Sesi 5 MKDU4221 PAI 2020.2
Sesi 5 MKDU4221 PAI 2020.2
Sesi 5
Agama: sebagai Sumber Moral dan
Akhlak Mulia dalam Kehidupan
Wahyu Misionaris
Rasial dan
dan non- dan non-
universal
wahyu misionaris
Ditinjau dari segi rasial
Agama wahyu Agama misionaris:
dan geografis agama di
menghendaki pada menharuskan
dunia terbagi ke dalam
rukun Islam dan pada penganutnya
tiga golongan: 1) Semitik
menyebarkan agama
rukun iman. (Yahudi, Kristen dan
ke semua manusia.
Islam), 2) Arya (Hindu,
Agama nonwahyu Jainisme, Sikhiisme,
Agama non
tidak memandang Zoaterianisme), dan 3)
misionaris tidak
esensial penyerahan Mongolia
mengharuskan
(Confusionisme, Taoisme,
diri manusia penyebaran agama.
dan Shintoisme).
Pengertian Moral
• Moral secara etimologis berasal dari bahasa Latin, mores, bentuk Jarnak dari
more, artinya adat atau kebiasaan. Secara terminologi moral adalah ajaran ten
tang tindakan seseorang yang dalam hal sifat, perangai, kehendak, pendapat,
atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau salah, baik atau
buruk.
• Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum
diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi
moral adalah tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan
tertentu atau kesatuan sosial tertentu.
• Kesadaran moral itu timbul karena dua hal, yaitu perasaan wajib atau keharusan
untuk melakukan tindakan yang baik dan objektif dan rasional.
Susila dan Budi Pekerti
• Secara etimologis kata susila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu su dan sila. Su berarti
baik, bagus, dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup, atau norma. Secara
terminologi, susila adalah aturan-aturan hidup yang baik.
• Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila
adalah orang yang berkelakuan buruk.
• Budi pekerti merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti. Kata budi berasal dari
bahasa Sanskerta yang berarti sadar, yang menyadarkan, alat kesadaran. Budi secara
istilah adalah yang ada pada manusia yang berubungan dengan kesadaran yang
didorong oleh akal. Pekerti apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh
perasaan.
• Budi pekerti adalah perpaduan dari hasil akal dan rasa yang berwujud pada karsa dan
tingkah laku manusia.
Pengertian etika
• Etika secara etimologis (berdasarkan asal-usul kata) berasal dari bahasa Yunani,
ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara istilah etika adalah ilmu
yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagian ahli yang lain
mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku perbuatan manusia
dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan akal.
• Ahmad Amin, misalnya, mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka
dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Dasar Moral
• Mukti Ali, mantan menteri agama pemah mengatakan, "Agama
menurut kami, antara lain memberi petunjuk, bagaimana moral
itu harus dijalankan, agamalah yang memberikan hukum-
hukum moral. Dan karenanya agamalah sanksi terakhir bagi
semua tindakan moral, sanksi agamalah yang membantu dan
mempertahankan cita-cita etik.“
• Hamka mengatakan bahwa, "agama ibarat tali kekang, yaitu tali
kekang dari pengumbaran pikiran (yang liar/binal), tali kekang
dari pengumbaran hawa nafsu (yang angkara murka), tali
kekang dari pada ucap dan perilaku (yang keji dan biadab )."
Pengertian Akhlak
• Akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq, yang merupakan bentuk jamak (plural) dari khuluq. Secara
bahasa akhlak mempunyai arti tabiat, perangai, kebiasaan, atau karakter. Menurut kamus al-Munjid,
kata akhlak mempunyai akar yang sama dengan kata khalqun ~ (kejadian), khaliqun (pencipta) dan
makhluqun (yang diciptakan). Dalam arti bahasa akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika.
• Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang biasa
dilakukan. Artinya segala sesuatu kehendak yang terbiasa dilakukan disebut akhlak.
• Ibn Maskawih dalam kitab Tahzib al-Akhlaq wa Tathirul A'raq mendefinisikan akhlak "Keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan
pertimbangan (sebelumnya)", dan Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya 'Ulumuddin, mendefinisi
akhlak sebagai: "Segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan
ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan."
Imam Al-Ghazali: empat pilar akhlak mulia