Anda di halaman 1dari 25

Kelompok 6

Pelaporan Segmen dan Interim


Dewi Fitriana Samara (201120002435)
Putri Aqilah Najah (201120002436)
Muhammad Aulia Rachman (201120002437)
Aufa Tazkiyah (201120002439)
Hanna Unnaili Zuhriyah (211120002447
)
Pelaporan Keuangan Interim
Format Laporan Keuangan Interim
Permasalahan Akuntansi

Pelaporan interim menimbulkan beberapa persoalan pengukuran teknis dan konseptual


untuk seorang akuntan. Sebagian besar persoalan tersebut berpusat pada konsep akuntansi
periodisasi dan pembagian periode tahunan ke dalam periode interim. Sebagai catatan.
Laporan keuangan interim memasukkan laporan keuangan untuk beberapa periode yang
kurang dari setahun, bisa berbentuk laporan bulanan, kuartal, atau bagian lain dari periode
satu tahun.
Penggunaan laporan kuartal atau tengah tahun untuk menyediakan informasi yang tepat
waktu adala perkembangan yang relative baru. Banyak perusahaan yang memulai
mempublikasikan laporan kuartal setelah Bapepam-LK mewajibkan perusahaan yang
miliki public menyerahkan laporan tengah tahun pada 1996
Peraturan Akuntansi untuk Pelaporan Interim
PSAK 3 menstandardisasi penyusunan dan pelaporan-pelaporan laba rugi interim. Standar
tersebut mendefinisikan elemen laba rugi dan pengukuran biaya berdasarkan sebuah basis
interim. Standar tersebut juga memberikan panduan untuk tindakan akuntansi atas
divestasi, pos luar biasa, transaksi yang tidak biasa terjadi ataupun tidak sering terjadi, serta
kewajiban bersyarat pada laporan keuangan interim.
Perubahan dalam kebijakan akuntansi juga didiskusikan pada standar ini. Secara khusus,
perubahan dalam prinsip akuntansi untuk aporan keuangan interim diberlakukan sama
dengan perubahan pprinsip dan metode akuntansi sebagaimana dinyatakan dalam PSAK 25
tentang "Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi akuntansi, dan Kesalahan".
Pandangan diskrit versus pandangan integral dari pelaporan interim
Terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai pelaporan interim sebelum dikeluarkan
PSAK 3. Teori diskrit pelaporan interim, memandang setiap periode interim sebagai
periode akuntansi dasar yang harus dievaluasi seakan-akan periode tersebut merupakan
periode akuntansi tahunan. Setiap akhir periode penyesuaian dan penangguhan ditentukan
dengan menggunakan prinsip akuntansi yang sana dengan yang digunakan dalam laporan
tahunan.  
Teori integral pelaporan interim memandang periode interim sebagai bagian dari periode
tahunan. Berdasarkan pandangan ini, pengakuan dan penyesuaian dari pos pendapatan atau
beban tertentu dapat dipengaruhi dan pertimbangan mengenai hasil yang diharapkan dari
keseluruhan operasi selama setahun
Standar Pelaporan untuk Laporan Laba
Rugi Interim
Bentuk laporan keuangan interim sama dengan bentuk laporan laba rugi tahunan. Terdapat
beberapa perbedaan dalam pengukuran komponen laba tertentu karena periode waktu yang
lebih pendek
Pendapatan

Pendapatan harus diakui dan dilaporkan pada periode diperolehnya dan tidak dapat ditangguhkan ke periode lain untuk
menyajikan arus pendapatan yang lebih stabil. Laporan keuangan interim memberi gambaran pendapatan dan beban
periode interim tersebut.
Laporan keuangan interim tertentu diperbandingkan dengan periode sebelumnya memberi manfaat yang lebih besar bagi
para pemakai laporan dalam contoh kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan interim periodesebelumnya, untuk mengetahui
kecenderungan (trend) posisi keuangan dan kinerja.
2. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan interim yang sama dalam periode akuntansi yang lalu, untuk
mengetahui kecenderungan berulang (cyclical) musiman dari kegiatan usaha.
3. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan kumulatif dariawal tahun buku sampai dengan
tanggal laporan keuangan interim untuk mengetahui kontribusi atau pengaruh periode interim yang dilaporkan pada
periode berjalan.
4. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun buku yang lalu, untuk mendapat gambaran
pengaruh dan kinerja interim tersebut terhadap posisi keuangan, kinerja dan arus kas periode akuntansi yang lalu.
Harga Pokok Penjuaan dan Persediaan
Harga pokok penjualan umumnya merupakan satu beban paling besar dalam laporan laba
rugi interim. Aturan umumnya adalah Harga pokok penjualan interim dihitung dengan
biaya dan beban teralokasi yang terkait langsung seperti perhitungan harga pokok
penjualan tahunan. PSAK 3 memperbolehkan memodifikasi praktis berikut atas aturan
umum tersebut yaitu:
1. Menggunakan estimasi presntase laba kotor
2. Penilaian harga pokok / harga pasar terendah

3. Sistem biaya standar


Biaya dan beban lain-lain
Pandangan intergal yang diadopsi disepakati oleh PSAK 3 terlihat lebih jelas jika terkait dengan
biaya periode. Prinsip umumnya adalah bahwa biaya dan beban itu harus dibebankan pada laba
rugi interim dalam periode interim dimana keduanya terjadi. Contoh mengilustrasikan kapan
pengeluaran dapat ditangguhkan dialokasikan di beberapa periode yaitu sebagai berikut:
1. Berapa perusahaan memfokuskan perbaikan peralatan yang besar dalam satu waktu pada
satu periode interim. Untuk pelaporan interim, biaya perbaikan itu dapat ditangguhkan (aset
dibayar dimuka).
2. Pajak bangunan dapat ditangguhkan pada saat periode interim.
3. Biaya iklan yang besar dapat dialokasikan pada periode periode interim yang menerima
manfaatnya dari pada mengakui semata-mata dalam periode interim saat biaya itu
dikeluarkan.
Akuntansi untuk Pajak Penghasilan dalam Periode
Interm

Perhitungan pajak penghasilan interm (interm income tax) menimbulkan suatu


permasalahan khusus bagi akuntan karena beban pajak yang sebenarnya dihitung
berdasarkan penghasilan untuk keseluruhan tahun buku. Selain itu, perbedaan temporer
antara akuntansi pajak dan akuntansi PABU mengharuskan penghasilan pajak tangguhan.
Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Kena Pajak
Perbedaan antara jumlah laba opererasi yang dihitung untuk tujuan laporan keuangan (laba
akuntansi) dan untuk tujuan pajak merupakan hal yang normal. Kedua hal tersebut telah dijelaskan
pada PSAK 46 tentang “Pajak Penghasilan” dan sering dibahas lebih dalam kelas akuntansi
keuangan menengah.
Kategori pertama sering disebut sebagai perbedaan “permanen” atau perbedaan nontemporer.
Perbedaan permanen tidak dimasukkan dalam menentukan jumlah laba kena pajak (laba fiscal)
untuk satu periode. Contoh dari perbedaan permanen adalah sebagai berikut.
1. Premi asuransi jiwa yang dibayar oleh perusahaan berdasarkan kebijakan eksekutif untuk
perusahaan yang merupakan penerima dana (tidak dikurangkan dari pajak)
2. Dana dari asuransi jiwa yang dikumpulkan
3. Jenis tertentu denda atau penalty yang ditunjuk bukan sebagai beban yang dapat mengurangi
pajak.
4. Penghasilan lain yang telah dikenai pajak final, misalnya penghasilan dividen.
Item-item tersebut dimasukan dalam laba rugi laporan keuangan (laba akuntansi), tetapi
tidak dimasukkan dalam perhitungan laba kena pajak. Dengan demikian, laba akuntansi
disesuaikan untuk item ini agar dapat menentukan laba kena pajak pada periode interm.
Kategori kedua biasa disebut dengan perbedaan “temporer”. Perbedaan temporer antara
pengakuan transaksi untuk laba akuntansi dengan laba pajak menyebabkan adanya pajak
tangguhan. Sebagai contoh, suatu pendapatan dapat diakui atas pajak sebelum atau sesudah
periode di mana pendapatan itu diakui untuk tujuan laba akuntansi. Atau, beban dapat
diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang berbeda dari yang digunakan untuk tujuan
laba akuntansi.
Berikut ini adalah contoh dari perbbedaan temporer.
1. Sewa diterima dimuka (dilaporkan pada pengembalian pajak dalam periode
pengumpulan, tetapi sebagai pendapatan pada laba akuntansi dalam periode yang
diperoleh)
2. Estimasi beban dan rugi (dilaporkan menurut laba akuntansi saat akrual, tetapi pada
pengembalian pajak dalam periode dibayarkan)
3. Penyusutan dipercepat pada pengembalian pajak dan penyusutan garis lurus pada laporan
laba rugi (selisih antara beban penyusutan pada laba akuntansi dengan laba kena pajak)
4. Merevaluasi persediaan mana yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai
realisasi neto (NRV) pada laporan keuangan (kerugian yang ditunjukkan pada laba
akuntansi pada periode penuurunan nilali, tetapi pada pengembalian pajak dalam periode
terjual).
Akuntansi untuk Biaya Iklan yang memberikan manfaat lebih dari satu periode interm
Tanggal Penjualan Kuartalan Debit Beban Iklan Kredit Iklan Dibayar Saldo dalam Iklan
di Muka Dibayar di Muka

1 April       Rp 20.000.000
30 Juli Rp 100.000.000 Rp 5.000.000 (a) Rp 5.000.000 Rp 15.000.000 (b)

30 September Rp 100.000.000 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 10.000.000

31 Desember Rp 200.000.000 Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 0


Total Rp 400.000.000 Rp 20.000.000 Rp 20.000.000  

(a) Rp 5.000.000 = (Rp 100.000.000/ Rp 400.000.000 * Rp 20.000.000)


(b) Rp 15.000.000 = Rp 20.000.000 – Rp 5.000.000
Aset pajak tangguhan atau liabilitas pajak tangguhan disebabkan oleh perbedaan temporer yang dilaporkanpada laporan
posisi keuangan. Beban pajak penghasilan yang ditunjukkan pada laporan laba rugi merupakan penjumlaha atas utang
pajak penghasilan pada periode berjalan ditambah (atau dikurangi untuk asset pajak tangguhan) jumlah dari penangguhan
pajak untuk periode berjalan.
Ilustrasi Perhitungan Pajak untuk Periode Interm
mengilustrasikan perhitungan [ajak penghasilan. Dalam contoh berikut, ingat bahwa penyesuaian,
seperti perbedaan antara akuntansi pajak dan akuntansi PABU, diperlukan untuk mrnentukan
pajak penghasilan untuk kuartal pertama tahun fiscal 20X1. Berikut adalah data untuk ilustrasi.
1. PT Induk dan entitas anaknya memperoleh laba konsolidasian dari opoerasi yang dilanjutkan
sebesar Rp 225.000.000 untuk kuartal pertama tahun fiskal 20X1.
2. Perbedaan permanan antara laba akuntansi dan laba pajak diharapkan akan menjadi Rp
2.000.000 untuk premi ynag dibayarkan untuk asuransi jiwa pegawai utama perusahaan
(perusahaan adalah penerima manfaat atau beneficiary) dan menyingkirkan dividen yang
diterima sebesar Rp 27.000.000 dari investasi pada prusahaan lainyang telah pajak final.
3. Tarif pajak penghasilan adalah 10% untuk penghasilan kurang dari Rp 50.000.000, 15% untuk
penghasilan antara Rp 50.000.000 sampai Rp 100.000.000, dan 30% untuk penghasilan yang
lebih dari Rp 100.000.000
Ayat jurnal berikut digunakan untuk mencatat beban pajak.
 
(1) Beban Pajak Penghasilan Rp 42.500.000
Utang Pajak PenghasilanRp 42.500.000
Mencatat beban pajak penghasilan untuk kuartal pertama.

Penghitungan pajka penghasilan untuk kuartal kedua terpisah dari kuartal pertama. Berdasarkan pada laba
rugi pada kuartal kedua, perusahaan menghitung pajak penghasilan menggunakan tarif pajak yang berlaku.
Asumsikan bahwa PT Induk dan entitas anaknya melaporkan laba ken apjak sebesar Rp 250.000.000, dan
beban pajak sebesar Rp 57.500.000 pada laporan laba rugi konsolidasian kuartal kedua.
Ayat jurnal berikut digunakan untuk mengakui pajak penghasilan untuk kuartal kedua.

(2) Beban Pajak Penghasilan Rp 57.500.000


Utang Pajak PenghasilanRp 57.500.000
Mencatat beban pajak penghasilan untuk kuartal kedua
Estimasi Tarif Pajak Penghasilan untuk Periode Interm
  Estimasi Jumlah Tahunan

Laba dari operasi berkelanjuatan Rp 225.000.000


Penyesuaian perbedaan permanen:  
Ditambah premi untuk asuransi jiwa pegawai kunci Rp 2.000.000
Dikurang dividden yang diterima (Rp 27.000.000)
Estimasi laba tahunan kena pajak Rp 200.000.000
Perhitungan pajak penghasilan:  
10% * Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000  
15% * Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000  
30% * Rp 100.000.000 = Rp 30.000.000  
Pajak penghasilan Rp 42.500.000

