Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA PRODUK ALAM


ALKALOID

Disusun Oleh :
1. Nisrina Prabaswari (FA/09969)
2. Afifah Nur Diana P. (FA/09972)
3. Evi Setiani Lande (FA/09975)
4. Atika Rizki Pinasti (FA/09978)
Kelas/Golongan : A/I
Kelompok :2
Tanggal Praktikum : 25 Oktober 2016
Asisten Jaga : Tiwi, Wedita

LABORATORIUM KIMIA PRODUK ALAM


BAGIAN BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
PERCOBAAN IV

ALKALOID

I. SKEMA KERJA
Disiapkan 5 lempeng KLT silica gel berukuran 6.5 cm x 2 cm

Ditandai batas elusi 5 cm dari titik penotolan dengan pensil lemah

Lempeng KLT digunakan untuk menguji kinidin, kafein, strichnin, reserpine dan
nikotin

Ditotolkan sebanyak 2 totolan tiap sampel, yaitu:


 Lempeng 1: sampel Chinae cortex dengan pembanding quinidine
 Lempeng 2: sampel Theae folium dengan pembanding kafein
 Lempeng 3: sampel Rauwolfia radix dengan pembanding strichnin
 Lempeng 4: sampe Rauwolfia radix dengan pembanding reserpin
 Lempeng 5: sampel Nicotiana tabacum dengan pembanding asam nikotinoat

Ditunggu hinggal totolan mengering

Dielusi menggunakan fase gerak:

Ditunggu hingga lempeng kering


Didokumentasikan hasil elusi dengan sinar tampak, sinar UV 254 nm dan
sinar UV 366 nm

Diukur Rf masing-masing bercak

Dideteksi dengan pereaksi semprot

Dipanaskan diatas kompor listrik hingga warna senyawa cukup terlihat (+/- 5
menit)

Didokumentasikan hasil elusi dengan sinar tampak, sinar UV 254 nm dan


sinar UV 366 nm

Diukur Rf masing-masing bercak

II. HASIL
1. Lempeng I (Golongan Kinolin)
Bahan yang diuji Cinnae cortex
Kandungan yang diuji Quinidin
Fase diam Silica gel F254
Fase gerak Diklorometan-Dietilamin (90:11 v/v)
Deteksi - UV 254 nm dan 365 nm
- Pereaksi semprot asam sulfat 5% etanolik
Larutan percobaan Larutan uji: Cinnae cortex
Pembanding: Quinidin
Penotolan Sampel: 2 tetes ; Pembanding: 2 tetes
Jarak elusi 5 cm

Dokumentasi
Sebelum dideteksi dengan pereaksi Setelah dideteksi dengan pereaksi
semprot semprot
Sinar tampak Sinar tampak

(tidak terlihat) (tidak terlihat)

Sinar UV 254 nm Sinar UV 254 nm

Sinar UV 366 nm Sinar UV 366 nm


2. Lempeng 2 (Golongan Xantin)
Bahan yang diuji Theae folium
Kandungan yang diuji Kafein
Fase diam Silica gel F254
Fase gerak Etil asetat : methanol : air (100 : 13,5 : 10 v/v)
Deteksi - UV 254 nm (pemadaman fluorosensi) dan
366 nm
- Pereaksi semprot dengan Iodin-KI-HCl
Larutan percobaan Larutan uji: Theae folium
Pembanding: Kafein
Penotolan Sampel: 2 tetes ; Pembanding: 2 tetes
Jarak elusi 5 cm
Dokumentasi
Sebelum dideteksi dengan pereaksi Setelah dideteksi dengan pereaksi
semprot semprot
Sinar tampak Sinar tampak

Sinar UV 254 nm Sinar UV 254 nm

Sinar UV 366 nm Sinar UV 366 nm


3. Lempeng 3 (Golongan Indol)
Bahan yang diuji Rauwolfia radix
Kandungan yang diuji Strichnin
Fase diam Silica gel F254
Fase gerak Toluena : Etil asetat : dietil amin (70 : 20 : 10
v/v)
Deteksi - Sinar tampak
- UV 254 nm
- UV 366 nm
- Pereaksi Dragendorff dilanjutkan NaNO2
Larutan percobaan Larutan uji: Rauwolfia radix
Pembanding: Strichnin
Penotolan Sampel: 3 tetes ; Pembanding: 2 tetes
Jarak elusi 5 cm
Dokumentasi
Sebelum dideteksi dengan pereaksi Setelah dideteksi dengan pereaksi
semprot semprot
Sinar tampak Sinar tampak

Sinar UV 254 nm Sinar UV 254 nm


Sinar UV 366 nm Sinar UV 366 nm

4. Lempeng 4 (Golongan Indol)


Bahan yang diuji Rauwolfia radix
Kandungan yang diuji Reserpin
Fase diam Silica gel F254
Fase gerak Diklorometan : Metanol (8 : 2 v/v)
Deteksi - Sinar tampak
- UV 254 nm
- UV 366 nm
- Pereaksi Dragendorff
Larutan percobaan Larutan uji: Rauwolfia radix
Pembanding: Reserpin
Penotolan Sampel: 2 tetes ; Pembanding: 5 tetes
Jarak elusi 5 cm
Dokumentasi
Sebelum dideteksi dengan pereaksi Setelah dideteksi dengan pereaksi
semprot semprot
Sinar tampak Sinar tampak

Sinar UV 254 nm Sinar UV 254 nm

Sinar UV 366 nm Sinar UV 366 nm


5. Lempeng 5 (Golongan Piridin)
Bahan yang diuji Nicotiana tabacum (tembakau)
Kandungan yang diuji Asam nikotinat
Fase diam Silica gel F254
Fase gerak Toluena : Etil asetat : dietilamin (7 : 2 : 1 v/v)
Deteksi - Sinar tampak
- UV 254 nm
- Pereaksi Dragendorff
Larutan percobaan Larutan uji: Nicotiana tabacum
Pembanding: Asam nikotinat
Penotolan Sampel: 3 tetes ; Pembanding: 2 tetes
Jarak elusi 5 cm
Dokumentasi

Sebelum dideteksi dengan pereaksi Setelah dideteksi dengan pereaksi


semprot semprot
Sinar tampak Sinar tampak

Sinar UV 254 nm Sinar UV 254 nm

Sinar UV 366 nm Sinar UV 366 nm


III. ANALISIS DATA
Jarak Pengembangan: 5 cm
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
𝑅𝑓 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
1. Tabel perhitungan Rf dan deteksi warna senyawa Golongan Quinine

Sebelum Disemprot Setelah Disemprot


Jenis UV UV UV
No Rf Sinar Sinar UV 366
Senyawa 254 366 254
Tampak Tampak nm
nm nm nm
biru
1 0,34 - - - - -
muda
biru
2 0,60 - biru - - -
muda
biru
Sampel 3 0,66 - biru - - berpendar
muda
Chinae
biru biru
cortex 4 0,76 - biru - -
muda muda
biru
5 0,80 - biru - - -
muda
biru biru
6 0,90 - biru - -
muda muda
biru
1 0,16 - - - - -
muda
biru
2 0,30 - - - - -
muda
Pembanding biru
3 0,60 - - - - -
Quinidine muda
biru
4 0,76 - biru - - berpendar
muda
biru
5 0,86 - - - - -
muda

2. Tabel perhitungan Rf dan deteksi warna senyawa Golongan Xantin

Sebelum Disemprot Setelah Disemprot


Jenis UV UV UV UV
No Rf Sinar Sinar
Senyawa 254 366 254 366
Tampak Tampak
nm nm nm nm
1 0,30 - - ungu - - ungu
Sampel
2 0,52 - - ungu - - ungu
Theae
3 0,60 - ungu ungu merah ungu ungu
folium
4 0,80 - - merah - - merah
Pembanding
1 0,60 - ungu - - - -
Kafein

3. Tabel perhitungan Rf dan deteksi warna senyawa Golongan Indol (Strichnin)

Sebelum Disemprot Setelah Disemprot


Jenis UV UV UV UV
No Rf Sinar Sinar
Senyawa 254 366 254 366
Tampak Tampak
nm nm nm nm
pendar
1 0,14 - - - - -
putih
Sampel coklat
2 0,24 - - - - -
Rauwolfia samar
radix 3 0,38 - biru - - - -
pendar
4 0,48 - - - - -
putih
coklat pendar
5 0,52 - - - -
samar putih
pendar
6 0,70 - - - - -
putih
pendar
7 0,94 - - - - -
putih
Pembanding
1 0,48 - ungu - kuning coklat hitam
Strichnin

4. Tabel perhitungan Rf dan deteksi warna senyawa Golongan Indol (Reserpin)

Sebelum Disemprot Setelah Disemprot


Jenis UV UV UV UV
No Rf Sinar Sinar
Senyawa 254 366 254 366
Tampak Tampak
nm nm nm nm
pendar pendar
1 0,08 - - - -
putih putih
pendar pendar
2 0,15 - - - -
putih putih
pendar pendar
3 0,26 - - - -
putih putih
pendar pendar
Sampel 4 0,42 - - - -
putih putih
Rauwolfia
pendar pendar
radix 5 0,68 - - - -
putih putih
biru pendar biru pendar
6 0,74 - -
padam putih tua putih
pendar pendar
7 0,84 - - - -
putih putih
pendar pendar
8 0,92 - - - -
putih kuning
Pembanding pendar
1 0,76 - - - - -
Reserpine putih
5. Tabel perhitungan Rf dan deteksi warna senyawa Golongan Piridin

Sebelum Disemprot Setelah Disemprot


Jenis UV UV UV UV
No Rf Sinar Sinar
Senyawa 254 366 254 366
Tampak Tampak
nm nm nm nm
1 0,60 - ungu - - - -
Sampel
2 0,64 - ungu - orange - -
Nicotiana
pendar
tabacum 3 0,74 - - - - -
putih
IV. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid yang terkandung
dalam berbagai tanaman. Identifikasi senyawa alkaloid pada percobaan ini dilakukan dengan
metode kromatografi lapis tipis, dimana fase diam yang digunakan adalah silika gel F245.
Lempeng KLT yang digunakan dapat berpendar bila disinari cahaya dengan panjang gelombang
245 nm. Sedangkan fase gerak untuk mengelusi ekstrak tanaman yang digunakan berbeda-beda
pada masing-masing tanaman tergantung senyawa yang akan diidentifikasi kandungannya.
Ekstrak yang didentifikasi kandungan alkaloidnya adalah Chinae cortex, Theae folium, Rauwolfia
radix, dan Nicotinic folium.

1. Chinae cortex

Lempeng pertama digunakan untuk mendeteksi alkoloid golongan kinolin dengan


menggunakan sampel Chinae cortex dan senyawa pembandingnya adalah quinidine. Pada
lempeng ini, fase diam dielusi dengan fase gerak yang komponennya terdiri dari diklorometan-
dietilamina (90:10 v/v). setelah fase gerak bergerak hingga batas elusi, lempeng dikeringkan dan
dilihat dibawah sinar tampak, UV 254 nm dan UV 365 nm, Pada sinar tampak dan UV 366 nm
tidak terlihat bercak, sedangkan pada UV 254 nm terlihat bercak kinolin dengan Rf 0,6 ; 0,66 ;
0,76 ; 0,8 dan 0,9. Sedangkan terlihat bercak pembanding dengan Rf 0,16 ; 0,3 ; 0,6 ; 0,76 dan
0,86.

Setelah itu dilakukan deteksi pada dengan terlebih dahulu memanaskan lempeng KLT
dengan hair dryer selama 10 menit untuk menghilangkan sisa amina. Setelah itu disemprotkan
lempeng tersebut dengan asam sulfat 5% etanolik dan dipanaskan 105° C dengan kompor.
Penyemprotan asam sulfat 5% etanolik terhadap lempeng bertujuan untuk mendeteksi bercak
secara kimia sehingga bercak menghasilkan bercak yang berwarna. Golongan kinolin akan
menampakkan bercak biru gelap pada Rf 0,7.

