Anda di halaman 1dari 17

PORTOFOLIO

PRAKTIKUM

ISOLASI DAN ANALISIS TUMBUHAN OBAT

“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”


“PIPERIN”
Pertemuan Ke 6 & 7
Sabtu, 16 Oktober 2021

DOSEN PENGAMPU :
Apt. Ismi Puspitasari, M.sc.
Kelompok 1
Penyusun :
1. Afrina Fajar Ekowati (02216404A)
2. Aldi asdira (02216394A)
3. Anjeli Amalia (02216427A)
4. Asaddah Dwi Mulyani (02216418A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dihaarapkan mampu melakukan isolasi
dan anilisis flavonoid.
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Seperangkat alat Soxhlet, timbangan, batang pengaduk, lampu spriritus, beaker
glass, seperangkat KLT, dan glasswool.
B. Bahan
Lada hitam, etanol 95%, KOH, anisaldehid-asam sulfat, aquadest, kertas saring,
lempeng silika gel , toluen, etil asetat.
III. CARA KERJA

1
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1

IV. DATA
Penimbangan sampel serbuk lada:
Bobot plastik + sampel serbuk lada = 65,029 g
Bobot plastik + sisa serbuk lada = 35,079 g

Penimbangan kristal :
Bobot kertas saring = 4,531 g
Bobot kertas saring + kristal = 4,953 g
A. Organoleptis
Organoleptis Hasil isolasi Teoritis Pustaka
Bentuk Kristal jarum Kristal jarum Cahyati, et al., 2019.
Isolasi dan Identifikasi
Warna Kuning kecoklatan Kuning
Senyawa Alkaloid
Rasa Pedas Pedas Piperin dari buah Lada
Hitam (Piper nigrum L.)
Bau Khas lada hitam Khas lada hitam

B. Randemen
Bobot kristal = 4,953 g – 4,531 g
= 0,422 g

Randemen = x 100 %

= x 100 %
= 1,4 %

2
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
C. KLT
Fase gerak : toluen-etil asetat (70:30)

Visibel UV 254 nm UV 366 nm anisaldehid


asam sulfat Dragendorf

A B C A B C A B C A B C A B C

Ket :
A : ekstrak lada
B : kristal hasil isolasi
C : baku piperin

1) Data KLT Visibel


Tinggi lempeng : 8 cm
Tinggi lempeng hingga spot noda : 1 cm
Tinggi lempeng hingga batas spot noda : 0,8 cm
Jarak noda A : 1,9 cm
Jarak noda B : 2 cm
Jarak noda C : 2 cm

Penyelesaian
Jarak Pelarut = 8 cm – 1 cm - 0,8 cm
= 6,2 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf A = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1,9 𝑐𝑚
= 6,2 𝑐𝑚
= 0,306 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf B = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2 𝑐𝑚
= 6,2 𝑐𝑚
= 0,322 cm

3
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf C = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2 𝑐𝑚
= 6,2 𝑐𝑚
= 0,322 cm
2) UV 254 nm
Tinggi lempeng : 6,6 cm
Tinggi lempeng hingga spot noda : 1 cm
Tinggi lempeng hingga batas spot noda : 0,5 cm
Jarak noda A : 2 cm
Jarak noda B : 2 cm
Jarak noda C : 2,2 cm

Penyelesaian
Jarak Pelarut = 6,6 cm – 1 cm - 0,5 cm
= 5,1 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf A = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2 𝑐𝑚
= 5,1 𝑐𝑚
= 0,392 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf B =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2 𝑐𝑚
= 5,1 𝑐𝑚
= 0,392 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf A = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2,2 𝑐𝑚
= 5,1 𝑐𝑚
= 0,431 cm
3) UV 356 nm
Tinggi lempeng : 7 cm
Tinggi lempeng hingga spot noda : 1 cm
Tinggi lempeng hingga batas spot noda : 0,5 cm
Jarak noda A : 2 cm
Jarak noda B : 2 cm
Jarak noda C : 3,1 cm

Penyelesaian
Jarak Pelarut = 7 cm – 1 cm - 0,5 cm
= 5,5 cm

4
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf A = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2 𝑐𝑚
= 5,5 𝑐𝑚
= 0,363 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf B = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2 𝑐𝑚
= 5,5 𝑐𝑚
= 0,363 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf C = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2,1 𝑐𝑚
=
5,5 𝑐𝑚
= 0,381 cm
4) Analisis Aldehid Asam Sulfat
Tinggi lempeng : 6,7 cm
Tinggi lempeng hingga spot noda : 1 cm
Tinggi lempeng hingga batas spot noda : 0,6 cm
Jarak noda A : 1,8 cm
Jarak noda B : 2 cm
Jarak noda C : 1,9 cm

Penyelesaian
Jarak Pelarut = 6,7 cm – 1 cm - 0,6 cm
= 5,1 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf A = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1,8 𝑐𝑚
= 5,1 𝑐𝑚
= 0,352 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf B = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2 𝑐𝑚
= 5,1 𝑐𝑚
= 0,392 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf C = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
1,9 𝑐𝑚
= 5,1 𝑐𝑚
= 0,372 cm

5
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
5) Dragendrof
Tinggi lempeng : 6,6 cm
Tinggi lempeng hingga spot noda : 1 cm
Tinggi lempeng hingga batas spot noda : 0,6 cm
Jarak noda A : 2,1 cm
Jarak noda B : 2,2 cm
Jarak noda C : 2 cm

Penyelesaian
Jarak Pelarut = 6,6 cm – 1 cm - 0,6 cm
= 5 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf A = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2,1 𝑐𝑚
= 5 𝑐𝑚
= 0,42 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf B = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2,2 𝑐𝑚
= 5 𝑐𝑚
= 0,44 cm
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf C = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2 𝑐𝑚
= 5 𝑐𝑚
= 0,4 cm

V. PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah buah lada hitam (Piper
nigrum L.). Dilakukan uji senyawa alkaloid piperin dengan menggunakan metode ekstraksi
panas dingin yaitu soxhletasi dan KLT. Buah lada hitam (Piper nigrum L.) sebanyak 30
gram dimasukkan ke dalam kertas longsong karena dalam metode soxhletasi simplisia tidak
kontak langsung dengan pelarut. Pelarut yang digunakan adalah etanol 95% sebanyak 1,5
sirkulasi untuk memperoleh senyawa piperin.
Pada proses ekstraksi soxhletasi kali ini dilakukan 5x sirkulasi. Yang pertama
merangkai alat Soxhlet terlebih dahulu. Buah lada hitam (Piper nigrum L.) yang telah
dibungkus menggunakan ketas longsong dan air 1,5 sirkulasi dimasukkan ke dalam badan
soxhlet. Proses ini dilakukan sampai filtrat tidak berwarna. Kondensor pada bagian atas
badan soxhlet berfungsi untuk pendingin dengan aliran air dari bawah dan keluar dari atas.
Pemanasan dilakukan denga menggunakan api bunchen sampai pelarut di labu alas bulat

6
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
mendidih sehingga uap nya naik dengan adanya pendinginan dari kondensor maka berubah
menjadi tetesan cairan kembali menuju ke badan soxhlet. Cairan penyari akan berubah
warna menjadi kuning kecoklatan. Cairan akan turun ke labu alas bulat sampai 5x sirkulasi.
Pemekatan dilakukan pada soxhlet dengan cara buah lada hitam diambil dari badan
soxhlet sedangkan pelarutnya di tuangkan ke dalam labu alas bulat. Pasang kondesor
kembali dan dilakukan penguapan dengan api bunchen. Pelarut yang mendidih akan

