Anda di halaman 1dari 32

DISKUSI KASUS

RINOSINUSITIS AKUT DAN KRONIK

Pembimbing
ANATOMI
ANATOMI
KOM
Merupakan celah pada dinding lateral
hidung yang dibatasi oleh konka media dan
lamina papirasea

• KOM unit fungsional yang merupakan


tempat ventilasi dan drainase dari sinus
yang letaknya anterior yaitu sinus
maksila, sinus etmoid anterior dan sinus
frontalis. jika mengalami obstruksi 
terjadi infeksi sinus
RINOSINUSITIS
DEFINISI

Rinosinusitis didefinisikan sebagai: radang hidung dan sinus paranasal


ditandai dengan dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa sumbatan /
obstruksi / hidung tersumbat atau nasal discharge (anterior / posterior nasal
drip) :
-nyeri / tekanan wajah
-berkurangnya atau hilangnya penciuman
EPIDEMIOLOGI

• Rinosinusitis mempengaruhi semua kelompok umur.


Diperkirakan kejadiannya adalah 12,3% di Amerika
Serikat, 10,9% di Eropa dan 13% di China

• Menurut riskesdas tahun 2018 sebesar 9,3 %


• Data Divisi Rinologi Departemen THT RSCM
menyebutkan bahwa jumlah pasien rinologi sebesar
435 orang dengan jumlah penderita Rhinosinusitis
sebanyak 69%
ETIOLOGI

Rinosinusitis disebabkan oleh adanya obstruksi pada daerah sinus. Yang dapat
disebabkan oleh:

• Infeksi ( terbanyak rinosinusitis viral )


• Kelainan Anatomi ( terbanyak septum deviasi )
• Alergi
• Bahan iritan
• Dan factor imunologi
Faktor resiko
 Kelainan anatomi seperti deviasi septum
 Hipertrofi konka
 Polip dan tumor hidung
 Benda asing dihidung
 Infeksi Tonsil dan gigi
 Kelainan silia
 Alergi
 Iritasi
 Merokok
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS & DIAGNOSIS

Rinosinusitis didefinisikan sebagai: radang hidung dan sinus paranasal


ditandai dengan dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa sumbatan /
obstruksi / hidung tersumbat atau nasal discharge (anterior / posterior nasal
drip):
-nyeri / tekanan wajah
- berkurang atau hilangnya penciuman

Pemeriksaan endoskopi ditemukan :


polip hidung, dan / atau keluarnya Pemeriksaan CT ditemukan : perubahan
mukopurulen terutama dari meatus mukosa dalam kompleks ostiomeatal dan
medius dan /atau edema / obstruksi / atau sinus
mukosa terutama pada meatus medius.
Klasifikasi rinosinusitis
Penegakan
diagnosis RSK Dewasa

• Timbulnya dua atau lebih gejala, salah satunya


RSA Dewasa
termasuk hidung tersumbat/obstruksi/kongesti atau
• Onset tiba-tiba dengan dua atau lebih gejala keluarnya cairan dari hidung (sekret hidung
diantaranya hidung tersumbat/ obstruksi /kongesti atau anterior/ posterior) :
keluarnya cairan dari hidung (sekret hidung anterior/ • ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah
posterior) • ± penurunan/ hilangnya rasa penghidu
• ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah • Juga ditanyakan tentang gejala alergi (yaitu bersin,
• ± penurunan/ hilangnya rasa penghidu rinorea berair, hidung gatal, dan mata berair gatal).
• Gejala berlangsung <12 minggu dengan interval bebas
• Gejala berlangsung ≥12 minggu
gejala.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum
• Tanda Vital
• Status Generalis
• Palpasi Sinus (nyeri tekan)
• Rinoskopi Anterior ( Infalamasi dan edema mukosa, nasal
discharge)
• Rinoskopi posterior

Tjahjono, F. A., Kristyono, I., & Baskoro, A. (2020). Correlation between Allergic Rhinitis and Rhinosinusitis in ENT Outpatient Clinic Patients. Biomolecular and Health Science Journal, 3(1), 15.
https://doi.org/10.20473/bhsj.v3i1.19127
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Transilumasi Sinus
● Pemeriksaan darah perifer lengkap
● Foto X-ray posisi Waters, AP dan Lateral
● Pemeriksaan Penunjang Nasoendoskopi
Dianosis Banding

 Rhinitis Alergi

 Upper respiratory infection

 Hipertrofi adenoid

 Tonsilitis
TATALAKSANA
TATALAKSANA
KOMPLIKASI ORBITAL

Preorbiltal cellulitis Abses Subperiosteal atau orbital

Orbital cellulitis Trombosis sinus cavernosus


KOMPLIKASI INTRAKRANIAL

Abses epidural, subdural, abses otak, meningitis


(tersering), cerebritis.

Abses intrakranial sering didahului dengan tanda-tanda peningkatan


tekanan intrakranial
PROGNOSIS

● Prognosis sinusitis akut sangat baik,


dengan sekitar 70% pasien dapat
sembuh tanpa pengobatan
● Namun, memiliki kemungkinan untuk
relaps, sehingga dibutuhkan regimen
untuk mencegah kekambuhan
KASUS

Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan pilek sejak
3 hari yang lalu. Keluhan lainnya termasuk demam, nyeri otot, mual, batuk, ingus
bening dan encer. Selama pandemi, pasien bekerja bergantian dari rumah dan
kantor. Kantor menyediakan fasilitas tes antigen Covid 19 dan selama ini
dinyatakan non reaktif. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 dan
merokok sejak usia muda. Pasien sudah mengkonsumsi obat yang terjual bebas
beberapa kali, namun gejala semakin memburuk.
KATA KUNCI KASUS
● Pilek : Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) non spesifik atau “flu biasa” merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
● Demam : Proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika
suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C)
● Batuk : Batuk adalah tindakan refleks dari saluran pernapasan yang digunakan untuk
membersihkan saluran napas atas
● Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau
gangguan fungsi insulin (resistensi insulin).
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Mr.X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 tahun
Alamat : jakarta

● Keluhan utama : pilek sejak 3 hari yang lalu


● Keluhan penyerta : demam, nyeri otot, mual, batuk, ingus bening dan encer
● Riwayat penyakit dahulu : diabetes mellitus tipe 2
● Pemeriksaan Rapid Antigen Covid 19 non-reaktif
● Riwayat kebiasaan : pasien merokok sejak usia muda
● Riwayat pengobatan : konsumsi obat yang terjual bebas beberapa kali, namun gejala
makin memburuk
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
 Kesadaran : Kompos mentis
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Tinggi badan : 170cm
 Berat badan : 69kg
 Status gizi : normal
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg  normal
 Nadi : 60x/menit  normal
 Suhu : 37,8oc subfebris
 Pernapasan : 18x/menit  normal
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokasi
● Pemeriksaan Tenggorok : mukosa faring tampak
hiperemis
● Pemeriksaan Rinoskopi anterior dan posterior :
Kavum nasi sempit, terdapat sekret, mukosa pada
konka tampak edema dan hiperemis
DIAGNOSIS SEMENTARA

Diagnosis Sementara : Rinitis Akut

Diagnosis banding : Rinosinusitis Akut


TATALAKSANA PADA PASIEN
EDUKASI UNTUK PASIEN
● Istirahat yang cukup
● Patuh konsumsi obat yang sudah diresepkan, lanjutkan obat untuk
mengontrol gula darah → pasien riwayat diabetes melitus tipe 2
● Jaga higienitas dan patuhi etika batuk dan bersin
● Kurangi konsumsi rokok secara perlahan
● Cuci hidung dengan larutan Nacl
PROGNOSIS PASIEN

● Ad vitam: bonam
● Ad fungsionam: bonam
● Ad sanationam: dubia ad bonam
REFERENSI

● Settipane, Kaliner. Nonallergic Rhinitis. American Journal of Rhinology & Allergy,


2013;S48–S51. doi:10.2500/ajra.2013.27.3927.
● Keswani, Anjeni; Peters, Anju T. Complications of Rhinitis. Immunology and Allergy
Clinics of North America, 2016;36(2), 359–366. doi:10.1016/j.iac.2015.12.011.
● Çatlı T, Atilla H, Miller EK. Acute Viral Rhinitis. 2017; 200-202.
● Pengurus pusat PERHATI-KL. Panduan praktis klinis panduan praktik klinis tindakan
clinical pathway. 2016; (2): 20-22.
● Dhingra S. Diseases o f Ear, Nose, & Throat 5th Edition. 2010. 254 p.
● Harrison’s principles of internal medicine. 20th ed. New York: McGraw-Hill Education;
2018. P.1382-8.
REFERENSI

● Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL FK UI.
Dalam:Gangguan Pendengaran dan Kelainan Telinga. Edisi ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2012.
● Osguthorpe JD. Adult Rhinosinusitis: Diagnosis and Management. American Family Physician.
2001;63(1).
● Sedaghat AR. Chronic Rhinosinusitis. American Family Physician. 2017;96(8).
● Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, et al. European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps
2012. Rhinol Suppl. 2012;(23):1-298.
● Orlandi RR, Kingdom TT, Hwang PH, et al. International consensus statement on allergy and
rhinology: rhinosinusitis. Int Forum Allergy Rhinol. 2016;(6 suppl 1): S22-S20.

Anda mungkin juga menyukai