Kerugian dan Rugi Operasi Carrybacks dan Carryforwards


Akuntan menghadapi permasalahan menarik pada saat perusahaan mengalami kerugian pada akhir
suatu periode interm. Biasanya, rugi operasi menghasilakan manfaat pajak (yaitu mengurangi utang
pajak) karena kerugian pajka dapat dilakukan kembali (carried back) terhadap laba operasi drai tahun-
tahun sebelumnya dan perusahaan dapat mengajukan klaim untuk pengembalian uang pajak yang
dibayarkan pada periode sebelumnya. Setelah bagian yang dilakukan kembali dari rugi operasi sudah
habis digunakan, sisa rugi operasi dilakukan di depan/dikompensasikan (carried forward) terhadap laba
operasi masa depan. Namun, penyisihan carryback dan carryforward tersebut diterapkan hnaya untuk
hasil tahunan, bukan untuk hasil interm.
Perubahan Akuntansi di Periode Interim

PSAK 25 tentang “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan”,


menyebutkan perubahan akuntansi dalam tiga kategori, yaitu :
(a) Perubahan kebijakan akuntansi
(b) Perubahan estimasi akuntansi
(c) Kesalahan periode sebelumnya
Perubahan Kebijakan Akuntansi (Penerapan Retrospektif)
Perubahan dalam kebijakan akuntansi dapat dilakukan oleh sebuah
entitas hanya jika perubahan tersebut disyaratkan oleh suatu PSAK, atau
menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan tentang dampak transaksi, peristiwa, atau kondisi
lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas
entitas. Perubahan dari suatu kebijakan akuntansi yang diterima secara
umum ke prinsip akuntansi yang diterima secara umum lainnya untuk
tujuan pengukuran atau penilaian mensyaratkan proses penerapan
retrospektif diterapkan untuk semua laporan keuangan periode
sebelumnya, termasuk laporan keuangan periode interim.
Penerapan Retrospektif
Perubahan kebijakan akuntansi akan langsung berpengaruh pada aset atau
liabilitas. Pengaruh tidak langsung adalah pada kas atau aset lancar pada masa
yang akan dating akibat dari perubahan kebijakan akuntansi. Penerapan
retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah ditetapkan.
Semua laporan keuangan tahunan berikutnya maupun periode interim akan
disesuaikan selama dampak perubahan kebijakan akuntansi.
Perubahan Estimasi Akuntansi
Perubahan estimasi akuntansi merupakan hasil informasi baru yang telah tersedia
untuk entitas. Perubahan ini akan dilaporkan hanya berdasarkan saat ini dan
prospektif. Penerapan prospektif adalah suatu penerapan kebijakan akuntansi
baru untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang terjadi setelah tanggal
perubahan kebijakan tersebut dan pengakuan dampak perubahan estimasi
akuntansi pada periode berjalan dan periode mendatang yang dipengaruhi oleh
perubahan tersebut.
Perubahan pada Penyusutan, Amortisasi dan Deplesi
PSAK 25 mensyaratkan perubahan dalam metode penyusutan, amortisasi, atau
deplesi atas aset berumur Panjang dan aset nonkeuangan yang disebabkan
informasi baru, seperti pola penggunaan saat ini yang berbeda dengan ekspetasi,
akan diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi yang dipengaruhi oleh
perubahan kebijakan akuntansi. Penerapan saat ini dan prospektif digunakan
untuk melaporkan perubahan tersebut dan laporan keuangan sebelumnya yang
tidak perlu disajikan Kembali.
Kesalahan Mendasar
Standar yang berlaku menyatakan bahwa sebuah koreksi atas kesalahan dalam laporan keuangan yang
diterbitkan sebelumnya bukanlah perubahan estimasi akuntansi dan entitas harus menyajikan Kembali
laporan keuangan yang telah disajikan sebelumnya untuk mengoreksi kesalahan pada laporan tersebut.
Karena kesalahan tersebut mungkin berhubungan dengan jumlah periode masa lalu yang di laporkan,
PSAK 23 mensyaratkan bahwa kesalahan yang telah dikoreksi secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan dengan :
(a) Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode sebelumnya yang disajikan dimana kesalahan
terjadi
(b) Jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal, maka menyajikan Kembali saldo awal
aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode sebelumnya sajian paling awal.

Entitas membuat perubahan akuntansi juga diharuskan untuk membuat jumlah pengungkapan pada
periode dimana perubahan itu terjadi. Termasuk dalam pengungkapan ini adalah dampak dari
perubahan laba rugi dari operasi yang dilanjutkan dan laba neto.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai