggung jawab penuh terhadap potensinya, berarti ia
amanah (al-amanah) (QS 33:72, QS 24:55, QS 48:29). Dengan
amanah itulah ia mampu memerankan tugas khilafah di bumi.
1. Tidak memiliki kekuasaan hakiki (‘adamu
haqiqatul mulkiyah). Karena pemilik dan
penguasa yang hakiki adalah Allah, Sang
Pencipta alam semesta. Manusia hanya
mendapat amanah mengelolanya (QS 35:13,
QS 40:53).
2. Bertindak sesuai kehendak yang
Prinsip mewakilkan (at-tasharrufu hasba iradatil
sebagai mustakhlif). Sebagai khalifah (wakil) Allah di
Khalifah bumi, maka ia harus bertindak sesuai kehendak
pihak yang mewakilkan kepadanya yaitu Allah
(QS 76:30, QS 28:68).
3. Tidak melampaui batas (‘adamul
ta’addil hudud). Dalam menjalankan
tugasnya, manusia tidak boleh
melanggar batas-batas yang telah
ditetapkan Allah dalam syariat-Nya
(QS 100:6-11)
Misi
Manusia

Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Jika ia menunaikan tujuan


penciptaannya maka ia akan menjadi insan yang bertakwa dan memperoleh
kemuliaan sejati (al-‘izzah).
Dengan kekhalifahan yang berwibawalah ia dapat menunaikan fungsinya dengan baik yaitu:

1. Pemakmuran bumi (al-‘imarah) (QS 3:104, 110).


Pemakmuran itu berupa pembangunan segala bidang
baik materil (al-madiyah) maupun spiritual
(ar-ruhaniyah) secara proporsional. Islam memberikan
arahan (taujihat) dan hokum (tasyri’) yang sinergis,
sehingga pembangunan itu mencapai peradaban
(al-hadharah) yang bermoral dan moralitas (al-akhlaq)
yang berperadaban.
2. Pemeliharaan (ar-ri’ayah) (QS 2:218, QS 18:110, QS 76:7).
Menjaga dan memelihara ekosistem alam semesta dilakukan
secara materiil maupun spirituil, melalui pendekatan targhib
(harapan imbalan) berupa pahala (al-jaza’) bagi yang konsisten,
dan tarhib (ancaman) berupa hukuman (al-‘uqubah) bagi yang
melanggar.

3. Perlindungan (al-hifzh).
Khilafah berfungsi melindungi lima hak asasi manusia yaitu :
agama/aqidah (ad-dien), jiwa (an-nafs), akal (al-aql), harta
(al-mal), dan keturunan/kehormatan (an-nasab). Tugas ini sangat berat dan hanya
dapat dilaksanakan apabila khilafah memiliki
kewibawaan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf nahi munkar
adalah upaya untuk menunjukkan bahwa kebenaran itu benar dan menegakkannya
di tengah kehidupan,
menunjukkan bahwa kebatilan itu batil dan menumbangkannya bersama-sama.
Khilafah dapat menunaikan tugas itu jika ia memiliki kekuatan. Karena
itu menyiapkan kekuatan pada diri umat Islam adalah wajib hukumnya
(anasirul quwwatil islamiyah) (QS 8:60, QS 3:103, QS 2:256, QS 5:54-56,
QS 17:36, QS 61:4, QS 49:15, QS 9:111). Adapun anasir kekuatan Islam itu
adalah :

 Kekuatan aqidah (quwwatul ‘aqidah)


 Kekuatan akhlak (quwwatul akhlaq)
 Kekuatan jamaah (quwwatul jama’ah)
 Kekuatan ilmu (quwwatul ‘ilm)
 Kekuatan harta (quwwatul mal)
 Kekuatan jihad (quwwatul jihad)
Jazakumullah k
hairan katsir

Anda mungkin juga menyukai