Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PEMERAHAN SAPI

PERAH LAKTASI
O LE H :
M A R YA T I U LF A 1 9 1 0 6 1 1 0 0 4
A. PENGERTIAN dan TUJUAN PEMERAHAN
•Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk
mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan,
pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan (Syarief dan Sumoprastowo, 1985).

•Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu maksimal dari ambingnya,
apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan
produksi total menjadi menurun (Williamson dan Payne, 1993). 
SYARAT PEMERAHAN
• Sapi dalam keadaan sehat
• Petugas pemerahan harus bersih dan higienis
• Tempat dan alat yang digunakan harus bersih dan steril
• Sapi harus bersih
• Tempat penyimpanan susu harus bersih
TAHAPAN PEMERAHAN
(fase persiapan pemerahan)
1. Mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang digunakan (ember penampungan susu,
tali pengikat, kain bersih untuk menyaring susu). Semua alat yang digunakan sebelum
pemerahan harus disterilkan dengan merendam pada cairan disinfektan.
2. Menenangkan sapi dan memberikan pakan konsentrat pada sapi yang akan diperah.
3. Kandang dan tubuh sapi harus bersih.
4. Mencuci ambing, puting sapi, dan daerah lipatan paha dengan air hangat (suhu 37℃)
5. Mengikat ekor sapi sebelum pemerahan untuk mencegah masuknya kuman dari kibasan
ekor sapi yang dapat mengontaminasi susu yang diperah
6. Melicinkan puting sapi dengan minyak kelapa atau vaselin untuk memudahkan proses
pemerahan dan sapi tidak kesakitan
TAHAPAN PEMERAHAN
(fase pemerahan)
• Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun dengan mesin
pemerah (Prihadi, 1996).
• Pemerahan dilakukan dengan baik dan tidak kasar agar sapi yang di perah merasa nyaman
dan tidak merasakan sakit pada proses pemerahan.
• Pada proses pemerahan petugas pemerahan berada di sebelah kanan sapi.
• Pemerahan dengan tangan  harus dilakukan dengan memegang pangkal puting susu antar
ibu jari dan jari tengah, kedua jari kita tekan pelan, menariknya kebawah hingga air susu
keluar dan cara yang mempergunakan lima jari yaitu ibu jari diatas dan keempat jari
lainnya memegang puting, menariknya dengan pelan hingga air susu dapat keluar dengan
baik (Muljana, 1985). 
• Untuk susu dari hasil 3 perahan pertama sebaiknya jangan langsung dimasukkan ke ember
penampung, tetapi di letakkan di wadah yang lain. Tujuannya untuk mendeteksi penyakit
mastitis pada sapi dan memastikan bakteri di dalam puting di keluarkan.
TAHAPAN PEMERAHAN
(fase pasca panen)
• Selesai diperah, ambing dilap  menggunakan  kain  yang  telah dibasahi oleh  disinfektan.
 Kemudian dilap kembali dengan kain yang kering.
• Sesudah melakukan pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan dalam larutan antiseptic
selama 4 detik untuk mencegah terjadinya mastitis {Sumoprastowo, 1985).  
• Semua  peralatan  yang  digunakan  untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian
dikeringkan.  Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian disaring agar
kotoran  saat  pemerahan  tidak  ikut  masuk ke dalam tempat penampungan susu.
TEKNIK PEMERAHAN
(Secara Manual)
1. Whole hand (tangan penuh)
• Cara ini adalah yang terbaik, Cara ini dilakukan pada
puting yang agak panjang sehingga dapat dipegang dengan
penuh tangan.
• Caranya tangan memegang puting dengan ibu jari dan
telunjuk pada pangkalnya. Tekanan dimulai dari atas puting
diremas dengan ibu jari dan telunjuk, diikuti jari tengah,
jari manis, dan kelingking, sehingga air dalam puting susu
terdesak ke bawah dan memancar ke luar. Setelah air susu
itu keluar, seluruh jari dikendorkan agar rongga puting
terisi lagi dengan air susu. Dan diulang sampai akhir
pemerahan.
2. STRIPPING (PERAH JEPIT)

• Cara ini dilakukan hanya untuk pemerahan penghabisan dan


untuk puting yang kecil atau pendek yang sukar dikerjakan
dengan cara lain.
• Puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk yang
digeserkan dari pangkal puting ke bawah sambil memijat.
Dengan demikian air susu tertekan ke luar melalui lubang
puting. Pijatan dikendorkan lagi sambil menyodok ambing
sedikit ke atas, agar air di dalam rongga susu masuk ke rongga
putting. Dan diulangi hingga akhir pemerahan.
3. Knevelen (perah pijit)
• Cara ini sama dengan cara penuh tangan, tetapi dengan 
membengkokan ibu jari, cara ini sering dilakukan jika
pemerah merasa lelah. Lama-kelamaan bungkul ibu jari
menebal lunak dan tidak menyakiti puting.
• Teknik  ini hanya dilakukan pada sapi yang memiliki
puting pendek. (Syarief dan Harianto, 2011).
PEMERAHAN DENGAN MESIN
1. Sistem bangsal pemerahan (Milking parlor system)
• pemerahan berlangsung di ruang (bangsal) khusus yang
disiapkan untuk pemerahan. Setiap mesin melayani 1 ekor sapi
• susu hasil pemerahan ditampung di tangki pendingin setelah
melalui tabung pengukur produksi yang tedapat pada setiap
mesin
2. Sistem ember (bucket system)
• sistem pemerahan yang menggunakan mesin sebagai
pengganti tangan yang di pindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain.
• susu hasil pemerahan di tampung di ember yang ada di
setiap mesin. Setelah itu susu hasil pemerahan setiap ekor
ditakar terlebih dahulu kemudian ditampung di tangki
pendingin.
3. Sistem pipa (pipe line system)
• pemerah langsung berada di kandang dan sapi tetap
terikat
• mesin perah dipindah dari satu sapi ke sapi lain, dan susu
hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki
pendingin melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara
luar
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMERAHAN DENGAN
MESIN

Keuntungan :
• Mempermudah proses pemerahan
• Hasil pemerahan susu lebih banyak
• Waktu pemerahan lebih cepat
• Susu yang di hasilkan lebih bersih dan sedikit kemungkinan susu untuk tercemar oleh
mikroba

Kekurangan :
• harga tiap unit mesin mahal
• membutuhkan tenaga listrik lebih banyak
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AIR SUSU PADA
MASA LAKTASI
• Genetik
• Makanan, semakin baik pakan yang diberikan maka semakin baik susu yang dihasilkan
• Lama pengaturan kering kandang, jika kering kandang terlalu pendek akan menyebabkan
produksi susu pada laktasi selanjutnya akan rendah
• Rangsangan pemerahan, jika rangsangan yang diberikan membuat ternak terkejut atau
merasa kesakitan akan berdampak pada produksi susu yang dihasilkan. Sehingga susu tidak
terperah semua dan mengakibatkan pembentukan air susu berikutnya akan terhambat.
• Frekuensi pemerahan yang teratur dan seimbang akan menghasilkan susu lebih baik
dibandingkan pemerahan yang tidak teratur.
• Calving interval, jika jarak kelahiran terlalu pendek dapat mengakibatkan produksi susu
merosot
• Iklim, jika suhu terlalu panas akan menyebabkan nafsu makan sapi berkurang dan
menyebabkan produksi susu menurun.
• Umur, semakin tua umur sapi maka produksi susunya akan menurun
• Masa estrus, biasanya sapi yang dimasa birahi produksi susunya menurun akibat pengaruh
hormon
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai