Desain Kualitas (Quality Design) Total Quality Management D012 Nama Anggota :
1. Yuzy Febriyanti Ardi (19012010032)
2. Putri Setiawati (19012010042) 3. Ellinda Febrianty (19012010044) 4. Gracela Sarah Fanuel (19012010056) 5. Aulia Olifiana (19012010090) 6. Fera Tri Aidaningtyas (19012010093) 7. Danish Valentino (19012010314) 8. Syafrizal Mar’ie H (19012010337) Six Sigma
Suatu alat manajemen baru yang digunakan
untuk mengganti total quality manajemen (TQM) sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan. Six sigma disebut alat karena digunakan bersamaan dengan yang lain seperti diagram pareto dan histogram. Tujuan Six Sigma
1. Menghilangkan cacat produksi
2. Memangkas waktu pembuatan produk 3. Menghilangkan biaya Implementasi Model Komunikasi pada Desain Kualitas
Komunikasi akan mengikat segala sesuatu secara bersama-sama. Dimulai dari
pondasi sampai ke atap dari suatu bangunan TQM, semua elemen diikat oleh campuran semen pengikat berupa komunikasi. Komunikasi bertindak sebagai sebuah mata rantai penghubung antara semua elemen TQM. Komunikasi berarti sebuah pemahaman bersama terhadap satu atau sekelompok ide-ide antara pengirim dan penerima informasi. TQM yang sukses menuntut komunikasi dengan, dan/ atau diantara, semua anggota organisasi, pemasok dan juga pelanggan. Para Supervisor harus memelihara keterbukaan dari arus komunikasi dimana seluruh karyawannya dapat mengirim dan menerima semua informasi tentang proses-proses TQM. MISKONSEPSI Sallis (2008) menyatakan bahwa TQM merupakan sebuah teori yang dilakukan secara terus menerus, sehingga dapat memberikan kumpulan alat pada setiap institusi pendidikan ketika memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggannya, baik pada masa kini maupun masa depan. MISKONSEPSI Beberapa miskonsepsi dalam TQM :
1. TQM bukan beban
Dalam hal ini TQM perlu diperlu diperkenalkan kepada institusi tersebut agar TQM dapat berjalan dengan lancer sesuai yang diharapkan. 2. TQM bukan sebuah konsepsi TQM tidak selalu menyediakan kesempatan. TQM merupakan sebuah keinginan yang selalu ingin mencoba untuk mengerjakan sesuatu dengan selalu baik dari awal. 3. TQM bukan tugas yang hanya harus dikerjakan oleh seorang manajer Kata “Total” dalam TQM memiliki makna setiap orang dalam sebuah organisasi harus ikut organisasi harus ikut terlibat ketika melakukan peningkatan yang dilakukan terus menerus. ANALISIS JURNAL Perbaikan Kualitas Benang 20S Dengan Menggunakan Penerapan Metode Six Sigma-DMAIC Di PT. Supratex PENDAHULUAN PT. SUPRATEX merupakan sebuah industri tekstil yang khusus bergerak dalam bidang pemintalan benang. Hasil produksi PT. SUPRATEX adalah benang dengan berbagai macam ukuran. Benang diproses dengan mesin-mesin yang canggih serta modern, namun hal tersebut tidak selalu menjanjikan perusahaan dapat memperoleh kualitas yang baik sesuai dengan penerapan perusahaan yaitu Combed 5%. Benang 20S merupakan salah satu jenis benang yang diproduksi dan memiliki tingkat permintaan yang tinggi di perusahaan. Identifikasi Masalah Pengendalian kualitas yang terdapat di lantai produksi PT. SUPRATEX berawal pada persentase cacat yang terdapat pada benang 20S jika dibandingkan dengan persentase Combed 5%. Penelitian kualitas benang 20S dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Januari 2013. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mampu menganalisis cara dan memberikan usulan yang optimal untuk memperbaiki kualitas benang 20S dengan menggunakan metode Six Sigma-DMAIC (Define- Measure-Analyze-Improve-Control). Studi Literatur Sesuai dengan perumusan masalah yang dilakukan maka pemilihan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berhubungan dengan Metode Six Sigma – DMAIC dan teori yang berhubungan dengan perencanaan eksperimen. METODOLOGI PENELITIAN Tahap definisi (define phase) adalah langkah operasional pertama dalam program peningkatan kualitas dengan menggunakan metode Six Sigma melalui tahapan DMAIC. Proses yang terdapat pada tahap define adalah diagram alir SIPOC. Tahap pengukuran (Measure Phase) merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan kualitas dengan menggunakan metode Six Sigma. Terdapat dua hal utama dalam Measure Phase, yaitu (1) Identifikasi Critiqal To Quality (CTQ) (2) Perhitungan nilai DPMO dan Nilai Sigma. Analize adalah langkah operasional ketiga dalam proses peningkatan kualitas dengan menggunakan metode Six Sigma. Pada tahap Improve akan dilakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi kegagalan potensial. HASIL PEMBAHASAN DAN MASALAH Analisis Tahap Define Analisis Tahap Analyze Pada tahap produksi pengecekkan secara Pada tahap Analyze, terdapat tiga faktor utama terkomputerisasi dilakukan hanya sebelum yang menimbulkan kecacatan pada benang 20S pengemasan. Pengecekkan dilakukan setiap yaitu faktor kecepatan, top roll dan traveller. stasiun kerja dilakukan secara manual. Alasan Penyebab utama ketiga faktor tersebut operator lantai produksi PT. SUPRATEX menimbulkan cacat pada benang 20S adalah adalah kurangnya pelatihan yang kurangnya perawatan yang menyebabkan menyebabkan ketidaktahuan penggunaan alat timbulnya berbagai masalah hingga berakhir pada pengecekkan secara terkomputerisasi. kecacatan yang timbul pada benang 20S.
Analisis Tahap Measure
Pada tahap Measure Phase adalah perhitungan Defect Per Millions Opportunity (DPMO) dan Nilai Sigma. HASIL PEMBAHASAN DAN MASALAH Analisis Tahap Control Analisis Tahap Improve Pada tahap Control Perolehan DPMO dengan parameter baru Pada tahap Improve dilakukan perancangan eksperimen adalah 26454,674 sedangkan nilai sigma sebesar 3,436. Hal dengan metode full factorial experiment. Penelitian ini ini memberikan selisih dengan parameter lama, selisih menerapkan 3² x 1² dapat diartikan 3 level untuk dua DPMO sebesar 15.7452,926 dan selisih nilai sigma sebesar faktor dan satu faktor untuk dua level. Dala penelitian ini 0,185. terdapat dua faktor utama yaitu faktor yang terkendali dan Hal ini dapat dikatakan berhasil terlihat perubahan terutama faktor yang tidak terkendali. Faktor yang tidak terkendali pada nilai sigma dan penurunan angka DPMO. Penurunan adalah temperatur yang tinggi yang disebabkan oleh angka DPMO dan kenaikan nilai sigma berimbas pada selisih pemilihan material atap, kurang berfungsinya AC dan COPQ. Terdapat kenaikan sebesar 30% apabila PT. letak mesin yang terlalu berdekatan. Namun faktor yang SUPRATEX menerpakan parameter baru yang diusulkan. tidak terkendali tersebut memiliki pengaruh yang sangat Kenaikan COPQ sebesar 30% dikarenakan pengendalian kecil pada kecacatan benang 20S sehingga dapat kualitas pada benang 20S membutuhkan waktu serta biaya diabaikan. yang lebih banyak untuk mendekati kualitas yang lebih baik daripada sebelumnya. KESIMPULAN Faktor –faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap benang 20S adalah interaksi antara traveller dengan top roll hardness 65 dan interaksi antara kecepatan putar dan top roll 65. Pada awal eksperimen nilai DPMO 79775 dan Nilai Sigma 3,148. Setelah menerapkan paramter baru nilai DPMO menjadi 26454,674 dan Nilai Sigma 3,436. Terdapat kenaikan kerugian perhari sebesar 30% setelah menerapkan parameter baru. Hal ini diperoleh berdasarkan selisih dari perhitungan COPQ lama dan COPQ baru TERIMA KASIH