Anda di halaman 1dari 29

Kebijakan Vaksinasi Moderna sebagai Tahap

Lanjut Vaksinasi COVID-19


Pembimbing: Anggota Kelompok 5:
Dr. C. Tjahjono Kuntjoro, Ph.D
Dr. Hartanto, M.Med, Sc. NIA SETYANITA 21C20004
Dr. Pungky Samhasto, M.Qih
CHALIZA ADNAN 21C20010
MARIA KENYA PURNAMASARI 21C20014
YOHANES LEONARD SUHARSO 21C20020
CHRISTIAN IGNATIUS ELIM 21C20032
LALU MAHMUD YASIN 21C20036
TRIYANTO AGUNG P W 21C20042
LATAR BELAKANG

● Pandemi COVID-19 juga sudah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai


bencana non-alam. Angka kasus pandemi COVID-19 terus meningkat hingga
tanggal 25 september 2021 terdapat 4.206.253 kasus dengan angka kematian
141.381 jiwa dan angka kesembuhan 4.020.801 jiwa. Atau kasus meninggal
sebesar 3,36 % dan kasus sembuh sebesar 95,59%
● Upaya pemerintah untuk menekan COVID-19 dengan vaksinasi merupakan cara
yang dipandang efektif yang dapat menciptakan keadaan herd immunity,
➢ Upaya pemerintah untuk menekan Covid 19 dengan program vaksinasi
diantara nya vaksinasi moderna dengan efektivitasnya 94,5%.
➢ Vaksinasi moderna menghasilkan antibodi terhadap varian Delta dan
varian lainnya seperti Beta, kappa dan Gamma
Analisis Stakeholder yang Terlibat
2.1 RUMUSAN MASALAH

Alokasi vaksin Moderna di Indonesia belum memenuhi target sasaran.

Kendala pendistribusian vaksin Moderna ke wilayah-wilayah terpencil di seluruh Indonesia yang


masih sulit dijangkau.

Ketakutan masyarakat terhadap vaksin Moderna karena isu mengenai reaksi vaksin setelah
mendapat suntikan.
2.2 TUJUAN & SASARAN YANG DICAPAI

TUJUAN

● Tujuan dari vaksinasi covid-19, yaitu untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat covid-19, melindungi dan
memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

● Tujuan lainnya yaitu untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) dalam mencegah dan melindungi kesehatan
masyarakat, dengan adanya kekebalan kelompok ini maka akan timbul dampak tidak langsung (indirect effect) yaitu turut
terlindunginya kelompok masyarakat yang rentan dan bukan merupakan sasaran vaksinasi.

● Tujuan yang tidak kalah pentingnya yaitu untuk menjaga produktivitas dan meminimalkan dampak sosial dan ekonomi. Kondisi
tersebut hanya dapat tercapai dengan cakupan vaksinasi yang tinggi dan merata.
… TUJUAN & SASARAN YANG DICAPAI

SASARAN

● Indonesia telah melaksanakan program vaksinasi covid-19 sejak bulan Januari 2021 dan diharapkan dapat menjangkau seluruh
target sasaran secara bertahap.

● Pentahapan prioritas sasaran vaksinasi Covid-19 sesuai dengan ketersediaan vaksin, penduduk dan wilayah berisiko, tahapan
pemakaian dan indeks pemakaian.

● Sampai dengan tanggal 4 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB, sejumlah 52.683.950 orang telah mendapatkan suntikan dua dosis
vaksin corona, sementara sasaran penerima vaksin di Indonesia berjumlah 208.265.720 orang.
Sasaran Pentahapan Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19
(KMK nomor HK.01.07/MENKES/4638/2021)

TAHAP 1
Sasaran terhadap Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK).

TAHAP 2 Sasaran terhadap kelompok Lanjut Usia (Lansia) dan petugas


pelayanan publik.

TAHAP 3 Sasaran masyarakat rentan.

TAHAP 4 Sasaran dengan pendekatan kluster.


Peruntukan vaksin Moderna
(Rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI)

Sebagai vaksin dosis ketiga (booster) untuk tenaga kesehatan

Sebagai vaksin dosis pertama dan kedua bagi publik yang belum mendapatkan vaksinasi.
3. PEMBAHASAN

Berdasarkan permasalahan yang kelompok kami temui maka pembahasan yang kami angkat
berupa:

I. Menganalisis masalah-masalah yang terjadi.


II. Adakah kebijakan tentang masalah tersebut dan bagaimana hasilnya.
III. Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan dari kebijakan yang diambil.
3.1 Alokasi vaksin Moderna di Indonesia belum memenuhi target sasaran

● Vaksin Moderna sebelumnya digunakan khusus sebagai booster bagi tenaga kesehatan, namun sekarang sudah mulai
didistribusikan ke masyarakat umum.

● Stok vaksin moderna bisa dibilang mencukupi namun untuk target terciptanya kekebalan komunal masih belum tercapai
mengingat angka penduduk di indonesia masih sangat banyak yang belum divaksin atau tidak ingin divaksin sama sekali.

● Pemerintah menargetkan sebanyak 208.265.720 orang di Indonesia menerima vaksinasi Covid-19 guna memenuhi
kekebalan komunitas, namun sampai dengan tanggal 4 Oktober 2021, sejumlah 52.683.950 orang telah mendapatkan
suntikan dua dosis vaksin corona.
3.2 Kendala dari pendistribusian vaksin Moderna ke wilayah-wilayah terpencil
yang masih sulit dijangkau

● Vaksinasi Covid-19 di Indonesia mulai dilaksanakan pada pertengahan Januari 2021. Sejak itu, vaksinasi mulai
dilaksanakan secara masif, yang dimulai dari profesi tenaga kesehatan, aparat, pekerja media, hingga saat ini giliran
kelompok manula, dan para warga yang belum sempat menerima vaksin Astrazeneca atau Sinovac.

● Kondisi geografis Indonesia yang luas dan beriklim tropis menjadi tantangan utama dalam pelaksanaan vaksinasi
Covid-19.

● Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana distribusi vaksin adalah ketersediaan kendaraan,
ketersediaan dan kapasitas sarana/ alat pendingin sesuai karakteristik vaksin, jadwal distribusi, level stok maksimum
dan minimum vaksin, dan juga waktu interval vaksin sesuai dengan jenis vaksin.
3.2 Kendala dari pendistribusian vaksin Moderna ke wilayah-wilayah terpencil yang
masih sulit dijangkau

● Perlunya penyediaan alat pembawa dan penyimpan vaksin yang andal dalam rangkaian distribusi cold chain,
diproduksi Insulated Vaccine Carrier (IVC) berteknologi tinggi yang memenuhi kriteria sistem distribusi cold
chain untuk vaksin Covid-19.

● IVC mampu memberikan kestabilan suhu ruangan antara 2 hingga 8 derajat Celcius dalam waktu 48 jam, meski
suhu di luar ruangan mencapai 30 derajat celcius.

● Teknologi IOT ini tidak sekadar mendeteksi suhu dan lokasi saja, tetapi juga memberikan informasi seperti tanggal
pengiriman vaksin dari produsen, jumlah vaksin, real time lokasi, track record suhu, nama kurir, identifikasi
pesawat, dan nomor plat mobil.

● Setiap vaksin box memiliki QR code tersendiri. Dengan kepastian keamanan vaksin, diharapkan animo masyarakat
terhadap vaksinasi Covid-19 terus meningkat dan dapat mempercepat pencapaian target vaksinasi Covid-19 di
Indonesia.
3.3 Ketakutan masyarakat terhadap vaksin Moderna karena isu mengenai reaksi vaksin setelah
mendapat suntikan

● Vaksin merupakan bagian penting dalam peradaban manusia dalam menghadapi penyakit mematikan dan
menghindari penyebaran wabah penyakit mematikan.

● Walaupun demikian, masih banyak juga terdapat kelompok yang menolak adanya vaksinasi terhadap semua
lapisan kelompok masyarakat. Kelompok-kelompok yang menolak program vaksinasi bisa disebut dengan
kelompok anti vaksin, tidak hanya di Indonesia saja namun kelompok antivaksin ini menyebar luas ke seluruh
dunia.

● Kelompok antivaksin ini memiliki berbagai alasan untuk menolak vaksinasi, yang pertama dapat dilihat dari
kekhawatiran kesehatan hingga alasan kepercayaan.
3.3 Ketakutan masyarakat terhadap vaksin Moderna karena isu mengenai reaksi vaksin setelah mendapat
suntikan

● Beberapa alasan dari kelompok antivaksin dapat berupa :


● Alasan dari sisi kesehatan dan kekhawatiran dikarenakan adanya peningkatan jumlah kematian atau korban
dari vaksinasi.
● Alasan kedua dari kelompok antivaksin dikarenakan oleh adanya kekhawatiran akan KIPI (Kejadian Ikutan
Paska Imunisasi) yang pada beberapa kasus sebagai pemicu kematian.
● Ada juga alasan bahwa penyakit yang ingin dicegah sebenarnya sudah tidak ada lagi di kelompok
masyarakat, hal ini juga termasuk dengan kekhawatiran yang muncul dari berbagai teori konspirasi terkait
isu politik, hanya untuk kepentingan korporat obat-obatan, hingga isu genosida.
Bab IV Alternatif Kebijakan, Forecasting, dan Rekomendasi

4.1 Alternatif Kebijakan yang diusulkan

1. Kerjasama pemerintah - negara produsen vaksin Moderna. Ditujukan untuk pengadaan


vaksin dan diprioritaskan untuk booster nakes serta masyarakat umum yang belum
mendapat vaksin.

2. Swadaya penelitian dan pembuatan vaksin COVID-19. Melibatkan pemerintah, kemenkes,


TNI, POLRI, dan BPOM.

3. Meluruskan dan membasmi berita hoaks mengenai vaksin yang meresahkan. Salah satunya
dengan metode algoritma Artificial Neural Network (ANN) yang dikembangkan profesi teknik
informatika.
Bab IV Alternatif Kebijakan, Forecasting, dan Rekomendasi

4. Penegakkan hukum melalui pasal 28 ayat (1) UU 11/2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik “melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam Transaksi Elektronik

5. Kerjasama Pemerintah - MUI mendorong masyarakat Indonesia yang mayoritas


beragama muslim untuk tidak memilih-milih vaksin yang halal bagi mereka.

6. Menggalakkan pengadaan alat penunjang distribusi cold chain vaksin ke DTPK


dengan alat berbasis Insulated Vaccine Carrier (IVC) dikombinasikan dengan teknologi
Internet of Things (IoT) yang dikembangkan oleh perusahaan di Indonesia.
STRATEGI IMPLEMENTASI

1. Kerjasama antar lembaga dan instansi yang berkepentingan dalam pengadaan dan distribusi, lembaga pelaksana vaksinasi, lembaga peneliti
dan lembaga-lembaga pengawas.

2. Peningkatan kerjasama lintas negara yang diimbangi dengan pengembangan produksi vaksin dalam negeri.
3. Komunikasi publik yang baik terutama dalam kaitannya dengan vaksinasi massal
4. Harus ada Kerjasama antar industri farmasi untuk memproduksi vaksin.
5. Menentukan kelompok prioritas untuk menerima vaksin.

6. Mengembangkan program pelatihan bagi tokoh masyarakat yang dipercayai seperti tokoh agama, ormas dan influencer untuk advokasi
terkait vaksin.

7. Melibatkan online platform untuk memberikan informasi yang factual tentang vaksin.

8.. Pelatihan penerimaan vaksin untuk tenaga Kesehatan dalam mengadvokasi masyarakat menerima vaksin.
Peran stakeholder agar Kebijakan Berhasil Diterapkan

1. 1. Mencapai herd immunity yang berguna untuk memulihkan ekonomi masyarakat.


2. Perencanaan penyelenggaraan Imunisasi Program oleh Pemerintah Pusat harus memperhatikan
usulan perencanaan Pemerintah Daerah ,kabupaten/kota dan Pemerintah Daerah provinsi secara
berjenjang yang meliputi jumlah sasaran pada daerah kabupaten/kota, kebutuhan logistik, dan pendanaan
Imunisasi Program di tingkat pusat dan daerah sesuai dengan ketentuan perundang undangan.

3. Perencanaan penyelenggaraan Imunisasi Program oleh Pemerintah Daerah meliputi operasional


penyelenggaraan pelayanan, pemeliharaan peralatan Cold chain, penyediaan alat pendukung Cold chain,
dan Dokumen Pencatatan pelayanan imunisas

4. Pemerintah segera mencanangkan program kemandirian produksi vaksin covid-19 dalam negeri
termasuk instruksi dukungan kepada BPOM dalam dukungan pengujian dan penerbitan izin edar Kebijakan
vaksin MODERNA sebagai tahap lanjut vaksinasi covid-19 .
Hambatan dalam Implementasi

1. Dalam kaitannya dengan impor vaksin dari luar negeri. Hambatannya adalah negara produsen vaksin, masih memenuhi jumlah kebutuhan vaksin dalam negeri
mereka sendiri, dan juga memenuhi kebutuhan vaksin dari negara-negara yang terlebih dahulu memesan vaksin pada mereka. Dengan kondisi dan situasi seperti
ini, maka dengan sendirinya Indonesia harus meningkatkan negosiasi atau melaksanakan produksi vaksin dalam negeri.

2. Hambatan produksi vaksin dalam negeri adalah kurangnya koordinasi dan kerja sama yang kurang harmonis dari pihak peneliti dan BPOM sebagai pengawas
mutu dan pemberian izin edar. Oleh karena itu, sebaiknya persoalan ini dapat segera dibahas dan diselesaikan oleh lembaga dan pihak-pihak terkait.

3. Kapasitas produksi vaksin yang terbatas, berpengaruh pada pasokan vaksin yang ada, sehingga negara harus menetapkan prioritas vaksinasi dalam setiap
tahap pelaksanaan.

4. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksin, serta kurangnya sosialisasi dari para petugas kesehatan.

