Anda di halaman 1dari 75

AKUNTANSI

ASET TETAP

Dr. Haryanto, MSi., Ak., CA.


Universitas Diponegoro Semarang
DEFINISI ASET TETAP
Aset Tetap adalah aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan atau
dimaksudkan untuk digunakan, dalam
kegiatan Pemerintah Daerah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
(PP No. 71 Tahun 2010 – SAP)
KRITERIA ASET TETAP
 Berwujud;
 Masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
 Dapat diukur secara andal;
 Tidak dimaksudkan untuk dijual/dihibahkan;
 Diperoleh atau dibangun untuk dipakai; dan
 Nilai rupiah perolehan memenuhi batasan minimal
kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.
(DALAM RKA-SKPD DIANGGARKAN SEBAGAI BELANJA MODAL)
KLASIFIKASI ASET TETAP
1. Tanah (KIB A)
2. Peralatan dan Mesin (KIB B)
3. Gedung dan Bangunan (KIB C)
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan (KIB D)
5. Aset Tetap Lainnya (KIB E)
6. Konstruksi dalam Pengerjaan (KIB F)
CONTOH: BATAS MINIMAL NILAI KAPITALISASI
No. Uraian Jumlah Harga Lusin/Set/Satuan (Rp)
1 Tanah 1
2 Peralatan dan Mesin:
2.1 Alat-alat Berat 20.000.000
2.2 Alat-alat Angkutan (Roda Empat dan Roda Dua) 15.000.000 (Roda 4) dan 3.000.000 (Roda 2)
2.3 Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur 1.000.000
2.4 Alat-alat Pertanian/Peternakan 1.000.000
2.5 Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga
- Alat-alat Kantor 300.000
- Alat-alat Rumah Tangga 300.000
2.6 Alat Studio dan Alat Komunikasi 1.000.000
2.7 Alat-alat Kedokteran 1.000.000
2.8 Alat-alat Laboratorium 1.000.000
2.9 Alat Keamanan 1.000.000
3 Gedung dan Bangunan:
3.1 Bangunan Gedung 30.000.000
3.2 Bangunan Monumen 30.000.000
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan:
4.1 Jalan dan Jembatan 100.000.000
4.2 Bangunan Air/Irigasi 100.000.000
4.3 Instalasi 50.000.000
4.4 Jaringan 50.000.000
5 Aset Tetap Lainnya:
5.1 Buku dan Perpustakaan **)) Tidak Dikapitalisasi
5.2 Barang Bercorak Kesenian/ Kebudayaan/Olahraga 1.000.000
5.3 Hewan/Ternak dan Tumbuhan Tidak Dikapitalisasi
6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 1
Kodefikasi Uraian Masa Manfaat (Tahun)
1 3     ASET TETAP  
1 3 2   Peralatan dan Mesin  
1 3 2 01 Alat-Alat Besar Darat 10
1 3 2 02 Alat-Alat Besar Apung 8
1 3 2 03 Alat-Alat Bantu 7
1 3 2 04 Alat Angkutan Darat Bermotor 10
1 3 2 05 Alat Angkutan Berat Tak Bermotor 3
1 3 2 06 Alat Angkut Apung Bermotor 10
1 3 2 07 Alat Angkut Apung Tak Bermotor 3
1 3 2 08 Alat Angkut Bermotor Udara 20
1 3 2 09 Alat Bengkel Bermesin 10
1 3 2 10 Alat Bengkel Tak Bermesin 5
1 3 2 11 Alat Ukur 5
1 3 2 12 Alat Pengolahan Pertanian 4
1 3 2 13 Alat Pemeliharaan Tanaman/Alat Penyimpan Pertanian 4
1 3 2 14 Alat Kantor 5
1 3 2 15 Alat Rumah Tangga 5
1 3 2 16 Peralatan Komputer 4
1 3 2 17 Meja dan Kursi Kerja/Rapat Pejabat 5 
1 3 2 18 Alat Studio 5
1 3 2 19 Alat Komunikasi 5
1 3 2 20 Peralatan Pemancar 10
1 3 2 21 Alat Kedokteran 5
1 3 2 22 Alat Kesehatan 5
1 3 2 23 Unit-Unit Laboratorium 8
1 3 2 24 Alat Peraga/Praktek Sekolah 10
1 3 2 25 Unit Alat Laboratorium Kimia Nuklir 15
1 3 2 26 Alat Laboratorium Fisika Nuklir / Elektronika 15
1 3 2 27 Alat Proteksi Radiasi / Proteksi Lingkungan 10
1 3 2 28 Radiation Aplication and Non Destructive Testing Laboratory (BATAM) 10
1 3 2 29 Alat Laboratorium Lingkungan Hidup 7
1 3 2 30 Peralatan Laboratorium Hidrodinamika 15
1 3 2 31 Senjata Api 10
1 3 2 32 Persenjataan Non Senjata Api 3
1 3 2 33 Alat Keamanan dan Perlindungan 5
Kodefikasi Uraian Masa Manfaat (Tahun)
1 3 3   Gedung dan Bangunan  
1 3 3 01 Bangunan Gedung Tempat Kerja 50
1 3 3 02 Bangunan Gedung Tempat Tinggal 50
1 3 3 03 Bangunan Menara 40
1 3 3 04 Bangunan Bersejarah 50
1 3 3 05 Tugu Peringatan 50
1 3 3 06 Candi 50
1 3 3 07 Monumen/Bangunan Bersejarah 50
1 3 3 08 Tugu Peringatan Lain 50
1 3 3 09 Tugu Titik Kontrol/Pasti 50
1 3 3 10 Rambu-Rambu 50
1 3 3 11 Rambu-Rambu Lalu Lintas Udara 50
1 3 4   Jalan, Irigasi, dan Jaringan  
1 3 4 01 Jalan 10
1 3 4 02 Jembatan 50
1 3 4 03 Bangunan Air Irigasi 50
1 3 4 04 Bangunan Air Pasang Surut 50
1 3 4 05 Bangunan Air Rawa 25
1 3 4 06 Bangunan Pengaman Sungai dan Penanggulangan Bencana Alam 10
1 3 4 07 Bangunan Pengembangan Sumber Air dan Air Tanah 30
1 3 4 08 Bangunan Air Bersih/Baku 40
1 3 4 09 Bangunan Air Kotor 40
1 3 4 10 Bangunan Air 40
1 3 4 11 Instalasi Air Minum/Air Bersih 30
1 3 4 12 Instalasi Air Kotor 30
1 3 4 13 Instalasi Pengolahan Sampah 10
1 3 4 14 Instalasi Pengolahan Bahan Bangunan 10
1 3 4 15 Instalasi Pembangkit Listrik 40
1 3 4 16 Instalasi Gardu Listrik 40
1 3 4 17 Instalasi Pertahanan 30
1 3 4 18 Instalasi Gas 30
1 3 4 19 Instalasi Pengaman 20
1 3 4 20 Jaringan Air Minum 30
1 3 4 21 Jaringan Listrik 40
1 3 4 22 Jaringan Telepon 20
1 3 4 23 Jaringan Gas 30
CONTOH PENGECUALIAN – KRITERIA ASET TETAP
 Barang yang memiliki kriteria sebagai barang pecah belah, mudah rusak
dan rawan hilang diperlakukan sebagai BUKAN ASET TETAP.
 Barang berupa tirai/gordyn/vertical atau horizontal blind / sejenisnya,
karpet / wall paper dan barang sejenis diperlakukan sebagai BUKAN
ASET TETAP.
 Barang berupa flashdidk, USB, Mouse, keyboard, Stabiliser, stop kontak
portable, UPS portable, microphone, pesawat telpon /sejenis
diperlakukan sebagai BUKAN ASET TETAP.
 Barang berupa perlengkapan tidur dan perlengkapan lainnya (misalnya:
bantal, guling, kasur, sprei, selimut, bed cover dan sejenisnya)
diperlakukan sebagai BUKAN ASET TETAP.
 Barang berupa umbul-umbul, reklame, ompak bendera/sejenisnya
diperlakukan sebagai BUKAN ASET TETAP.
PENGAKUAN ASET TETAP (1)

