Anda di halaman 1dari 12

PENGUJIAN

ANTIMIKROBA
KELOMPOK 8 KELAS C
ANGGOTA KELOMPOK 8 C
● NOOR FITRIANI (1913016028)
● NOR SINTA HIDAYATI (1913016076)
● HAMENDA IRFANDI AZMI (1913016091)
● BESSE MUSDALIFAH (1913016151)
● NUR RAHMI YUNI MAULIDA (1913016181)
ANTIMIKROBA
● Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi
mikroba dengan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba
● Metode pengujian daya antimikroba bertujuan untuk menentukan
konsentrasi suatu zat antimikroba sehingga memperoleh suatu sistem
pengobatan yang efektif dan efisien
Prosedur dari percobaan yg dilakukan
tahap pertama ialah dengan pengujian
skrining antimikroba yang bertujuan
untuk menguji penghambatan
terhadap bakteri uji dengan metode
kromatografi.

Tahap kedua ialah uji potensi antimikroba yaitu


Tahap ketiga ialah melakukan pengujian
adanya uji kadar hambat minimum dan kadar bunuh aktivitas antimikroba dengan metode KLT-
minimum. Pada kadar hambat minimum itu ditentukan Bioautografi adalah suatu metode pendektesian
dengan mengamati kekeruhan dan kejernihan untuk menemukan suatu senyawa antimikroba
medium yang telah diinkubasi dan dibandingkan yang belum teridentifikasi dengan cara
dengan larutan kontrol media. Konsentrasi paling melokalisir aktivitas antimikroba tersebut pada
rendah yang menunjukkan penghambatan
pertumbuhan bakteri ditandai dengan jernihnya
suatu kromatogram hasil kromatografi lapis tipis
medium uji. Sedangkan uji kadar bunuh minimum (KLT). Metode ini dilakukan dengan dielusi plat
ditentukan dengan pengamatan ada tidaknya klt dengan berbagai eluen yang akan diamati
pertumbuhan bakteri dalam, media agar setelah menggunakan lampu UV 254 nm dan 366 nm,
diinkubasi. Konsentrasi terendah yang dihitung nilai rf dan diidentifikasi dengan
memperlihatkan kematian bakteri (tidak ada pereaksi semprot untuk menentukan jenis
pertumbuhan) merupakan nilai KBM
senyawanya.
Kromatografi lapis tipis

Prinsip dari KLT adalah adsorpsi dan partisi ,


sebelum dilakukan penotolan sampel fase
diam harus diaktifkan dengan cara
dipanaskan terlebih dahulu dalam oven pada
suhu 110˚C selama 15 menit. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan daya adsorpsi
dari fase diam dalam pemantauan KLT
dilakukan juga penjenuhan pengembang
dengan tujuan mencegah penguapan pelarut.
EKSTRAK ETIL ASETAT REPLIKASI II
N-Heksana : Etil asetat (1:1)
Lampu UV 254 Nilai Rf Zona Bening Lampu UV 366 Nilai Rf Zona Bening
Noda 1 -      
Noda 2 - Noda 1 -
Noda
Noda 3
2 --      
Noda 4 + Noda 2 -
Noda 3 -    
Noda 2 -
Noda 4 +

N-Heksana : Etil asetat (1:3)


Lampu UV 254 Nilai Rf Zona Bening Lampu UV 366 Nilai Rf Zona Bening
Noda 1 -      
Noda 2 -      
Noda
Noda 3
2 -- Noda 1 - 
   
Noda 3 -    
Noda 4 -      
Noda 5 +      
Noda 4 -    
Noda 6 - Noda 2 +
   
Noda 5 + Noda 2 +

Noda 6 -
EKSTRAK N-HEKSANA REPLIKASI I
Ekstak N-heksana Replikasi I (1:1)
Lampu UV 254 nm Nilai Rf Zona Bening Lampu UV 366 nm
Noda 1 -  
Noda 2 +  
Noda
Noda 3
2 +- Tidak ada noda
Ekstak N-heksana Replikasi I (3:1)
Lampu
Noda 3 UV 254 nm Nilai Rf Zona Bening
- Lampu UV 366 nm
Noda 1 +  
Noda 2 -  
Ekstak N-heksana Replikasi I (3:1)
Noda 3 - Tidak ada noda
Lampu UV 254 nm Nilai Rf Zona Bening Lampu UV 366 nm
Noda 1 +  
 
Noda 2 - Tidak ada noda

Noda 3 -
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji dengan plat KLT N-heksana : etil asetat (1:1) dengan
lampu UV 254 nm terdapat 4 noda yang masing masing nilai Rf nya 0,09; 0,43;
0,69; 0,9 dari nilai Rf yang terbentuk zona bening pada nilai Rf 0,9. Kemudian
pada N-heksana : etil asetat (1:1) dengan lampu UV 366 nm terdapat 2 noda yang
masing masing nilai Rf nya 0,61 dan 0,81 keduanya tidak menunjukkan zona
bening.
Pada perbandingan N-heksana : etil asetat (1:3) dengan lampu UV 254 nm
terdapat 6 noda dengan nilai Rf nya 0,14; 0,32; 0,61; 0,71; 0,94 tidak
menunjukkan zona bening, sedangkan nilai Rf 0,83 menunjukkan adanya zona
bening. Kemudian pada N-heksana : etil asetat (1:3) dengan lampu UV 366 nm
terdapat 2 noda dengan nilai Rf 0,83 menunjukkan terdapat zona bening,
sedangkan pada nilai Rf 0,72 tidak menunjukkan zona bening.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji plat KLT pada Ekstrak N-Heksana (1:1) dengan lampu
UV 254 nm terdapat 3 noda dengan nilai Rf 0,81 menunjukkan terdapat zona
bening, sedangkan pada nilai Rf 0,69 dan 0,92 tidak menunjukkan zona bening.
Pada Ekstrak N-Heksana (3:1) dengan lampu UV 254 nm juga menunjukkan 3
noda dengan nilai Rf 0,23 menunjukkan terdapat zona bening, sedangkan pada
nilai Rf 0,8 dan 0,9 tidak menunjukkan zona bening. Pada penggunaan Lampu
UV 366 nm tidak terdapat noda pada plat KLT dari perbandingan ekstrak N-
Heksana (1:1) maupun N-Heksana (3:1). Faktor yang mempengaruhi nilai Rf
yaitu uk.partikel pada adsorben, derajat keaktifan dari lapisan penyerap,
ketepatan pembanding dari eluen dll.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai