Anda di halaman 1dari 8

EKSASERBASI

ASMA
DEA REGGIANA (2013017060)
BAGUS MAHARDIKA (2013017061)
VENITA HASTI RAHAYU (2013017062)
PATOFISIOLOGI
Asma merupakan inflamasi kronik
saluran napas. Karakteristik utama asma
yaitu obstruksi aliran udara (terkait
dengan bronkospasme, edema dan
hipersekresi), BHR, dan peradangan
saluran nafas. Peradangan muncul dari
BHR spesifik, bronchoalveolar lavage,
biopsies bronkial dan induksi dahak,
serta dari pengamatan postmortem Gambar di atas menunjukkan patologi dalam bronkus
pasien asma yang meninggal karena asma dibandingkan bronkus normal (kanan atas).
serangan asma atau penyebab lain. Setiap bagian menunjukkan bagaimana lumen yang
menyempit yaitu hipertrofi dari bagian bawah,
membrane, lender plugging, hipertrofi otot polos dan
penyempitan kontribusi (bagian bawah). Sel-sel
inflamasi menyebar, memproduksi submukosa edema
epitel, mengisi lumen saluran nafas dengan selular dan
memperlihatkan otot polos saluran nafas untuk
mediator lainnya (kiri atas) (Dipiro).
KASUS
Pasien yang mengalami keluhan gangguan inflamasi kronik saluran
pernapasan disertai episode berulang dari mengi, sesak, rasa
tertekan di dada, dan batuk. Gejala yang semakin memburuk yang
kemudian menyebabkan eksaserbasi asma. Pasien yang mengalami
eksaserbasi asma kemudian dikelompokkan menjadi pasien
eksaserbasi asma yang diberikan salbutamol nebulasi dan pasien
eksaserbasi asma yang diberikan aminofilin intravena. Kemudian di
bandingkan perubahan profil darah lengkap terutama sel darah putih
dari penggunaan aminofilin intravena dibandingkan dengan
salbutamol nebulasi pada eksaserbasi asma.
PERMASALAHAN

• Terapi salbutamol nebulasi dan aminofilin intravena yang sering digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi asma dapat menimbulkan peningkatan kadar leukosit terkait ADR yang dapat
memengaruhi terapi lain
SOAP
Problem Medik Subyektif Obyekti Assessment Planning
f
Eksaserbasi Asma - - Pasien menderita Eksaserbasi Asma dan Pemberian
diberikan terapi nebulasi : Salbutamol nebulasi
25 mg/3mL tetap di
Salbutamol nebulasi 25 mg/3mL, dimana lanjutkan.
mekanismenya Angonis reseptor β2 dengan Dimonitoring kadar
beberapa aktivitas β1, melemaskan otot polos leukosit.
bronkus dengan sedikit efek pada detak
jantung (Medskep). Pemberian Salbutamol Kadar leukosit
nebulasi tetap dilanjutkan walaupun memiliki normal:
kemungkinan adanya peningkatan leukosit, 4500-11000/mm3
namun peningkatan leukosit masih dalam
rentang normal dan kecil potensinya untuk
menyebabkan leukositosis.
Obyekti
Problem Medik Subyektif Assessment Planning
f
Eksaserbasi Asma - - Pasien menderita Eksaserbasi Asma dan Aminofilin intravena
diberikan terapi injeksi: dihentikan karena
dapat menyebabkan
Aminofilin intravena dihentikan karena leukositosis, dan di
menyebabkan leukositosis, dan di ganti dengan ganti dengan
Terbutaline 1 mg/mL karena Terbutaline Terbutaline 1 mg/mL.
merupakan line terapi selanjutnya untuk pasien Dimonitoring kadar
eksaserbasi asma. Mekanisme dari Terbutaline leukosit.
adalah sebagai stimulator reseptor adrenergik
beta menyebabkan relaksasi otot polos bronkus Kadar leukosit
atau uretus (Medskep). normal:
4500-11000/mm3
TERAPI NON FARMAKOLOGI
● Meningkatkan kepatutahan pengobatan pada pasien asma.
● Menghindari pemicu alergi yang dikrtahuai, pemicu lingkungan seperti
hewan, debu dan asap harus dihindari pada pasien yang sensitif.
● Pada pasien asma yang perokok harus di dorong untuk berhenti merokok.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and Dipiro C. V., 2015 Pharmacotherapy
Hanbook, Nitth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.

Barie A, Chisholm-burnd dkk, 2005 Koda-Kimbal & Youmg’s Philadelphia. PA 19103


USA : LIPPINCOTT WILLIAMS & WILKINS.

www.Medscape.com

Anda mungkin juga menyukai