MEMBUAT LAPORAN
KEUANGAN
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR /
FABRIKASI KELOMPOK IV
● Analisis risiko mencakup analisis terhadap penyebab dan sumber risiko, dampak positif atau negatif
dari suatu risiko, dan kemungkinan suatu risiko dapat terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
dampak dan kemungkinan kejadian risiko harus diidentifikasi. Efisiensi dan efektifitas pengendalian
risiko yang telah diterapkan sebelumnya juga harus dipertimbangkan. Keterkaitan yang mungkin
terjadi di antara risiko-risiko yang telah diidentifikasi juga perlu dipertimbangkan.
TEKNIK ANALISIS RESIKO
1. Brainstorming
Brainstorming dilakukan dengan mendorong diskusi bebas antara orang-orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan mengetahui opsi-opsi penanganan risiko. Teknik ini perlu difasilitasi dengan efektif untuk
dapat menstimulasi diskusi, mengarahkan diskusi kearah yang tepat dan menangkap isu-isu yang muncul dalam diskusi.
Dalam wawancara terstruktur, pewawancara akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya yang
mendorong narasumber untuk melihat suatu situasi dari sudut pandang baru dan mengidentifikasi risiko dari sudut pandang
tersebut. Wawancara semi-terstruktur dilakukan dengan cara serupa namun dapat melibatkan diskusi dan dan eksplorasi
lebih lanjut. Wawancara dapat dilakukan jika terdapat kesulitan dalam mengumpulkan orang yang diperlukan untuk
melakukan brainstorming, atau jika diskusi bebas kurang tepat digunakan untuk pihak atau permasalahan tertentu.
Wawancara sering dilakukan dalam mengidentifikasi risiko atau menilai efektivitas penanganan risiko.
TEKNIK ANALISIS RESIKO
3. Teknik Delphi
Teknik Delphi bertujuan untuk memperoleh konsensus pendapat dari orang-orang yang pakar di bidangnya. Perbedaan
utama Teknik Delphi dari brainstorming adalah setiap pakar memberikan opininya secara individu dan anonim namun
dapat melihat pandangan pakar lain selama Delphi dilakukan. Teknik Delphi dapat dilakukan di tahapan manapun dalam
manajemen risiko di mana diperlukan konsesus opini dari pakar-pakar di bidangnya.
4. Checklist
Checklist adalah daftar bahaya, risiko atau kegagalan yang dibuat berdasarkan pengalaman, baik melalui penilaian risiko
terdahulu atau informasi historikal. Checklist dapat digunakan untuk melakukan identifikasi risiko atau menilai efektivitas
pengendalian risiko. Checklist juga digunakan bermanfaat untuk memeriksa apakah semua aspek telah tercakup setelah
teknik lain dilakukan untuk mengidentifikasi risiko baru.
Pendanaan Diluar
Neraca
Pendanaan di luar neraca (off-balance sheet financing) adalah suatu upaya untuk meminjam uang dengan cara
sedemikian rupa sehingga kewajibannya tidak tercatat. Akibatnya, setiap perusahaan yang memakai pembiayaan
di luar neraca akan berisiko ditinggalkan para investor yang membeli sahamnya. Namun demikian, sejumlah besar
pembiayaan di luar neraca terus ada.
Salah satu bentuk pembayaran di luar neraca lainnya adalah perjanjian pembayaran proyek (project financing
arrangemments). Perjanjian pembiayaan ini timbul apabila:
1. Dua entitas atau lebih membentuk entitas baru untuk membangun suatu pabrik operasi yang akan digunakan
oleh kedua belah pihak.
2. Entitas baru itu meminjam dana untuk membangun proyek tersebut dan membayar hutang dari hasil yang
diterima proyek.
3. Pembayaran hutang dijamin oleh perusahaan yang membentuk entitas baru itu.
Keunggulan dari perjanjian ini adalah perusahaan yang membentuk entitas baru tidak harus melaporkan
kewajiban pada pembukaannya.
Hidden Asset dan Off Balance Sheet
Hidden asset dan Off Balance Sheet sebenarnya sebangun dan berhubungan. Asset (sisi kiri) tersebut hidden karena dibiayai oleh
debt (sisi kanan) yang tidak tercatat di neraca (off balance sheet).
Hidden Asset merupakan suatu asset yang secara hukum terdaftar sebagai asset perusahaan namun tidak dilaporkan pada
laporan keuangan perusahaan, sedangkan Off Balance Sheet adalah asset yang dikelola perusahaan namun tidak dilaporkan
pada laporan keuangan melainkan dilaporkan secara terpisah dari laporan keuangan.
Contoh yg banyak terjadi adalah penggunaan operating lease. Perusahaan dapat menggunakan aset tersebut tanpa
mencatatkannya di neraca tapi tidak juga murni menyewa. Ketika perusahaan menggunakan operating lease untuk mengakuisisi
suatu asset, sebenarnya perusahaan tsb memiliki kewajiban (yang tersembunyi) yang berupa komitmen membayar sewa u/ jk
wkt tertentu dg scheme tertentu, yang present valuenya bisa dianggap debt. Lalu apa keuntungannya buat perusahaan?
Perusahan tersebut dapat mencatatkan nilai aset dan debt yg lebih rendah dari yg sebenarnya. Implikasinya pada financial
performance secara eksplisit akan lebih bagus. Misalnya ROA yg lebih tinggi (krn nilai aset kecil) dan Debt to Equity Ratio yg
lebih sehat (krn nilai debt lbh kecil).
Beberapa alasan mengapa perusahan mengadakan perjanjian pembiayaan di luar neraca :
•Banyak yang berpendapat bahwa peniadan hutang akan mempertinggi mutu neraca dan memungkinkan kredit
diperoleh dengan dipercepat serta dengan biaya yang lebih ringan
•Ketentuan pinjaman sering kali menetapkan pendapatan atas jumlah hutang yang dapat dimiliki
•Dikemukakan oleh beberapa pihak bahwa sisi aktiva dan neraca dinyatakan terlalu rendah. Sebagai contoh:
perusahaan yang mengugunakan metode LIFO seringkali mempunyai persediaan, property, pabrik dan peralatan
jauh lebih rendah dari nilai berjalan. Sebagai pembagian terhadap nilai yang rendah ini,beberapa menejemen
berpendapat bahwa bagian dari hutang tidak perlu dilaporkan. Dengan kata lain, jika aktiva dilaporkan pada nilai
berjalan, maka tidak disangsikan lagi akan terdapat tekanan yang lebih ringan untuk pembiayaan di luar neraca.