Pengakuan aset tetap ditandai dengan:


 telah diterimanya atau
 diserahkannya hak kepemilikan atas
aset tetap; dan/atau
 pada saat penguasaannya berpindah.
PENGAKUAN ASET TETAP (2)
Jika LS:
 Berdasarkan dokumen Berita Acara Serah
Terima (BAST) / Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan (BAPP)

Jika UP/GU/TU:
 Berdasarkan dokumen Pengesahan SPJ.

Jika Hibah/Tukar Guling:


 Berdasarkan dokumen Berita Acara Serah
Terima (BAST).
CARA PEROLEHAN ASET TETAP
 Perolehan aset tetap dapat terjadi karena cara
pembelian (pembayaran sekaligus, pembayaran
termin, atau lump-sum), pertukaran aset, donasi,
swakelola, dan lain sebagainya.
 Untuk beberapa aset tetap yang diperoleh dengan
pembelian lumpsum (gabungan), biaya perolehan dari
masing-masing aset tetapnya ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar tiap aset yang bersangkutan.
PENGUKURAN ASET TETAP
• Pengukuran adalah Pemberian nilai rupiah untuk pertama kali.
• Pengukuran Aset Tetap dinilai berdasarkan Biaya Perolehan
atau Nilai Wajar.
• Biaya Perolehan: Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk
memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi
sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk dipergunakan.
• Nilai Wajar: Jumlah dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut atau nilai tukar aset tetap atau
penyelesaian kewajiban antar fihak yang memahami dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
AKUNTANSI
TANAH
AKUNTANSI TANAH (1)
 Pengadaan tanah yang sejak semula dimaksudkan untuk
diserahkan kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap
tanah, melainkan disajikan sebagai Persediaan dan dalam RKA-
SKPD dianggarkan sebagai Belanja Barang.
 Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah
diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat
penguasaannya berpindah. Hak kepemilikan tanah didasarkan pada
bukti kepemilikan tanah yang sah berupa sertifikat, misalnya Sertif
SHM, Sertifikat Hak Pakai (SHP), Sertifikat Hak Guna Bangunan
(SHGB), dan Sertifikat Hak Pengelolaan (SPL).
 Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun
dikuasai dan/atau digunakan oleh Pemerintah Daerah, maka tanah
tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah
pada Neraca Pemerintah Daerah, serta diungkapkan secara
memadai dalam CaLK.
AKUNTANSI TANAH (2)

 Dalam hal tanah dimiliki oleh Pemerintah Daerah, namun dikuasai


dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap
harus dicatat dan disajikan sebagai Aset Tetap Tanah pada Neraca
Pemerintah Daerah, serta diungkapkan secara memadai dalam
CaLK, bahwa tanah tsb dikuasai atau digunakan oleh pihak lain.

 Dalam hal tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun


dikuasai dan/atau digunakan oleh entitas Pemerintah yang Lain,
maka tanah tersebut dicatat dan disajikan pada neraca entitas
Pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan
secara memadai dalam CaLK. Entitas pemerintah yang menguasai
dan/atau menggunakan tanah cukup mengungkapkan tanah
tersebut secara memadai dalam CaLK.
AKUNTANSI TANAH (3)
Perlakuan Tanah yang masih dalam sengketa/proses pengadilan:
 Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau
digunakan oleh Pemerintah Daerah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan
disajikan sebagai aset tetap tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, serta diungkapkan
secara memadai dalam CaLK.
 Dalam hal Pemerintah Daerah belum mempunyai bukti kepemilikan tanah yang sah,
tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat
dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, serta
diungkapkan secara memadai dalam CaLK.
 Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau
digunakan oleh Pemerintah Daerah, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan
disajikan sebagai aset tetap tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, serta diungkapkan
secara memadai dalam CaLK.
 Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut dikuasai dan/atau
digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai
aset tetap tanah pada Neraca Pemerintah Daerah, namun adanya sertifikat ganda harus
diungkapkan secara memadai dalam CaLK.
AKUNTANSI TANAH (4)
 Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak dimungkinkan, maka
penilaian aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
 Biaya perolehan mencakup:
1. Harga pembelian atau biaya pembebasan tanah,
2. Biaya pengurusan sertifikat,
3. Biaya pematangan,
4. Biaya pengukuran,
5. Biaya penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah
tersebut siap pakai.
6. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada
tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan
untuk dimusnahkan.
AKUNTANSI TANAH (5)
 Apabila perolehan tanah dilakukan oleh panitia pengadaan,
maka termasuk dalam harga perolehan tanah adalah honor
panitia pengadaan/pembebasan tanah dan belanja perjalanan
dinas dalam rangka perolehan tanah tersebut.
 Biaya yang terkait dengan peningkatan bukti kepemilikan
tanah, misalnya dari status tanah girik menjadi Sertifikat Hak
Pengelolaan, dikapitalisasi sebagai biaya perolehan tanah.
 Biaya yang timbul atas penyelesaian sengketa tanah, seperti
biaya pengadilan dan pengacara tidak dikapitalisasi sebagai
biaya perolehan tanah.
AKUNTANSI
PERALATAN DAN MESIN
AKUNTANSI PERALATAN DAN MESIN (1)
 Pengadaan peralatan dan mesin yg sejak semula dimaksudkan untuk
diserahkan kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap
peralatan dan mesin, melainkan disajikan sebagai Persediaan dan
dalam RKA-SKPD dianggarkan sebagai Belanja Barang.
 Pengakuan peralatan dan mesin dapat dilakukan apabila terdapat
bukti bahwa hak/kepemilikan telah berpindah, dalam hal ini
misalnya ditandai dengan berita acara serah  terima pekerjaan, dan
untuk kendaraan bermotor dilengkapi dengan bukti kepemilikan
kendaraan.
 Apabila bukti secara hukum masih harus diselesaikan (proses balik
nama) maka Peralatan dan Mesin tersebut harus diakui pada saat
terdapat bukti telah terjadi pembayaran.
AKUNTANSI PERALATAN DAN MESIN (2)

 Peralatan dan mesin dinilai dengan biaya perolehan atau nilai


wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh.

 Biaya perolehan peralatan dan mesin antara lain:


1. Harga pembelian,
2. Biaya pengangkutan,
3. Biaya instalasi, serta
4. Biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap
digunakan.
AKUNTANSI
GEDUNG DAN BANGUNAN
AKUNTANSI GEDUNG DAN BANGUNAN (1)
 Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus (UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung).

 Gedung bertingkat pada dasarnya terdiri dari komponen bangunan fisik,


komponen penunjang utama yang berupa mechanical engineering (lift,
instalasi listrik beserta generator, dan sarana pendingin Air Conditioning),
dan komponen penunjang lain yang antara lain berupa  saluran air dan
telepon.
AKUNTANSI GEDUNG DAN BANGUNAN (2)
 Masing-masing komponen mempunyai masa manfaat yg berbeda,
sehingga umur penyusutannya berbeda, serta memerlukan pola
pemeliharaan yang berbeda pula. Perbedaan masa manfaat dan pola
pemeliharaan menyebabkan diperlukannya sub-akun pencatatan yang
berbeda untuk masing-masing komponen gedung bertingkat, misalnya
menjadi sbb: 
Gedung:
• Bangunan Fisik
• Taman, Jalan, dan Tempat Parkir, Pagar
• Instalasi AC
• Instalasi Listrik dan Generator
• Lift
• Penyediaan Air, Saluran Air Bersih, dan Air Limbah
• Saluran Telepon
AKUNTANSI GEDUNG DAN BANGUNAN (3)
 Pengadaan gedung dan bangunan yang sejak semula dimaksudkan untuk
diserahkan kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset tetap gedung dan
bangunan, melainkan disajikan sebagai Persediaan dan dalam RKA-SKPD
dianggarkan sbg Belanja Barang.
 Gedung dan Bangunan diakui pada saat gedung dan bangunan telah
diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat
penguasaannya berpindah serta telah siap dipakai.
 Pengakuan Gedung dan Bangunan saat telah terjadi perpindahan hak
kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya akte jual beli
atau Berita Acara Serah Terima.
 Apabila bukti secara hukum masih harus diselesaikan (proses akte jual
beli/balik nama) maka Gedung dan Bangunan tersebut harus diakui pada
saat terdapat bukti telah terjadi pembayaran.
AKUNTANSI GEDUNG DAN BANGUNAN (4)
 Gedung dan bangunan dinilai dengan biaya perolehan.
 Biaya perolehan gedung dan bangunan meliputi seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan
sampai siap pakai. Biaya ini antara lain meliputi harga
pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya pengurusan
IMB, notaris, dan pajak.
 Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan
biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.
 Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi dicatat
sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
AKUNTANSI GEDUNG DAN BANGUNAN (5)

 Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan


cara Swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja,
bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya
perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,
sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut seperti
pengurusan IMB, notaris, dan pajak.
 Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun melalui
Kontrak Konstruksi, biaya perolehan meliputi nilai kontrak fisik,
biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa
konsultan, dan pajak.
AKUNTANSI
JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN
AKUNTANSI JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN (1)
 Pengadaan Jalan, Irigasi dan Jaringan yang sejak semula
dimaksudkan untuk diserahkan kepada pihak lain tidak
disajikan sebagai aset tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan ,
melainkan disajikan sebagai Persediaan dan dalam RKA-
SKPD dianggarkan sebagai Belanja Barang.
 Jalan, irigasi, dan jaringan diukur/dinilai dengan biaya
perolehan. Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan
meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap
pakai.
AKUNTANSI JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN (2)
 Biaya perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan yang dibangun
dengan cara Swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga
kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya
perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,
sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yg terjadi berkenaan
dengan pembangunan aset tetap tersebut seperti pengurusan
biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya
pengosongan, pajak dan pembongkaran.
 Biaya perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan yg dibangun melalui
Kontrak Konstruksi, biaya perolehan meliputi nilai kontrak fisik,
biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya
pengosongan dan pembongkaran, jasa konsultan, dan pajak.
AKUNTANSI
ASET TETAP LAINNYA
AKUNTANSI ASET TETAP LAINNYA (1)

 Aset yang termasuk dalam klasifikasi Aset Tetap Lainnya


adalah koleksi perpustakaan/buku dan non buku, barang
bercorak kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan,
dan tanaman.

 Termasuk dalam kategori Aset Tetap Lainnya adalah Aset


Tetap-Renovasi, yaitu biaya renovasi atas aset tetap yang
bukan milik Pemerintah Daerah, dan biaya partisi suatu
ruangan kantor yang bukan milik Pemerintah Daerah.
AKUNTANSI ASET TETAP LAINNYA (2)
 Pengadaan Aset Tetap Lainnya yang sejak semula dimaksudkan
untuk diserahkan kepada pihak lain tidak disajikan sebagai Aset
Tetap Lainnya, melainkan disajikan sebagai Persediaan dan
dalam RKA-SKPD dianggarkan sebagai Belanja Barang.
 Aset Tetap Lainnya diakui pada saat Aset Tetap Lainnya telah
diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada
saat penguasaannya berpindah serta telah siap dipakai.
 Pengakuan Aset Tetap Lainnya saat telah terjadi perpindahan
hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya
akte jual beli atau Berita Acara Serah Terima.
AKUNTANSI ASET TETAP LAINNYA (3)
 Aset Tetap Lainnya dinilai dengan biaya perolehan.
 Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya meliputi seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh Aset Tetap Lainnya sampai siap
pakai.
 Apabila penilaian Aset Tetap Lainnya dengan menggunakan
biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.
 Aset Tetap Lainnya yang diperoleh dari
sumbangan (hibah/donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat
perolehan.
AKUNTANSI ASET TETAP LAINNYA (4)
“ASET TETAP RENOVASI”
1. Apabila renovasi aset tetap tersebut meningkatkan manfaat ekonomi dan
sosial aset tetap misalnya perubahan fungsi gedung dari gudang menjadi
ruangan kerja dan kapasitasnya naik, maka renovasi tersebut
dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-Renovasi. Apabila tidak menambah
manfaat ekonomik, maka dianggap sebagai Beban Operasional.
2. Apabila manfaat ekonomi renovasi tersebut lebih dari satu tahun, dan
memenuhi butir 1 di atas, biaya renovasi dikapitalisasi sebagai Aset Tetap-
Renovasi, sedangkan apabila kurang dari 1 tahun buku, maka
diperlakukan sebagai Beban Operasional tahun berjalan.
3. Apabila jumlah nilai moneter biaya renovasi tersebut material/batas
minimum kapitalisasi, dan memenuhi syarat butir 1 dan 2 di atas, maka
pengeluaran tersebut dikapitalisasi sebagai Aset Tetap–Renovasi. Apabila
tidak material, biaya renovasi dianggap sebagai Beban Operasional.
AKUNTANSI
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (1)

• Konstruksi Dalam Pengerajaan (KDP) adalah aset-aset dalam


proses pengerjaan yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan
belum selesai.
• Nilai yang dicatat sebagai KDP adalah sebesar jumlah yang
dibayarkan dan yang masih terhutang atas perolehan aset tersebut.
• Suatu aset harus diakui sebagai KDP, jika:
a. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan
datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
b. biaya perolehan aset tersebut dapat diukur dengan andal;
c. aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (2)

• Suatu KDP akan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan


jika konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan dan
konstruksi tersebut telah dapat memberikan manfaat/jasa sesuai
tujuan perolehan.

• Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu KDP adalah


Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan (BAPP). Dengan demikian,
apabila atas suatu KDP telah diterbitkan BAPP, berarti
pembangunan tersebut telah selesai.
AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (3)
• Apabila aset telah selesai dibangun, BAPP (Berita Acara Penyelesaian
Pekerjaan) sudah diperoleh, dan aset tetap tersebut sudah dimanfaatkan/belum
dimanfaatkan oleh SKPD, maka aset tersebut dicatat sebagai Aset Tetap
Definitifnya.

• Apabila aset telah selesai dibangun, namun BAPP belum ada, walaupun aset
tetap tersebut sudah dimanfaatkan oleh SKPD, maka aset tersebut masih dicatat
sebagai KDP dan diungkapkan di dalam CaLK.

• Apabila sebagian dari aset tetap yang dibangun telah selesai, dan telah
digunakan/dimanfaatkan, maka bagian yang digunakan/dimanfaatkan masih
diakui sebagai KDP.

• Apabila suatu aset tetap telah selesai sebagian (KDP), karena sebab tertentu
(misalnya terkena bencana alam/force majeur) aset tersebut hilang, maka
penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan hilang karena bencana
alam/force majeur dan atas dasar pernyataan tersebut KDP dpt dihapusbukukan.

• Apabila BAST sudah ada, namun fisik pekerjaan belum selesai, akan diakui
sebagai KDP.
AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (4)

Variasi Pencatatan Penyelesaian KDP dan Aset Tetap


Berita Acara
No. Pembangunan Aset Penyelesaian Pemanfaatan Aset Pengakuan/Penyaj
ian
Pekerjaan (BAPP)
1 Selesai Sudah Diperoleh Sudah Aset Tetap
Dimanfaatkan
2 Selesai Sudah Diperoleh Belum Aset Tetap
Dimanfaatkan
3 Selesai Belum Diperoleh Sudah KDP
Dimanfaatkan
4 Selesai Sebagian Belum Diperoleh Sudah KDP
Dimanfaatkan
5 Selesai Sebagian - Karena sebab tertentu (misalnya terkena KDP dapat
bencana - Force Majeur) aset tersebut hilang/rusak berat, maka Dihapuskan
penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan
hilang/rusak berat
6 Belum Selesai BAST Sudah Ada Sudah KDP
Dimanfaatkan
AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (5)
 Suatu KDP dapat saja dihentikan pembangunannya oleh karena ketidaktersediaan dana,
ataupun kejadian lainnya. Penghentian KDP dapat berupa penghentian sementara dan
penghentian permanen. Apabila suatu KDP dihentikan pembangunannya untuk
sementara waktu, maka KDP tersebut tetap dicantumkan ke dalam neraca dan kejadian
ini diungkapkan secara memadai di dalam CaLK. Namun, apabila pembangunan KDP
direncanakan untuk dihentikan pembangunannya secara permanen, maka saldo KDP
tersebut harus dikeluarkan dari neraca, dan kejadian ini diungkapkan secara memadai
dalam CaLK.
 Biaya perolehan KDP yang dibangun dengan cara Swakelola meliputi biaya langsung
untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan
dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya
yang terjadi berkenaan dengan KDP tersebut seperti pengurusan IMB, notaris, dan pajak.
 Biaya perolehan KDP yang dibangun melalui Kontrak Konstruksi, (1) termin yang telah
dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan; (2)
kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor sehubungan dengan pekerjaan
yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal pelaporan; dan (3) pembayaran
klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak
konstruksi.
PENGELUARAN SETELAH
PEROLEHAN AWAL
ASET TETAP
PENGELUARAN SETELAH PEROLEHAN AWAL
ASET TETAP
 Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap adalah pengeluaran yang
terjadi setelah tanggal perolehan aset tetap, yaitu dapat berupa:
a. biaya pemeliharaan, atau
b. biaya rehabilitasi, atau
c. Biaya renovasi.
 Pengeluaran yang dapat memberikan manfaat lebih dari satu tahun
(memperpanjang manfaat aset tersebut dari yang direncanakan semula
atau peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja)
disebut dengan pengeluaran modal (capital expenditure) – Kapitalisasi.
 Pengeluaran yang memberikan manfaat kurang dari satu tahun (termasuk
pengeluaran untuk mempertahankan kondisi aset tetap) disebut dengan
pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) – Tidak Kapitalisasi.
KAPITALISASI ASET TETAP
(Pengeluaran Setelah Perolehan Awal) - 1
• Pemeliharaan Aset Tetap adalah aktivitas dalam rangka
mempertahankan atau menjaga fungsi wajar suatu aset tetap.
• Rehabilitasi Aset Tetap adalah aktivitas dalam rangka
pemulihan fungsi aset tetap ke keadaan semula/dahulu
sebelumnya.
• Renovasi Aset Tetap adalah aktivitas perbaikan aset tetap yang
rusak atau mengganti yang yang baik dengan maksud
menigkatkan kualitas/kapasitas.
Renovasi/Pembaharuan/Peremajaan/Penyempurnaan.
KAPITALISASI ASET TETAP
(Pengeluaran Setelah Perolehan Awal) - 2
Suatu pengeluaran belanja/pengeluaran akan diperlakukan
sebagai belanja modal (dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika
memenuhi kedua kriteria huruf a dan b sebagai berikut:
A. Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara:
 Bertambah ekonomis/efisien; dan/atau
 Bertambah umur ekonomis; dan/atau
 Bertambah volume; dan/atau
 Bertambah kapasitas produktivitas.
B. Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan
barang/aset tetap tersebut material/melebihi batasan
minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan.
PERTUKARAN
ASET TETAP
PERTUKARAN ASET TETAP (1)
 Pertukaran atau tukar menukar adalah pengalihan aset tetap dari suatu
entitas kepada entitas lain mengacu pada ketentuan per-UU-an yang
mengatur Barang Milik Daerah (BMD).
 Pertukaran aset tetap dapat dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan
pemerintah daerah, atau antar pemerintah daerah, atau antara
pemerintah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian dalam
bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai yang seimbang.
 Beberapa alasan pertukaran, yaitu:
1. Lokasinya Aset Tetap tidak sesuai dengan tata ruang/tata kota;
2. Aset tetap tidak dimanfaatkan secara optimal;
3. Upaya untuk penyatuan aset tetap yang loksasinya terpencar;
4. Pelaksanaan rencana strategis pemerintah;
5. Aset tetap sudah usang; dan
6. Tidak tersedia dana dalam APBA untuk pengadaan baru.
PERTUKARAN ASET TETAP (2)

 Pertukaran Aset Tetap ada 2 jenis: (1) Serupa dan (2) Tidak Serupa.
 Terhadap aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran dengan aset
tetap yang serupa, yang memiliki manfaat yang serupa dan memiliki
nilai wajar yang serupa, maka aset yang baru diperoleh dicatat
sebesar nilai tercatat (carrying amount) aset yang dilepas.
 Apabila terdapat aset lainnya dalam pertukaran, misalnya kas, maka
hal ini  mengindikasikan bahwa aset tetap yang dipertukarkan tidak
mempunyai nilai yang sama. Dalam hal aset tetap yang
dipertukarkan nilainya lebih tinggi daripada aset tetap pengganti,
dan terdapat kas yang diterima, maka kas tersebut diakui sebagai
Pendapatan-LRA dan Pendapatan-LO.
PENGHENTIAN DAN PELEPASAN
ASET TETAP
PENGHENTIAN PENGGUNAAN DAN PELEPASAN ASET
TETAP (1)
 Apabila suatu aset tetap tidak dapat digunakan karena aus, ketinggalan
jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi, rusak berat, tidak sesuai
dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah
berakhir, maka aset tetap tersebut hakekatnya tidak lagi memiliki manfaat
ekonomi masa depan, sehingga penggunaannya harus dihentikan.
 Aset tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah,
dengan kata lain dihentikan dari penggunaan aktif, maka tidak memenuhi
kriteria dan tidak dapat dikelompokkan sebagai aset tetap.
 Hal ini sesuai dengan PSAP 07 Paragraf 79 yang menyatakan bahwa:
Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak
memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya
sesuai dengan nilai tercatatnya.
PENGHENTIAN PENGGUNAAN DAN PELEPASAN
ASET TETAP (2)

 Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau


bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak
ada manfaat ekonomi masa yang akan datang.
 Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus
dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
 Aset tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya,
dikeluarkan dari neraca pada saat ada penetapan dari entitas
sesuai dengan ketentuan per-UU-an dibidang pengelolaan BMD.
PENGHENTIAN PENGGUNAAN DAN PELEPASAN
ASET TETAP (3)

 Pelepasan Aset Tetap di lingkungan pemerintah lazim disebut


sebagai Pemindahtanganan BMD.
 Pemindahtanganan BMD:
a. Dijual (Risalah Lelang/Dokumen Penjualan)
b. Dipertukarkan (BAST Pertukaran)
c. Dihibahkan (BAST Hibah)
d. Diajdikan Penyertaan Modal Pemerintah (Inbreng)
(Penetapan Penyertaan Modal Daerah)
PENGHENTIAN PENGGUNAAN DAN PELEPASAN
ASET TETAP (4)

 Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila
aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada
lagi manfaat ekonomi masa yang akan datang.

 Penghentian dan pelepasan aset dapat disebabkan karena


pemusnahan, pemindahtanganan, maupun sebab lain seperti
terbakar, dicuri, dan sebagainya.