Setelah dilakukan penyemprotan tersebut, bercak sampel Chinae cortex tidak tampak pada
sinar tampak, namun pada UV 254 nm muncul bercak warna biru muda pada Rf 0,66 ; 0,76 dan
0,9. Dan pada deteksi UV 365 nm terlihat bercak warna biru muda dengan Rf 0,34; 0,6 ; 0,66 ;
0,76 ; dan 0,8. Pada pembanding nampak bercak dengan Rf 0,16 ; 0,3 ; 0,6 ; 0,76 ; dan 0,86 dengan
warna bercak biru muda. Bercak sampel Chinae cortex memiliki Rf yang sama dengan
pembanding, yaitu pada Rf 0,76. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel
Chinae cortex mengandung quinidine. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa Chinae cortex
mengandung quinidine sebesar 0,02% – 0,4% (Bladt, 2013).

2. Rauwolfia radix

Pada simplisia rauwolfia radix, akar dari tanaman Rauwolfia serpentine (Pule pandak),
dilakukan identifikasi terhadap 2 jenis kandungan alkaloid yaitu strichnin dan reserpine. Kedua
senyawa inimerupakan alkaloid golongan indol. Akar Pule Pandak yang merupakan bagian
tumbuhan yang paling sering digunakan juga memiliki kadar kandungan alkaloid yang berbeda-
beda. Kadar tersebut berkisar antara 0,7% – 2,4%. (Trease dan Evans, 1989)

a. Strichnin

Identifikasi strichnin dilakukan dengan menotolkan 2-3 tetes sampel dan pembanding
strichnin pada titik yang telah ditentukan di lempeng KLT. Elusi dilakukan dengan
menggunakan fase gerak Toluena:etil asetat:dietlamin (70:20:10 v/v) sampai batas elusi yang
ditentukan (5 cm dari titik penotolan). Setelah itu, lempeng KLT diamati di sinar tampak,
sinar UV 245 nm, 366 nm. Pada sinar tampak, tidak terlihat adanya bercak. Pada sinar UV
254 nm, tampak bercak pada kolom pembanding dengan Rf 0,48 berwarna biru keunguan,
namun pada kolom sampel, tidak tampak bercak dengan nilai yang sama dengan
pembanding. Pada sinar UV 366 nm, tampak bercak fluoresen pada kolom sampel dengan
Rf 0,48 pendar berwarna putih, namun tidak terbentuk bercak pada kolom pembanding.
Dapat dilihat bahwa pada sampel Rauwolfia radix terdapat senyawa yang memiliki Rf yang
sama dengan Rf pembanding. namun senyawa ini bukan strichnin karena warna yang
dihasilkan berbeda. Senyawa ini hanya memiliki senyawa yang kepolarannya sama dengan
strichnin.

Untuk melihat bercak dengan lebih jelas, dilakukan pewarnaan dengan menggunakan
pereaksi semprot dragendorf dilanjutkan dengan NaNO2. Namun, dengan penyemprotan ini
justru bercak menjadi tidak jelas karena tertutup oleh pereaksi. Hal ini dikarenakan hasil
penyemprotan yang kurang sempurna karena ukuran partikel/drops dari semprotan yang
dihasilkan terlalu besar.
Hasil menunjukkan bahwa Rauwolfia radix tidak mengandung senyawa strichnin.
Hasil ini tidak sesuai dengan teori.

b. Reserpin

Identifikasi reserpin dilakukan dengan menotolkan 2-3 tetes sampel dan pembanding
reserpin pada titik yang telah ditentukan di lempeng KLT. Elusi dilakukan dengan
menggunakan fase gerak diklorometan:methanol (80:20 v/v) sampai batas elusi yang
ditentukan (5 cm dari titik penotolan). Setelah itu, lempeng KLT diamati di sinar tampak,
sinar UV 245 nm, 366 nm. Pada sinar tampak, tidak terlihat adanya bercak. Pada sinar UV
254 nm, tampak bercak biru padam pada kolom sampel dengan 0,74 , namun pada kolom
pembanding tidak tampak bercak. Pada pengamatan UV 254 nm, bercak pembanding tidak
terlihat, hal ini dapat dikarenakan jumlah larutan pembanding yang ditotolkan kurang
banyak. Namun pada UV 366 nm bercak sampel dapat terlihatwalaupun samar. Pada sinar
UV 366 nm, tampak bercak fluoresen pada kolom sampel dengan Rf 0,74 pendar berwarna
putih, nilai Rf ini sama dengan Rf pembanding reserpine. Dapat dilihat bahwa pada sampel
terdapat senyawa yang memiliki Rf yang sama dengan Rf pembanding, sehingga dapat
diketahui sample Rauwolfia radix mengandung senyawa reserpine.

Untuk melihat bercak dengan lebih jelas, dilakukan pewarnaan dengan menggunakan
pereaksi semprot dragendorf. Namun, sama dengan kasus pada identifikasi strichnin, dengan
penyemprotan ini justru bercak menjadi tidak jelas karena tertutup oleh pereaksi.

Di antara alkaloid yang terkandung dalam Rauwolfia radix, reserpina adalah unsur
yang paling penting karena lazim digunakan sebagai obat hipertensi (Duke, 1992).
Berdasarkan literatur akar Pule Pandak mengandung reserpina dengan kardar yang dapat
mencapai 0,04 – 0,15% (Evans, 1989). Hasil praktikum sesuai dengan teori bahwa Rauwolfia
radix (akar Pule pandak) mengandung reserpin.

3. Thea folium
Thea folium (daun teh) merupakan suatu simplisia yang diperoleh dari tanaman Theae
sinensis. Pada praktikum kali ini senyawa alkaloid yang diidentifikasi adalah kafein. Kafein
merupakan suatu alkaloid golongan xantin.
Identifikasi senyawa kafein dalam Thea folium dilakukan dengan menotolkan ekstrak sampel
dan pembanding kafein pada titik yang telah ditentukan di plat KLT. Selanjutnya elusi dilakukan
dengan menggunakan fase gerak etil asetat:methanol:air (100:13,5:10 v/v) sampai batas elusi yang
ditentukan yaitu 5 cm dari titik penotolan. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada sinar tampak,
sinar UV 254 nm dan 366 nm. Pada pengamatan di sinar tampak, tidak terlihat adanya bercak di
kolom sampel maupun kolom pembanding. pada pengamatan UV 254 nm, terdapat bercak pada
kolom sampel dan kolom pembanding memiliki warna dan Rf yang sama yaitu 0,6. Sedangkan
pada UV 366 nm, pada kolom sampel pada RF 0,6 menunjukkan warna ungu, sedangkan pada
kolom pembanding tidak terdapat bercak, hal ini dapat dikarenakan kurangnya pembanding yang
ditotolkan sehingga tidak dapat terdeteksi di panjang gelombang 366 nm. Hasil ini menjukkan
bahwa sampel Thea folium mengandung senyawa kafein.
Untuk memperjelas warna dari bercak, dilakukan penyemprotan dengan pereaksi semprot
larutan iodin-KI-HCl. Dengan penyemprotan, pada pengamatan sinar tampak, warna pada bercak
sampel menjadi berwarna kemerahan. Sedangkan pada pembanding tidak terlihat bercak. Pada
pengamatan 254 nm, bercak pada sampel dan pembanding menghasilkan warna ungu. Pada UV
366 nm, bercak sampel pada Rf 0,6 berwarna ungu, sedangkan pambanding tidak terlihat.
Berdasarkan literatur daun teh mengandung 2.72% kafein dan 0.26% theobromine (Yang,
2007). Hasil praktikum sudah sesuai teori bahwa Daun the (Theae folium) mengandung kafein.
4. Nicotina tabacum
Lempeng kelima digunakan untuk mendeteksi alkoloid golongan piridin dengan
menggunakan sampel tembakau (Nicotina tabacum) dan senyawa pembandingnya adalah nikotin.
Pada lempeng ini, fase diam dielusi dengan fase gerak yang komponennya terdiri dari toluena-etil
asetat-dietilamina (70:20:10 v/v). Setelah fase gerak bergerak hingga batas elusi, lempeng
dikeringkan dan dilihat dibawah sinar tampak, UV 254 nm dan UV 365 nm. Pada sinar tampak
tidak ada bercak yang terlihat. Pada UV 254 nm terlihat bercak dengan Rf 0,6 dan 0,64 dengan
warna ungu, sedangkan pada UV 365 nm terlihat bercak dengan Rf 0,74 nm dengan warna putih
berpendar. Namun bercak pembanding tidak terlihat hal ini bisa dikarenakan kemungkinan
senyawa yang ditotolkan kurang banyak. Sehingga tidak dapat dibandingkan dengan nilai Rf nya.