5. Kapasitas produksi vaksin yang terbatas menghambat proses distribusi vaksin ke pelosok, sehingga banyak warga yang belum mendapatkan vaksin.

6. Banyak berita hoax yang beredar di masyarakat mengenai bahayanya vaksin sehingga banyak masyarakat yang takut bahkan tidak mau untuk melakukan
vaksin.
Bab VI Monitoring dan Evaluasi

Tujuan dilakukannya monitoring dan evaluasi adalah:

1. Memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan panduan standar Vaksinasi yang diberikan kepada
masyarakat harus sesuai dengan standar dan ketentuan medis. Hal ini berkaitan dengan efektivitas dan
juga agar vaksin yang diberikan bisa memberikan dampak positif bagi penerima vaksin.

2. Mengukur capaian kegiatan dilakukan di seluruh tingkat administrasi dan secara berkala Hal ini
berkaitan dengan pemerataan vaksinasi. Vaksin yang diberikan kepada masyarakat harus dilakukan di
semua wilayah dan dibuat secara berkala dan bertahap.

3. Memberikan umpan balik tepat waktu untuk perbaikan-perbaikan yang diperlukan.


Tahapan Monitoring dan Evaluasi

A. Sebelum pelaksanaan

1. Menggunakan “moderna vaccine, introduction readiness assessment tool”.

2. Dilaksanakan secara berjenjang dengan menilai kesiapan level administrasi, yang berada
di bawahnya (Provinsi, Kab/Kota dan Puskesmas).

3. Dilakukan oleh POKJA. Berkala, sesuai daftar tilik yang ada.


Tahapan Monitoring dan Evaluasi

B. Saat pelaksanaan
a. Monitoring Pencapaian pencakupan

1. Dilakukan harian.

2. Diikuti dengan umpan balik kepada pihak- pihak terkait untuk tindakan perbaikan (corrective actions).

3. Memantau kegiatan yang sedang berlangsung beserta dengan kendala-kendala yang dihadapi selama
proses vaksinasi itu berlangsung.

4. Pelaksana monitoring adalah pemberi layanan imunisasi, Dinas Kesehatan kabupaten dan provinsi,
Kemenkes didukung mitra pembangunan. Analisa berdasarkan sasaran kelamin, golongan umur
Tahapan Monitoring dan Evaluasi

b Monitoring Kualitas Pelayanan Imunisasi Moderna:

- Menggunakan daftar tilik supervise pelaksanaa

- Memantau kegiatan yang sedang berlangsung serta kendalanya

- Pelaksana adalah dinas Kesehatan kabupaten atau provinsi, organisasi profesi, Kemenkes,
mitrapembangunan dan unsur POKJA persiapan dan pelaksanaan imunisasi Moderna.

- Minimal lima puluh persen puskesmas.


Tahapan Monitoring dan Evaluasi
c. Penilaian Cepat Capaian Cakupan Imunisasi

- Menggunakan daftar tilik Rapid Convenience Assessment (RCA)

- Memantau tingkat keberhasilan penyelenggaraan kegiatan di suatu lokasi secara tepat

- Pelaksana: organisasi profesi, Kemenkes dan mitra pembangunan

- Pemilihan Lokasi: desa dengan minimal 95% jumlah sasaran terdata sudah di imunisasi

pada puskesmas yang telah menyatakan menyelesaikan imunisasi moderna.

- Memilih 20 rumah yang memiliki sasaran imunisasi moderna

- Monitoring KIPI merujuk pada Bab Surveilans KIPI


Tahapan Monitoring dan Evaluasi

C Sesudah pelaksanaan

Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi covid -19 hampir sama dengan
vaksin lain beberapa gejala tersebut antara lain:

1. Reaksi lokal
2. Reaksi sistemik
3. Reaksi lain
Tahapan Monitoring dan Evaluasi

Untuk itu penapisan status kesehatan sasaran yang akan divaksinasi harus dilakukan seoptimal
mungkin.

a. Penilaian cepat capaian cakupan imunisasi:

- Menggunakan daftar tilik Rapid Convenience Assessment (RCA)

- Dilakukan di area dengan capaian rendah

- Pelaksana: Organisasi profesi, Kemenkes dan mitra pembangunan


b. Evaluasi dampak melalui surveilans moderna

- Pemantauan dampak imunisasi terhadap penularan moderna

- Analisa angka kesakitan , kematian dan indikator surveilans moderna

- Pelaksana: tim surveilans merujuk kepada “Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian”
c. Post Marketing vaccine surveillance:
- Mengetahui keamanan, khasiat dan mutu vaksin.
- Mengetahui cara mencegah dan mengatasi terjadi reaksi vaksin yang tidak
diinginkan.
- Pelaksana adalah BPOM dan Komnas KIPI bersama pihak terkait.

Anda mungkin juga menyukai