7
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
menguap naik terkondensasi masuk ke dalam badan soxhlet. Ekstrak yang diperoleh
didinginkan terlebih dahulu kemudian ditambahkan KOH etanolik 10 ml yang berfungsi
untuk menghilangkan senyawa resin, aduk sampai homogen. Saring menggunakan glass
wool yang diambil dengan menggunakan penjepit. Filtrat dimasukkan dalam lemari
pendingin selama 1 minggu.
Filtrat yang dihasilkan disaring kembali menggunakan kertas saring. Maka diperoleh
kristal atau endapan dari filtrat buah lada hitam. Endapan dikeringkan dengan di oven suhu
40-55°C. kemudian dilakukan penimbangan untuk memperoleh berat kristal yang
sesungguhnya. Diperoleh berat kristal sebanyak 0,422 gram, maka randemen dari buah lada
hitam dengan berat 30 gram adalah 1,4%.
Selanjutnya dilakukan uji kromatografi lapis tipis (KLT) yang menggunakan fase
gerak berupa toluen-etil asetat, serta fase diam berupa plat dengan lapisan silika gel GF 245.
Proses identifikasi pada kromatografi lapis tipis dapat melalui visualisasi, tahapan ini sangat
penting karena diperlukan suatu keterampilan dalam memilih metode yang tepat karean
harus disesuaikan dengan jenis sampel yang akan diujikan. Salah satu yang dipakai adalah
penyemprotan dengan larutan anisaldehida-asam sulfat. Dilakukan pengujian dengan
menggunakan tiga sampel yaitu ekstrak lada, kristal hasil isolasi, dan baku piperin.
Pengujian dilakukan dengan sampel yang sama namun yang membedakan hanya deteksi
sinar UV, pada pengujian digunakan sinar UV 254 nm dan pada pengujian kedua
menggunakan sinar UV 366 nm, juga dilakukan uji deteksi dengan menggunakan
penyemprotan anisaldehisa-asam sulfat dan dragendrof. Tujuan dilakukannya deteksi
menggunakan dua sinar UV adalah agar mampu membedakan apakah tedapat fluoresensi
pada sampel yang berada pada lempeng kromatografi lapis tipis. Fluoresensi adalah
terpancarnya sinar oleh suatu zat yang telah menyerap sinar atau radiasi elektromagnet lain.
Terdapat lima gambar hasil pengujian KLT, pada hasil pengujian pertama itu
merupakan hasil yang dilakukan tanpa menggunakan sinar UV atau senyawa lain yang
memperoleh hasil faktor retensi yaitu pada sampel A dengan nilai 0,306 cm, pada sampel B
dan C memiliki nilai yang sama yaitu 0,322 cm. Sedangkan pada hasil KLT dengan UV 254
nm mendapatkan hasil faktor retensi yaitu pada sampel A dan B memiliki nilai yang sama
0,392 cm dan pada sampel C dengan nilai 0,431 cm, pada hasil gambar ini terlihat bahwa
terjadi fluoresensi pada lempeng yaitu warna hijau. Pada hasil pengujian ketiga dengan

8
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
menggunakan sinar UV 366 nm terjadi fluoresensi yang menampilkan warna biru namun
warna bercak noda tidak terlalu nyata. Pada pengujian ini didapatkan hasil faktor retensi
yaitu pada sampel A dan B memiliki nilai yang sama yaitu 0,363 cm sedangkan pada sampel
C memiliki nilai 0,381 cm. Pada hasil pengujian dengan anisaldehid-asam sulfat
mendapatkan hasil faktor retensi yaitu pada sampel A dengan nilai 0,352 cm, pada sampel B
dengan nilai 0,392 cm, sedangkan pada sampel C dengan nilai0,372 cm. Sedangkan pada
hasil analisis dragendrof mendapatkan hasil pada sampel A dengan nilai 0,42 cm, pada
sampel B mendapatkan 0,44 cm sedangkan pada sampel C dengan nilai 0,4 cm.
Suatu senyawa yang mempunyai nilai Rf lebih besar memiliki kepolaran yang lemah,
jika nilai Rf rendah maka memiliki kepolaran yang tinggi, hal ini dikarenakan fase diam itu
bersifat polar. Nilai Rf yang bagus berkisar 0,2 – 0,8, jika nilai Rf terlalu tinggi maka harus
mengurangi kepolaran eluen. Sesuai dengan gambar hasil pengujian kromatografi lapis tipis
didapatkan perbedaan yang signifikan pada kedua lempeng, pada lempeng yang
menggunakan sinar UV 254 nm terlihat terjadinya fluoresensi pada lempeng sehingga
menimbulkan warna hijau dan sampel memliki warna gelap. Hal ini disebabkan karena
adanya interaksi antara sinar UV dengan indikator yang terdapat pada lempeng, yang
dimana indikator pada lempeng yaitu silikia gel memiliki tipe 254 sehingga pada saat
deteksi sinar UV 254 nm mengalami fluoresensi. Sedangkan pada pengujian lempeng
dengan sinar UV 366 nm terlihat jelas jarak antara spot sampel pada lempeng. Hal ini
disebabkan karena daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom pada noda, pada pengujian ini terjadi fluoresensi nampak.

VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum isolasi dan Analisa alkaloid piperin menggunakan buah lada
hitam (Piper nigrum L.) dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Isolasi dilakukan dengan ekstraksi soxhletasi sebanyak 5x sirkulasi dengan pelarut yang
selalu baru, diperoleh kristal dari simplisia sebanyak 0,422 g
2. Pada hasil deteksi dapat dilihat bahwa terdapat warna coklat yang menandakan bahwa
sampel lada, kristal isolasi, dan baku piperin megadung senyawa alkaloid. Hal ini sesuai
dengan beberapa literatur yang ada, dengan nilai Rf 0,42 cm, 0,44 cm, dan 0,4 cm.

9
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1

VII. DAFTAR PUSTAKA


Johnson MW. 1987. Parasitization of Liriomyza spp (Diptera: Agromyzidae) infesting
commercial watermelon plantings in Hawaii. J Econ Entomol 80:56-60, 62.
https://academic.oup.com/jee/article-abstract/80/1/56/758060?redirectedFrom=fulltext.
Runtunuwu SD, Hartana A, Suharsono, Sinaga MS. 2000. Penanda molekuler sifat ketahanan
kelapa terhadap Phyphthora penyebab gugur buah. Hayati 7:101-105.
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan-20141207
111430.pdf
Wilkinson MJ et al. 2000. A direct regional scale estimate of transgene movement from
genetically modified oilseed rape to its wild progenitors. Mol Ecol 9:983-991.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1046/j.1365-294x.2000.00986.x?sid=nlm%3A
pubmed
[SSCCCP] Scandinavian Society for Clinical Chemistry and Clinical Physiology, Committee on
Enzymes. 1976. Recommended method for the determination f γ-glutamyltransferase in
blood. Scand J Clin Lab Invest 36:119-125. https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.
1080/00365517609055236

10
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
1). Terbitan sebagai suplemen, sisipan, edisi khusus
Magni F, Rossoni G, Berti F. 1988. BN-52021 protects guinea-pig from heart anaphylaxis.
Pharm Res Commun 20 Supl 5:75-78. https://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S0031698988808452
Rifai MA. 1992. Penggodokan peneliti taksonomi tumbuhan siap pakai. Floribunda 1 Sisipan 3:
22-24.
1). Buku dengan pengarang
Gunawan AW. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
2). Buku dengan editor
Gilman AG, Rall TW, Nies AS, Taylor P, editor. 1990. The Pharmacological Basis of
Therapeutics. Ed ke-8. New York: Pergamon. hlm 60-65.
3). Buku dengan lembaga atau organisasi
[FMIPA IPB] Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.1996.
Katalog Program sarjana FMIPA IPB. Bogor: FMIPA IPB.
4). Buku terjemahan tanpa editor
Pelczar MJJr, Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1,2. Hadioetomo RS,
Imas T, Angka SL, penerjemah; Jakarta:UI Pr. Terjemahan dari: Elements of
Microbiology.
5). Buku terjemahan dengan editor
Luzikov VN. 1985. Mitochondrial Biogenesis and Breakdown. Galkin AV, penerjemah; Roodyn
DB, editor. New York: Consultanst Bureau. Terjemahan dari: Reguliatsiia Formirovaniia
Mitokhondrii.
6). Buku berseri dengan judul volume sama
Wijayakusuma MH, Dalimartha S. Wirian AS. 1998. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia.
Volume ke-1. Jakarta: Pustaka Kartini.
7). Buku berseri dengan judul volume berbeda
Cajori F. 1929. A History of Mathematical Notations. Volume ke-2, Notation mainly in Higher
Mathematics. Chicago: Open Court.
8). Bab atau bagian dari buku dengan pengarang berbeda-beda dan disertai editor
Kuret JA, Murad F. 1990. Adenohypophyseal hormones and related substances. Di dalam:
Gilman Ag, Rall TW, Nies AS, editor. The Pharmacological Basis of Therapeutics. Ed
ke-8. New York: Pergamon. hlm 1334-1360.
9). Prosiding
Meyer B, Hermans K. 1985. Formaldehyde release from pressed wood products. Di dalam:
Turoski V, editor. Formaldehyde: Analytial Chemistry and Toxicology. Proceedings of
the Symposium at the 187th; St Louis, 8-13 Apr 1984. Washington: American Chemical
Society. hlm 101-116.
10). Tugas akhir
Nama pengarang. Tahun terbit. Judul [jenis publikasi]. Tempat institusi: Nama institusi tempat
tersedianya KTI/KTI/tesis/disertasi.
Natalia M. 2007. deteksi kurkuminoid dalam kalus temulawak (Curcuma xanthorrhiza, roxb)
hasil kultur in vitro setelah perlakuan hormon naphtalena acetic acid [KTI]. Surakarta:
Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi.
Cahyati, et al., 2019. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid Piperin dari buah Lada Hitam
(Piper nigrum L.)

11
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
JUDUL JURNAL

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid dari Rimpang Lengkuas Merah
(Alpinia purpurata)

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa/article/download/18790/13137

BAB I
CARA KERJA

1. Pembuatan simplisia serbuk

2. Isolasi dan analisis alkaloid

12
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Penapisan fitokimia
Rimpang lengkuas merah yang telah menjadi simplisia kering kemudian
dilakukan uji fitokimia. Berdasarkan uji fitokimia diketahui bahwa rimpang lengkuas
merah (Alpinia purpurata) mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, steroid,
dan saponin.
2. Ekstraksi
Sebanyak 0,616 kg serbuk rimpang lengkuas merah diekstraksi menggunakan
pelarut n-heksana dengan alat soxlet yang bertujuan untuk mengikat senyawa – senyawa
metabolit sekunder pada rimpang lengkuas merah yang bersifat non polar seperti : steroid
dan triterpenoid.
Ampas hasil ekstraksi dengan pelarut n-heksana selanjutnya diekstraksi dengan
pelarut etanol 96% menggunakan metode maserasi hingga filtratnya tidak berwarna yang
menunjukkan sudah tidak ada senyawa yang terekstrak lagi. Filtrat hasil maserasi
kemudian dipekatkan menggunakan alat rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak
kental etanol. Ekstrak kental etanol ini kemudian digunakan untuk isolasi selanjutnya.
3. Isolasi Alkaloid Total dari Ekstrak Etanol
Ekstrak etanol yang telah didapatkan, ditambahkan larutan HCl 2M hingga pH
larutan menjadi 3-4 agar terbentuk garam alkaloid. Setelah terbentuknya garam alkaloid
tersebut selanjutnya dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut etil asetat. Garam
alkaloid yang telah terbentuk akan larut dalam air sedangkan senyawa lain akan larut
dalam fase etil asetat akibat perbedaan kelarutan. Hasil ekstraksi akan terbentuk 2
lapisan, yaitu lapisan bawah merupakan lapisan asam sedangkan lapisan atas adalah
lapisan etil asetat.
Kedua lapisan tersebut dipisahkan, kemudian lapisan asam yang mengandung
garam alkaloid ditambahkan NH₄OH hingga pH larutan mencapai 8-9. Perlakuan tersebut
bertujuan agar garam alkaloid membentuk alkaloid kembali. Hasil ekstraksi akan
membentuk 2 lapisan yaitu lapisan etil asetat dan lapisan asam.. Selanjutnya kedua
lapisan dipisahkan dan lapisan etil asetat dipekatkan dengan rotary evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental alkaloid total sebanyak 2,61 gr.
4. Pemisahan dengan kromatografi
Terhadap ekstrak alkaloid total selanjutnya dilakukan pemisahan komponen
menggunakan tehnik kromatografi. Analisis kandungan kimia awal dilakukan dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Fase diam yang digunakan adalah silika gel 60GF₂₅₄
dan fase gerak yang digunakan adalah campuran eluen kloroform dan etil asetat
perbandingan 3:1. Selanjutnya ekstrak alkaloid total dilakukan pemisahan dengan metode
kromatografi kolom menggunakan eluen kloroform : etil asetat (3:1). Dari hasil
pengelompokan, fraksi III merupakan fraksi terbanyak. Kemudian terhadap fraksi III

13
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
dipisahkan kembali dengan metode KLT preparatif menggunakan eluen campuran
kloroform:etil asetat (9:1). Diperoleh 3 pita yaitu Fa (kuning), Fb (kuning kemerahan),
dan Fc (hijau kebiruan). Terhadap pita Fc (hijau kebiruan) selanjutnya dilakukan KLT
Preparatif dengan eluen kloroform:etil asetat (9:1). Selanjutnya isolat Fa, Fb, Fc1, Fc2,
dan Fc3 yang diperoleh diuji alkaloid dengan penyemprotan menggunakan pereaksi
Dragendorf. Hasil penyemprotan dengan pereaksi Dragendorf diperoleh hasil bahwa noda
Fc2 menunjukkan hasil positif terhadap alkaloid ditandai dengan timbulnya bercak coklat
kemerahan pada spot yang terbentuk. Terhadap Fc2 (hijau kebiruan) kemudian dilakukan
uji kemurnian dengan KLT menggunakan berbagai macam eluen. Dari hasil uji
kemurnian pada isolat Fc2 menunjukkan bahwa isolat telah murni yang ditunjukkan
dengan menghasilkan noda tunggal yang berwarna hijau kebiruan. Filtrat kemudian
diuapkan untuk menghilangkan pelarut yang terkandung di dalamnya sehingga dihasilkan
padatan alkaloid berwarna kuning kemerahan. Terhadap padatan alkaloid tersebut
kemudian diidentifikasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan LC-MS.
5. Analisis isolat
Isolat alkaloid Fc2 yang didapatkan, dianalisis menggunakan Spektrofotometer
UV-Vis, dari spektrum yang diperoleh diketahui bahwa isolat tersebut mempunyai
panjang gelombang maksimum (λ max) pada 338 nm. Hasil analisis menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis diperkuat dengan penenlitian yang memperoleh panjang
gelombang maksimal pada piperin adalah pada 343 nm menggunakan pelarut metanol.
Untuk mengetahui keberadaan gugus fungsi yang terdapat pada isolat alkaloid
selanjutnya dilakukan analisis dengan FTIR.
Isolat alkaloid kemudian dianalisis dengan Liquid Cromatography-Mass
Spectroscopy (LC-MS) untuk mengetahui berat molekul. Hasil analisis menggunakan LC
menunjukkan bahwa isolat tersebut belum murni yang ditunjukkan munculnya 5 puncak.
Hasil spektrogram MS dari puncak 3 menunjukkan waktu retensi pada 3,4 menit dan
harga berat molekul senyawa alkaloid [M+H]⁺ sebesar 286,2811g/mol. Berat molekul
yang diperoleh diduga merupakan senyawa piperin, hal ini diperkuat berdasarkan
penelitian Mei-Wang dkk, 2012 menggunakan metode LC-MS yang memperoleh berat
molekul dari piperin adalah sebesar 286,3 g/mol.
Berdasarkan data–data yang diperoleh dari hasil analisis dan sesuai dengan
penelitian oleh Junise, dkk., 2012 diduga isolat alkaloid yang telah diisolasi dari rimpang
lengkuas merah mengandung senyawa piperin (C₁₇H₁₉NO₃).

14
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
BAB III
KESIMPULAN

Senyawa yang telah diisolasi dari rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata)
merupakan golongan alkaloid. Hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR dan
LC-MS menunjukkan bahwa isolat alkaloid diduga mengandung senyawa piperin
(C17H19NO3).

15
“ISOLASI DAN ANALISA ALKALOID 1”
PIPERIN
Kelompok 1
DAFTAR PUSTAKA

Fajar Budi Laksono, Enny Fachriyah, Dewi Kusrini, Isolasi dan Uji Antibakteri Senyawa
Terpenoid Ekstrak N-Heksana Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata), Jurnal
Kimia Sains dan Aplikasi, 17, 2, (2014) 37-42
Fauziah Muhlisah, Temu-temuan dan Emponempon Budidaya dan Manfaatnya, Kanisius,
Yogyakarta, (1999) 51-52
Ratna Susilaningsih, Isolasi, Identifikasi dan Uji Toksisitas Senyawa Alkaloid Fraksi Etil Asetat
Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia galanga), Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang.
Hasnah Mohd Sirat, Md Liamen, Chemical constituents of Alpinia purpurata, Pertanika Journal
of Science & Technology, 3, 1, (1995) 67-71
D Manohara, K Mulya, A Purwantara, D Wahyuno, 6.4 Phytophthora capsici on Black Pepper in
Indonesia, Diversity and management of Phytophthora in Southeast Asia, (2004) 132
V Junise, P Shibin, S Senthila, RS Rajesh, Isolation, identification and antimycobacterial
evaluation of piperine from Piper longum, Der Pharmacia Lettre, 4, 3, (2012) 863-868
Reimmel Kwame Adosraku, James Oppong Kyekyeku, Isaac Yaw Attah, Characterization and
HPLC quantification of piperine isolated from Piper guineense (fam. Piperaceae),
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 5, Issue 1, (2013)
Xiu-Mei Wang, Qi-Zhi Zhang, Jian Yang, R_H Zhu, Jun Zhang, Li-Jing Cai, Wen-Xing Peng,
Validated

16

Anda mungkin juga menyukai