Anda di halaman 1dari 44

KARYA ILMIAH DAN

REPROD UK SI K ARYA IL MI AH
Kelompok 8

m ad A zan A kb ari (4201421029)


1. Ah (4111421066)
2. Birru A sia Ra ya ni
(4201421022)
3. Habibah Nurun Nisa’ )
iana (4201421011
4. Rahmatika Adjie Rov
hani (8111421714)
5. Rifaldi Gilang Rhamad
Rio Ansori (8111421425)
6.
(4201421017)
7. Rizqotun Mukaromah
PETA KONSEP
01 02 03 04
DEFINISI KRITERIA KLASIFIKASI LANGKAH
PENULISAN

05 06 07
TEKNIK PENGGUNAAN TEKNIK
PENULISAN BAHASA PENGUTIPAN
&
DAFTAR
PUSTAKA
Definisi Karya Ilmiah
Kemampuan pemahaman bacaan, kemampuan berpikir kritis, dan pengaturan diri dapat dieksplorasi pada
mahasiswa tingkat awal untuk meningkatkan kemampuan menulis ilmiah, Karya ilmiah bermula dari adanya
masalah. Untuk dapat memecahkan masalah, peneliti harus memahami asal-muasal masalah itu dengan mencari
banyak teori. Teori yang terkumpul disimpulkan dan membentuk sebuah pemahaman baru. Pemahaman baru
tersebut pun harus dipadukan dengan data lapangan agar tidak hanya berpandangan sempit. Data lapangan
dapat diambil dengan observasi, penyebaran kuesioner, wawancara, dan lainnya. Data yang telah diperoleh lalu
dipadukan dengan teori dan menghasilkan simpulan baru.

Karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan. Pembahasan itu dilakukan
berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis
ilmiah melalui penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh jawaban secara
ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas jawaban ilmiah berdasarkan penelitian,
penulisan karya ilmiah hanya dapat dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui
penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut (Supriyatno, 2001).

Karya tulis ilmiah adalah karangan yang memaparkan pendapat, hasil pengamatan, tinjauan, dan penelitian
dalam bidang tertentu yang disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan, bersantun bahasa,
dan isi yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan menurut Suriasumantri (1995) dalam
Finoza (2010), karya tulis ilmiah adalah tulisan yang memuat argumentasi penalaran keilmuan serta
dikomunikasikan lewat bahasa tulisan yang baku dengan sistematis-metodis dan sintesis analitis.
Definisi karya ilmiah menurut para ahli dalam Finoza
(2010)
Eko Susilo (1995)
Karya ilmiah adalah salah satu karangan
atau tulisan yang didapat sesuai sifat
keilmuannya dan didasari oleh hasil Dwiloka dan Riana
pengamatan, pemantauan, penelitian dalam Karya ilmiah atau artikel ilmiah
merupakan karya seorang ilmuwan KBBI
bidang tertentu, disusun menurut metode
(pembangunan) yang hendak membangun Karya tulis yang dibuat menggunakan
tertentu serta sistematika penulisan yang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni prinsip-prinsip ilmiah dan berdasarkan
bersantun bahasa dan isinya dapat
yang didapat melalui literatur, fakta (observasi, eksperimen, dan kajian
dipertanggungjawabkan kebenarannya atau
pengalaman, serta penelitian. pustaka).
keilmiahannya.

Drs. Totok Djuroto dan Dr. Bambang Hery Firman Jones


Supriyadi Karya ilmiah merupakan laporan berupa Karya ilmiah merupakan karangan
Karya ilmiah adalah serangkaian kegiatan tulisan yang dipublikasikan ataupun ilmiah yang ditujukan untuk masyarakat
penulisan yang berlandaskan pada hasil dipaparkan dari hasil pengkajian ataupun tertentu ataupun profesional yang
penelitian yang disusun secara sistematis penelitian yang telah dilakukan, yang biasanya bersifat karya ilmiah tinggi.
mengikuti metodologi ilmiah, yang dalam penulisannya memperhatikan kaidah
bertujuan untuk mendapatkan jawaban dan etika keilmuan yang berlaku di Brotowodjoyo
ilmiah dari suatu permasalahan. masyarakat keilmuan. Karya ilmiah merupakan karangan ilmu
pengetahuan yang menampilkan fakta
Kesimpulan: karya tulis ilmiah adalah laporan tertulis diterbitkan yang mengungkapkan dan dibuat dengan menggunakan
hasil penelitian atau pengkajian yang dilakukan oleh seseorang atau tim dengan memenuhi metodologi penulisan yang baik dan
kaidah serta etika keilmuan yang ditaati oleh masyarakat keilmuan benar
Kriteria Karya Ilmiah
Karya Ilmiah dapat berupa:

LAPORAN PENELITIAN
- SKRIPSI (S1)
- TESIS (S2)
MAKALAH (PAPER) - DESERTASI (S3)

ARTIKEL ILMIAH LAPORAN NASKAH PUBLIKASI


AKHIR
1. MAKALAH Klasifikasi Makalah
1. Makalah kerja, yaitu suatu tulisan yang mengkaji suatu permasalahan
secara sistematik, jelas, dan logis. Makalah jenis ini ada yang
meragukan keilmiahannya, walaupun ditulis dengan tata tulis ilmiah.
2. Makalah tugas (term paper, report of reading), yaitu karangan yang
ditulis untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat menyelesaikan
suatu mata kuliah, melaporkan apa yang sudah diketahui tentang mata
Bagian-Bagian Makalah
kuliah tertentu, membahas suatu masalah walaupun tidak terlalu
1. Bagian awal yang berisi latar belakang, topik,
mendalam, yang biasanya didasarkan pada studi pustaka (library
masalah, dan gagasan pokok.
research).
2. Bagian batang tubuh, yang berisi pembahasan
3. Makalah penelitian (research paper atau field study), yaitu suatu
masalah secara relatif detail, penjelasan
tulisan yang berisi hasil penelitian lapangan (kecil-kecilan).
tentang pokok-pokok pikiran.
4. Makalah non-penelitian, biasanya dimuat di dalam majalah-majalah
3. Bagian akhir, yang memuat kesimpulan atau
ilmiah non-penelitian. Makalah non-penelitian dapat bercorak
pengungkapan kembali pokok pikiran dengan
deskriptif, direktif, atau problem solving. Makalah yang bercorak
cara yang lebih singkat.
deskriptif, lebih-lebih bila tidak disertai analisis, biasanya hanya
4. Lampiran (bila ada) dan Daftar Pustaka.
bersifat informatif sehingga dapat diibaratkan sama dengan sebuah
pariwara. Makalah yang bercorak direktif, karena bersifat memberikan
arah, sebetulnya hanya layak untuk pelatihan atau penataran.
Sementara itu, makalah bercorak problem solving, karena ada kegiatan
analisis yang mirip dengan cara berpikir ilmiah yang melandasi
penelitian, banyak digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Makalah
ini dapat disetarakan dengan artikel ilmiah hasil penelitian.
2. ARTIKEL ILMIAH 4. NASKAH PUBLIKASI
Naskah publikasi adalah tulisan yag bisa
Artikel ilmiah adalah ringkasan dari
saja berupa karya ilmiah atau bukan, tetapi
laporan penelitian, sedangkan makalah
siap cetak untuk dipublikasikan. Naskah
ditulis tidak didasarkan pada hasil
publikasi ini bisa berupa makalah
penelitian. Artikel ilmiah biasanya dimuat
proceding seminar, artikel ilmiah, atau
di dalam jurnal-jurnal penelitian.
jenis naskah yang lain. Oleh karena itu,
naskah publikasi bersifat netral.
3. LAPORAN AKHIR 5. LAPORAN PENELITIAN
Suatu tulisan yang disiapkan oleh
mahasiswa tingkat akhir non-gelar atau Laporan penulisan adalah suatu tulisan yang
diploma. Naskah ini lebih banyak berupa disusun atas dasar hasil penelitian yang telah
laporan tentang suatu tugas yang harus dilakukan oleh penulis. Contohnya adalah
diserahkan untuk memenuhi sebagian skripsi untuk syarat kelulusan S1, tesis untuk
syarat kelulusan. Biasanya laporan akhir S2, dan desertasi untuk S3. Selain itu,
ini berupa laporan praktikum lapangan contohnya adalah laporan penelitian yang
atau laboratorium. digunakan untuk lomba atau kompetisi.
Berdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa antara karya ilmiah yang
satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan tersebut meliputi:
a. Cara penyajian
b. Jumlah halaman
c. Tingkat keilmiahan
d. Tingkat kedalaman analisis
e. Kompleksitas variabel

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada dua pandangan tentang pengertian


karya ilmiah, yaitu:
i. Pandangan bahwa karya ilmiah mesti didasarkan pada penelitian
ii. Pandangan bahwa karya ilmiah tidak harus didasarkan pada hasil
penelitian asal berupa suatu analisis yang tajam atau hasil
pemikiran yang serius dan dikerjakan oleh ahlinya
Klasifikasi Karya Ilmiah
Karya tulis ilmiah disajikan dalam berbagai bentuk seperti: makalah, artikel, laporan penelitian, skripsi, tesis
dan disertasi (Maizudin, dalam Dalman, 2015:35). Berbeda dengan Maizudin, Tugiono (Dalman, 2015:36)
menyatakan bahwa karya tulis ilmiah terbagi atas laporan, makalah, kertas kerja, skripsi, tesis, disertasi,
risensi, kritik dan esai. Pada dasarnya klasifikasi karya tulis ilmiah yang disampaikan oleh Maizudin dan
Tugiono adalah hampir sama sehingga dapat dapat dinyatakan bahwa karya tulis ilmiah terdiri menjadi
beberapa bagian sebagai berikut:
1. Makalah
2. Skripsi
3. Tesis
4. Disertasi
5. Artikel Imiah
6. Artikel Ilmiah Populer
7. Kertas Kerja
8. Resensi
9. Kritik
10. Esai
11. Laporan
1. Makalah
Makalah merupakan salah satu jenis karya tulis ilmiah yang membahas tentang pokok permasalahan tertentu. Makalah disusun dan
disajikan dalam pertemuan formal tertentu (misalnya: seminar), atau untuk diterbitkan dalam majalah ilmiah tertentu. Tulisan ilmiah
mempergunakan proses berpikir ilmiah dalam pembahasan pokok masalahnya. Dilihat dari cara berpikirnya, makalah dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu makalah hasil berpikir deduktif dan makalah hasil berpikir induktif. Makalah hasil berpikir deduktif
membahas masalah atas dasar kajian teori tertentu. Sedangkan makalah hasil berpikir induktif membahas masalah dengan menyajikan
deskripsi gejala, fakta, dan dari pengamatan di lapangan. Sistematika makalah berisi BAB I Pendahuluan, BAB II Pembahasan, dan
BAB III Kesimpulan. Contoh: Pengalaman proses belajar mengajar di kelas, guru mencatat bahwa pujian yang diberikan kepada siswa
atas hasil belajarnya ternyata mengubah perilaku dan sikap siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia.

2. Skripsi
Menurut Barnawi dan Arifin (2015:26) skripsi adalah karya tulis ilmiah yang dibuat secara sistematis berdasarkan metode ilmiah yang
dilakukan oleh mahasiswa S-1 di bawah bimbingan dosen pembimbing. Tanjung (Barnawi dan Arifin, 2015:29) mengemukakan bahwa
permasalahan, kajian pustaka, metodologi yang digunakan, serta hasil penelitian yang digunakan dalam skripsi adalah sebagai berikut:
Identifikasi masalah, didasarkan atas informasi dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan.
Kajian pustaka, penulis diminta menjelaskan keterkaitan penelitiannya dengan penelitian yang lain. (Pustaka yang dijadikan acuan
menggunakan sumber primer meskipun masih dapat menggunakan sumber sekunder). Metodologi penelitian, memperoleh data
penelitian yang akurat menggunakan instrumen pengumpulan data yang valid. Hasil penelitian, cukup mendapat dukungan data yang
diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Contoh: Peningkatan Kompetensi Menulis Karya Ilmiah Sederhana Menggunakan Strategi
Kontekstual (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IX SMP 1 Mangunjaya) oleh Yuyun Yulianti, S.Pd.
3. Tesis
Tesis berasal dari kata thesis berarti pernyataan atau kesimpulan teoretis yang diajukan serta ditunjang oleh argumentasi ilmiah dan
referensi-referensi yang diakui secara ilmiah yang dibuat oleh seorang calon Magister yang merupakan salah satu syarat mencapai
gelar Magister. Tanjung (Barnawi dan Arifin, 2015:30) mengemukakan bahwa permasalahan, kajian pustaka, metodologi yang
digunakan, serta hasil penelitian dalam skripsi adalah sebagai berikut: Identifikasi masalah, masalah yang dikaji diharapkan
menghasilkan sesuatu yang memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan. Kajian pustaka, tidak hanya menjelaskan keterkaitan
antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian lain, tetapi juga harus menyebutkan secara jelas persamaan dan perbedaan antara
penelitiannya dengan penelitian lain yang sejenis. Metodologi penelitian data harus dikumpulkan dengan instrument pengumpulan
data dan disertai bukti-bukti yang valid. Hasil penelitian, selain didukung oleh data yang diperoleh dari penelitian, juga harus
dibandingkan dengan penelitian yang sejenis. Contoh: Kajian Simbol dalam Penokohan pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad
Fuadi: Tinjauan Semiotik Peirce SebagaiAlternatif Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA oleh Alis Marliati.

4. Disertasi
Disertasi adalah karangan yang diajukan untuk mencapai gelar doktor. Penulisan disertasi di bawah bimbingan seorang dosen
berpangkat professor dan isinya mengenai pembahasan yang lebih kompleks dan lebih mendalam daripada persoalan yang terdapat
pada tesis. Disertasi ditulis berdasarkan metodologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Disertasi disusun
berdasarkan kerangka pemikiran baru yang diformulasikan sendiri namun harus menggunakan teori-teori yang sudah ada (Barnawi dan
Arifin, 2015:31). Di dalamnya terdapat suatu dalil yang harus dibuktikan berdasarkan data dan fakta yang valid dan terperinci. Contoh:
Representasi Pergeseran Moralitas dalam Karya Novelis Perempuan Indonesiaoleh Gatot Sarmidi.
5. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah adalah tulisan yang berisi laporan sistematis berupa hasil kajian atau hasil penelitian yang disajikan untuk masyarakat
ilmiah tertentu yang merupakan audiens khusus dengan tujuan menyampaikan hasil kajian dan kontribusi penulisan artikel kepada
mereka untuk dipirkan, dikaji kembali, dan didiskusikan, baik secara lisan maupun tulis. Masalah yang diangkat dalam artikel ilmiah
biasanya masalah aktual yang disertai alternatif pemecahannya (Adnan, dalam Suryoputro 2012:5). Contoh: Analisis Bibliometrika
terhadap Artikel Penelitian Penyakit Malaria di Indonesia Tahun 1970-April 2004 Menggunakan Database Online PubMed

6. Artikel Ilmiah Populer


Artikel ilmiah populer adalah artikel yang dalam penulisannya tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Hal itu
dikarenakan artikel ilmiah populer ditulis dan ditujukan untuk konsumsi masyarakat luas. Artikel ilmiah populer biasanya dimuat di
surat kabar atau majalah. Artikel ini dibuat berdasarkan pemikiran deduktif dan induktif atau gabungan dari keduanya yang
diselaraskan dengan opini penulis. Judul artikel populer menggunakan bahasa menarik dan tidak dibatasi pada bahasa baku atau bisa
menggunakan bahasa yang nonformal yang dapat menarik hati pembaca. Bukti tulisan: Permainan Video Game yang Bisa Bantu
Diagnosis Malaria.
7. Kertas Kerja
Kertas kerja sebenarnya hampir sama dengan makalah, namun yang membedakan adalah analisisnya yang lebih dalam dan tajam
(Dalman, 2015:42). Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya. Kertas kerja dijadikan sebagai acuan
untuk tujuan tertentu. Kertas kerja yang baik adalah yang analisisnya tajam dalam tingkat rasional, empiris, ketepatan masalah,
analisis, kesimpulan, atau kebermanfaatannya. Contoh: Kertas Kerja Perseorangan (KKP) Rencana Kerja Peningkatan Kinerja
Pencapaian Jumlah Tenaga Pengukur Produktivitas dan Daya Saing pada Subdit Pengembangan Pengukuran dan Kajian Direktorat
Produktivitas dan Kewirausahaan oleh : Janususilo,SE.

8. Resensi
Resensi adalah karya tulis yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau penilaian dari sebuah buku. Resensi buku biasanya
disampaikan melalui surat kabar atau majalah. Tujuan dari resensi buku ialah memberi pertimbangan dan penilaian secara objektif,
sehingga masyarakat dapat mengetahui apakah buku yang ditulis tersebut adalah buku yang layak untuk dibaca atau tidak.

9. Kritik
Kritik adalah penganalisaan masalah dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas
apresiasi, atau membantu dalam memperbaiki pekerjaan. Kritik secara objektif memberikan penilaian baik-buruknya sebuah karya.
Kritik tidak hanya menampilkan kesalahan atau cacat darisebuah karya namun kritik juga menampilkan kelebihan atau keunggulan
karya tersebut. Contohnya cerpen “Bom” karya Putu Wijaya seharusnya komunikatif apalagi dengan bentuknya yang nonkonvesional
supaya dapat dipahami pembacanya.
10. Esai
Esai adalah suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subjek tertentu yang dicoba untuk dinilainya. Esai semacam
kritik yang lebih bersifat subjektif karena di dalam esai lebih merupakan pendapat pribadi dari seorang penulis tersebut. Menurut
Rikasari (Tanpa Tahun:5) esai ditulis dengan struktur tersirat: Pendahuluan (bagian dimana penulis menjawab pertanyaan dan
menyediakan rangkuman dari isi argumen penulis), Isi (penulis menjawab pertanyaan dengan cara mengembangkan argumen-argumen
penulis), Kesimpulan (bagian pendahuluan serta menunjukkan bahwa penulis telah menjawab pertanyaan yang ada). Contohnya judul
esai adalah Pemimpin dalam (Segala) Organisasi

11. Laporan
Laporan merupakan bentuk karangan yang berisi rekaman kegiatan tentang sesuatu yang sedang dikerjakan, digarap, diteliti atau
diamati dan mengandung saran-saran untuk dilaksanakan. Laporan disampaikan seobjektif mungkin (Dalman: 2015:44). Contohnya
Laporan Hasil Praktikum Dasar Konversi Energi Listrik.
Langkah Penulisan
Karya Ilmiah
Langkah-langkah penulisan karya ilmiah pada umumnya meliputi empat tahapan, yaitu :
1. Perumusan Masalah
2. Pengembangan Hipotesis
3. Pengumpulan dan Analisis Data
4. Pengujian Hipotesis
1. Perumusan Masalah
Untuk memulai penulisan artikel, kita harus menapatkan suatu pemasalahan. artikel. Dari permasalahan ini kita bisa menelorkan suatu
tema atau topik yang lebih spesifik yang bisa dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Kemudian dari topik ini dapat diangkat suatu judul
artikel.

Pada dasarnya ada banyak permasalahan yang mengitari kehidupan kita seperti permasalahan relevansi pendidikan, kemiskinan,
lingkungan hidup, sosialisasi politik, suksesi kepemimpinan nasional, ketergantungan di bidang teknologi, dampak negatif proses
industrialisasi, dan masih banyak yang lain lagi. Kita bisa memilih salah satu atau beberapa permasalahan tersebut untuk kita angkat
sebagai topik penulisan artikel. Untuk memilih permasalahan tersebut, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Permasalahannya yang actual dan up to date (‘hangat” dan “menggigit”), sehingga menarik perhatian pembaca.
2. Permasalahannya sesuai dengan minat dan disiplin ilmu yang kita tekuni, sehingga kita lebih mudah untuk
mempertanggungjawabkannya secara ilmiah.
3. Permasalahan tersebut memang sangat urgen di dalam masyarakat, dan perlu segera mendapatkan pemecahan. Penulis pemula
biasanya mengalami kesulitan untuk mencari masalah. Seolah-olah dunia sekelilingnya berjalan tanpa ada masalah. Padahal, kalau
kita mau merenung, banyak sekali masalah yang cukup menarik untuk ditulis.

Permasalahan bisa kita temukan dari pengalaman maupun teori-teori. Apabila sulit mencari permasalahan, langkah yang perlu dilakukan
adalah :
a. Bacalah teori dari berbagai buku dan sumber sebanyak mungkin.
b. Bacalah laporan-laporan hasil penelitian, termasuk skripsi dan tesis
c. Biasakan mengamati dan merenungkan segala fenomena yang terjadi di sekeliling kita.
Hal ini perlu dilakukan agar kita bisa mengembangkan intuisi yang kita miliki sehingga akhirnya kita memiliki tingkat kepekaan dan
kepedulian yang tinggi terhadap berbagai fenomena dan regularitas sosial budaya dan alam yang ada di sekeliling kita.
2. Pengembangan Hipotesis
Hipotesis perlu dikembangkan agar kita bisa memberikan jawaban sementara terhada masalah yang kita angkat. Ini penting untuk kita
lakukan agar kita bisa menyajikan berbagai alternatif pemecahan masalah yang kita hadapi. Hipotesis untuk kepentingan karya tulis
ilmiah ini tidak harus dirumuskan secara formal seperti pada karya tulis penelitian. Fungsi utama hipotesis dalam karya tulis ilmiah ialah
untuk mengarahkan imajinasi ilmiah kita agar bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi jika kita berupaya memecahkan permasalahan
yang kita hadapi dengan pendekatan-pendekatan tertentu.

3. Pengumpulan dan Analisis Data


Langkah ini kita ambil agar apa yang kita hipotesiskan bisa didukung data-data yang memadai. Data yang kita ambil bisa data
kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dengan kebutuhan kita. Juga tidak harus berupa data primer, data sekunder pun bisa kita gunakan.
Dalam langkah ini kita perlu menganggap bahwa pendapat orang, hukum-hukum yang telah mapan, dan juga teori-teori yang ada bisa
kita perlakukan sebagai data yang bisa mendukung atau membantah hipotesis yang kita ajukan. Kalau kita mampu menyajikan data
yang memadai dengan benar, maka akan terasa bahwa artikel atau karya tulis yang kita buat akan menjadi lebih utuh. Di samping itu
hasil karya tulis kita pun akan semakin berbobot dan menarik untuk dibaca. Seandainya karya tulis itu akan digunakan sebagai landasan
pengambilan kebijakan, maka pengambil kebijakan akan mendapatkan landasan yang lebih akurat.
4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini bermaksud untuk menentukan posisi penulis berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Pada tahap ini
tercapailah klimak pembahasan, sehingga dalam tahap ini penulis harus bisa memaparkan dengan jelas apakah hipotesis yang diajukan
ditolak atau diterima. Untuk bisamelakukan pembahasan dengan akurat, kita sebaiknya banyak membaca teori-teori dan hasil-hasil
penelitian yang terkait dengan topik karya tulis kita. Dengan berbuat demikian berarti kita telah mengambil dan menentukan posisi
ilmiah bagi diri kita sendiri. Selanjutnya kita perlu menyimpulkan inti karya tulis kita, memberikan saran atau himbauan, sesuai dengan
temuan karya tulis kita tersebut. Ke empat langkah di atas itulah yang perlu kita pegang dalam mengembangkan gagasan dalam
penulisan artikel ilmiah. Namun demikian, hal yang perlu juga diperhatikan ialah bahwa susunan dan sistematikanya tidak harus
eksplisit. Bahkan jangan sekali-kali mengeksplisitkan empat langkah tersebut dalam karya tulis ilmiah (papaer/makalah/artikel), karena
justru akan mengganggu pembaca dalam memahami inti karya tulis tersebut.`
Teknis Penulisan
Karya Ilmiah

Pada sub materi teknis penulisan karya ilmiah akan membahas empat topik, yaitu:
1. Tahapan penulisan karya ilmiah
2. Kegunaan literatur
3. Sistematika penulisan
4. Teknis penulisan setiap bagian sistematika
1. TAHAPAN PENULISAN KARYA ILMIAH
1. Pencarian fakta/gejala/informasi/ masalah/ide/gagasan/issue (dapat dengan banyak
membaca literatur)
2. Pencarian solusi yang mungkin terhadap permasalahan
3. Pengumpulan data
4. Analisis secara obyektif dan mendalam berdasarkan teori dan metode yang sudah
baku
5. Pemeriksaan dan penyuntingan konsep (metode ilmiah, mudah difahami, runtun
susunan bahasanya, dan didukung referensi yang luas dan akurat
6. Penyajian tulisan (laporan)

2. KEGUNAAN LITERATUR
• Mengetahui perkembangan ilmu
• Menemukan ide baru
• Memilih desain riset dan metode
• Menghindari duplikasi dan plagiasi
• Membandingkan dengan karya terdahulu
3. SISTEMATIKA PENULISAN
Hasil penelitian
1. Judul
Non-penelitian
2. Abstrak
1. Judul
3. Pendahuluan (latar belakang, landasan teori, tujuan penelitian,
2. Abstrak
pemecahan masalah)
3. Pendahuluan atau latar belakang
4. Metode penelitian
4. Isi (kajian literatur dan pembahasan)
5. Hasil penelitian
5. Penutup: kesimpulan
6. Temuan dan pembahasan
6. Ucapan terima kasih
7. Kesimpulan dan saran
7. Daftar pustaka
8. Ucapan terima kasih
9. Daftar pustaka
4. TEKNIK PENULISAN SETIAP BAGIAN
2. Abstrak dan Kata Kunci
• Merupakan ringkasan keseluruhan artikel, harus menarik
1. Penentuan Judul • Meliputi: tujuan, metode, hasil, dan simpulan
• Singkat
• Berkisar antara 100 sampai dengan 200 kata (tergantung gaya
• Mampu menggambarkan keseluruhan isi
selingkung)
artikel • Biasanya ditutup dengan kata kunci
• Deskriptif dan informatif
• Kata kunci sebaiknya menggambarkan aspek masalah yang diteliti
• Lebih baik dipikirkan dan ditetapkan
• Jumlah kata kunci umumnya terdiri atas 3–8 kata (yang dapat disusun
setelah seluruh naskah selesai disusun
dalam frase pendek)
• Sering dipilih dengan tidak mengulang judul
• Diperbolehkan menggunakan kata yang sama sekali tidak muncul dalam
keseluruhan artikel
3. Pendahuluan
• Memuat perkembangan penelitian terdahulu (state of the art) untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan saat ini
sehingga tampil kesenjangan antara teori atau hasil penelitian terdahulu dengan keadaan saat ini atau yang diharapkan. Dengan
demikian, akan jelas kontribusi dari penelitian yang dihasilkan
• Mulailah dengan mengkaji pustaka terkini dan mensintesis permasalahannya. Penelitian terdahulu sangat penting untuk
mendukung gagasan dan argumentasi penulis
• Untuk menulis paragraf yang anggun, jangan mengutip pustaka sebagai kalimat pertama, ungkapkan pikiran atau gagasan anda
sebagai kalimat topik, yakni kalimat pertama dalam paragraf
• Sebaiknya memuat: fakta, teori, opini (fto). Metode penelitian
• Bagaimana penelitian dilaksanakan, darimana dan dengan cara apa data/ informasi diperoleh?
• Populasi dan sampel
• Waktu pelaksanaan, objek dan lokasi penelitian
• Teknik pengumpulan data
• Teknik analisis data. Hasil penelitian
• Merupakan bagian inti artikel
• Menyajikan hasil penelitian
• Gunakan kalimat sederhana, lugas, dan jelas
• Penyajian data sederhana gunakan tabel, data yang lebih rumit gunakan grafik
• Sajikan dimulai dari hasil utama diikuti hasil pendukung
• Jangan mengulangi menulis angka yang telah ditulis pada tabel dalam teks laporkan data perwakilan dan bukan data mentah
4. Pembahasan 5. Kesimpulan dan Saran
• Berisi penjelasan apa arti hasil dan implikasinya untuk Kesimpulan:
kajian dimasa depan, tidak mengulangi apa yang telah • Merupakan jawaban dari permasalahan, menyajikan
dipaparkan dalam kajian pustaka atau hasil. Hubungkan ringkasan dari uraian hasil dan pembahasan
hasilnya dengan pertanyaan yang diajukan di bagian • Untuk menghindari spekulasi sebaiknya berdasarkan fakta
pendahuluan yang ditemukan dalam hasil dan pembahasan
• Merupakan diskusi dari hasil penelitian: apakah hasil • Dikembangkan pokok-pokok pikiran baru yang merupakan
sesuai tujuan atau teori? esensi dari temuan penelitian
• Sebaiknya mempunyai alur yang sistematis • Dapat memuat implikasi temuan penelitian
• Jangan membahas suatu aspek secara berulang-ulang • Tidak perlu sistem nomor atau butir-butir
• Carikan pendapat atau hasil penelitian orang lain yang
dijadikan bahan pembanding dengan hasil yang Saran:
diperoleh dengan bahasa sendiri • Dapat mengacu kepada tindakan praktis, pengembangan
• Jangan terlalu berspekulasi teori baru, dan penelitian lanjutan
• Bermuara pada suatu titik yang mendukung kesimpulan • Harus berkaitan dengan pelaksanaan atau hasil penelitian
8. Ucapan Terima Kasih
6. Isi 7. Penutup • Ucapan terima kasih kepada pihak
• Urutan masalah yang dibahas • Berisi simpulan dan saran (jika ada saran); yang pantas
• Analisis dan interpretasi • Simpulan merupakan jawaban • Pemberi dana, bahan dan sarana
• Ilustrasi atau contoh permasalahan yang dikemukakan di dalam penelitian, sponsor
• Tabel, gambar/grafik (jika ada) pendahuluan. • Semua nama yang tercantum sudah
dikonfirmasi
• Ungkapkan secara wajar

9. Dafar Pustaka
• Pustaka yang dimasukkan adalah sesuai yang diacu dalam naskah artikel
• Pustaka yang diacu harus ada dalam daftar pustaka (gunakan mendeley, endnote, zotero, etc.)
• Acuan harus relevan, mutakhir, dan dari acuan primer, yaitu artikel jurnal, makalah prosiding, dan paten
• Pernyataan umum tidak memerlukan pustaka rujukan
• Hindari mengutip dengan cara : si badu dalam si polan
• Ketika mensitasi paper, fokuslah pada gagasannya, bukan fokus pada siapa yang punya gagasan
• Pilih literatur primer dan mutakhir, yang terbit sekurang-kurangnya dalam 5-10 tahun terakhir, bergantung pesatnya kemajuan
bidang ilmu
• Nisbah antara jumlah literatur primer dengan sekunder sebaiknya lebih dari 80%
• Hati-hati menggunakan acuan dari internet yang tidak jelas
Penggunaan Bahasa
dalam Karya Ilmiah

Ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah atau disebut juga
bahasa standar (baku). Sebagai salah satu jenis dari karya tulis ilmiah, artikel ilmiah pun ditulis dengan
menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa standar ini adalah bahasa yang dipelajari dalam institusi
pendidikan. Sebagai bahasa standar, ada aturan-aturan tata bahasa dan pedoman ejaan yang perlu diikuti.
Standar berbahasa yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini meliputi:
1. Pemilihan kata yang tepat
2. Kalimat efektif
3. Kepaduan paragraf
4. Pedoman penulisan
1. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata atau diksi dalam sebuah karya tulis ilmiah akan mempengaruhi kesan dan makna yang ditimbulkan. Hal ini merupakan
salah satu unsur dalam artikel ilmiah. Pemilihan kata dalam satu ragam bahasa berkaitan dengan ketepatan pemilihan kata dan
kesesuaian pemilihan kata.
Menurut Gorys Keraf (2005: 87), ketepatan pemilihan kata berkaitan dengan menggunakan kata secara tepat yang berarti menggunakan
kata sesuai dengan makna yang ingin dicapai. Sementara itu, kesesuaian pemilihan kata berkaitan dengan suasana dan lingkungan
berbahasa. Dalam artikel ilmiah, suasana dan lingkungan bahasa yang digunakan adalah formal dengan bahasa standar/baku. Dalam
makalah ini, dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian pemilihan kata dalam artikel ilmiah, yaitu:
1. Sinonim
a. air kencing - air pipis - air seni - urin
Air kencing adik berwarna keruh.
Air pipis adik berwarna keruh.
Air seni adik berwarna keruh.
Urin adik berwarna keruh.
Sinonim merujuk pada kata-kata dengan makna yang (hampir) serupa. Pada contoh penggunaan sinonim di atas, bahasa yang standar
(baku) adalah air seni dan atau urin (dalam bidang kedokteran).
b. mengemukakan – mengatakan - menyuarakan.
Ia mengemukakan pendapatnya.
Ia mengatakan pendapatnya.
Ia menyuarakan pendapatnya.
Untuk menhindari kebosanan karena menggunakan kata yang itu-itu saja, dapat dipilih sinonim yang penggunaannya tepat (sesuai
konteks)
2. Kata umum- kata khusus
Kendaraan--Kendaraan bermotor--Kendaraan (bermotor) umum--Angkot
a. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan dianggap berhasil.
b. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan bermotor dianggap berhasil.
c. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan umum dianggap berhasil.
d. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan angkot dianggap berhasil.
Setiap kata yang digunakan pada kalimat-kalimat di atas, semakin lama semakin khusus. Hal ini terlihat dari semakin khusus (sempit)
makna yang digunakan pada kata-kata di atas (sesuai urutannya). Kata yang semakin sempit tujuannya itulah yang disebut dengan kata
khusus.
3. Kata indria
Kata indria merupakan kata yang menunjukkan perasaan/ pengalaman dengan pancaindra, seperti panas, manis, keras, apak, desing, dan
mengilat. Penggunaan kata-kata indria ini dapat saling tumpang tindih. Gejala seperti ini disebut dengan sinestesia. Perhatikan contoh
berikut.
e. Ibu membuat teh manis
f. Gadis itu manis sekali
4. Kelangsungan pilihan kata
Kelangsungan pilihan kata berkaitan kata demi kata yang dipilih sehingga dapat menyampaikan gagasan secara tepat, efektif, dan
efisien. Hal ini menyangkut penghamburan kata, ambiguitas makna, kesalahan ejaan, dsb.
5. Istilah dan jargon
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang secara cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
bidang ilmu tertentu. Sementara itu, jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni,
perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok- kelompok khusus lainnya (Keraf, 2005: 107). Antara istilah dan jargon, terdapat
ketumpangtindihan makna. Pada dasarnya, jargon merupakan bahasa atau kata yang khusus sekali.
6. Kata populer dan ilmiah
Kata populer adalah kata yang lazim digunakan oleh masyarakat luas dalam kegiatan sehari-hari. Kata ini tentu berbeda dengan kata
ilmiah yang merujuk pada bahasa ilmiah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:
a. orang sakit - pasien (kata populer - kata ilmiah)
b. Pecahan - fraksi (kata populer - kata ilmiah)
c. Kolot - konservatif (kata populer - kata ilmiah)
7. Kata slang
Kata slang adalah kata yang digunakan pada ragam percakapan yang khas. Misalnya, bahasa gaul. Bahasa seperti ini tidak bisa
digunakan dalam karya tulis ilmiah karena merupakan bahasa non-standar.
8. Idiom
Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan
artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau gramatikal dengan bertumpu pada makna-makna yang membentuknya (Keraf, 2005:
109) Contohnya, makan garam, banting tulang. Selain itu, dalam menulis karya tulis ilmiah perhatikan pula penggunaan kata depan
yang dilekatkan secara idiomatis pada kata kerja tertentu, seperti berbahaya bagi, selaras dengan, terdiri atas.
2. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/ penulisnya dengan baik sehingga pendengar/ pembaca
akan menangkap gagasan di balik kalimat tersebut dengan tepat. Karena tujuan seseorang menulis adalah mengkomunikasikan gagasan
yang dimilikinya, kalimat efektif merupakan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kegiatan menulis, populer
maupun ilmiah, laporan maupun artikel, kalimat yang digunakan berupa kalimat efektif. Menurut Gorys Keraf (1993) syarat-syarat
kalimat efektif adalah sebagai berikut.
1. Kesatuan Gagasan
Kesatuan gagasan mengacu pada bagaimana perilaku fungsi-fungsi kalimat dalam satu kalimat. Syarat utama untuk membentuk sebuah
kalimat lengkap adalah adanya fungsi subjek dan predikat. Jika dirasa perlu, fungsi-fungsi ini dapat ditambahkan dan diperluas dengan
fungsi lainnya.
Contoh:
a. Pada pembiayaan mudhabarah tidak berpartisipasi dalam manajemen bisnis yang dibiayainya.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kesatuan gagasan karena subjek dalam kalimat di atas tidak ada. Siapakah yang tidak berpartisipasi
dalam manejemen bisnis yang dibiayainya? Mengacu kepada siapakah partikelnya pada kata dibiayainya?
Bandingkan dengan kalimat berikut. Pada pembiayaan mudhabarah, konsumen tidak berpartisipasi dalam manajemen bisnis yang
dibiayainya.
b. Karena asam amino ini merupakan faktor pembatas pada pakan nabati.
Kata karena merupakan konjungsi yang menunjukkan hubungan alasan/sebab.Konjungsi ini berfungsi menghubungkan anak kalimat
(alasan/sebab) dengan induk kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Pada kalimat di atas, penyebab (induk kalimat) tidak nampak.
2. Koherensi yang baik dan kompak
Koherensi yang baik dan kompak mengacu pada hubungan antarunsur pembentuk kalimat. Dalam hal ini, urutan kata menjadi hal yang
perlu diperhatikan. Perhatikan contoh berikut:
a. Tes tersebut dibuat oleh guru bidang studi yang berjumlah 25 item.
b. Tes yang berjumlah 25 item tersebut dibuat oleh guru bidang studi.
3. Penekanan
Dalam sebuah kalimat, umumnya terdapat satu hal/topik yang ingin ditekankan. Melalui beberapa cara, penekanan tersebut akan terasa
nyata. Coba perhatikan contoh berikut ini.
c. Beberapa daerah sudah mencapai TFR kurang dari dua dan angka prevelensi kontrasepsi yang cukup tinggi.
d. TFR kurang dari dua dan angka prevelensi kontrsepsi yang cukup tinggi sudah dicapai beberapa daerah.
e. Beberapa daerah pun sudah mencapai kurang dari dua angka prevelensi kontrasepsi yang cukup tinggi.
Dari contoh di atas, terlihat cara untuk memberi penekanan adalah meletakkan topik di awal kalimat atau menggunakan partikel penekan
(pun). Selain cara di atas, dapat pula digunakan pertentangan atau repetisi (pengulangan).
4. Variasi
Untuk menghindari kebosanan karena menggunakan kata atau pola kalimat yang itu-itu saja, digunakan variasi. Dalam kosakata, variasi
berkaitan erat dengan sinonim. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali pembahasan mengenai pilihan kata (sinonim).
5. Paralelisme
Paralelisme menekankan pada penggunakan jenis dan pola yang sama dalam kalimat. Fungsi-fungsi dalam satu kalimat terbentuk dari
pola yang sama. Misalnya, jika dalam sebuah kalimat terdapat predikat lebih dari satu, imbuhan dalam predikat-predikat tersebut sama.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
f. Fungsi enzim di antaranya adalah membantu proses metabolisme dan dapat digunakan mencegah infeksi.
g. Fungsi enzim di antaranya adalah membantu proses metabolisme dan mencegah infeksi.
6. Penalaran dan Logika
Salah satu ciri bahasa ilmiah adalah logis. Hal ini berarti pernyataan dalam kalimat yang digunakan dalam karya tulis ilmiah sesuai
dengan logika. Perhatikan contoh berikut.
a. Secara umum, pendekatan kultural lebih optimis daripada kedua pendekatan sebelumnya...

Pertanyaan yang muncul dari kalimat di atas adalah, siapa yang merasa lebih optimis? Apakah mungkin, sebuah pendekatan (dalam hal
ini pendekatan kultural) dapat merasakan optimisme? Perasaan (optimis) tentunya dapat dirasakan oleh manusia, bukan pendekatan.

Selain syarat di atas, ada pula satu hal lagi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang kalimat. Logikanya, semakin kompleks dan panjang
kalimat, maka semakin sulit pula kalimat tersebut dipahami. Perhatikan kalimat berikut.
Salah satu sistem yang sangat mungkin dikembangkan di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam adalah dengan
mengoptimalkan fungsi zakat, di antaranya dengan menciptakan akumulasi modal yang diharapkan dapat menciptakan dunia usaha baru,
terutama pada sektor ekonomi kerakyatan dalam bentuk industri skala kecil sehingga dari sektor ekonomi yang dibentuk akan dapat
menyerap banyak tenaga kerja yang pada akhirnya akan berdampak kepada ekonomi rakyat.

Dalam makalah yang disampaikan Felicia N. Utorodewo dalam seminar Sejarah Bahasa Melayu/Bahasa Indonesia dalam Jurnalistik di
FIB UI disebutkan penelitian Mencher mengenai panjang kalimat, yaitu:
Dalam bahasa Indonesia belum diadakan penelitian yang dipublikasikan mengenai keefektifan kalimat berdasarkan jumlah kata. Namun,
penelitian di atas dapat memberikan sedikit gambaran mengenai hubungan antara keefektifan kalimat dan jumlah kata dalam satu
kalimat. Walaupun begitu, ada pengecualian untuk kalimat panjang dengan pembagian yang jelas.
Perhatikan pula contoh berikut:
Berdasarkan rumusan masalah seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah menganalisis
derajat desentralisasi fiskal pada awal otonomi daerah pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur; menganalisis tingkat
kemandirian pemerintahan kabupaten dan kota pada awal otonomi daerah di Provinsi Jawa Timur; menganalisis elasitisas Pendapat
Asli Daerah (PAD) pada awal otonomi daerah di Provinsi Jawa Timur; mengetahui jenjang posisi pemerintahan kabupaten dan kota
pada awal otonomi daerah di Provinsi Jawa Timur.

Dalam buku Komposisi (Keraf, 1997: 62?66) dikatakan bahwa paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam
suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf merupakan perluasan pikiran dari kalimat. Pembagian paragraf berdasarkan
fungsinya dalam satu karangan akan mempermudah pembaca memahami struktur karangan.

Sebuah karangan yang dalam studi kasus ini berupa artikel ilmiah minimal terdiri atas tiga pembagian, yaitu pendahuluan, isi, penutup.
Hal ini berlaku pula dalam penulisan paragraf. Dalam sebuah paragraf, terdapat kalimat pembuka, isi, dan penutup. Oleh karena itu,
sebuah paragraf yang standar minimal terdiri atas tiga kalimat.

Dalam sebuah paragraf, terdapat kalimat yang menunjukkan gagasan utamanya. Kalimat tersebut disebut kalimat topik. Dari kalimat
topik inilah sebuah paragraf kemudian dikembangkan. Dalam mengembangkan satu kalimat topik menjadi paragraf, perlu pula
diperhatikan masalah urutan yang logis dan kepaduan bahasa. Kepaduan bahasa ini akan terlihat dari penggunaan kata-kata yang
merujuk pada bagian sebelumnya sehingga topik yang dibahas dalam sebuah paragraf tidak meluas tak terarah.
3. Pedoman Penulisan
Dalam setiap bahasa, terdapat pedoman penulisan yang perlu diperhatikan. Pedoman ini dibuat untuk mempermudah penggunaan dan
pemahaman terhadap suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia, terdapat dua panduan yang dijadikan acuan, yaitu Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EyD). KBBI merupakan pedoman mengenai tata
cara penulisan dan makna kata. Hal ini berbeda dengan EyD yang berisi aturan-aturan mengenai pungtuasi (tanda baca).
Pedoman penulisan yang terdapat dalam KBBI dan EyD bersifat mengikat penggunanya. Makalah ini tidak akan membahas aturan
dalam kedua pedoman tersebut satu per satu. Apabila dibutuhkan, seorang peneliti/penulis tidak perlu merasa ragu atau malu untuk
membuka-buka kembali kedua pedoman ini. Apa yang akan dibahas dalam makalah ini hanyalah aturan-aturan yang lebih bersifat
khusus.

Setiap bidang ilmu mempunyai kekhasan dalam tata cara penulisan. Ada aturan- aturan khusus yang berlaku mengikat penggunanya.
Berikut ini beberapa aturan khusus kebidangan :
1. Penggunaan istilah asing
Dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2003) telah dijelaskan bahwa huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya Hal ini menujukkan bahwa penggunaan
kata atau ungkapan asing dalam artikel ataupun karya tulis lainnya diperbolehkan. Namun, apabila kata atau ungkapan yang digunakan
tersebut belum banyak digunakan, ada baiknya diberikan penjelasan. Dengan begitu, pembaca tidak bingung. Perhatikan contoh berikut:
a. Pengambilan keputusan strategik sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai (value) atau harapan (expectation).
b. Investasi (pembiayaan)
2. Lambang
Ada banyak karya tulis yang menggunakan satuan. Mien E. Rifai (1995) menyatakan, Satuan dasar yang dianut secara universal
memakai Satuan Sistem Internasional. Contoh SI adalah: kilogram (kg) → 5 kg
Meter (m) → 10 m
Ampere (A) → 2 A
Penulisan satuan tidak diawali dengan huruf kapital. Namun, jika satuan tersebut diambil dari nama orang, penulisan dalam bentuk
singkatnya menggunakan huruf kapital. Penulisan satuan dalam bentuk singkat tidak menggunakan titik.
Sama seperti satuan dasar, penulisan satuan mata uang tidak diawali dengan huruf kapital. Namun, penulisan satuan mata uang dalam
bentuk singkat, menggunakan lambang dan huruf kapital. Perhatikan contoh berikut.
10.000 rupiah → Rp10.000,00
80.5 dolar Amerika → US$80.5
25 yen → Y25
catatan: dalam bahasa Indonesia, desimal ditunjukkan dengan penggunaan koma. Sebaliknya dalam bahasa Inggris, desimal ditunjukkan
dengan penggunaan titik.
Lambang usur zat (kimia) dituliskan berdasarkan aturan yang sudah berlaku internasional. Penulisan unsur zat dalam bahasa Indonesia
tidak ditulis dalam cetak miring kecuali jika tidak menggunakan ejaan Indonesia. Contoh:
Karbon (carbon) → C
Kuprum → Cu
Selain satuan dan lambang kimia, dalam bidang-bidang ilmu tertentu, terdapat pula rumus. Rumus ini tersendiri yang tidak boleh
diubah-ubah penulisannya.
3. Penulisan Nama Latin
Dalam bidang keilmuan tertentu, penggunaan nama Latin tidak bisa dihindarkan. Penggunaan nama Latin akan menjelaskan spesies
makhluk hidup secara spesifik. Lalu, bagaimanakah cara penulisannya?
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2003:21) disebutkan, “Huruf kapital digunakan sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang.” Namun, bagaimana dengan unsur-unsur nama hewan atau tumbuhan? Selain itu, disebutkan pula,
“Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.”
(2003:26) Penjelasan lebih lanjut mengenai penulisan nama Latin ini dijelaskan Mien
A. Rifai (1995:14), huruf miring digunakan pada nama ilmiah, marga, jenis, anak jenis, varietas, dan forma makhluk. Akan tetapi, nama
ilmiah takson di atas tingkat marga tidak ditulis dengan huruf miring. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh- contoh berikut:
Oryza sativa Linnaeus, Oryza sativa Linn. Oryza sativa merupakan nama Latin untuk padi. Sebagaimana dijelaskan pada EyD, penulisan
nama diawali dengan huruf kapital. Oleh karena itu, huruf O pada Oryza kapital. Namun, berbeda dengan tata cara penulisan nama orang,
huruf kapital hanya dipakai pada huruf pertama kata pertama. Jadi, huruf s pada kata sativa tidak kapital. Huruf L pada kata Linnaeus dan
Linn. mengacu pada nama orang (penemu). Oleh karena itu, tidak ditulis dengan huruf miring.

Felis domesticus strain Himalaya


Pada contoh di atas, kata Himalaya tidak menunjuk pada penemu jenis kucing tersebut. Kata himalaya mengacu pada tempat/daerah asal
kucing tersebut. Petunjuk mengenai hal itu adalah adanya kata strain sebelum himalaya.

Oryza sp., Felis sp., Pongo spp.


Untuk menyingkat penulisan nama Latin, dapat dituliskan sp. atau spp. di belakang kata pertama nama Latin. Penulisan sp. dan spp. ini
merujuk pada spesies dan subspesies. Tata cara penulisannya tidak dalam cetak miring.
4. Antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Bahasa Inggris diakui sebagai bahasa internasional. Begitu pula dalam karya tulis ilmiah. Agar dapat mempublikasikan hasil
penelitiannya pada masyarakat luas (dalam hal ini masyarakat internasional), ada banyak peneliti yang menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar dalam karya tulis ilmiahnya.
Jika karya tulis ilmiah menggunakan bahasa pengantar Inggris (atau bahasa asing lainnya), pedoman dan aturan yang digunakan sesuai
dengan bahasa yang digunakan. Jadi, jika bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris, pedoman dan aturan yang digunakan
adalah pedoman dan aturan bahasa Inggris. Oleh karena itu, penggunaan bahasa di luar bahasa Inggris (bahasa Indonesia atau Latin)
ditulis dalam cetak miring.
Teknik Pengutipan
dan Daftar Pustaka
1. Pengutipan
Pengutipan adalah penggunaan teori, konsep, ide, dan lain yang sejenis yang berasal dari sumber lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Semua pengutipan harus disertai perujukan. Kealpaan untuk merujuk kutipan
dapat dianggap melanggar etika penulisan karya ilmiah. Pengutipan dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Kutipan Langsung
b. Kutipan Tidak Langsung

2. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi keterangan mengenai sumber rujukan yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi
atau Tugas Akhir Bukan Skripsi. Keterangan ini meliputi nama pengarang, tahun terbitan, judul buku, kota
penerbitan, dan nama penerbit. Gelar yang dimiliki pengarang tidak dicantumkan dalam daftar pustaka. Ketentuan
pencantuman daftar pustaka adalah sebagai berikut. Daftar rujukan dapat berupa buku teks, jurnal penelitian,
laporan penelitian, tugas akhir seperti skripsi dan disertasi, dan terbitan karya ilmiah. Daftar pustaka disusun secara
alfabetis menurut nama belakang pengarang dan tidak perlu menggunakan nomor urut. Apabila terdapat dua atau
lebih nama pengarang yang sama, pengurutan dilakukan mulai dari tahun terbitan yang terbaru. Nama pengarang
yang kedua dan seterusnya tidak ditulis lengkap, tetapi diganti dengan garis lurus tengah (bukan garis bawah)
sepanjang 14 ketukan. Masing-masing jenis rujukan mengikuti sistematika penulisan yang berbeda.
1. KUTIPAN LANGSUNG
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Rujukan
ditulis diantara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka, tanda koma, tahun terbitan,
titik dua, spasi, dan diakhiri dengan nomor halaman.
a. Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris dimasukkan ke dalam teks, diketik seperti ketikan teks, diawali dan diakhiri
dengan tanda petik (“). Sumber rujukan ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan.
b. Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih, diketik satu spasi, dimulai lima ketukan dari batas tepi kiri. Sumber rujukan
ditulis langsung sebelum teks kutipan.
c. Apabila Pengutip memandang perlu untuk menghilangkan beberapa bagian kalimat, maka pada bagian itu diberi titik sebanyak
tiga buah. Bila pengutip ingin menghilangkan satu kalimat atau lebih, maka pada bagian yang dihilangkan tersebut diganti dengan
titik-titik sepanjang satu baris.
d. Bila pengutip ingin memberi penjelasan atau menggarisbawahi bagian yang dianggap penting, pengutip harus memberikan
keterangan. Keterangan tersebut berada di antara tanda kurung, misalnya: (garis bawah oleh pengutip).
e. Bila penulis menganggap bahwa ada suatu kesalahan dalam kutipan, dapat dinyatakan dengan menuliskan simbol (sic!) langsung
setelah kesalahan tersebut.
Contoh kutipan langsung kurang dari 4 baris dapat diberikan berikut ini.
1. Di lain bagian, Nunan (1992: 80) menyatakan bahwa “while internal validity is important, external validity may be irrelevant.”
2. ... lain pihak, tidak disangsikan bahwa “while internal validity is important, external validity may be irrelevant” (Nunan,
1992: 80). Hal ini ...
2. KUTIPAN TIDAK LANGSUNG
Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak sama persis dengan aslinya. Pengutip hanya mengambil pokok pikiran dari
sumber yang dikutip untuk dinyatakan kembali dengan kalimat yang disusun oleh pengutip.
a. Kalimat-kalimat yang mengandung kutipan ide tersebut ditulis dengan spasi rangkap sebagaimana teks biasa.
b. Semua kutipan harus dirujuk. Sumber rujukan dapat ditulis sebelum atau sesudah kalimat-kalimat yang mengandung kutipan.
c. Apabila ditulis sebelum teks kutipan, nama akhir sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka masuk ke dalam teks, diikuti
dengan tahun terbitan di antara tanda kurung.
d. Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis diantara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana tercantum
dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri dengan tahun terbitan.

Contoh kutipan tidak langsung dapat diberikan berikut ini.


Menurut Nunan (1992), penelitian studi kasus sering mengalami kesukaran dalam hal validitas eksternal; bahwasanya hasil
penelitian ini tidak dapat digenerali- sasikan kepada ...
Hal lain yang menyebabkan kelemahan studi kasus adalah bahwa penelitian jenis ini sering mengalami ke- sukaran dalam
hal validitas eksternal; bahwasanya hasil penelitian itu tidak dapat digeneralisasikan kepada po-pulasi yang ... (Nunan: 1992).
1. Daftar Pustaka dari Buku
Penulisan buku mengikuti urutan komponen sebagai berikut: Nama belakang pengarang, koma, Singkatan nama-nama depan yang ada,
titik, (tahun terbitan dalam tanda kurung), titik, Nama Buku dengan Huruf Cetak Miring, titik, Nama kota tempat penerbitan, titik dua,
Nama penerbit, titik. Bila pengarang buku lebih dari seorang, nama pengarang kedua dan seterusnya boleh tidak dibalik (ditulis apa
adanya). Bila buku telah mengalami pengeditan, tuliskan edisi keberapa di dalam kurung setelah nama buku tersebut. Berikut adalah
contoh-contoh penulisan daftar pustaka untuk beberapa jenis buku.
a. Nurgiyantoro, B. (1988). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogya- karta: BPFE.
b. Enkvist, N.E., Spencer, J., dan Gregory, M. (1968). Linguistics and Style. London: Oxford University Press.
c. Cohen, J. (1977). Statistical Power Analysis for the Behavioral Science (Revised Ed.). New York : Academic Press.
d. Bailey, K. M., dan Ochsner, R. (1983). A methodological review of the diary studies: Windwill tilting or so-cial science? Dalam K. M.
Bailey, M. H. Long, dan S. Peck (Eds.). Second Language Acquisition Studies. Rowley, Mass.: Newbury House.
e. Luria, R. (1969). The Mind of a Maemonist (L. Solotaroff. Terjemahan). New York: Avon Books. Buku asli diterbitkan tahun 1965.
2. Daftar Pustaka dari Jurnal dan Terbitan Karya Ilmiah Sejenis
Penulisan rujukan artikel jurnal dan terbitan karya ilmiah yang sejenis mengikuti urutan: Nama belakang pengarang, koma, Singkatan
nama-nama depan, titik, (tahun penerbitan dalam tanda kurung), titik, Judul artikel diketik biasa dan hanya kata terdepan dimulai dengan
huruf besar kecuali kata yang menunjukkan nama, titik, Nama Jurnal dengan Cetak Miring, koma, Nomor Jurnal dengan Cetak Miring,
koma, nomor-nomor halaman dalam jurnal, titik.
Berikut ini diberikan contoh rujukan artikel jurnal.
f. Nuryanto, F. (1996). Penggunaan ragam bahasa Indonesia ilmiah oleh dosen IKIP Yogyakarta. Jurnal Kependidikan, 1, XXIV, hal. 85-
100.
g. Herawati, E. N. (1996). Beksan srimpi dan nilai-nilai yang dikandungnya: sebuah tinjauan apresiatif. Diksi, 9, IV, hal. 81- 9.
3. Daftar Pustaka dari Karya Ilmiah yang Tidak Diterbitkan
Jenis sumber rujukan ini dapat berbentuk tugas akhir, thesis, disertasi, dan laporan penelitian. Penulisan daftar pustakanya mengikuti
format penulis-an daftar pustaka untuk buku, ditambah dengan keterangan jenis karya ilmiah tersebut.
Berikut ini contoh penulisan daftar pustaka yang berupa karya ilmiah yang tidak diterbitkan.
a. Utari, D. Rr. (1993). Penggunaan Tableau de Feutre dalam Pengajaran Ketrampilan Berbicara. Makalah TABS. Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, FPBS IKIP Yogyakarta.
b. Mahmudah, Z. (1995). Pelecehan Seksual dalam Drama Der Besuch der Alten Dame. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS IKIP Yogyakarta.
4. Daftar Pustaka dari Dokumen Resmi
Yang termasuk dalam rujukan jenis ini adalah dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh lembaga resmi. Untuk rujukan jenis
ini digunakan nama lembaga sebagai nama penulis. Komponen yang lain mengikuti ketentuan-ketentuan yang sama. Pada umumnya,
nama penerbit sama dengan nama lembaga yang tertulis di depan.
Berikut ini contoh penulisan daftar pustaka yang berupa dokumen resmi.
c. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Garis-garis Besar Program Pengajaran: Bidang Studi Bahasa Inggris. Jakarta:
Depdikbud.
d. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta. (1994). Peraturan Akademik 1994. Yogyakarta: UPP IKIP YOGYAKARTA.
5. Rujukan dengan Pengarang yang Sama
Untuk daftar pustaka dengan dua atau lebih pengarang yang sama, nama pengarang yang kedua dan seterusnya tidak ditulis lengkap,
tetapi diganti dengan garis lurus tengah (bukan garis bawah). Pengurutan alfabetik dilakukan mulai dari tahun terbitan yang terbaru.
Apabila tahun terbitan sama, digunakan huruf arab kecil langsung setelah tahun. Ketikan dimulai 14 ketukan dari batas tepi kiri.

Berikut ini contoh penulisan daftar pustaka dengan nama pengarang yang sama
Ellis, R. (1992). Understanding Second Language Acquisition (2nd Ed.). Oxford: Oxford University Press.
--------------. (1990a). Classroom Second Language Development. London: Prentice Hall.
-----------------. (1990b). Instructed Second Language Development. Oxford: Blackwell.
- TERIMA KASIH -

Anda mungkin juga menyukai