Anda di halaman 1dari 7

Selamat malam, saya ijin menjawab pada diskusi kali ini.

1. Jelaskan 3 jenis Klasififikasi agama?


Berdasarkan BMP MKDU4221/MODULN5 dijelaskan bahwa, Abdullah al-Masdoosi
mengklasifikasikan agama ke dalam tiga kategori:1) wahyu dan non-wahyu, 2) misionaris dan non-
misionaris, dan 3) rasial dan universal.

1.) Wahyu dan Non-wahyu
Agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para rasul-rasul-Nya
dan kepada kitab-kitab-Nyaserta pesannya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.
Sebaliknya agama non-wahyu tidak memandang esensial penyerahan manusia kepada tata aturan
ilahi di atas.

Adapun perbedaan agama wahyu dan non-wahyu, sebagai berikut:


a) Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu tidak
demikian.
b) Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama non-wahyu tidak.
c) Sumber utama ketentuan baik dan buruk dalam agama wahyu adalah kitab suci sedangkan dalam
agama non-wahyu, bukan sumber utama.
d) Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama non-wahyu di luar area tersebut.
e) Agama wahyu timbul di daerah-daerah yang secara historis di bawah pengaruh ras semitik,
walaupun kemudian menyebar luas ke luar area pengaruh ras semitik, sedangkan agama non-wahyu
lahir di luar wilayah pengaruh ras semitik.
f) Sesuai dengan ajarannya agama wahyu bersifat misionaris, sedangkan agama non-wahyu tidak
bersifat misionaris.
g) Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama non-wahyu kabur dan sangat elastis.
h) Agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap bagi pemeluknya, sedangkan agama non-
wahyu hanya pada aspek tertentu saja. Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan
Islam. Di luar yang tiga itu adalah agama non-wahyu, seperti Hindu, Budha, Confusionisme.

2. Misionaris dan Non-misionaris
Agama misionaris adalah agama yang ajarannya
mengharuskan penganutnya menyebarkan kepada seluruh 
manusia. Sedangkan agama non-misionaris tidak memuat tuntutan tersebut. Menurut Al-Masdoosi
agama yang tergolong misionaris hanya Islam. Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, Kristen
dan Budha menjadi agama misionaris.

3. Rasial dan Universal
Dari segi rasial dan geografis agama di dunia terbagi ke dalam tiga golongan:
1) semitik, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam
2) arya, yaitu Hindu, Jainisme, Sikhiisme, dan Zoaterianisme
3) mongolia, yaitu Confusionisme, Taoisme, dan Shintoisme

2. Jelaskan pengertian tentang etika, moral, susila dan budi pekerti  berdasarkan epistimologi ?
Etika secara etimologis (berdasarkan asal-usul kata) berasal dari bahasaYunani, ethos  yang berarti
watak kesusilaan  atau adat. Secara istilah etikaadalah
ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagianahli yang lain mengemukakan
definisi etika sebagai teori tentang
laku perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yangdapat ditentukan akal.

Ahmad Amin, misalnya, mengartikan etika adalah ilmu yangmenjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnyadilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yangseharusnya
diperbuat.Soegarda Poerbakawatja, mengartikan etika sebagai filsafat nilai,kesusilaan tentang baik
buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan jugamerupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu
sendiri.Dalam

van Dale’s Grootwoordenbooek

dikemukakan etika sebagaifilsafat praktis, yakni kaidah-kaidah rasa moral, ajaran tentang filsafat
rohaniumumnya.

 Ensiklopedi Winkler 

 mendefinisikan etika sebagai

bagian dari filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan, dalil-dalilnya dan tujuan yang


diarahkan kepada makna tindakan.

 A Handbook of Christian Ethics

, menyebutkan etika sebagai ilmunormatif yang memandang manusia sebagai tenaga moral,


mempertimbangkan tindakan kebiasaannya dan karakter dengan tinjauantentang benar dan
salahnya, kecenderungannya kepadanya yang baik dan yang buruk.

 Berikutnya dalam

 Encyclopedia Britanica

, etika dinyatakan sebagai

 filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk,


harus, benar, salah, dan sebagainya.

 Selanjutnya Frankena, sebagaimana juga dikutip Ahmad Charris Zubairmengatakan bahwa etika
adalah sebagai

cabang filsafat, yaitu filsafat moralatau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan
pertimbanganmoral.

 Dari definisi di atas kita dapat memahami etika dari empat sudut: objek,sumber, fungsi, dan sifat.

Pertama
,

 dilihat dari objek pembahasannya,


etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Perbuatanmanusia itu sendiri
yang menjadi objek etika ada dua, yaitu,

 pertama,

  perbuatan-perbuatan yang timbul dari seseorang yang melakukannya dengansengaja dan dia sadar


saat melakukannya.

 Kedua,

 perbuatan-perbuatan yangtimbul dari seseorang yang tiada kehendak, dan tidak sadar waktu
diamelakukannya, tetapi dapat diikhtiarkan perjuangannya, untuk melakukanatau tidak
melakukannya di waktu dia sadar.

Kedua,

 dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiranatau filsafat. Karena itu, etika
merupakan hasil dari pergumulan akal dalamupaya memahami perbuatan manusia dari sudut nilai
baik, buruk, benar,salah, layak tidak layak, sesuai dengan kemampuan penelitian akal manusia.Selain
itu, etika dalam penyusunan teori-teorinya juga
memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, s
osiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan sebagainya. Hal inimemungkinkan, karena berbagai ilmu
yang disebutkan itu memiliki objek pembahasan yang sama dengan etika, yaitu perbuatan manusia.

Ketiga,

 dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagi penilai, penentu, dan penetap terhadap suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia,yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk,
mulia, terhormat,hina, dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagaikonseptor
terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia.Peranan etika dalam hal ini tampak
sebagai wasit atau hakim, dan bukansebagai pemain. Ia merupakan suatu konsep atau pemikiran
mengenai nilai-nilai untuk digunakan dalam menentukan posisi atau status perbuatan yang
dilakukan manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilaiyang ada.

Keempat , dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif. Karena


etika bersumber dari akal sedangkan akal manusia tidak sama, maka etika yangdihasilkan oleh
seseorang bukanlah sebuah kebenaran mutlak yang wajibdiikuti oleh yang lainnya. Di samping itu
karena pemikiran manusia atau apayang dihasilkan oleh akal dipengaruhi oleh situasi dan kondisi,
maka etika bisa berubah-ubah sesuai dengan perubahan situasi dan tempat.Dengan demikian etika
merupakan sebuah ilmu pengetahuansebagaimana ilmu-ilmu pengetahuan lainnya seperti sosiologi,
antropologi, psikologi.Etika sebagai sebuah ilmu sama dengan ilmu akhlak, yakni kajiantentang laku
perbuatan manusia dari segi baik dan buruk, harus dilakukan dantidak boleh dilakukan berdasarkan
akal. Hanya saja, ilmu akhlak atau etikaIslam tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang
terpentingadalah Al-Qur‟an dan Hadits
Akhlak berasal dari bahasa Arab, ‫ اخالق‬yang merupakan bentuk jamak (plural) dari khuluq (‫)خلق‬.
Secara bahasa akhlak mempunyai arti tabiat, perangai, kebiasaan, atau karakter. Menurut kamusal-
Munjid , kata akhlakmempunyai akar yang sama dengan kata khalqun ‫( خلق‬kejadian), khaliqun
‫(خالق‬pencipta) dan makhluqun ‫( مخلوق‬yang diciptakan). Dalam arti bahasa akhlak sering disinonimkan
dengan moral dan etika.

Berdasarkan arti akhlak secara bahasa, arti istilah akhlak yangdikemukakan oleh para ulama juga
mengacu pada masalah tabiat atau
kondisi batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Berikut ini adalah pengertianakhlak secara
istilah dari sebagian para ulama:Ahmad Amin dalam bukunya

 Al-Akhlak 

 mendefinisikan akhlak sebagai

kehendak yang biasa dilakukan.

 Artinya segala sesuatu kehendak yangterbiasa dilakukan disebut akhlak.Ibn Maskawih dalam
kitabnya,

Tahzib al-

 Akhlaq wa Tathirul A’raq

,mendefinisikan akhlak sebagai:

“Keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa


melalui pemikiran dan pertimbangan (sebelumnya)

, dan Imam Ghazali dalamkitabnya,

 Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisi akhlak sebagai: “Segala sifat yang tertanam dalam hati, yang
menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai
pertimbangan.”

 Dari definisi-definisi tersebut di atas jelas bahwa akhlak adalah suatukeadaan yang tertanam dalam
jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-
turut tanpa memikirkan pemikiran lebih lanjut. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alamiy
ang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atautidak melakukannya,
seperti rasa takut dan sebagainya. Selain itu,
suasana jiwa, adakalanya juga disebabkan oleh pengaruh adat istiadat yang berlakuseperti orang
yang membiasakan berkata benar secara terus menerus, maka jadilah suatu bentuk akhlak yang
tertanam dalam jiwa atau batin.Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat
mengambildua hal penting tentang akhlak,
yaitu:a. akhlak berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak; b. akhlak merupakan perwujudan perbuat
an sebagai kebiasaan (bukan perbuatan yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya)

engan demikian, akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatanmanusia sebagai ekspresi atau
ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak
meskipun berpangkal dari jiwa tapi ia tidak berhenti di dalam jiwa saja melainkanternyatakan dalam
perbuatan.Untuk meraih kesempurnaan akhlak, seseorang harus melatih diri danmembiasakannya
dalam hidup sehari-hari. Seseorang harus berlatih danmembiasakan diri berpikir dan berkehendak
baik, serta
membiasakan pemikiran dan kehendak baiknya itu dipraktikkan dalam wujud perbuatandalam hidup
sehari-hari.Dengan cara demikian seseorang akan meraih kesempurnaan akhlak,sebab akhlak
seseorang bukanlah tindakan yang direncanakan pada saat-saattertentu saja, namun akhlak
merupakan keutuhan kehendak dan perbuatanyang melekat pada jiwa seseorang yang tampak pada
perilakunya sehari-hari

Secara etimologis moral berasal dari bahasa Latin, mores, bentuk jamak  darimore, artinya adat atau
kebiasaan. Secara terminologi moral adalahajaran tentang tindakan seseorang yang dalam hal sifat,
perangai, kehendak, pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau
salah, baik atau buruk.Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-
ide yangumum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yangwajar. Jadi moral
adalah tindakan yang umum sesuai dengan dan diterimaoleh lingkungan tertentu atau kesatuan
sosial tertentu.Sementara itu dalam

The Advanced Leaner’s Dictinary of Current English dikemukakan pengertian moral sebagai: 1)


prinsip-prinsip yang berkenan dengan benar dan salah, baik dan buruk; 2) kemampuan untuk
memahami perbedaan antara benar dan salah, dan 3) ajaran atau gambarantingkah laku yang baik.

Dengan demikian, moral dapat diartikan dengan “menyangkut


baik buruknya manusia sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan“keseluruhan norma-
norma dan nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat.” Moral mengacu pada baik buruk
perilaku bukan pada fisik seseorang.Jika kita perhatikan lebih mendalam definisi tentang moral, kita
bisamemahami bahwa moral adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorangyang mempunyai nilai
baik atau buruk, salah atau benar, layak atau tidaklayak. Ketika seseorang mengatakan bahwa ia
moralnya buruk. Artinyaadalah bahwa apa yang dilakukannya itu mempunyai sifat buruk atau
tidaklayak atau tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Sebaliknya kalaudikatakan ia moralnya
baik berarti apa yang dilakukannya itu mempunyainilai baik karena sesuai dengan ketentuan umum
dan layak untuk dilakukan.Selanjutnya terkait dengan masalah moral adalah kesadaran yang
disebutdengan kesadaran moral. Kesadaran moral adalah pengetahuan bahwa adayang baik dan ada
yang buruk yang dengan pengetahuannya ia memilihuntuk melakukan suatu perbuatan tanpa ada
paksaan dari siapa pun. Suatu perbuatan itu bisa dikategorikan baik atau buruk jika perbuatan
itu dilakukansecara sadar atau karena punya kesadaran moral. Orang yang melakukansuatu
perbuatan tanpa ada kesadaran, maka perbuatannya itu tidak bisadikategorikan baik atau buruk.
Misalnya, seseorang anak kecil yangmengambil kotoran ayam ketika disodorkan kepadanya, maka
perbuatan sianak itu tidak bisa dianggap buruk karena anak itu belum punya kesadarantentang baik
dan buruk. Atau seperti orang gila, perbuatannya itu tidak bisadikatakan baik atau buruk karena ia
tidak sadar. Karena itulah, orang gilakarena hilang kesadarannya tidak bisa dikatakan tidak bermoral
sekalipun ia berperangai buruk.Kesadaran moral ini menjadi penting, karena satu-satunya
makhlukTuhan yang diberi kesadaran adalah manusia. Dengan kesadaran itu manusiadiberi
kebebasan untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Apayang dilakukannya tentu
mempunyai akibat-akibat tertentu. Hanya saja orangyang mempunyai kesadaran akan selalu
mengikuti hal-hal yang memangsecara moral baik. Kesadaran moral itu timbul karena:

 Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang baik. Perasaan ini telah
ada dalam setiap diri manusia, siapa pun dan di
manapun ia. Karena itulah jika perasaan wajib itu tidak dilaksanakan maka iadisebut pelanggaran.
Manusia terlahir fitrah, yakni suci. Dalam arti punyakecenderungan terhadap kebaikan. Karena
fitrahnya ini manusia senantiasamempunyai suara batin untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang sesuaidengan hati nuraninya. Ketika suara batin ini tidak ditaati maka ia akanmerasa tidak
tenang dan tidak tenteram.

 Kedua, objektif dan rasional. Kesadaran moral ini muncul berdasarkanakal. Dengan akalnya ini
manusia bisa mengetahui baik atau buruk suatu perbuatan dan itu berlaku secara universal, artinya
sama di setiap tempat dansama dalam pandangan setiap orang. Misalnya, menghormati orang
tua.Perbuatan itu berlaku objektif dan rasional. Perbuatan hormat kepada orangtua mempunyai nilai
yang baik di semua tempat dan di semua kebudayaan.Dan semua akal manusia menerima bahwa
perbuatan itu memang baik.

2. Pengertian Susila dan Budi Pekerti

Secara etimologis kata susila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus,
dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup,atau norma. Secara terminologi, susila adalah aturan-
aturan hidup yang baik.Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang
yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Susila biasanya bersumber pada adat yang
berkembang di masyarakat setempat tentang suatu perbuatan
itu tabu atau tidak tabu, layak atau tidak layak. Dengan demikiansusila menunjuk pada arti perilaku
baik yang dilakukan seseorang.Sementara budi pekerti merupakan kata majemuk dari kata
budi dan pekerti. Kata budi berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti sadar, yang menyadarkan,
alat kesadaran.
Budi secara istilah adalah yang ada padamanusia yang berubungan dengan kesadaran yang didorong
oleh akal.Sementara,  pekerti apa yang terlihat pada manusia karena didorong
oleh perasaan. Budi pekerti adalah perpaduan dari hasil akal dan rasa yang berwujud pada karsa dan
tingkah laku manusia.Selanjutnya kata susila sering disempitkan artinya menjadi
sopan, beradab, baik budi bahasanya. Tidak salah memang karena susilamenyangkut pula kesopanan
dan keadaban hanya saja yang termasuk kedalam susila itu bukan hanya sopan dan beradab serta
halus tutur katanya. Ituhanya sebagian saja

3. Jelaskan 4 pilar akhlak mulia dalam islam!


Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi atau akhlak batin yang baikyang menjadi dasar bagi
perbuatan-perbuatan baik dan ada empat sendiakhlak batin yang tercela yang menjadi dasar bagi
perbuatan-perbuatantercela. Keempat sendi akhlak batin yang baik itu adalah sebagai berikut.
1. Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu kebijaksanaan yang artinyaadalah keadaan jiwa yang
bisa menentukan antara hal-hal yang benardan hal-hal yang salah.
2. Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, yaitu keadaan kekuatanamarah yang tunduk
kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
3. Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitukeadaan syahwat yang
terdidik oleh akal.
4. Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas. Wujudnya adalahadil, yakni kekuatan jiwa
yang menuntun amarah dan keinginan sesuaidengan apa yang dikehendaki oleh hikmah (kebaikan
dankebijaksanaan

Anda mungkin juga menyukai