Setelah itu dilakukan deteksi dengan penyemprotan pereaksi Dragendroff. Pada percobaan
ini, penyemprotan dengan pereaksi Dragendroff terlalu banyak hingga menutupi semua lempeng
secara rata. Dengan sinar tampak, pada awalnya terlihat satu bercak yang berwarna lebih gelap
dari pereaksi Dragendroff namun semakin lama bercak hilang. Pada UV 254 nm dan 366 nm,
bercak tidak terlihat sama sekali. Lempeng yang dilihat pada sinar UV tersebut terlihat gelap
sehingga tidak dapat diamati dan dibandingkan dengan nilai Rf pembandingnya.

V. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil percobaan, sampel Chinae cortex mengandung quinidine karena
memiliki Rf yang sama dengan pembanding quinidine. Hal ini sesuai dengan teori.
2. Hasil percobaan menunjukkan Rauwolfia radix mengandung reserpine. Hasil sesuai
teori
3. Hasil percoobaan menunjukka Rauwolfia radix tidak mengandung strichnin, hany
amemiliki senyawa yang kepolannya mirip dengan strichnin. Hasil ini tidak sesuai
teori.
4. Thea folium mengandung senyawa kafein. Hasil sesuai teori
5. Pada sampel tembakau, tidak dapat dilakukan idetifikasi karena bercak pembanding
tidak nampak.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Bladt, Sabine dan Eva M. Zgainski. 2013. Plant Drugs Analysis. Springer Science &
Business Media. German

Duke, J. A., 1992, Handbook of Biologically Active Phytochemicals and Their Activities
(and Database), CRC Press, Boca Raton, Florida

Trease, G. E, Evans, W. C. , 1989, Pharmacognosi, ELBS, Bailliere Tindal, London.

Xiao Rong Yang, 2007, Simultaneous analysis of purine alkaloids and catechins in
Camellia sinensis, Camellia ptilophylla and Camellia assamica var. kucha by HPLC,
Food Chemistry Volume 100(3):1132–1136

VII. JAWABAN PERTANYAAN


1. Gambarkan struktur kimia:
a. Kinina, kinidina, sinkonina, sinkonidina
b. Kafein, teobromin
c. Strichnin, reserpine
d. Atropine, skopolami, nikotin
2. Mengapa untuk mendeteksi derivate xantin tidak digunakan dragendorf?
3. Carilah masing-masing 2 contoh simplisia yang mengandung alkaloid tropan dan
pirolizidin beserta struktur senyawa kimianya!

Jawab:

1. Struktur kimia
a. Kinina, kinidina, sinkonina, sinkonidina

b. Kafein, teobromin

c. Strichnin, reserpine

Strichnin
d. Atropine, skopolamin, nikotin

Skopolamin

2. Derivate xantin tidak dapat diuji dengan Dragendorf karena xantin tidak memiliki amina
tersier/kuarterner
3. Contoh tanaman dan kandungan alkaloid golongan tropan dan pirolizidin:
a. Alkaloid Tropan

Symonantus aromaticus Belladonnae folium


Kandungan: Aposcopolamin Kandungan: Atropine

b. Alkaloid Pirolizidin

Echium vulgare Helliotropium acutifolium


Kandungan: echimidine Kandungan: Heliotrine

Anda mungkin juga menyukai