awal abad -20 Pertanyaan dari Ahmad: Beberapa waktu lalu saya membaca ebook "Sejarah Nusa Tenggara" yang diterbitkan kemendikbud yang mengatakan bahwa ada banyak suku di Nusa Tenggara yang mengatakan kalau nenek moyang mereka berasal dari dalam tanah dan ada juga yang menyebut nenek moyang mereka dari negeri luar, seperti di Pulau Sumba, nenek moyang yang mereka sebut Umbu Walu Mandoku berasal dari Malaka Tanobara dengan menempuh jalan dari Hapa Riu Ndua Riu, Hapa Ndjawa , Rukuku Nboli, Nduna Makakary, Ende, sampai mendara di di tanjung Sasar.. Selain itu, di Sikka, nenek moyang mereka adalah Moang Ria, Moang Raga dan Moang Gumang, yang berasal dari Siam Sina Malaka dan mendarat di Sikka di tempat yang bernama Nidung-Mage Gakar. Yang saya ingin tanyakan apakah terdapat bukti mengenai nenek moyang nusa tenggara berasal dari Malaka dan bukti hubungan Nusa Tenggara dengan Malaka ketika itu bu.. Asal Usul Nenek Moyang dan Integrasi Masyarakat yang Tercermin dalam Cerita Tradisi Lisan Maritim di Kawasan Laut Sawu Nusa Tenggara Timur Oleh: Didik Pradjoko, M.Hum Departemen Sejarah FIB UI Dunia pelayaran dan perdagangan di Nusa Tenggara Timur juga menyentuh wilayah Timor yang kaya akan kayu cendana. Dalam tradisi lisan orang Timor terutama yang tinggal di wilayah Belu, dikisahkan tentang kedatangan nenek moyang orang Belu yang terkait dengan negeri Malaka dan Cina. Cerita rakyat Belu menyebut Sina Mutin Malaka (Cina Putih Malaka) sebagai asal usulorang Belu. Adapun nama Sina Mutin Malaka berasal dari pembukaan syair adat yang dimulai dengan, “Hutun rai hat-bobu rai hat-hutun Sina Mutin- bobu Malaka” (rakyat empat suku, empat tanah-rakyat Cina Putih Malaka). Asal-usul orang Belu diperkirakan berasal dari Malaka atau Cina yang berkulit putih. Penafsiran lainnya adalah kedatangan orang Cina yang berkulit putih yang sebelumnya menyinggahi Malaka. Rombongan perahu Sina Mutin Malaka digambarkan berlayar dengan menyinggahi Makassar (Nibone rai henek) Malaka merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste. Ada juga tempat dengan nama sama, tepatnya di Malaysia. Bukan hanya namanya saja yang sama, ternyata Malaka di NTT dan Malaka di Malaysia memiliki hubungan darah. Selain itu Raja Likurai di Malaka juga memiliki pusaka- pusaka dari zaman dahulu seperi, tongkat emas portugal dll. Malaka merupakan kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste, tepatnya Kobalima di RI dan Distrik Komvalima di Timor Leste. Sementara itu, Malaka di Malaysia terpisah jauh dengan berjarak lebih dari 5000 km. Bukan sekadar memiliki nama yang sama, namun dua daerah itu mempunyai ikatan erat. Malaka di NTT dan Malaka di Malaysia memiliki hubungan darah. Tapi, sejarah itu tidak tertulis "Pada saat raja ketiga kami (Kerajaan Liurai Malaka), mencari tulang rusuk ke Melayu, itu nama Malaka pada saat itu. Bertemulah dia dengan istrinya dari Malaysia itu," kata Dominicus Kloit Tey Seran, raja ke-15 Liurai Malaka, dalam perbincangan dengan detikTravel dalam tapal batas detikcom yang didukung BRI. Setelah berhasil meminang putri dari Melayu, Raja Likurai di Malaka, Waehare, memberikan nama Malaka, seperti wilayahnya yang ada di NTT. Raja Kloit menyebut sejarah itu tidak tertulis, namun diyakini kebenarannya. "Bahasa dan adat kami hampir sama. Tari-tarian juga hampir sama," ujar dia. Dengan kekerabatan itu, Malaka di NTT dan Malaysia bertukar keturunan. Seperti tradisi yang dianut di Pulau Timor, keluarga yang ditinggal anggota keluarga yang meninggal akan mengirimkan anak untuk tinggal di asal ayah atau ibu. Adat ini disebut sebagai matamusan. "Tapi, karena penjajahan hubungan kekerabatan ini tidak berlanjut. Kami dipisahkan oleh administrasi negara," ujar Raja Kloit. Nusa Tenggara mengalami periode peralihan antara awal abad ke- 20 hingga tahun 1915 Perekonomian Secara pelan tapi pasti pemimpin lokal menyerahkan kekuasaan dan pada penguasa kolonial Belanda Masyarakat di Pendapatan Raja di Timor berasal dari uang denda yang dibebankan pada penjahat, pajak hasil bumi dari perdagangan Nusa Tenggara kayu cendana yang harusnya diserahkan kependuduk. awal abad -20 Di Sumbawa, monopoli opium berada di tangan raja Di Bima, pajak ekspor ditarik 3%. Pihak yang berwenang menarik pajak adalah syahbandar atau shahbandar. (Ganti Bandar) Hak atas pajak tidak hanya dimiliki Sultan Bima saja namun juga di Labuan Bajo (flores), Manggarai, dan Labuan Sape. Pada akhir abad-19 perdagangan di Nusa Tenggara tidak hanya dari Cendana dan Budak, tetapi penjualan kopi dan kopra (Parimartha,1995). Sejak 1880 Kopi ditanam di Sumbawa dan Timor. Kopi juga diolah di Flores, Adonara, Pantar dan Alor. Kopi tersebut diekspor ke Makassar. Kopra juga menjadi barang dagangan ekspor. Kopra menjadi bahan dasar 1/3 industri minyak Eropa. Pada tahun 1881, seorang Eropa menanam 8000 pohon kelapa sawit di P.Kera Kupang. Selain Timor juga Flores produsen kopra yang besar dengan kapasitas 1.000.000 pohon. Selain itu ada gula, teh, tembakau, minyak bumi dan Timah Selain bangsa Eropa, orang Cina juga memegang peranan penting dalam aktivitas ekonomi, sebab orang Cina menjadi tukang kredit, hal ini yang dianggap pesaing oleh orang Eropa Menjelang akhir abad-19 Eropa mulai menyingkirkan peran raja atau sultan dan penguasa lokal. Pemerintah Belanda mengharuskan raja-raja untuk membayar pajak antaralain Gapreil Parra, Daeng Nanas (Raja Kupang), Rasi Koro (Raja Amarisi), Paulus Dae Pani (Raja Baa Roti)dll. Belanda juga mendirikan kantor pajak di Timor dan Flores. Perluasan kekuasaan kolonial mempengaruhi kehidupan rakyat pribumi. Posisi Raja kerap ditindas dengan perjanjian. Sampai akhirnya raja dan kepala desa kehilangan kekuasaan dan wibawa mereka. Penduduk asli Timor adalah orang Atoni masih keturunan orang Melayu yang datang dari Makassar melalui Larantuka menuju Timor dan menyebut kerajaan mereka Sonbait. (tengah dan barat Timor) Pendatang baru didaerah itu orang Tetum yang sekitar abad-14 Masyarakat menetap di Bebain. Timor Orang Antoni kemudian tersingkir ke barat, diantara dua kelompok ini terdapat perbedaan dalam pakaian, adat dan Bahasa. P. Timor pada masa lampau dibagi menjadi empat bagian yaitu Luka, Wewiku-wehali, Sonbait dan Kupang. Masyarakat Timor terbagi atas kaum bangsawan, panglima perang, orang merdeka, dan budak Di Timor dan Sumba terdapat juga status budak secara turun- temurun Di Timor, Raja Utama memiliki otoritas tertinggi lalu dibawahnya raja-raja kecil, pejabat pembantu, lalu kepala desa Di Flores ada 2 kelompok etnis, yaitu Melayu dan papua. Bagian barat pulau (Manggarai) terutama dihuni oleh etnis Melayu sementara di bagian Timur Flores dan Solor kebanyakan dihuni oleh etnis Papua. Masyarakat Flores dibagi dalam kelompok-kelompok : 1. Kraeng Masyarakat Todo (pemimpin), 2. Kraeng Adat (bangsawan), 3. Bitjara ( Bangsawan rendah)4. Dalu Flores Di Flores terdapat perbedaan besar antara penduduk pesisir dan masyarakat pegunungan. Masyarakat yang semula tinggal dipegunugan melarikan diri ke pesisir karena takut akan perbudakan. Dipesisir barat Flores menetap orang Bima yang juga punya hubungan dengan Bugis dan Makassar. Di Sikka masyarakat pribumi hidup berdampingan dengan orang Makassar dan Bugis, demikian pula Ende. Mengenai Pulau Komodo (Needham ,1986), pada awalnya hanya penduduk asli yang tinggal disana, selanjutnya menetap orang Sumba, Manggarai, Sape, Bugis dan Welak (Manggarai) Pulau Komodo kemudian juga dihuni oleh budak-budak berutang bahkan pelarian dibawah pengawasan perwakilan Bima. Sultan Bima menggunakan Pulau Komodo sebagai daerah pengasingan untuk tahanan politik dan criminal. Kerajaan tidak dikenal disini hanya kepala desa. Di Sumba ada empat kelas masyarakat, Jabatan puncak ditempati oleh Meramba-Bokoel /Tamoe Oemboe (Tuan Besar), Ana-Mendamoe, Kabisoe(orang bebas), Tau –Ata (Budak) Orang Sumba menganggap dirinya orang Suci dan makhluk istimewa di bumi. Tidak ada kekuasaan sentral dan diliputi suasana perang. Diperintah oleh raja turun-temurun. Sumba Pemimpin tradisional berkelakuan seperti perampok dan merusak tanah mereka sendiri. Pada tahun 1906 keadaan ini berubah dengan masuknya pemerintahan Belanda secara langsung. Perubahan ini setelah pecahnya perang raja dari Lewa yang menuntut hukum turun temurun sekaligus ingin menguasai daerah Kambera. Pemerintah Kolonial Belanda melakukan campur tangan dan memadamkan pemberontakan itu. Peristiwa itu pertamakalinya Belanda secara langsung di Sumba. Raja dan para bangsawannya sendiri tetap memerintah di bawah kekuasaan kolonial Belanda namun pada saat yang bersamaan tindakan perampokan, penjualan dan pembunuhan bahkan mutilasi terhadap budak dapat dihentikan. Orang Bima (di Timur) dan Sumbawa (di Barat) berasal dari Malaya Di antara mereka terdapat perbedaan dalam hal struktur politik. Di Bima dasar kekuasaan aristokrasi besar berada di desa dan pemimpinnya bergelar Ompu atau Gallarang, gelar dari Makassar. Setelah kedatangan orang Belanda, dibangunlah beberapa sub. SUMBAWA Distrik kekuasaan sultan di daerah ini dibatasi oleh oposisi dari dewan adat, yang mempunyai kedudukan dalam Dewan Hadat Syaria. Dewan Hadat Syaria ini merupakan percampuran antara adat dan Islam, sarana untuk menyatukan dunia dan akhirat. Sebaliknya kesultanan di Bima mempunyai kekuasaan atas system birokrasi dimana sultan memiliki pengaruh kuat atas Menteri- menterinya yang sebagian besar sanak saudaranya. Permulaan Abad 20 Sumbawa dan Bima merupakan kerajaan terbesar di Sumbawa. Struktur masyarakatnya sbb Sultan, penduduk pribumi, dan budak. Sumbawa di perintah oleh Sultan atau Datu Mutar. Sebagian raja Sumbawa kadang menyebut dirinya sebagai dewa. Di Bima ada tradisi bahwa seekor burunglah yang membawa sultan ke Bima. Cara kedatangannya menyebabkan makhluk yang dianggap dewa tidak boleh memerintah, oleh karena itu keluargnya yang melaksanakan kekuasaan duniawi dan salah satu anggota keluarganya disebut Raja Bitjara atau Boemi Bitjara. Kerajaan Bima terbentuk dibawah seorang sultan dan sebuah dewan yang semula terdiri dari pejabat hokum dan beberapa Turelis yang merupakan keturunan raja Turelis. Di Bima masyarakat di bagi menjadi 3 kelas yaitu bangsawan, kalangan menengah, dan budak denda Secara keseluruhan, masayarakat Bima terbagi atas dua kelompok bangsawan (Ruma) dan orang bebas (duo mardika) Hindu Jawa mencapai masa puncaknya pada masa kejayaan Majapahit abad ke-14. Akan tetapi perkembangan ini tidak berpengaruh di Nusa Tenggara, sekalipun dalam Negarakertagama disinggung mengenai Timor, Sumba dan Sumbawa. Di Sumbawa agama Hindu tidak berkembang karena hanya AGAMA terdapat di istana sehingga tidak berkembang menyebar ke tengah- tengah masyarakat. DI NUSA Sementara itu, agama Hindu mempengaruhi sebagian besar TENGGARA masyarakat Indonesia namun di Timor pengaruhnya hanya di permukaan. Agama Islam dan pandangan hukum belum berlaku pada masa itu. Pada awal abad ke-16 (1515) para misionaris dan pedagang Portugis pertama datang ke Timor. Sejak saat itu di Timor berkembang suatu kebudayaan baru. Sejak dahulu masyarakat di daerah ini sebagian besar menganut agama-agama lokal, hingga kedatangan para pedagang yang membawa agama baru Terutama sejak abad-16 para pedagang Muslim, Kristen, Cina dan Arab, Jepang lainnya datang dalam jumlah besar. Akan tetapi pembaharuan terjadi dengan dimulainya agama Kristen dan Katolik oleh para misionaris sejak 1910. Mereka sangat aktif menyebarkan ajaran agama Kristen di bagian barat Timor. Akan tetapi meskipun sudah memeluk agama Kristen tetapi 50 % mereka masih menjalankan ritual lama. Meskipun agama Hindu hanya mempunyai sedikit pengaruh namun Agama Atoni didasarkan oleh kosmologi Hindu kuno(Laer 1972:105) Pada abad ke 19 agama lokal masih mendominasi Kawasan tersebut kecuali Sumbawa yang sebagian besar masyarakatnya memeluk agama Islam. Agama Islam juga menyebar di pesisir Pulau Flores (Ende), Solor, Lomblen, Pantar dan Alor. Schmiedhamer menyatakan penyebaran Agama Islam dipesisir Pulau Flores dimulai ketika daerah ini dikuasai oleh Bima. Agama Kristen mulai berakar di Solor dan sebagian Timor dan Flores sejak abad-16. Pada tahun 1862, para padri dan ordo Jesuit (SJ) mengunjungi Flores da Timor.Tahun 1875 dikunjungi ordo Serikat Sabda Allah (SVD) yang mengembagkan Pendidikan dari Belanda. Setelah terbentuknya gereja reformasi di Batavia 1873, gereja tersebut juga melakukan penyebaran agama Kristen di Jawa Tengah dan Sumba Penyebaran agama Katolik tahun 1890 di Fatoe Loeka. Tetapi Kepercayaan terhadap tukang sihir (soewanggis) tetap hidup. Pada awal abad 20 penyebaran agama Kristen kembali digiatkan terutama di wilayah Timor Barat, Sawu, Roti sedangkan misonaris Katolik di wilayah Timor Timur, dan Flores Timur, Adonara, dan P Lomlen, serta Sumba Barat. SEKIAN