 Pencatatan transaksi penghentian aset tetap dilakukan ketika telah


terbit Surat Keputusan Gubernur tentang Penghapusan Barang
Milik Daerah.
PENGHENTIAN PENGGUNAAN DAN PELEPASAN
ASET TETAP (5)
Contoh:
 Sebuah mobil yang dibeli pada 1 Maret 20X6 harga Rp200 juta rusak berat
karena bencana alam/gempa bumi pada Agustus tahun 20X9. Pada akhir bulan
Agustus 20X9 telah ada penetapan dari bahwa mobil yang rusak berat tersebut
dihentikan dari penggunaan aktif untuk selanjutnya diproses penghapusannya
sesuai dengan ketentuan. Pada 10 Oktober 20X9 telah diterbitkan penetapan
dari entitas yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang pengelolaan BMD bahwa mobil yang rusak berat tersebut dapat
dikeluarkan dari neraca. Nilai buku mobil pada saat kena gempa bumi adalah
sebesar Rp80 Juta. Jurnal untuk mencatat reklasifikasi dari Aset Tetap menjadi
Aset Lainnya pada tanggal 30 Agustus 20X9:
Tgl Kode Rekening Uraian Debit Kredit
1.5.X.XX.XX Aset Lainnya 200 Jt
30/8/ 1.3.X.XX.XX Akumulasi Penyusutan AT 120 Jt
20X9
1.3.X.XX.XX AT - Peralatan & Mesin 200 Jt
1.5.X.XX.XX Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya 120 Jt
PENGHENTIAN PENGGUNAAN DAN PELEPASAN
ASET TETAP (6)
Contoh:
 Jurnal untuk mencatat Penghapusan Aset Lainnya pada tanggal 30 Oktober
20X9:
Tgl Kode Uraian Debit Kredit
Rekening
30/10 9.X.X.XX.XX Beban/Defisit Non Operasional 80 Jt
20X9 1.5.X.XX.XX Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya 120 Jt
1.5.X.XX.XX Aset Lainnya 200 Jt
PENYUSUTAN ASET TETAP
 Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas
nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan
(depreciable assets) selama masa manfaat aset
yang bersangkutan.

 Nilai penyusutan untuk masing-masing periode


diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap
dalam neraca dan beban penyusutan dalam
laporan operasional.
METODE PENYUSUTAN ASET TETAP

Terdapat 3 (tiga) jenis metode penyusutan yang


dapat dipergunakan menurut PP No.71/2010, yaitu:

1. Garis Lurus (Straight Line Method),


2. Saldo Menurun Ganda (Double Declining
Balance Method),
3. Unit Produksi (Unit of Production Method).
Penyusutan Aset Tetap
Metode Garis Lurus
 Penyusutan per tahun dihitung dengan formula sebagai berikut:

Beban Penyusutan = Harga Perolehan


Umur/Masa Manfaat

 Ilustrasi:
Harga sebuah Laptop adalah Rp10.000.000,00. Diestimasikan bahwa
Laptop ini dapat digunakan dengan baik selama 4 tahun. Jika Laptop ini
disusutkan menggunakan metode garis lurus, maka besarnya beban
penyusutan per tahun adalah Rp2.500.000,00 per tahun
(Rp10.000.000,00 /4 tahun).
Jurnal Standar Beban Penyusutan

 Setiap akhir periode akuntansi, nilai aset tetap disusutkan sesuai dengan umur
ekonomis, dengan menggunakan metode penyusutan yang ditetapkan.

 Jurnal pada saat melakukan penyusutan adalah:


Standar Jurnal Debit Kredit
Beban Penyusutan xxx
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap xxx
PENGUNGKAPAN ASET TETAP
a. Dasar penilaian yang digunakan u/ menentukan nilai tercatat
b. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan :
 Penambahan,
 Pelepasan,
 Akumulasi penyusutan,
 Mutasi aset tetap lainnya.
c. Informasi Penyusutan, meliputi :
 Nilai penyusutan;
 Metode penyusutan yang digunakan;
 Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d. Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal
dan akhir periode.
Jurnal Standar Aset Tetap – Asumsi LS
 Mencatat Pengakuan Aset Tetap (BAST/BAPP)
Standar Jurnal Debit Kredit
Aset Tetap ...... xxx
Utang Belanja Modal ..... xxx

 Saat pembayaran – Asumsi LS (SP2D-LS)


Standar Jurnal Debit Kredit
SP2D
Utang Belanja Modal .... xxx
LS
R/K PPKD xxx

 Dalam rangka menghasilkan Laporan Realiasi Anggaran pada saat yang bersamaan
Standar Jurnal Debit Kredit
Belanja Modal ……....... xxx
Perubahan SAL xxx
Jurnal Standar Aset Tetap – Asumsi UP/GU/TU
 Saat pembayaran – Asumsi UP/GU/TU
Standar Jurnal Debit Kredit
SPJ Aset Tetap ..... xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

 Dalam rangka menghasilkan LRA pada saat yang bersamaan


Standar Jurnal Debit Kredit
Belanja Modal ....... xxx
Perubahan SAL xxx
Penghentian dan Pelepasan Aset:
Pemusnahan
 Mencatat perubahan kondisi aset tetap ke kondisi rusak (dicatat oleh SKPD)
Dr. Aset Lainnya xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi Aset Tetap xxx
Cr. Aset Tetap xxx

Mencatat penyerahan aset lainnya ke PPKD (dicatat di SKPD)


Dr. RK PPKD xxx
Cr. Aset Lainnya xxx

Mencatat penerimaan aset lainnya dari SKPD (dicatat oleh PPKD)


Dr. Aset Lainnya xxx
Cr. RK SKPD xxx

Mencatat penghapusan aset lainnya (dicatat oleh PPKD)


Dr. Defisit Penghentian Aset Lainnya xxx
Cr. Aset Lainnya xxx
Penghentian dan Pelepasan Aset:
Pemindahtanganan - 1
 Mencatat penyerahan aset tetap (dicatat oleh SKPD)
Dr. RK PPKD xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi Aset Tetap xxx
Cr. Aset Tetap xxx

Mencatat penerimaan aset tetap dari SKPD (dicatat oleh PPKD)


Dr. Aset Tetap xxx
Cr. RK SKPD xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi Aset Tetap xxx
(Berdasarkan BAST)

Reklasifikasi dr Aset Tetap ke Aset Lainnya (dicatat oleh PPKD)


Dr. Aset Lainnya xxx
Dr. Akumulasi Depresiasi xxx
Cr. Aset Tetap xxx
(Berdasarkan SK Penetapan Kepala Daerah)
Penghentian dan Pelepasan Aset:
Pemindahtanganan -2

Mencatat pemindahtangan ke pihak lain (misalnya u/ investasi) (dicatat o/ PPKD)


Dr. Investasi Jangka Panjang xxx
Cr. Aset Lainnya xxx
(Berdasarkan perda investasi, SK KDH Penghapusan Barang, dan BAST)

Mencatat pemindahtangan ke pihak lain (misalnya u/ dijual) (dicatat o/ PPKD)


Dr. Kas Di Kas Daerah xxx
Cr. Aset Lainnya xxx
(Berdasarkan perda BMD, SK KDH Penghapusan Barang, dan BAST)

Dr. Perubahan SAL xxx


Cr. Pendapatan ..... LRA xxx
(Berdasarkan perda BMD , SK KDH Penghapusan Barang, dan BAST)
PENCATATAN AKUNTANSI ASET TETAP DI SKPD
“KEMUNGKINAN KESALAHAN”
PENCATATAN AKUNTANSI ASET TETAP

1. Masih terdapat double catat atas aset tetap yang sama.


2. Masih terdapat double catat atas akumulasi penyusutan aset
tetap.
3. Aset Tetap Baru Ditemukan - BAST - SK Penggunaan.
4. Aset Tetap Belum Punya Nilai Perolehan – Penilaian KPKNL.
5. Aset Tetap Rusak Berat – Reklasifikasi Aset Tetap ke Aset
Lainnya, Usulan Pemindatangan & Penghapusan
“KEMUNGKINAN KESALAHAN”
PENCATATAN AKUNTANSI ASET TETAP
6. Aset Tetap Direncakanan Dihibahkan – SK Hibah Gub, BAST.
7. Aset Tetap Dikuasai Pihak Ketiga – Pengamanan Aset Tetap.
8. Aset Tetap Kemungkinan Hilang/Tidak Ditemukan FIsiknya –
Verifikasi Ulang, Surat Kehilangan Instansi Berwenang, SK
Penetapan Gub Penghapusan, Unsur Kelalaian-Ganti Rugi.
9. Aset Tetap yang
Rehabilitasi/Renovasi/Overhaul/Perencanaan/Pengawasan -
BELUM DIKAPITALISASI ke INDUK ASET TETAP BERKENAAN.
“KEMUNGKINAN KESALAHAN”
PENCATATAN AKUNTANSI ASET TETAP

11. ASET TETAP KIB B – PERALATAN DAN MESIN BELUM MENAYJIKAN KONDISI BMD
(BAIK< RUSAK RINGAN dan RUSAK BERAT).
12. HASIL PENGADAAN BMD/ASET TETAP DIAKUI KALO SUDAH ADA BAST walaupun
belum lunas dibayar.
13. Masih dilakukan Penyusutan atas aset tetap yang Kemungkinan
hilang/tidak ditemukan fisiknya.
14. Aset Tetap yang
Rehabilitasi/Renovasi/Overhaul/Perencanaan/Pengawasan –
Penyusutannya dihitung terpisah dengan Aset Tetap Induknya.
15. Pengakuan Aset Tetap: Tanggal Kontrak, BAST, SP2D? BAST.
(APAKAH BAST SAMPAI KE PPK-SKPD? KALO TIDAK BESAR
KEMUNGKINAN PNEGAKUAN ASET TETAP BERDASARKAN SP2D.
“HITUNG MENGHITUNG”
ASET TETAP
PENCATATAN AKUNTANSI ASET TETAP (1)
Pencatatan Uang Muka Kerja - Pengadaan Aset Tetap:
Pencatatan Uang Muka – SPP/SPM/SP2D/Uang
Muka/Penyelesaian Aset Tetap – Versi SIPKD, terdiri atas
pencatatan:
1. Pembayaran Uang Muka
2. Pembayaran Termin Awal/Tengah
3. Pembayaran Termin Akhir
4. Reklasifikasi KDP menjadi Aset Tetap

(Llihat Tabel Excel)


KAPITALISASI ASET TETAP (2)

Kapitalisasi Aset Tetap:


1. Menambahkan Nilai Rehab/Pemeliharaan/Renov/Overhaul
ke Nilai Aset Tetap jika
Rehab/Pemeliharaan/Renov/Overhaul tersebut menambah
Umur/menambah Kapasitas Aset Tetap berkenaan.

2. Menghitung Penyusutan Aset Tetap setelah Dikapitalisasi

(Llihat Tabel Excel)


PENYUSUTAN ASET TETAP (3)

Penyusutan Aset Tetap:


1. Menghitung Penyusutan Aset Tetap – Tidak
Dikapitalisasi (Lihat Tabel Hitung)

2. Menghitung Penyusutan Aset Tetap – Dikapitalisasi


(Lihat Tabel Hitung)
PENYUSUNAN
“NERACA”
Per 31 Desember 20XX

Lihat File Excell


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai