Anda di halaman 1dari 54

ALINYEMEN

HORIZONTAL
Alinyemen Horizontal
Adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang
horizontal
Sering disebut juga trase jalan
Terdiri dari garis-garis lurus yg
dihubungkan dengan garis-garis lengkung
Garis lengkung dapat terdiri dari busur
lingkaran ditambah busur peralihan, busur
peralihan saja ataupun busur lingkaran
saja
JARI-JARI TIKUNGAN
 Jari - jari tikungan adalah nilai yang membatasi besar
kelengkungan untuk kecepatan rencana tertentu dan
ditentukan dari besar superelevasi maksimum dan
faktor gesekan samping maksimum yanag dipilih untuk
desain ( AASHTO 2001).
 Bagian yang sangat kritis pada alinemen horizontal
adalah bagian tikungan karena terdapat gaya yang
akan melemparkan kendaraan keluar dari tikungan
(gaya sentrifugal), hal tersebut harus diimbangi oleh
komponen berat kendaraan yang diakibatkan oleh
superelevasi dari jalan dan oleh gesekan samping (side
friction) antara ban dan permukaan jalan.
JARI-JARI TIKUNGAN
Lanjutan
Hubungan antara kecepatan (V), jari-jari tikungan
(R), kemiringan melintang/ superelevasi (e) dan
gaya gesek samping antara ban dan permukaan
jalan (f) didapat dari hukum mekanika :
◦ F = m.a (Hukum Newton II).
Gaya sentrifugal saat kendaraan bergerak di
tikungan dengan persamaan (G.V2) / (g.R), dimana
G=berat kendaraan dan g=perc.gravitasi.
Dalam hal ini terdapat 3 keadaan
seimbang :
a. Stadium I : Gaya sentrifugal diimbangi gesekan ban Vs
perkerasan
b. Stadium II : Gaya sentrifugal diimbangi hanya dengan
kemiringan melintang jalan
c. Stadium III : Gaya sentrifugal diimbangi dengan gaya
gesek dan kemiringan melintang jalan
Gaya gesek antara ban dengan permukaan
jalan merupakan perkalian antara koefisien
gesek melintang dengan gaya normal (tegak
lurus bidang permukaan jalan) akibat berat
kendaraan.
I. Gaya Sentrifugal Diimbangi Gesekan Ban Vs Perkerasan
JARI-JARI TIKUNGAN
II. Gaya Sentrifugal Diimbangi Hanya dengan kemiringan melintang
Jalan
JARI-JARI TIKUNGAN
III. Gaya Sentrifugal Diimbangi dengan Gaya Gesek dan Kemiringan
melintang Jalan
JARI-JARI TIKUNGAN
Dari ketiga keseimbangan diatas diperoleh
kesimpulan :
JARI-JARI TIKUNGAN

 Pada Stadium I :

 Pada Stadium II :

 Pada Stadium III :


Rumus dasar kendaraan yang melintasi
tikungan menurut Bina marga :
JARI-JARI TIKUNGAN

Dengan :
e = Superelevasi
f = Faktor gesekan samping
V = Kecepatan rencana (km/jam)
R = Jari-jari tikungan (m )
Koefisien gesek ( f ) dipengaruhi oleh jenis
dan kondisi ban, kekerasan permukaan
perkerasan, kecepatan kendaraan dan
keadaan cuaca.
Pada kecepatan rendah diperoleh nilai
koefisien gesek yang tinggi , sebaliknya pada
kecepatan tinggi diperoleh koefisien gesek
yang rendah.
Dalam perencanaan disarankan untuk
menggunakan nilai koefisien gesek
melintang maksimum sesuai dengan grafik di
bawah ini :
Dari gambar tesebut maka koefisien
gesek yang digunakan dalam perencanaan
secara dapat dihitung sbb :
◦ Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam :
 F = 0.192 – 0.00065 V
◦ Untuk kecepatan rencana 80 - 112 km/jam :
 F = 0,24 – 0.00125 V
Rekomendasi AASHTO untuk Koefisien Gesekan Samping
Panjang Jari-jari Minimum
JARI-JARI TIKUNGAN
Jari-jari
minimum
untuk Jalan
Luar Kota,
JARI-JARI TIKUNGAN

Jalan Tol,
Jalan
Perkotaan
Berdasarkan
Nilai e dan f
Jari-jari
minimum
untuk Jalan
Luar Kota,
JARI-JARI TIKUNGAN

Jalan Tol,
Jalan
Perkotaan
Berdasarkan
Nilai e dan f
Dalam perencanaan geometrik jalan, ketajaman
lengkung horisontal dapat dinyatakan dalam jari-jari
lengkung (R) atau derajat lengkung (D atau ∆ ).
Derajat lengkung didefinisikan sebagai sudut yang
dibentuk oleh juring lingkaran dengan jari-jari R
(m) yang menghasilkan panjang busur 25 m seperti
pada gambar.
Semakin besar nilai D semakin kecil nilai R
Karena nilai R dipengaruhi oleh nilai e max, fmax dan
V maka nilai R dari hubungannya dengan derajat
lengkung sebaiknya hanya dijadikan nilai batas
sebagai petunjuk dalam menentukan R untuk
perencanaan saja.
TIKUNGAN
Berdasarkan Jari-jari tikungan, maka
tikungan atau disebut juga lengkung
horizontal dapat dibagi atas 3 bentuk :
FullCircle (FC)
TIKUNGAN

Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
Spiral-Spiral (S-S)
Tikungan FULL CIRCLE (FC)
TIKUNGAN

Lengkung busur lingkaran Full Circle (FC)


Tikungan FULL CIRCLE (FC)
Bentuk tikungan full circle disebut juga bentuk
busur lingkaran sederhana. Bentuk ini dipergunakan
hanya pada lengkung yang mempunyai radius besar
dan besar sudut tangent yang kecil.
TIKUNGAN

Persyaratan utama untuk dapat diterapkan jenis


lengkung lingkaran sederhana (Full Circle) adalah:
Sudut tangen (∆) kecil, berkisar kurang dari 15
Radius tikungan yang besar  R berkisar > 750m
Superelevasi yang dibutuhkan <= 3%
Tikungan FULL CIRCLE (FC)
Untuk tikungan yang jari-jarinya lebih kecil
daripada nilai dalam tabel di bawah, bentuk
tikungan harus dipakai spiral - circle – spiral
atau spiral – spiral
TIKUNGAN

Kec. Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20


(km/jam)

Jari-jari Lengkung 2500 1500 900 500 350 250 130 60


Minimum (m)

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.
Rumus-rumus
Tc = Rc tg ½∆
Ec = Rc (sec ½∆ - 1 )
= Tc tg ¼∆
Lc = 2Rc . (∆/360)
= 0,01745. ∆.Rc
TIKUNGAN

Dimana :
P.I = Point of intersection
V = Kecepatan rencana (km/jam)
Rc = Jari-jari (m)
∆ = Sudut tangent (derajat)
TC = Tangent circle
CT = Circle tangent
T = Jarak antara TC dan PI (m)
L = Panjang bagian tikungan (m)
E = Jarak PI ke bentuk lengkung (m)
TIKUNGAN SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL (S-C-
S)
Ketika kendraan memasuki atau meninggalkan lengkungan horizontal
melingkar, maka penambahan atau pengurangan gaya sentrifugal tidak
dapat tercapai langsung karena faktor keselamatan dan kenyamanan.
Dalam hal ini maka perlu dipertimbangkan untuk menyisipkan
lengkungan transisi antara tangen dan lengkungan melingkar.
Lengkungan transisi yang dirancang dengan baik mempunyai
keuntungan antara lain :
TIKUNGAN

◦ Sebuah rute alamiah dan mudah diikuti oleh pengemudi sehingga gaya
sentrifugal meningkat atau berkurang secara bertahap seiiring kendaraan
memasuki dan meninggalkan lengkungan melingkar.
◦ Superelevasi dapat diatur sesuai keinginan dan lebih mudah.
◦ Fleksibilitas dalam pelebaran lengkungan tajam.
◦ Tampilan jalan raya yang lebih baik.
Tikungan S-C-S
Tikungan Jenis Lengkung Busur Lingkaran
dengan Lengkung Peralihan (Spiral-Circle-
Spiral / SCS), memerlukan persyaratan umum
sebagai berikut:
Tikungan tidak terlalu tajam namun juga tidak
TIKUNGAN

terlalu tumpul, sudut tangen berkisar 15 -30.


Radius tikungan berkisar 200m-700m.
Panjang
Lengkung
Peralihan (Ls)
dan Panjang
Pencapaian
Superelevasi
(Le) Untuk
Jalan l Jalur - 2
Lajur-2 Arah.
TIKUNGAN
Tikungan SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL (S-
C-S)
TIKUNGAN

Bentuk Tikungan S-C-S


Rumus-rumus :
TS = (Rc+P)tg ½∆ + K
Es = (Rc + P) sec ½∆ - Rc
∆c = ∆ - 2 s
Lc = 2Rc . (∆c/360) = 0,01745. ∆.Rc
s = 90.Ls / (π . Rc)
TIKUNGAN
Dimana :
PI = Point of intersection
d = jarak PI ke PI lain (m)
V = kecepatan rencana (km/jam)
∆ = sudut tangen (derajat)
∆c = sudut lingkaran (derajat)
Rc = jari-jari lingkaran(m)
s = sudut lengkung spiral (derajat)
Ls = panjang lengkung spiral dari TS ke SC atau CS ke ST (m)
Lc = Panjang busur lingkaran (m)
TIKUNGAN

L = panjang total tikungan S – C – S


Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran (m)
Ts = Panjang tangen dari titik PI ke SC atau CS
e = kemiringan melintang (%)
Xs = Jarak TS ke SC (jarak lurus lengkung peralihan) (m)
Ys = Jarak tegak lurus titik SC pada lengkung (m)
p = pergeseran tangen terhadap spiral (m)
k = absis dari p pada garis tange spiral
Panjang lengkung perlaahin Ls menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Antar
Kota 1997 dikontrol dengan nilai terbesar dari 3 cara di bawah ini :
a. Berdasarka waktu tempuh maksimum (3 dtk) untuk melintasi lengkung peralihan :
Ls = (VR .T ) / 3.6
b. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, digunakan rumus Modifikasi Short :
Ls = (0.022 VR3/RC.C) – (2.727 VR . e / C)
c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian :
Ls = (em – en) . Vr / 3,6 . re
dimana :
 T = waktu tempuh 3 detik
 Rc = Jari – jari busur lingkaran (m)
 C = perubahan kecepatan, 0.4 m/dt2
 e = superelevasi
 em = superelevasi maksimum
 en = superelevasi normal
 re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, sbb :
 Untuk VR ≤ 70 km/jam , re maks = 0.035 m/m/dtk
 Untuk VR ≤ 80 km/jam , re maks = 0.025 m/m/dtk
TIKUNGAN SPIRAL-SPIRAL (S-S)
Jika diperoleh nilai Lc < 25 m, maka lengkung S
C S tidak dapat digunakan dan digunakan
lengkung SS, yaitu lengkung yang terdiri dari dua
lengkung peralihan.
Bentuk tikungan spiral-spiral disebut juga
TIKUNGAN

lengkung horizontal berbentuk spiral, sehingga


titik SC berimpit dengan titik CS.
Panjang busur lingkaran Lc = 0, dan θs = ½∆
yang dipilih harus sesuai sehingga Ls yang
dibutuhkan lebih besar dari Ls yang dihasilkan
landai relatif minimum yang disyaratkan.
Tikungan SPIRAL-SPIRAL (S-S)
TIKUNGAN
Rumus-rumus yg digunakan sama dgn SCS,
hanya yg perlu diingat bahwa:
TIKUNGAN
SUPERELEVASI
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang
berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima
kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan rencana
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang
normal pada bagian jalan yang lurus sampai kemiringan penuh
(superelevasi) bada bagian lengkung
Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear,
diawali dari bentuk normal sampai awal lengkung
SUPERELEVASI

peralihan TS yang berbentuk pada bagian lurus jalan, lalu


dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada akhir bagian
lengkung peralihan SC
Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linier
diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls’ (Aastho atau ¾ u/Bina
Marga) sampai dengan bagian lingkasar penuh sepanjang 1/3 Ls’
(Aastho atau ¼ u/Bina Marga)
Pada tikung SS pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada
bagian spiral
DIAGRAM SUPERELEVASI
Diagram superelevasi adalah suatu diagram yang
dimaksudkan sebagai cara untuk menggambarkan
pencapaian kemiringan melintang penuh (superelevasi).
Superelevasi maksimum yg digunakan pada jalan raya
dipengaruhi oleh empat faktor :
◦ kondisi iklim (yaitu: frekuensi dan jumlah salju dan es)
◦ kondisi medan (misalnya: datar, bukit, atau pegunungan)
◦ jenis wilayah (yaitu:pedesaan atau perkotaan)
◦ frekuensi kendaraan yang bergerak sangat lambat (AASHTO
2001).
Pada diagram superelevasi dapat kita bedakan antara
diagram kemiringan melintang untuk jalan raya tanpa
median dan jalan raya yang median.
Pada jalan raya tanpa median, perubahan profil
melintang (superelevasi) dapat dilakukan dengan
tiga cara :
 Mengambil sumbu jalan
sebagai sumbu putar.

 Mengambil tepi perkerasan


sebelah dalam sebagai
sumbu putar.

 Mengambil tepi perkerasan


sebelah luar sebagai sumbu
putar

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997
Perubahan Kemiringan
Melintang
Pada jalan raya dengan median, perubahan profil
melintang (superelevasi) dapat dilakukan dengan
tiga cara :
 Mengambil sisi-sisi sebelah dalam
perkerasan sebagai sumbu putar
(median tetap dibuat datar)

 Mengambil sisi-sisi sebelah luar


dari jalur jalan sebagai sumbu putar
(median ikut berputar)

 Mengambil sumbu putar masing-


masing jalur sendiri-sendiri (sumbu
putar tsb bisa as atau tepi
perkerasan tanpa memperhatikan
median)
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997
Pencapaian
superelevasi
pada jalan
dengan
median
AASHTO 2001 memberikan batasan
superelevasi maksimum pada jalan luar
kota adalah 0.10. Bila kemungkinan
terjadi hujan es dan salju, harga
maksimum ini berkurang menjadi 0.08.
Pada jalan daerah perkotaan nilai
maksimum hanya 0.06 atau bahkan 0.04

Bina marga memberikan batasan


superelevasi maksimum untuk jalan
luarkota sebesar 10% dan jalan perkotaan
sebesar 8%.
Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi yang Dibutuhkan (e max= 10% metoda AASHTO)
Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi yang Dibutuhkan (e max
= 10% metoda Bina Marga)
Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi yang Dibutuhkan (e max= 8% metoda
AASHTO)
Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi yang Dibutuhkan (e max = 8% metoda Bina Marga)
Contoh perhitungan tikungan Full Circle
 Kecepatan rencana = 60 km/jam
 E maksimum = 0,10 dan sudut ∆ =20
 Lebar jalan 2 x 3,75 m tanpa median
 Kemiringan melintang normal = 2%
 Direncanakan lengkung berbentuk lingkaran sederhanan dengan
R=716m
Solusi :
Metode Bina Marga
Tc = Rc tg ½∆ = 716 tan 10 = 126,26m
Ec = Tc tg ¼∆ = 126,26 tan 5 =11,05m
Lc = 0,01745. ∆.Rc = 0,01745. 20 . 716 = 249,88m
Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran
sederhana tsb diatas :
V = 60 km/jam Lc = 249,88m
∆ = 20 e = 0,029 = 2,9%
R= 716 m Ec = 11,05m
Tc = 126,26m Ls’ = 50m
CATATAN utk TIKUNGAN FC :
 Karena lengkung hanya berbentuk busur lingkaran saja,
maka pencapaian superelevasi dilakukan sebagian pada
jalan lurus dan sebagian lagi pada bagian lengkung. Karena
bagian lengkung peralihan itu sendiri tidak ada, maka
panjang daerah pencapaian kemiringan disebut sebagai
panjang peralihan fiktif (Ls’).

 Bina Marga menempatkan ¾ Ls’ di bagian lurus (kiri TC


atau kanan CT) dan ¼ Ls’ ditempatkan di bagian lengkung
(kanan TC atau kiri CT)

 AASHTO menempatkan 2/3 Ls’ dibagian lurus (kiri TC


atau kanan CT) dan 1/3 Ls’ dibagian lengkung (kanan TC
atau kiri CT)
1. Gaya Sentrifugal
2. Lengkung Peralihan
3. Diagram Superelevasi
4. Bentuk Lengkung Horizontal
5. Pelebaran Perkerasan pada
Lengkung Horizontal
6. Jarak Pandangan pada lengkung
Horizontal
7. Pedoman Umum Perencanaan
Alinyemen Horizontal

Anda mungkin juga menyukai