Anda di halaman 1dari 8

MA’RIFATUL INSAN

E.1. TA’RIFATUL INSAN


Sasaran :
 Memahami pengertian manusia sebagai makhluq yang terdiri dari ruh
dan jasad yangdimuliakan oleh Allah dengan tugas ‘ibadah dan kedudukan
sebagai khilafah di muka bumi.
 Memahami potensi dan kelebihan manusia dari pada makhluq lainnya
pada hati, akal dan jasadnya.

Sinopsis :
Manusia adalah makhluq Allah yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi
dan kelebihan dibandingkan makhluq lainnya, yaitu hati, akal dan jasadnya. Dengan hati manusia dapat
ber’azam, denga akal dapat berilmu dan dengan jasad manusia dapat beramal. Kelebihan dan
kemuliaan manusia ini disediakan oleh Allah untuk menjalankan amanah yaitu ‘ibadah dan khilafah di
muka bumi. Peranan dan tugas yang diamalkan ini akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Hasiyah :
♦ Manusia (insan)
Dalil : tanah (QS. 32 : 7-8, 15 : 28), ruh (QS. 32 : 9, 15 : 29)
♦ Hati (qalb)
Dalil : manusia membentuk kemauan/keputusan berdasarkan keyakinan (QS 17 :36), kehendak (QS. 18
: 29). Kebebasan memilih (QS. 90 : 10)
♦ Akal
Dalil : mampu membentuk pengetahuan (QS. 17 : 36, 67 : 10)
♦ Jasad
Dalil : untuk beramal (QS. 9 : 105)
♦ Amanah
Dalil : manusia diberi amanah untuk menjalankan ibadah (QS. 83 : 72) & fungsi kekhilafahan (QS. 2 :
31).
♦ Balasan
Dalil : manusia menerima balasan pahala (QS. 84 : 25, 16 : 97, 95 :8)

E.2. HAKIKATUL INSAN


Sasaran :
 Memahami kedudukan manusia sebagai makhluq yang lemah dan
bagaimana dengan kelemahan itu dapat digapai kemuliaan.
 Memahami tugas yang dibebankan kepada manusia, pilihan yang benar
dalam tugas tersebut dan tanggung jawab bagi pelaksanaannya atau
pengingkarannya.

Sinopsis :
Hakikat manusia - menurut Allah selaku Khaliq - adalah sebagai makhluq, dimuliakan, diberikan
beban, bebas memilih dan bertanggung jawab. Manusia sebagai makhluq bersifat fitrah : lemah, bodoh
dan faqir.
Manusia diberikan kemuliaan karena mamiliki ruh, keistimewaan dan ditundukkannya alam
baginya. Manusia juga dibebankan Allah swt untuk beribadah dan menjalankan peranan sebagai
khalifah di bumi yang mengatur alam dan seisinya.
Manusia pada hakikatnya diberikan kesempatan memilih antara beriman atau kafir, tidak seperti
makhluq lainnya yang hanya ada satu pilihan saja yaitu hanya berislam. Manusia bertanggung jawab
atas pelaksanaan bebanan yang diberikan baginya berupa : surga bagi yang beramal islami atau neraka
bagi yang tidak beramal islami.

Hasiyah :
Hakikat manusia :

1
♦ Yang diciptakan.
Dalil : berada dalam fitrah (QS. 30 : 30), bodoh (QS. 33 : 72), lemah (QS. 4 : 28) dan fakir (QS. 35 :
15).
♦ Yang dimuliakan
Dalil : ditiupkan ruh (QS. 32 : 9), memiliki keistimewaan (QS. 17 : 70), ditundukkannya alam baginya
(QS. 45 : 12, 2 : 29, 67 : 15).
♦ Yang menanggung beban
Dalil : ibadah (QS. 51 : 56), khilafah (QS. 2 : 30, 11 : 62).
♦ Yang bebas memilih
Dalil : bebas memilih iman atau kufur (QS. 90 : 10, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29).
♦ Yang mendapat balasan
Dalil : bertanggung jawab (QS. 17 : 36, 53 : 38-41, 102 : 8), berakibat syurga (QS. 32 : 19, 2 : 25, 22 :
14) atau neraka (QS. 32 : 20, 2 : 24).

E.3. TOKOH INSAN


Sasaran :
 Memahami bahwa potensi pendengaran, penglihatan dan hati (akal)
akan dimintai pertanggungjawaban dalam melaksanakan ibadah.
 Memahami bahwa melaksanakan tugas ibadah akan mempertahankan
posisi kekhilafahannya.
 Memahami dan menyadari bahwa khianat/tidak melaksanakan tugas
ibadah akan berakibat kepada diri sendiri

Sinopsis :
Potensi manusia yang terdiri dari pendengaran, penglihatan dan hati (akal) merupakan instrumen
yang diberikan oleh Allah untuk dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankanNya.
Sebab dengan semuanya itu manusia dapat memperoleh kelebihan-kelebihan sehingga dapat
menjalankan amanah : beribadah dan manjalankan fungsi kekhilafahan. Dengan kekhilafahan ini,
manusia mendayagunakan potensinya tersebut untuk membimbing alam. Bagi mereka yang khianat
terhadap segenap potensi yang diberikanNya tersebut, ia akan mendapat kerugian dan Allah swt
memberi julukan kepada mereka : bagaikan hewan ternak, seperti anjing, seperti monyet, seperti babi,
seperti kayu, seperti batu, seperti laba-laba dan seperti keledai.

Hasiyah :
♦ Potensi manusia
Dalil : pendengaran, penglihatan dan hati (akal)
♦ Mas’uliyah
Manusia dengan segenap potensi dan kelebihan-kelebihan harus bertanggung jawab dan menyadari
perannya. Tugas/amanah yang dibebankan sebagai refleksi atas potensi dan kelebihan-kelebihan
yang telah diterimanya itu adalah beribadah, tetapi tidak semua manusia bersedia menerima amanah
ini dan sebagian menolaknya.
Dalil : dengan ketiga potensi dan kelebihan-kelebihan lainnya manusia mendapat tugas beribadah (QS.
2 : 21, 51 : 56)
♦ Khilafah
Bagi yang menyadari potensi-potensi yang telah diberikan dan beribadah kepada Allah (berislam)
maka status khilafah disandangnya. Khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi ia hanya bertindak
selaku pemelihara alam yang Allah telah ciptakan. Maka mendayagunakan alam dan menjalankan
fungsi kekhilafahan harus selaras dengan kehendak Sang Pemilik Alam dan tidak menentangNya.
Dalil :
 menjadikan kewajiban, bersikap amanah, memperoleh kedudukan khilafah (QS.
24 : 55, 48 : 29)
 makna khilafah bukan berarti pemilik asal, tetapi hanya pemelihara (QS. 35 : 13,
40 : 24-25, 53)
 mendayagunakan alam dan menjalankan fungsi kekhilafahan harus selaras dengan
kehendak Sang Pemilik Alam (QS. 76 : 30, 26 : 68)
 tidak menentang terhadap aturanNya (QS. 100 : 6-11)
♦ Lalai

2
Mereka yang lalai tidak menyadari potensi yang telah diberikan kepadanya dan tidak bertanggung
jawab, akan mendapatkan kerugianyang amat besar, bahkan dianggap setara dengan makhluq yang
lebih rendah derajatnya; tidak bernilai di sisi Allah swt.
♦ Dalil : lalai dari kewajiban, bersikap khianat berarti
 bagaikan hewan ternak (QS. 7 : 179, 45 : 2, 25 : 43-44)
 seperti anjing (QS. 7 : 176)
 seperti monyet (QS. 5 : 60)
 seperti babi (QS. 63 : 4)
 seperti kayu (QS. 2 : 74)
 seperti batu (QS. 29 : 41)
 seperti laba-laba (QS. 62 : 5)
 seperti keledai

E.4. NAFSUL INSAN


Sasaran :
 Memahami kedudukan ruh dan hawa nafsu yang mempengaruhi jiwa
manusia hingga menimbulkan kondisi-kondisi kejiwaan.
 Memahami bahwa dzikir, akal atau syahwat dapat menimbulkan tiga
nafsu jiwa : muthmainnah, lawwaamah dan amarah.
 Termotivasi untuk meningkatkan keimanan dan ruhul jihad sehingga
menggapai nafsu muthmainnah.

Sinopsis :
Nafsu manusia senantiaa berubah-ubah bergantung kepada sejauh mana kekuatan ruh saling tarik
dengan hawa nafsu. Pertempuran selalu berlaku bagi keduanya. Manusia yang ruh (islam)nya dapat
menekan hawa nasunya dengan dzikrullah, maka ia memiliki nafsul muthma’innah.

Hasiyah :
Nafsu manusia
Dalil : nafsu manusia (QS. 91 : 7-10)
Ruh di atas hawa nafsu
Dalil : ruh menguasai hawa nafsu (QS. 29 : 45)
berorientasi dzikr (QS. 3 : 191, 13 : 28)
jiwa yang tenang (QS. 89 : 27-30)
Ruh tarik menarik dengan hawa nafsu
Dalil : ruh senantiasa tarik menarik dengan hawa nafsu (QS. 4 : 137, 143)
berorientasi akal/akal-akalan (QS. 2 : 9)
jiwa yang selalu menyesali dirinya (QS. 75 : 2)
Ruh di bawah pengaruh hawa nafsu
Dalil : ruh dibawah pengaruh dan dikuasai hawa nafsu (QS. 25 : 43, 45 : 23)
berorientasi syahwat (QS. 3 : 14)
jiwa yang selalu menyuruh kepada kejahatan (QS. 12 : 53)

E.5. SIFATUL INSAN


Sasaran :
 Memahami dua jalan yang diberikan Allah kepada manusia melalui
jiwanya.
 Memahami bahwa untuk meningkatkan kualitas taqwa ia harus
beribadah dengan senantiasa mensucikan jiwa.
 Termotivasi untuk meninggalkan sifat buruk yang membawa kepada
maksiat.

Sinopsis :
Jiwa manusia diberi dua jalan pilihan : taqwa dan fujur. Manusia bertaqwa adalah manusia yang
selalu membersihkan dirinya (tazkiatun nafs) sehingga muncul pada diri mereka sifat syukur, shabar,
penyantun, penyayang, bijaksana, taubat, lemah lembut, jujur dan dapat dipercaya, lalu berakhir kepada

3
kejayaan. Manusia yang menempuh jalan fujur, dominan dalam memperturutkan syahwatnya,
cenderung bersifat tergesa-gesa, berkeluh kesah, gelisah, dusta, bakhil, kufur, berbantah-bantahan,
zalim, jahil, merugi dan bermuara kepada kefatalan.

Hasiyah :
♦ Nafsul insan
Dalil : jiwa manusia diberi dua jalan pilihan (QS. 90 : 10, 91 : 8, 76 : 3, 64 : 2, 18 : 29)
♦ Taqwa
Dalil : tazkiatun nafz (QS. 91 : 8, 87 : 14-15, 62 : 4) akan memperoleh kejayaan (QS. 87 : 14-15)
♦ Fujur
Dalil :
 mengotori jiwa (QS. 91 : 10)
 memperturut ketergesa-gesaan (QS. 17 : 11, 21 : 37)
 berkeluh kesah (QS. 70 : 19)
 gelisah (QS. 70 : 20)
 dusta (QS. 17 : 100)
 bakhil (QS. 14 : 34)
 kufur (QS. 14 : 13)
 susah payah (QS. 90 : 4)
 berdebat (QS. 18 : 54)
 berbantah-bantahan
 zalim
 jahil
 merugi
 bermuara kepada kefatalan

E.6. HAKIKATUL IBADAH


Sasaran :
 Memahami hakikat beribadah kepada Allah.
 Memahami makna dan tujuan ibadah sebagai tujuan kehidupan
manusia.
 Termotivasi untuk menjadikan selurh aspek kehidupannya untuk
diabdikan kepada Allah.

Sinopsis :
Hakikat beribadah kepada Allah adalah meng-ilah-kan Allah dan mengingkari thaghut; ini adalah
tugas bagi kehidupan manusia. Motivasi beribadah adalah mensyukuri atas seluruh nikmat yang telah
diberikanNya kepada kita dan merasakan keagungan Allah swt melalui ciptaanNya di alam semesta.
Ibadah yang dilakukan bertujuan menghinakan diri, kecintaan dan ketundukan. Ibadah dilakukan
dengan penuh harap dan rasa takut.

Hasiyah :
♦ Sumber pelaksanaan ibadah
Dalil :merasakan banyaknya nikmat Allah swt (QS. 16 : 18, 55 : 13, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 31 :
20, 14 : 7) dan merasakan keagungan Allah swt (QS. 7 : 54, 67 : 1)
♦ Ibadah
Dalil : Ibadah bertujuan merendahkan diri (QS. 7 : 55), kecintaan (QS. 2 : 165), ketundukan (QS. 4 :
125)
♦ Takut dan harap
Dalil : Ibadah dilakukan dengan takut (QS. 7 : 55-56, 9 : 13, 33 : 39, 2 : 41) & harap (QS. 21 : 90, 94 :
8)

E.7. SYUMULIYATUL IBADAH


Sasaran :
 Memahami integralitas ibadah dalam Islam.

4
 Dapat menyebutkan bentuk-bentuk ibadah tersebut secara garis besar
dalam berbagai lapangan kehidupan.
 Termotivasi menjadikan seluruh gerak hidupnya sebagai pengabdian
kepada Allah.

Sinopsis :
Ibadah dalam Islam bersifat integral dan komprehensif, karena memiliki beberapa aspek yang
merangkum berbagai persoalan kehidupan.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan diin, seperti masalah yang wajib, mandub,
mubah, dsb.
Ibadah dalam Islam mencakup seluruh permasalahan kehidupan seperti ‘amal shalih, membangun
bumi, menegakkan diin.
Ibadah dalam Islam juga mencakup selurh keadaan manusia yang berkaitan dengan hati, akal dan
anggota tubuh.

E.8. QOBULUL IBADAH


Sasaran :
 Memahami syarat-syarat dikabulkannya ibadah.
 Dapat melaksanakan syarat-syarat tersebut.
 Termotivasi untuk senantiasa mengikuti minhaj.

Sinopsis :
Agar dikabukan/diterima Allah swt., ibadah harus memenuhi beberapa persyaratan. Ibadah
terbagi menjadi dua bagian : ibadah mahdhah (ritual) dan ibadah ghairu mahdhah (non ritual). Ibadah
mahdhah adalah ibadah khusus dengan syarat : niat yang benar, disyari’atkan, dengan berpedoman
pada cara tertentu. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah memiliki ciri-ciri : niat ikhlash, tergolong
aktivitas amal shalih, wajib mengikuti pedoman (As Sunnah) tetapi dalam segi cara perlu berlandaskan
pula kepada situasi dan keadaan..

Hasiyah :
1. Ibadah
a) Ibadah mahdhah
Dalil : syarat-syaratnya adalah
 niat yang benar (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
 disyariatkan (QS. 59 : 7)
 mengikuti cara (As Sunnah)
 wajib ittiba’ dalam konsep maupun caranya (QS. 7 : 157)
b) Ibadah ghairu mahdhah
Dalil : syarat-syaratnya adalah
 niat yang benar (QS. 98 : 5, 39 : 11, 14)
 termasuk ‘amal shalih (QS. 103 : 3, 95 : 8)
 wajib ittiba’ dalam konsep (QS. 3 : 31)

E.9. NATAIJUL IBADAH


Sasaran :
 Memahami makna ibadah salimah.
 Memahami unsur-unsur yang dihasilkan dan wajib diwujudkan dalam
beribadah secara benar.
 Memahami hubungan antara ibadah salimah dengan taqwa.

Sinopsis :
Nataijul ibadah (buah/hasil dari ibadah) adalah taqwa. Bagaimana cara agar ibadah-ibadah yang
kita lakukan berbuah taqwa ? Prinsip-prinsip yang harus diwujudkan : iman kepada Allah, berislam,
bertindak ihsan, tawakal atas segala urusan, cinta kepada Allah dan rasulNya, menumbuhkan harap atas
ibadah yang dilakukannya, ibadah diiringi rasa taku kepadaNya, mengiringi ikhtiar dengan do’a, ibadah

5
dilakukan dengan khusyu’. Ibadah dengan melaksanakan prinsip-prinsip sedemikian insya Allah
mendapatkan hasil taqwa.

Dalil : ibadah salimah dapat menghantarkan kepada buah taqwa apabila pencapaiannya melalui
 iman (QS. 4 : 136)
 islam (QS. 2 : 112)
 ihsan (QS. 16 : 97, 2 : 195)
 tawakal (QS. 11 : 88)
 cinta (QS. 2 : 165)
 berharap (QS. 2 : 218, 18 : 110)
 taat (QS. 76 : 7)
 berdo’a (QS. 25 : 77)
 khusyu’ (QS. 2 : 45-46)

E.10. NATAIJUT TAQWA


Sasaran :
 Memahami makna taqwa dan jalan untuk mencapainya.
 Memahami keutamaan yang diperoleh di dunia dan di akhirat bagi orang
yang bertaqwa.
 Termotivasi untuk menggapai derajat taqwa dengan melaksanakan
perintahNya dan menajuhi laranganNya.

Sinopsis :
Ibadah menghasilkan taqwa. Sedangkan taqwa akan menghasilkan kebaikan di dunia di antaranya
adalah ‘izzah, furqan, keberkahan, jalan keluar, rizqi, kemudahan. Hasil kebaikan di akhirat bagi orang
bertaqwa meliputi dihapuskannya kesalahan, diberi ampunan dan pahala yang besar.

Hasiyah :
♦ Furqan
Dengan taqwa, Allah swt akan memberikan kepada kita furqan yaitu kemampuan membedakan dan
memisahkan antara yang haq dengan yang batil, mana yang perlu diikuti dan mana yang tidak.
Dalil : furqan (QS. 98 : 29)
♦ Barakah
Bagi orang yang beriman dan bertaqwa, Allah swt akan melimpahkan barakah, yaitu kehidupan yang
memiliki faedah bagi makhluq disekelilingnya sehingga menjadikan hidup tenang dan tenteram.
Dalil : barakah (QS. 7 : 96)
♦ Makhraja
Jalan keluar (makhraja) adalah juga sesuatu yang dilimpahkan Allah swt kepada orang yang beriman
dan bertaqwa. Setiap kesulitan hidup yang dijumpainya dapat teratasi dengan hadirnya petunjuk
jalan keluar dari Allah swt. Kemudahan ini hanya diperoleh bagi mereka yang bertaqwa,
bersungguh-sungguh dan bertawakkal.
Dalil : makhraja (QS. 65 : 2)
♦ Rizqi
Rizqi yang halal akan dirasakan nikmat sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Bila sedikit akan
bershabar atau jika banyak malah bersyukur, sehingga kesemuanya bukanlah fitnah yang
menyulitkan.
Dalil : rizqi (QS. 65 :3)
♦ Kemudahan
Kemudahan akan ditampakkan sebagai balasan bagi mereka yang bertaqwa. Dengan bertaqwa kepada
Allah swt, bisa saja diturunkan secara langsung ataupun dihadirkan dalam bentuk ketenangan jiwa
dan kedamaian berislam, sehingga kesemuanya dirasakan bukanlah sebagai masalah.
Dalil : kemudahan (QS. 65 : 9)
♦ Kebaikan di dunia
Kebaikan dan kenikmatan di dunia bagi orang yang bertaqwa adalah barakah, jalan keluar, rizqi dan
kemudahan.
Dalil : kebaikan di dunia (QS. 2 : 200)
♦ Kebaikan di akhirat

6
Kebaikan dan kenikmatan di akhirat bagi orang yang bertaqwa adalah dihapuskannya kesalahan yang
dikerjakan, diampuni dosanya dan ganjaran pahala yang besar.
Dalil : kebaikan di akhirat , ampunan dan pahala yang besar (QS. 6 : 65)

E.11. TAWAZUN
Sasaran :
 Memahami bahwa peranan fitrah manusia dalam memelihara pribadi
sangat ditentukan oleh sikap tawazun yang diatur dalam Islam.
 Menyadari perlunya pemenuhan konsumsi ruh, akal dan jasad secara
seimbang sesuai bimbingan Allah.
 Termotivasi untuk meningkatkan keimanan, pengetahuan dan
kesehatan dengan aktif di dunia da’wah serta dunia ilmu pengetahuan dan
dunia usaha yang islami.

Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah dalam keadaan fitrah yang bersifat hanif kepada Islam. Salah satu sifat
fitrah itu adalah menjaga keseimbangan antara ruh, akal dan jasad.
Keperluan jasad adalah makan, istirahat dan olah raga. Memenuhi keperluan jasad berarti
menyeimbangkan konsumsi jasad agar tidak sakit. Keperluan akal adalah ilmu. Memenuhi keperluan
akal berarti menuntut ilmu agar tidak bodoh dan merugi. Sedangkan keperluan ruh adalah dzikrullah.
Ketiganya harus dikelola sescara seimbang agar mendapatkan kenikmatan lahir dan batin.

Hasiyah :
♦ Fitrah hanif
Allah swt menciptakan manusia secara fitrah dan diberikan kecenderungan yang hanif kepada sesuatu
yang baik, sehingga dapat menilai mana yang baik dan man yang buruk khususnya kepada nilai-nilai
yang universal. Fitrah sedemikian ini perlu dijaga dan jangan sampai tertutup kepada maksiat dan
dosa sehingga firahnya tak lagi berfungsi dengan baik dalam menilai.
Dalil : manusia fitrah (QS. 30 : 30, 7 : 712, 75 : 14) lurus (QS. 30 : 30)
♦ Tawazun
Allah swt menciptakan alam tanpa ada satupun yang tidak seimbang (tidak proporsional).
Keseimbangan manusia adalah proporsionalnya konsumsi dan fungsi ruh, akal dan jasad.
Dalil : seimbang (QS. 55 : 7, 9)
♦ Jasad
Manusia diperintahkan mengkonsumsi makanan yang baik yang dibutuhkan jasad dan menjauhi
makanan yang haram dan merusak jasad. Arahan ini adalah agar jasad dapat difungsikan dengan
optimal bagi ibadah.
Dalil : gizi tubuh, makanan dan kesehatan (QS. 2 : 168)
♦ Akal
Allah swt menyuruh kita untuk mendayagunakan akal fikiran untuk :
merespon ilham dari peristiwa alam
mendekatkan diri kepada Allah
Dalil : akal, gizi akal, ilmu (QS. 96 : 1, 55 : 1-4)
♦ Ruh
Ketenteraman dan kedamaian ruh adalah hasil dari mengkonsumsi gizi ruh : dzikrullah.
Dalil : ruh, gizi ruh, dzikrullah (QS. 73 : 1-20, 13 : 28, 3 : 191)
♦ Nikmat
Terpenuhinya konsumsi ketiga hal tersebut bagi manusia menakibatkan hadirnya kenikmatan zhahir
dan batin
Dalil : dengan terpenuhinya konsumis ketiganya akan didapat nikmat zhahir dan batin (QS. 31 : 20).

E.12. RISALATUL INSAN


Sasaran :
 Memahami bahwa tugas khilafah adalah imarah dan ri’ayah dengan ber-
amar ma’ruf nahi munkar; mampu menyebutkan bagaimana
menumbuhkannya.

7
 Memahami unsur-unsur yang dipelihara dalam tugas-tugas kekhilafahan
sehingga mampu menyebutkan contoh-contoh perbandingannya dengan
konsep jahiliyah.
 Mampu menyebutkan syarat-syarat umum untuk mencapai fungsi
khilafah.

Sinopsis :
Manusia diciptakan Allah swt untuk beribadah kepadaNya sehingga dari ibadah itu muncul
ketaqwaan. Dengan taqwa, seorang mu’min memperoleh izzah bagi peranan khilafah alam dan
manusia.
Tugas khalifah di muka bumi adalah membangun (al imarah) dan memelihara (ar ri’aayah) -
dengan cara amar ma’ruf nahi munkar - atas 5 hal : diin, nafs, akal, maal dan nasl.
Syarat untuk menggapai fungsi kekhilafahan : kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan
jama’ah, kekuatan ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad.

E.13. BINAUL IZZAH


Sasaran :
 Memahami bahwa menegakkan fungsi khilafah harus dengan
mewujudkan kekuatan aqidah, kekuatan akhlaq, kekuatan jama’ah, kekuatan
ilmu, kekuatan maal dan kekuatan jihad.
 Memahami cara penumbuhan dan pemeliharaan setiap bagian dari
kekuatan itu secara benar dan terarah.
 Termotivasi untuk begabung dengan jama’ah Islam dalam rangka
merealisasikan terwujudnya kekuatan ini.

Sinopsis :
Membangun prestise (binaa-ul ‘izzah) perlu dilakukan dengan cara menjelaskan dan
membangkitkan perkara-perkara yang ada pada manusia, individu muslim dan ummat islam.
Sebagai manusia, kita harus memiliki kelebihan yang dapat dibanggakan; kebanggaan yang
meninggikan derajat manusia dibandingkan makhluq lainnya, seperti : kemuliaan dari Allah,
diutamakan oleh Allah, diberikan amanah oleh Allah.
Sebagai individu muslim, aqidah adalah kebanggaannya dan ibadah dengan hasil taqwa adalah
penampilannya sehingga Allah swt memberikan status mulia disisiNya.
Sebagai ummat islam, izzah jama’ah akan diperoleh bila ummat islam memiliki iman, shidq, ,
tsiqah, wala’, tha’at, iltizam, barakah dan quwwah. Sikap izzah akan melahirkan independensi, kreatif,
percaya diri dan agresif dalm mengembangkan diri.
Allah menghendaki agar kita tak boleh lemah dan berduka, sebab kita adalah orang-orang yang
berprestise jika kita beriman.

Dalil :
‘Izzah adalah milik Allah, rasulNya dan orang mu’min (QS. 63 : 8, 3 : 139)

Anda mungkin juga menyukai